NovelToon NovelToon

Alexa Kethzie

Chapter 0 : Kata Maaf yang Tak Sampai

Namaku adalah Lala...

(.......)

*Namun…

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir di pipimu

Begitu kuatnya dirimu

Ibu…

Aku sayang padamu

Tuhanku…

Aku bermohon padaMu

Sejahterakanlah dia

Selamanya*

Di atas mimbar aku membaca puisi karya Chairil Anwar dengan penuh penghayatan. Pandangan mataku lurus menatap audiens dengan jumlah ratusan orang hingga leher ku terasa tercekat karena gugup.

Aku mencoba tetap jelas intonasinya dan menyesuaikan mimik serta bahasa tubuhku sesempurna mungkin, dan dengan mudahnya piala segera berpindah tangan kearah ku. Aku merasa sangat bahagia...

Namun pandangan ku tiba-tiba terpaku pada sosok yang berkaitan dengan puisi itu, Ibuku. Tidak jauh dari situ ada juga ayahku. Mereka sedang tersenyum lebar karena keberhasilan ku.

"Selamat anakku tersayang!" Teriak mereka di hadapan khalayak ramai.

Aku hanya bisa tersenyum sambil menahan malu.

...****************...

...Di rumah...

Tok tok...

"Aku pulaangg..." Ucapku malas sambil membuka kenop pintu, setelah membuka pintu aku langsung menuju ruang tamu tanpa melepaskan sepatuku.

"HUWEEKKKK!!"

Terlihat jelas di mata mereka aku mengejek. Pura-pura muntah di depan kedua orang yang kini menghampiri ku, sepertinya mereka mau merencanakan hal buruk.

"Lala... selamat anakku, kamu menang lomba, tadi itu keren dan bagus banget yakan sayang?" Kata ibu sembari menghadap ke arah ayahku, dan ia pun mengangguk.

"Heleh, basi tau gak.. omongan kayak gitu udah buat aku muak tiap hari! Malah so so'an manis di depan anak, pasti ada maksud lainnya kan!" Bentakku pada orang yang biasanya ku panggil orang tua itu.

Ibu hanya terdiam, ia mulai meneteskan air mata buayanya yang membuatku muak.

"Stop Lala! Jangan membentak ibumu seperti itu! Kamu ini diajak ngomong baik-baik malah songong! Setiap hari bisanya gitu aja!" jawab ayah membela ibu.

"Lohh aku gak ngomong ke ibu aja! Ke ayah juga!"Jelasku dengan nada tinggi.

Karena mudah tersulut emosi, ayahku mengambil piala kaca yang barusaja ku taruh diatas meja, lalu iapun membantingnya dengan keras.

Tidak butuh waktu lama, semuanya kini telah berubah menjadi pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai. Kami semua kaget termasuk ayahku yang melakukannya.

Keadaan menjadi hening seketika, hanya isakkan tangis ibuku yang terdengar olehku. Aku hanya diam terpaku menatap pecahan kaca itu. Itu adalah benda yang aku dapat dari hasil jeripayahku sendiri dan dia dengan begitu mudahnya menghancurkan benda itu dihadapanku.

Ku gigit bibir bawahku keras sambil mengepalkan tanganku, menahan semua kebencian terhadap mereka yang kian hari semakin membesar dan puncaknya pada saat ini. Saat ini aku merasa amat membenci mereka.

"Aku benci kalian!" Teriakku pada mereka.

Karena amarah telah merenggut akal sehatku, akupun mengambil bongkahan itu lalu melemparkannya ke arah ibuku. Namun lenganku sengaja ku geser agar tidak mengenainya. Melihat itu, emosi ayahku langsung tersulut kembali.

"Dasar anak durhaka kamu! Cepat keluar dari sini!" usir ayahku. Namun ibu segera mencegahnya.

"Jangan! itu anakmu sendiri," sanggahnya.

"Okeeyyy aku pergi dan gak akan pernah balik lagi kesini!."

Aku segera bangkit dan melangkah pergi keluar rumah tanpa membawa apapun. Dengan keras daun pintu itu kututup sehingga timbullah suara yang nyaring.

"Lala sayang, maafin ayah sama ibu... ayah tadi cuma terbawa emosi..."

Hanya suara itulah yang terakhir kali kudengar sebelum pergi.

Aku berlari ke rumah sahabat ku sekaligus teman sekampus ku dulu yang bernama Alice, dan berharap dia mau menampungku.

Mungkin dia adalah teman dekat ku yang bagiku sangat gila, tetapi dia juga adalah seorang teman sangat dapat diandalkan olehku di saat-saat seperti ini.

Setelah sampai ke tempatnya, aku langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu karena pintunya terbuka. Biasanya aku juga melakukan hal itu, jadi mereka sebagai penghuni rumah ini sudah paham pada sikapku.

Bagiku hal yang seperti inilah yang disebut keluarga. Mereka saling bercanda satu sama lainnya dan akur tanpa ada pertengkaran.

"Ehh Lala, kamu kenapa?." Tanya Alice padaku.

Aku langsung memeluknya sambil menangis kesal. Lalu menceritakan tentang kejadian itu. Tetapi ia malah berkata akulah yang salah, tentu saja itu sangat menyinggung perasaanku. Namun meskipun dalam keadaan kesal, aku tetap mendengarkan petuahnya dan menghormati saran darinya.

"...Jadi seperti apapun hubungan yang tercipta diantara kalian, baik itu harmonis ataupun tidak, hal seperti itu terjadi karena kamu, kamu gak mau nerima kalau ibumu itu adalah ibumu, kamu menuduhnya yang tidak-tidak hanya karena kamu menganggap dia mengambil ayahmu darimu dan terus beranggapan negatif padanya, jika terjadi kesalahpahaman lagi, hal yang harus dilakukan pertama adalah mengoreksi diri kita sendiri dahulu... "

Ia berbicara seakan-akan menyudutkanku, tapi aku hanya terdiam karena hal itu memang benar, aku memang selalu beranggapan seperti itu.

Selama ini akulah yang terus-terusan mencari masalah terlebih dahulu. Tetapi aku tidak pernah menyadarinya hingga terus menerus berlangsung seperti itu setiap harinya. Seharusnya akulah yang pantas untuk membenci diriku sendiri, bukan mereka.

"Maaciw ebeeb Aliceee," ucapku pada Alice. Dia terkekeh sambil memandangku jijik.

"Hari ini aku nginep yaah,"

"Hmmm selalu boleh dong untuk princess Auroraku."

Aku tersenyum senang, lalu mulai menenggelamkan pikiranku ke dunia oranye yang terdapat pada kotak persegi panjang dan mulai membaca sebuah cerita online.

Aku lebih menyukai genre Slice of live yang ceritanya datar dan alurnya tidak mudah untuk dipahami. Tetapi kini tatapan mata ku terpaku pada sebuah novel yang kubaca ketika aku masih SMA...Saat itu hobiku adalah membaca komik dan novel isekai.

"Ahhh jadi rindu masa muda," gumamku.

"Emang sekarang kamu udah tua?" tanya Alice tiba-tiba.

"Enggak lah, masih cantik gini kok," jawabku spontan.

"Yeee lu tuh kepedean tingkat kakap, pacar aja gak punya, pastinya karena gak ada cowok yang tertarik sama wajah yang katanya cantik itu,"

"Siapa bilang, tadi aja aku lewat kesini banyak cowok yang natap aku sepanjang jalan... Hohoho tentu aja terpesona dengan kecantikan ku yang membahana,"

"Ngelantur teruss... mereka liatin kamu karena kamu pakai kostum yang aneh, "

"Apaan sih, baju ini tuh abis kupakai pas waktu lomba tau...." Jelasku sambil memanyunkan bibirku sebal.

Kemudian aku kembali melanjutkan kesibukanku menjelajah dunia dibalik layar sambil membaca novel romantis.

...*Keesokan Harinya*...

Hari ini aku ingin pulang ke rumah, aku ingin meminta maaf atas kelakuan ku semalam. Ini adalah kali pertamanya aku akan mencoba meminta maaf pada mereka.

Mungkin bagi sebagian orang meminta maaf adalah hal yang mudah namun tidak dengan ku yang perlu perjuangan besar untuk mengumpulkan niat dan keberanian melawan gengsi yang ada di benakku.

Aku berjalan di trotoar jalan raya dengan pelan, Cuacanya begitu terik dan panas... sesekali aku menyeka dahi ku yang penuh peluh. Tanganku pun berkeringat dingin.

Hufff huffffttt...

Entah kenapa aku merasakan jantungku berdegup dengan tak karuan. Entah sebab apa jua aku jadi merasa sangat takut.

Kulihat seseorang pria seusiaku yang tengah sibuk dengan androidnya berjalan dari sini ke arah sebrang jalan tanpa menggunakan zebra cross dan tentunya terdapat mobil berlalu lalang disana.

Seorang wanita paruh baya mencoba memanggilnya dan memperingatinya tetapi ia tidak mendengar karena telinganya itu tertutup dengan earphone.

Tubuhku mulai bergerak dengan sendirinya. Rasa kemanusiaan ku mulai bangkit saat sebuah minibus datang kearah orang itu.

Ini memang sangat beresiko, tapi jika doronganku kuat aku bisa menyelamatkan diri ku dan juga dia. Batinku.

"Awaas!!" Teriakku sambil mendorong sekuat tenaga ku kearah pinggir jalan.

Namun naasnya aku hanyalah seorang wanita, tenagaku hanya cukup untuk mendorongnya ke tepi tetapi tidak untuk diriku.

DRRRRIITTTTT...!!

Aku merasa sepertinya tubuhku terlempar beberapa meter dari sana. Derasnya aliran darah keluar begitu saja dari anggota tubuh ku yang terasa sakit. Suara decit mobil yang berhenti terpaksa masih terdengar jelas di telingaku.

Setidaknya aku bisa menyelamatkan seseorang di akhir hidupku.

Seandainya aku di tanya, apakah penyesalan terbesar dalam hidupku?, tentu saja jawabannya adalah penyesalan karena kata maafku belum tersampaikan kepada mereka yang seharusnya dari dulu aku sayangi.

...****************...

Aku mengerjap pelan untuk mengumpulkan nyawaku dengan perlahan.

ehhh aku selamat? pikirku.

Aku segera bangun dan duduk di ranjang tempat tidur ku saat ini. Yang dapat ku lihat hanyalah tangan yang mungil dan masih halus melekat di tubuhku.

Kamar ini sama sekali tidak terlihat seperti sebuah rumah sakit ataupun kamarku yang biasa, kondisinya begitu gelap dan sunyi.

Bahkan luka-luka di tubuhku juga tidak ada, padahal aku barusaja mengalami kecelakaan. Satu hal pertanyaan yang terus ada di benakku saat ini.

Ini di mana? Kenapa ada seorang gadis tertidur sambil bersandar pada kasur? Dia menunggu ku?

Gadis itu segera terbangun dari tidurnya karena gerakan ku yang sedikit mengusiknya.

"Ternyata kau tidak jadi mati ya?" Tanyanya dengan wajah datar.

Pertanyaan macam apa itu?!

Dia sukses membuatku tertegun karena tatapan matanya yang tajam dan berwarna merah kelam. Jangan bilang dia...

LA... LAVENDER KETHZIE??!!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung...

Chapter 1 : Kakakku Antagonis??

Aku Alexa Kethzie, anak dari seorang Duke di kerajaan Frost, yang terkenal akan cuacanya yang sangat dingin dan beku saat musim salju tiba.

Kemarin adalah hari kematianku, dari dunia lain dan hari kelahiranku di dunia baru, semuanya itu bertepatan dengan tanggal 30 juli. Karena itu aku mengganggap nya sebagai tanggal kelahiran ku.

Saat aku berada di dunia ini, aku langsung berumur enam tahun, setelah sadar dari kecelakaan saat itu, tiba-tiba saja aku tersadar dan terbaring di sebuah kamar yang temaram dalam keadaan lemah, sepertinya pemilik tubuh ini dulu juga telah mati karena sakit yang dideritanya.

Disitu aku dirawat oleh seorang wanita yang katanya dia adalah kakakku, kakak tirihku, dia adalah putri dari selirnya ayahku.

Ketika itu, aku masih bingung dan tidak mengerti apa yang harus kulakukan.

Aku sangat terkejut karena sebenarnya dunia disini mirip seperti di web novel yang telah ku baca saat dulu.

Semua nama orang disini terdengar sangat familiar, terutama kakakku Lavender kethzie, dia adalah tokoh antagonis yang sangat kejam dan licik. Tetapi, ia juga sangat cantik dan disegani banyak orang. Setauku sih itu...

Pemeran utamanya adalah Lily Collans, dia adalah seorang wanita yang polos dan baik hati. Dia akan bersama pangeran kedua kerajaan Frost, meskipun awalnya bukan putra mahkota kerajaan, ia nanti akan dilantik menjadi raja selanjutnya karena kematian Pangeran mahkota saat itu.

Dan anehnya, aku bahkan tidak ingat kalau Lavender mempunyai seorang adik tirih perempuan.

Aihh... atau seperti nya aku melupakannya.

Tetapi aku masih mengingat karakter favorit laki-laki yang sangat kukagumi, sosok pangeran yang bijaksana dan sangat tegar walaupun wanita yang sangat dicintainya akan menikah dengan orang lain.

Btw dia adalah figuran yang sangat jarang muncul tetapi muncul pada saat yang sangat menyedihkan bagi pemeran utamanya. Karena itu aku prihatin dan menjadikannya sosok favoritku.

Sementara ini, hanya itulah yang masih dapat ku ingat, hmm mungkin tidak terlalu berguna. Tetapi aku akan terus berusaha untuk mencoba mengingatnya kembali.

...*4 Tahun Kemudian*...

Suatu saat aku bertanya kepada Lavender kethzie tentang tanggal lahirku, tetapi aku malah mendapat jawaban yang tidak kuinginkan.

"Anuu, kak apakah kau tau aku lahir pada tanggal berapa dan tahun apa?"

Dia menatap tidak suka padaku dan menjawab pertanyaanku dengan ketus.

"Mana aku tahu! Aku bukanlah kakak kandungmu, lagian ayah dan ibumu tidak peduli terhadapmu, mereka pasti tidak mengingatnya, walaupun kau adalah putri kandung mereka,"

Sejenak aku tertegun, air mataku perlahan mengalir membasahi kedua pipiku, apakah kehidupan ku yang kedua ini akan menjadi neraka bagiku?

Apakah ini pembalasan karna aku begitu malas ketika dulu dan tidak pernah peduli terhadap orang-orang di sekitarku terutama kedua orang tuaku.

Bahkan bisa dibilang dulu aku adalah anak yang disayangi oleh orang tuaku tapi aku sama sekali tidak menghormati mereka dulu.

"Cih! Malah nangis. Cengeng banget kamu ini! Di dunia ini kalau kamu ingin bertahan hidup, jadilah orang yang kuat dan punya kekuasaan!."

Dia tampak tidak peduli terhadapku, tapi aku menyadari bahwa dia sebenarnya sangat perhatian padaku, dengan cara yang berbeda.

...****************...

Setiap pagi hari, aku duduk bersama kakakku di halaman depan rumah. Menikmati teriknya matahari pagi yang menyehatkan, sembari menyisir rambut panjangnya yang indah dan berwarna hitam gelap.

Wahh gawat! Aku jadi menyukai karakter kakakku sendiri yang merupakan penjahat dan malaikat maut pangeran kuuu...

Selama ini, aku adalah seorang anak lemah yang sering dapat penganiayaan dari kedua orang tuaku sendiri tapi selama ini ialah terus yang membelaku. Aku jadi merasa terlindungi berkatnya.

"Hei kau! Berhati-hatilah kalau menyisir rambut ku, nanti bisa rontok, terus bisa botak dan akhirnya cantikku akan menghilang!" Gerutunya. Sebenarnya aku merasa kesal, tetapi aku menahannya mati-matian. Aku harus pintar-pintar mengambil hatinya.

Sabar...sabar...batinku.

"Iyaa maafkan keteledoran adikmu ini, kakakku yang cantik..." Aku segera menelungkup kan kedua tanganku dan menaruhnya di depan wajahku sendiri. Walaupun dia sama sekali tidak melihatnya. Sejenak ia tampak tersipu, lalu segera memalingkan wajahnya. Aku tersenyum sumringah.

Yes aku menang kali ini!

"Leca, mungkin besok adalah hari yang akan menguntungkan mu." Ucapnya sambil tersenyum licik.

Aku tidak tau apa yang direncanakan nya. Tetapi aku hanya membalasnya dengan senyuman yang semanis mungkin. Disisi lain aku juga merasa perasaanku seketika berubah menjadi tidak enak.

...*Keesokan harinya*...

Aku mendapat kabar bahwa ibu tirihku telah meninggal dunia, aku bingung harus merasa senang atau sedih.

Haruskah aku senang karena yang menyiksaku selama ini telah pergi? Tetapi aku sedih karena sepertinya aku tau pembunuhnya.

Ya, orang itu adalah kakaku sendiri, ia sangat membenci ibunya hingga ingin membunuhnya, hubungan keduanya pun sangat buruk seperti orang yang tidak saling mengenal, ibunya bahkan memperlakukannya seperti seorang musuh, dia menjadi wanita yang keras dan kejam karena ibunya, ia mewarisi kekejamannya. ⊙﹏⊙

Bisa disimpulkan dia adalah seorang wanita berdarah dingin, meskipun usianya masih dibawah 15 tahun dia sudah membunuh 2 orang, pelayan pribadinya dan sekarang ibunya sendiri. Mengerikan bukan?

Cara membunuhnya pun berbeda-beda. Karena itu dia tidak diketahui oleh siapapun atas perbuatannya itu. Tapi aku tidak ingin mengetahui lebih dalam tentang itu, aku hanya harus berhati-hati dan tetap berusaha mengambil hatinya.

...***...

Saat aku hendak mengantarkan minum untuk kakaku, tiba-tiba aku dikagetkan karena melihat kakaku menangis di kamarnya, tetapi bukan karena sedih.

"Aku telah membunuhnya... aku telah membunuhnya, akhirnya aku telah membunuhnya, aku telah menghilangkan parasit itu..." Ucapnya dengan tatapan yang amat mengerikan, dia melihat kedua tangannya itu dengan rasa puas.

Nampan yang kupegang tak sengaja terjatuh dan tatapannya langsung menuju arahku. Tatapan yang mengerikan itu membuatku tidak sanggup melihatnya.

Dia tiba-tiba saja tertawa jahat.

Seperti nya aku memiliki kakak psikopat. Sebaiknya aku segera kabur. Pikir ku.

Akupun segera berbalik, namun dia dengan sigap langsung memengang tanganku hingga membuatku tersentak.

"Hei adikku, kau tau apa yang barusan aku lakukan... kan?" Tanyanya padaku dengan tatapan yang amat menusuk jantung.

"Emmm aku aku tidak tahu, aku tidak mendengar apapun tentang kau yang membunuh ibu," ucapku tanpa sadar.

UPS. Matilah aku !!!

Dia menutup pintu kamarnya dengan kasar dan langsung bergegas mengambil sebuah pedang bermata satu lalu menodongkannya padaku. Tubuhku seketika bergetar hebat.

Aku tidak ingin mati lagi!

"Alexa kethzie, apakah kamu ingin mati dengan tanpa rasa sakit atau justru ingin seperti ibunda haa? apakah kau mau akan berakhir seperti itu leca?" tanyanya dengan tatapan tajam.

Aku hanya dapat menelan salivaku dan menggeleng secepat mungkin, ia lalu menjauhkan pedang itu dari hadapan ku dan langsung mengelus pedang itu dengan kedua jarinya. Seakan-akan menunjukkan bahwa pedang itu sangat tajam.

Tatapan nya berubah menjadi tatapan kosong.

Apakah dia mau berubah jadi iblis atau setan?. Pikirku.

"Yahh itu mudah, kalau kau tidak mau terbunuh olehku, kau hanya harus menuruti perintah ku leca dan tutup mulut rapat-rapat," ucapnya dengan santai.

Aku menghela napas.

"Baik!," ucapku berbinar-binar.

"Anak baik..." Dia tersenyum sambil mengelus kepalaku.

Aghhh untuk pertama kalinya kakaku tersenyum padaku, sangat sangat cantik, tapi.. mengerikan...

"Sebenarnya Pedang ini kugunakan saat aku membunuh pelayanan pribadiku, karena dia menghinatiku, itu membuatku kesal! dasar pelayan sialan!!." Ucapnya sambil menyipitkan matanya tersenyum penuh kebencian.

...JLEEBB!💘💘💘💘...

Aku merasa akan mati bahagia karena syok berat saat ini juga, sebab memiliki kakak yang super cantik dan badas...

"Dan spesial untuk ibu ter-cin-ta-ku aku membunuhnya dengan perlahan-lahan, yaa... aku meracuninya, racun itu sangat ampuh dan dapat membunuh hanya dalam waktu 3-4 jam saja. Tentu mereka tidak bakal mengira bahwa aku pelakunya, aku punya trik tersendiri." Ucapnya bangga.

Aku hanya menatapnya sambil bergidik, sepertinya semua bulu yang ada di tubuhku juga pada berdiri tegang dan bersiap untuk maraton.

"I... itu bagus sekali kak, kakak sangat pintar bisa melakukan hal itu, a-aku suka!" ucapku terbata lalu tersenyum paksa.

Dia mendelik kearahku, "Jika kamu tidak bisa tersenyum maka jangan tersenyum, malah terlihat seperti badut,"

"Ahh baiklah...kak." Jawabku sambil menundukkan kepala.

Aku sudah seperti pelayan nya saja T_T padahal kan aku putri Duke yang aslinya disini. HIKSSSS! Tidak apa lah selama aku aman.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung...

Chapter 2 : Pesta Kerajaan

Hari ini aku hendak memanggil kakakku untuk datang ke pesta kerajaan bersama ayah. Tapi sepertinya ia masih tertidur.

Saat aku masuk ke kamarnya, aku melihat posisi tidurnya adalah posisi yang paling anggun, seperti seorang putri raja. Aku jadi merasa iri, karena posisi tidurku seperti tokek kejepit. Aku terkekeh sendiri saat membayangkannya.

"Kakak... ayo bangun, hari ini kita bersiap untuk ke pesta kerajaan," ucapku dengan sopan.

Dia langsung membuka matanya saat mendengar seruanku. Kemudian langsung beranjak dari tempat tidurnya.

"Kamu duluan saja, aku akan menyusul, bermain-mainlah disana aku tidak melarangmu melakukan hal nakal sekalipun!"

Mataku berbinar-binar. Ahh kesempatanku akhirnya datang. Selama ini aku selalu terpenjara dirumah dengan tatakrama yang membosankan.

Aghhhh,... Lagian masa kanak-kanakku kurang menyenangkan dan juga dulu, aku mati di usia muda, yaitu 19 tahun, tepat saat lulus kuliah... Maka dari itu, hari ini aku akan berbuat nakal semauku. He-he-he

"Baiklah kak, aku duluan yaaah...." Ucapku sambil pergi nyelonong. Sebelum itu aku harus bertemu ayah, untuk datang ke pesta bersama nya.

"Ayah bisakah kita langsung berangkat? Kakak akan menyusul nanti," ucapku dengan segala rasa hormat yang dibuat-buat.

"Cih gadis j*lang itu sangat lambat. Baiklah, sebaiknya kita berangkat dahulu!" jawabnya.

Beraninya kau memanggil kakaku j*lang.... Batinku geram.

Diam-diam aku menjulurkan lidahku padanya tanpa sepengetahuan nya. Kemudian aku tersenyum puas.

Kami segera berjalan kearah kereta kuda yang begitu terlihat mewah dan terbuat dari kayu jati belapis emas dan perak. Perpaduan warna emas, perak, dan hitam memberi kesan eksklusif pada kereta.

Pada setiap sudutnya dilengkapi dengan empat lampu yang cantik. Tepat di samping kereta, terdapat sebuah lambang keluarga Duke kethzie yang buat sedemikian rupa dengan menggunakan emas dan perak.

Tidak diragukan lagi ayahku adalah orang yang sangat kaya. Aku menggeleng kepalaku sendiri sambil menepuk kedua pipiku untuk menyadarkanku.

*Meskipun kaya dia adalah orang jahat! Bisa saja dia korupsi dan menggunakan cara gelap untuk mencari kekayaan! Iya pasti begitu!!. Batinku*.

"Cepatlah kau berjalan! jangan seperti anak tikus!" titahnya padaku.

"Ba-baiklah ayahanda..." jawabku sambil menahan emosi.

Siapa dia? beraninya manggil anak sendiri tikus? Kalau iya aku itu tikus anak berarti dia bapak tikus dong? Hump...!

Aku hanya bisa menahan tawaku.

.

.

***

.

.

Aku menggenakan gaun yang terkesan sangat cocok dengan badanku yang mungil, sederhana dan terlihat imut.

Ketika aku dan ayahku sampai di pesta kerajaan, sikapnya sungguh berubah drastis terhadapku, seakan-akan dia adalah ayah yang paling baik di dunia.

Dia menggendongku untuk masuk agar tidak letih berjalan. Sungguh bukan itu niatnya.

"Menurut lah tikusku! " bisiknya.

"Ahhh lihatlah itu adalah Duke Kethzie, dia sangat tampan, kyaaa!"

"Dengar-dengar istri keduanya juga meninggal lohhh, itu berarti kita masih ada kesempatan!"

"Dia kaya dan sangat tampan kyaa~"

"Dia juga sangat penyayang terhadap anak-anaknya,"

"Wahh sungguh lelaki idaman para wanita yaa..."

Aku mendengar semua itu.

Semua kata-kata tentang ayahku, tetapi kenyataannya berdeda 360 derajat, iyaa sih... aku akui memang memiliki ayah yang sangat tampan, tidak heran putrinya cantik-cantik, tapi dari sikapnya, dia bagaikan iblis. Aku membencinya!.

Ini luar biasa!

Pestanya bangsawan memang sangat megah dan glamor. sepertinya semua barang yang tertata sebagai aksesoris ruangan saja terlihat sangat mahal, apakah aku boleh mencurinya??.

Kesempatanku tiba saat ayahku menurunkan ku dari gendongan nya di Depan banyak orang, aku akan meminta untuk pergi bermain. Ia pasti tidak akan dapat menolaknya.

"Ayahanda, bisakah aku pergi bermain di sekitar sini, sebelumnya aku belum pernah keluar rumah, bisakah kau mengizinkanku untuk mengenal lingkungan sekitar sini? Aku tidak akan tersesat jadi ayah tenang saja...."

Aku memasang wajah memelas sambil memengang ujung bawah bajunya.

Semua orang kini melihat kearah kami. Aku dapat melihat sekilas wajah tidak suka ayahku itu.

"Baiklah, bermainlah selama yang kau mau, dan jangan lupa untuk kembali sebelum pukul 4 sore hari," jawabnya.

"Ummm baiklah!." ucapku dengan senang.

.

.

****

.

.

Kalau tidak salah di pesta ini akan ada Pangeran Shun, Shun Errent, Pangeran keempat kerajaan Arrenthia.

Yups! Aku akan mencari nya. Berjuang, fighting, hwaiting, ganbattee!! Alexa ! Batinku.

Di ruang pesta tidak ada!

Disana kebanyakan orang dewasa-_-

Di taman tidak ada ! Disana sepi!

Di gedung pesta juga tidak ada! Aghhhh...!

Tunggu dulu, kira-kira pangeran sekarang umur berapa yaa, Ahh iyaa, dia kan seumuran sama kakakuT_T.

Jadii biasanya para remaja bangsawan saat pesta di negeri ini akan berada di ruang yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi? Mungkin...tapi adakah tempat seperti itu?

Aku berlari segera ke sebelah kanan gedung pesta dan aku menemukan nya!

Ini adalah sekolah kerajaan! Aghhh baru ingat kalau kakaku juga sekolah setiap 1 minggu 3 kali, hmmm kadang bisa 5 kali jugaa...

Disini adalah tempat yang luas dan ada tempat santainya, pesta para remaja bangsawan pasti disini kan!

Terlihat ada beberapa orang remaja yang sedang minum teh bersama, seperti nya cuma aku anak kecil yang nyasar. x_x

Aku terus berjalan tanpa memperhatikan beberapa orang yang melihatku dengan tatapan heran.

.

.

BRUUKK!!

.

.

Sepertinya seseorang menabrakku! Aku memegangi tangan kananku yang terasa sakit karena menahan berat tubuhku saat terjatuh.

"Ma-maafkan aku adik kecil, aku sungguh minta maaf!" ucap seorang gadis dengan ramah. Ia pun segera memberikan uluran tangannya agar membantuku berdiri.

Ahhh tidak mungkin kan! Dia adalah Lily?!!

"Tidak apa-apa kak!"jawabku sambil menerima uluran tangannya.

Lalu saat aku mencoba berjalan melewati dia sepertinya ada yang salah. Kakiku terkilir! Bertemu dengannya adalah sebuah kesialanku hari ini.

"Ughhhht..." kemudian tubuhku terjatuh lagi.

Lily yang merasa bersalah langsung menuntunku untuk masuk ke dalam ruangan, dia mendudukkanku di sebuah kursi kayu panjang, dan saat aku menoleh ke arah kanan.

*I*ni adalah keberuntunganku! Aku melihatnya! pangeran Shun!!!. Batinku kegirangan.

"Dik tunggu sebentar yaa, aku mau mengambilkan beberapa obat dulu." Kata Lily dengan raut wajah khawatir.

Aku memalingkan wajah dari gadis itu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aku pun hanya dapat menatap pangeranku dari kejauhan.

Ohh pangeraan Shun, kau sungguh imuuuut sekali! Sangat baby face! Berbeda dengan Pangeran Kenn yang hanya tampan!

Tak lama setelah itu Lily datang dengan terburu-buru. Dia membawa sebaskom air es dan beberapa kain dan dia juga membawa beberapa obat. Ia pun langsung bergegas mengompres kakiku dengan es itu.

Padahal cuma keseleo ringan aja sampai segitunya...

Kemudian dia menyuapkan obat pahit padaku. Tetapi aku tidak menolak nya. Karena... ditolak itukan sakit.😣🤭

Dia mengusap peluh di keningnya. Sepertinya ia sangat lelah. Melihat itu aku hanya bisa diam, sejujurnya aku sangat malas jika berurusan dengan pemeran utama novel itu, karena bagiku akulah pemeran utama dalam hidup ku sendiri!.

"Apakah kamu merasa lebih baikan sekarang dik? Setelah ini kau tidak boleh bergerak ya" ucapnya sambil tersenyum.

Ahhh bahkan ia lebih murah senyum dibandingkan aku! Tu-tunggu!... tidak boleh bergerak? Apa aku mau dijadikan patung?

"Ehh iyaaa terimakasih kak, kakak sangat hebat, rasa sakit karena terkilirku sudah berkurang banyak!" jawabku dibuat seperti takjub.

Dia terlihat senang, "Aku senang kalau itu membantu mu dik... Tapi sepertinya aku sudah melewatkan banyak hal, maaf aku terburu-buru, sampai bertemu lagi nanti yaaa," katanya dengan riang.

Dia langsung pergi saja sambil meninggalkan ember dan kainnya disini. Jelas saja ini merepotkanku.

"Bertemu dengannya memanglah sebuah kesialan." Cibirku sambil tersenyum jengkel.

Yaah kalau diingat-ingat dalam novel itu ada skenario kalau Lily membantu seorang anak kecil, aku tidak menyangka itu aku?! What the hell??? Apakah selama ini tidak ada yang berubah?? Atau akhirnya akan tetap samaaaaaa??? Batinku.

.

.

.

*****

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!