[Hay selamat datang di novel saya yang selanjut nya, please jika tidak berkenan keluarlah tanpa merusak rating nya, ilyou ❤]
Manila, Filipina
…
Bugh…
Bugh…
Dilvi menggeram, tangan nya meraih bantal, untuk yang kesekian kali nya ia menutup rapat-rapat telinga nya, namun percuma saja gangguan suara grasak-grusuk, dari sebuah ranjang besi menabrak dinding tripleks masih sangat terasa getaran nya sesekali berhenti lalu terulang lagi.
“Ya tuhan, lihat timing bisa tidak sih!” Dilvina semakin kesal melempar sembarangan bantal nya kemudian, ini sudah pukul 4 pagi, bagaimana bisa mereka belum juga selesai menggetarkan dinding rumah kayu ini.
Seperti ini lah keadaan Dilvi jika suami Sophia kembali kerumah, Dilvi mendadak insomia di buat tidak tidur semalaman, oleh kedua orang suami istri yang melampiaskan kerinduan, what, suami istri? Kau yakin? How should I know, yang pasti kata Sophia itu suami nya, lelaki bekerja di luar Manila dan pulang 1 bulan sekali.
Dilvi mendesis. “Harus nya aku tidur di caffe saja jika tahu Damian akan pulang! Argghht!”
Sungguh menjijikan sekali terdengar samar suara-suara lakhnat tepat di kamar sebelah Dilvi, tidak habis fikir apa mereka sama sekali tidak ingat, tidak mempedulikan ada manusia lain rumah ini.
“Ku mohon!! berikan aku waktu untuk tidur sebentar saja!” uppsss Dilvi segera menutup mulut nya yang tidak sengaja mengeluarkan kalimat kesal dengan suara yang cukup besar.
Semenit kemudian setelah suara Dilvi mengudara suasana mendadak lengang, Dilvina menajamkan telinga nya lagi dan seperti nya benar suara besar nya tadi berhasil memberhentikan gejolak mereka.
“Hah…terserah lah apapun yang mereka fikirkan tentang ku” Dilvi menarik nafas nya lega, “Hah mereka benar-benar menyebalkan, nasib menumpang!”
Di rumah ini, di rumah milik Sophia seorang teman sekaligus mantan karyawan Dilvina dulu sudah 6 bulan ini Dilvina tinggal di sini bersama Sophia yang merupakan seorang berkebangsaan Filipina , keturunan melayu.
Dilvina dan Sophia memeiliki kedekatan seperti kakak adik sekandung sangat amat dekat dan tidak jarang juga mereka bertengkar, ya walau tidak membutuhkan waktu yang lama mereka akan saling mencari dan berbaikan lagi.
Kala itu Sophia memutuskan berhenti bekerja di Travel agent milik Dilvi untuk kembali ke Manila, negara yang sudah lama ia tinggalkan namun selepas Sophia kembali ke manila mereka pun masih sangat dekat, hubungan jarak jauh tidak memutuskan kedekatan mereka, di tambah sangat mudah nya jangkauan social media mendekatkan jarak yang jauh dewasa ini.
Tidak pernah terfikir oleh Dilvi dia akan menyusul Sophia ke Manila terlebih menetap lama di sini, berada jauh dari sang Ibu dan adik-adik nya, walau ini bukan kali pertama dia menetap di suatu negara lain seperti Singapura sebelum nya, ketika di Singapura sang ibu masih sering mengunjungi nya, terlebih adik nya juga menikah dan menetap di sana, namun kali Ini tidak, Dilvi belum siap mengajak ibu nya untuk Filipina mengingat kondisi nya masih menata ulang kehidupan nya.
Kali ini Dilvi mulai memejam, pandangan nya lurus ke atas langit-langit putih di kamar nya.
“Ma, Maafkan Aku, Maafkan Dilvi”
Kata-kata itu yang berulang kali keluar dari bibir nya, timbul dari hati nya setiap hari, terkadang dia berfikir mungkin Mama sangat kecewa atas keputusan perceraian nya, tanpa pernah mencoba melakukan sebuah mediasi atau negosiasi, pernikahan nya terlalu awal, bukan kah kata orang 5 tahun pertama itu butuh perjuangan, namun dia hanya kurang dari dua bulan dan dia sudah menyerah.
Sungguh Ma Dilvi tidak sanggup, Dilvi tidak kuat, 1 hari di pernikahan ku bagaikan setahun di neraka, dia tidak memukul fisik ku, tidak berselingkuh atau mendua, tapi sungguh , dia memukul ku remuk hingga ke dalam-dalam.
Sungguh Dilvi tidak marah Mama memilih nya untuk menjadi suami Dilvi, tapi sungguh tidak selama nya pilihan orang tua itu benar,bukan? Saat itu bahkan aku telah mencoba berdamai dengan diri ku, aku mencoba menerima pernikahan yang Mama ciptakan, belajar mejadi seorang istri, seorang wanita yang baik untuk nya, namun aku salah, ya aku salah.
Dua hati yang saling bertolak belakang jika satu nya mencoba maju, namun satu nya lagi terus mundur dan malah berbalik arah itu sangat berat! hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan lalu bergerak-gerak dengan mengucap mantra untuk di sulap dan terkabulkan, no!! hidup dan hubungan tidak semudah itu.
'Wanita tua kelebihan matang '
Aku ingat itu, aku ingat panggilan favorite mu yang bahkan sampai detik ini aku sangat ingat intonasi alunan nada ketika kau mengucapkan nya, sangat amat jelas dan lantang menelusup ke dalam telinga menusuk hingga ke relung hati paling inti.
Ada banyak hal yang belum mampu aku lupakan, hal-hal yang selalu terasa seperti tamparan, jika istri di anggap seperti pembantu mungkin bagi ku itu lebih baik, setidak nya pemabantu adalah seseorang yang pekerjaan nya di bayar dan di hargai.
Namun tidak dengan ku, aku bahkan lebih di bawah level pembantu, dia seakan menatap enggan kepada ku, apa lagi untuk berbagi udara di ruangan yang sama dengan ku.
Kau tau berapa banyak air mata ini tumpah, berapa banyak ke sakitan yang ku rasa, saat aku menatap suami ku dari jauh, mendengar tawa nya dengan orang lain, namun hanya ucapan sinis dan begitu banyak yang dia lemparkan kepada ku, bahkan ia sangat senang memperlakukan ku seperti itu.
Sisi mana yang harus membuat ku bertahan, saat sebuah permintan aneh nya meminta ku mendapatkan lelaki lain yang mungkin akan mencintai ku dengan tulus, sungguh dia bukan manusia dia bahkan tidak bercanda untuk menjodohkan ku dengan lelaki lain.
Tuhan, sakit…
Suami mana yang tega meninggalkan mu bersama lelaki lain di dalam sebuah ruangan pertemuan, bertujuan untuk kau dan lelaki itu kalian saling dekat dan berkenalan.
*
Hingga Dilvi menyerah di hubungan yang dia rasa lebih menyakitkan dari sebuah hubungan toxic.
Akhirnya perceraian lah yang membawa nya ke sini, perceraian yang membuat nya kuat , tidak, bukan hanya perceraian, Dilvi sudah terlalu kuat atas semua hal yang telah di lalui nya.
Kini dia hidup lebih baik, Dilvi mulai menata hidup nya lagi, perlahan-lahan beberapa bulan ini mulai terlihat jelas, berbekal tabungan hasil kerja nya bertahun-tahun dulu ia mampu merintis sebuah coffee shop and pastry.
Dia bahkan tidak punya bakat dalam pembuatan makanan dan minuman sebelum nya, namun semua nya muncul secara autodidact berkat sebuah tekanan.
Tidak di pungkiri ada sebuah sisi baik di pernikahan nya yang sangat singkat itu ternyata, di beri kesempatan menjalani sebuah kehidupan pernikahan, Dilvi yang sama sekali tidak pernah melakukan sesuatu hal apapun pada sebuah hidangan selain memakan nya,
Saat itu Dilvi melakukan nya, mempelajari dengan sungguh-sungguh menghidangkan hasil resep penuh cinta nya setiap hari.
Namun tetap, bagus atau tidak nya yang di sajikan nya, tetap saja lelaki itu selalu mengatkan hal yang tidak menyenangkan atas usaha dan jerih payah yang sudah Dilvi lakukan.
Baiklah lupakan sakit itu, setidak nya dari sana lah ia mulai mencintai dunia baru nya, mulai mendapatkan ketertarikan di dunia cake and pastry, mulai mengikuti banyak kelas online dan beberapa kelas baking di Manila.
Berkat kegigihan wanita itu pun dia berhasil, mendirikan ‘Dilv Coffee & Pastry' di sebuah kota negara Filiphina itu, sebuah caffe yang lumayan ramai terletak di district jantung kota itu.
Tidak di ragukan lagi wanita itu selalu sukses dalam setiap bidang usaha apapun yang di kelola nya, ia bahkan tidak menyesali jika akhirnya usaha Travel agent yang sangat berkembang milik nya dan telah dirintis nya dari Nol dan akhirnya ia berikan kepada Sandrina Adik kandung nya.
Tidak masalah, karena saat ini Sandrina lah yang di embani mengurus dan menjaga Ibu mereka, dia pantas mendapatkan itu, walau nyata nya ibu nya bahkan hidup lebih dari cukup dari anak-anak nya.
Kringggg…..kringggg..
Alram aesthetic berbahan logam berbentuk bulat itu berdering, mengudarakan suara nyaring nya, Dilvi pun segera menekan tombol jam silver itu dengan satu juluran tangan, rasa nya baru saja ia menutup mata, baru saja rasa nya ia terlelap dengan nyaman nya.
Tidak ingin membuang waktu ia pun segera bangkit dari tidur yang memang tidak pernah tenang dalam hidup ya, untuk bergegas menyegarkan tubuh nya, menyirami kepala setengah pusing karena mendadak bangun.
Di luar kamar Sophia dan Damian suami nya sudah tidak ada, mereka biasa keluar dari pagi hingga menjelang sore nanti menghabiskan waktu entah kemana, menjelang sore kedua nya wajib kembali karena saat malam hari Sophia akan berangkat bekerja, Sophia bekerja di sebuah kawasan tempat hiburan malam terkenal di Manila.
Tidak terlalu lama Dilvi bersiap-siap ia sudah selesai memakai pakaian nya, memoles sedikit bedak tanpa tambahan apapun , dan bersiap untuk segera berangkat ke Caffe nya.
Dilvi mengamati mengerdarkan pandangan nya keseisi rumah kayu itu, benar Sophia dan suami nya sudah pergi.
Ia pun turun dari rumah semi panggung itu untuk segera bergegas ke Caffee, sudah terparkir di depan rumah motor matic keluaran terbaru kendaraan yang selalu menemani nya kemana pun langkah nya.
Mencoba menikmati apapun ia mulai memutar kunci, dan menyalakan motor untuk segera pergi.
Wanita bercelana panjang dengan kemeja semi formal nya itu pun mulai menajajaki jalanan, memacu perlahan motor bebek nya melintasi jalanan kota Manila yang lumayan ramai, ini lah kenikmatan itu, saat si perantau merasakan hidup di dunia lain, di antara budaya yang berbeda, orang-orang asing, namun masih bisa di rasakan bahagia nya, saling sapa, saling tegur atau mengucapkan salam, namun tetap berbeda ini bukan tempat nya.
Langit tidak terlalu terik, saat matahari bahkan malu-malu menampakan diri nya, Dilvia terus mengendarai motor nya dengan hati-hati merasakan udara dingin yang perlahan tertiup dengan langit yang tetap tenang.
Tidak pernah di sadari nya, selama dua hari ini telah ada dua pasang mata yang bergantian mengawasi nya, mulai dari keberangkatan nya hingga sampai di tempat tujuan.
Lelaki itu pun memberhentikan mobil milik nya di tempat yang jauh, memastikan Dilvina sudah sampai dan dalam keadaan baik-baik saja.
.
.
Awal kisah ada di Frans Brian ; Love Story ⚠️
[Bab setelah nya akan menceritakan tentang kehidupan keluarga Dilvina sebelum dewasa ]
Please minta like dan comment nya biar semangat 😂
Jika aku di beri sebuah pena kehidupan, di beri semesta kesempatan untuk menulis takdir ku sendiri, mungkin aku akan memulai membuat nya dengan menarik sebuah garis lurus terus tak bergelombang tak ada liku-liku atau pun garis melingkar sampai titik akhir nya.
Its Flat, kau butuh garis naik turun atau zigzag untuk hidup mu, agar kau tau rasa nya di atas dan di bawah seperti apa.
I know but aku rasa itu hanya omong kosong, sudah ku rasakan seperti apa garis berliku kehidupan naik turun hingga putaran sudah semua ku rasakan, tapi apa?pada awal dan akhir nya sama kebahagiaan itu tidak ada.
Ucapan itu adalah doa, dan aku sering mendengarkan orang mengatakan maka berdoa lah yang lengkap karena yang terjadi pada mu hari ini mungkin adalah hal-hal yang pernah kau minta dalam doa-doa mu dulu.
Aku tidak pernah meminta banyak hal dalam hidup, hanya dua hal yang cukup membuat ku bahagia dalam kehidupa ini,1 melihat ibu ku tertawa bahagia dan 1 lagi tidur puas seharian, its so simple i know , tetapi itu sangat jarang terjadi, bahkan mungkin belum pernah terjadi sama sekali.
Aku sangat merasakan ibu ku tidak pernah lagi bahagia sejak aku beranjak dewasa, bersamaan dengan aku yang menjadi sangat takut untuk tertidur nyenyak setiap malam.
12 tahun lalu.
Dilvina Zamorra Hayyan. (Zamorra ivana Alderick)
Putri pertama dari 3 bersaudara, hidup kaya raya sejak lahir, anak dari Sonia Helra dan Johannes Alderick, memiliki dua orang adik perempuan dan laki-laki bernama Sandrina (Giana) dan Erland (Emerald)
Saat itu, semua nya berjalan sangat amat indah, keluarga Dilvi tinggal di sebuah pulau pribadi bernama Caviaritz Island pulau kecil yang di miliki oleh ayah, pulau nya yang berbatasan langsung dengan perairan teritorial negara tetangga.
Sebuah pulau yang keseluruhan luas tanah nya adalah bentangan rumah dan halaman besar milik keluarga nya, memiliki dua buah landasan halipad sebuah landasan pacu privat jet yang terbentang di garis pantai.
Memilki lapangan golf pribadi, kolam berenanang menyatu dengan laut, sebuah private Yacht yang menghantarkan nya ke pulau-pulau atau wilayah lain yang keluarga mereka inginkan.
Memperkerjakan puluhan koki dan pramu saji Hingga ahli gizi, yang selalu menjamin kesehatan serta kelezatan makanan yang di sajikan.
Sebuah pulau berpengamanan yang super ketat, terbentang luas tembok tinggi menjulang dan penjaga yang berada disetiap titik jaga sekeliling pulau tempat tinggal mereka, dan masih banyak lagi fasilitas dan semua ketahanan yang bahkan tidak bisa di tembus perimeter sekeliling nya.
Tidak di ragukan lagi kekayaan Johannes ayah kandung Dilvi adalah pemilik separuh pertambangan di bagian barat asia, dan juga pemilik perusahaan kapal persiar yang berkembang pesat di Spanyol, masih banyak usaha lain nya yang bahkan tidak terhitung dalam jumlah kekayaan nya.
Dilvina hidup bergelimangan harta, cinta dan kasih sayang yang utuh semua dia miliki, Namunn semua itu tak membuat Dilvi dan adik-adik besar kepala , mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan sederhana, memiliki sifat berbesar hati, ikut dalam banyak program social, penggalangan dana pendidikan, penyakit masyarakat, dan masih banyak progress lain nya, jelas semua berkat didikan terbaik seorang ibu, tidak salah jika orang mengatakan jika ingin mendapatkan anak yang baik maka kau harus menjadi ibu yang baik pula.
Semua nya berjalan sangat amat indah, orang tua yang saling mencintai dan menyayangi, Johan yang selalu menghabiskan banyak waktu nya selain bekerja ialah dengan sang istri dan anak-anak nya, pergi keluar negara, mengelilingi tempat-tempat indah, bermain salju, menanti keindahan Aurora , berselancar, hiking, menyelam, bermain bola dan masih banyak lagi semua di lakulan berlima dan bersama-sama.
Dilvi dan adik-adik tidak memilik akses untuk bergaul dengan orang luar, hanya sebatas lewat pergerakan social yang mereka lakukan lah mereka bergaul di luar, selebih nya hanya kepada beberapa sepupu terdekat, kakek nenek, dan guru-guru private yang datang silih berganti memberi pendidikan untuk mereka.
Banyak hal yang membuat Johannes melarang anak dan istri nya untuk tidak meninggalkan pulau kediaman mereka itu keculai atas perencanaan nya, ada banyak hal bahaya yang mengincar mereka di luar sana, Begitu banyak musuh hingga kompetitor berbahaya di dunia bisnis hingga kehidupan Johannes yang selalu di incar mencari celah untuk masuk atau menjatuhkan keluarga itu, tidak salah jika Dilvi dan adik-adik nya selalu mendapatkan pengawasan yang cukup ketat, puluhan bodyguard meskipun hanya bermain di sekitar pulau.
Perlahan Dilvi pun beranjak dewasa, memasuki 18 tahun usia nya dan hanya berjarak masing-masing 4 tahun dengan adik-adik nya, tumbuh menjadi seorang gadis cantik bernetra bulat coklat, rambut bergelombang, tubuh tinggi bak model, kulit mulus terawat, wajah blasteran eropa indo.
18 tahun adalah usia di mana para remaja sedang bergejolak mencari jati diri nya, usia dimana saat itu Dilvi mulai jengah terkurung di dalam sangkar emas nya, sering kali Dilvi mencari jalan untuk melihat dunia luar pergi bebas dari sana, namun usia nya sia-sia dan tak pernah terlaksana.
Jika jendela kamar nya saja ada pengawal nya baimana dengan pintu utama, gerbang hingga akses masuk pulau lain nya.
Hingga pada bulan Juli tahun 2008 malam itu, Johannes yang sudah 2 minggu tidak pulang dan ia mengatakan kepada anak dan istri nya ia berada di Spanyol, tiba-tiba saja ia pulang dalam keadaan babak belur, sontak saja keadaan nya membuat panik semua orang di sana.
Fasillitas kesehatan dan pengobatan yang standby pun segera di kerah kan, Dilvi, ibu dan adik-adik nya, semua penghuni pulau itu tampak panik, apa yang tengah terjadi kepada sang pemilik kekuasaan.
Hingga ke esokan hari nya, entah siapa yang memerintahkan kepada seluruh pengawal dan para keamanan nya untuk membawa ibu Dilvi dan anak-anak nya keluar dari pulau indah yang sudah di tempati mereka sejak 18 tahun lalu itu.
Jelas, kejadian itu membuat tanda tanya besar untuk siapapun, apa yang telah terjadi di sana, di sana lah awal mula memori kelam itu berawal, di sana lah awal mula kepahitan itu muncul, bagai kenangan buruk yang sudah mendarah daging dan terpatri di hati nya hingga sekarang.
Saat itu dua helicopter membawa Ibu dan Adik-adik Dilvi beserta beberapa pelayan mereka, namun tidak ada yang tahu ternyata Dilvi tidak ikut bersama mereka, saat dalam keadaan panik pengamanan bisa tidak terkendali jika Antoni mengira Dilvi ada bersama Daniel di Helicopter satu nya lagi.
Begitu pun Daniel mengira Dilvi ada bersama Antoni, kedua nya merupakan dua orang tangan kanan dari 3 orang tangan kanan ayah Dilvi, dan yang 1 nya lagi Vincent masih berada bersama Johannes ayah Dilvi di pulau itu.
Menjadi malam yang mencengkam saat Dilvi ternyata bersembunyi di area rumah yang kini bahkan nyaris pora-poranda, tidak tahu pasti apa yang baru terjadi setengah jam lalu saat di mencoba lari dari pengawasan Daniel dan Antoni, kini yang dia lihat adalah tumpahan darah dimana-mana, beberapa mayat tergeletak di halaman rumah hingga ruangan keluarga dan beberapa petugas kesehatan terlihat sudah tidak bernyawa masih dalam keadaan terduduk di tempat nya.
.
.
.
.
Yeay,,,
Seneng deh ini udah sequel ke berapa ya, pokok nya saya mau mengucapkan terimakasih untuk semua kakak-kakak baik yang telah Membaca tulisan amburadul saya ini, selalu kasih komentar, like, vote dan dukungan dan sebagai nya, uuu aku terharu tanpa kalian apalah daya daku ini 😂😂..
Semoga kita semua selalu sehat ya, bisa terus berhalu ria bersama 😂😂,
Oke seperti biasa Author amburadul ini mau kasih visual versi dia, yang kagak suka ya bayangi aja visual lain nya ya.
.
.
.
Dilvina zamora hayyan
.
.
.
Jullian Anderson
.
.
.
.
Sophia Naimih Stella
.
.
.
Felix William Joshua
.
.
Selengkapnya ada di IG @Trisrahmawati
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!