NovelToon NovelToon

48 Months Agreement With CEO

Awal pertemuan

...💗🌟💗🌟💗🌟💗🌟💗...

"Kau ingin menikah?"

"Tentu saja semua wanita ingin menikah, tulalitttt. Semua wanita ingin bahagia dengan pria yang dia cintai dan mencintai dirinya, tulalitttt." Rancau Lia sambil menunjuk-nunjuk dada Jason dengan telunjuknya.

"Kalau begitu, ayo kita menikah." Ujar Jason datar.

"Hoii... hahhahah... semua pria melamar itu harus romantis, berlutut dibawah kaki sang wanita sambil membawa cincin tunangan. Bukan kaya kamu begini, tu-la-lit." Lia berbicara dengan merancau.

"Bukannya ini mendadak. Aku tidak mempersiapkan semuanya." Sahut Jason datar sambil menegak brandi di tangannya.

"Lagian siapa yang mau menikah denganmu."

"Kenapa tidak. Apa kau takut?" Tantang Jason.

"Takut? Denganmu? Hahahhaha." Lia tertawa mengejek.

"Kalau begitu, ayo kita menikah. Cukup empat puluh delapan bulan saja. Setelah itu kau yang memutuskan, apakah tetap dalam pelukanku atau berlari bebas seperti kucing liar." Ucap Jason dengan bersungguh-sungguh sambil menatap tajam pada Lia yang kacau.

"Siapa takut! Asal lau memberiku empat puluh delapan juta dolar ketika kita bercerai." Ujar Lia dengan tertawa kecil.

"Deal." Sahut Jason cepat.

Jason memanggil pengawalnya dan meminta sebuah kertas dengan materai.

"Apa itu?" Tanya Lia.

"Surat perjanjian. Agar kau tidak melanggar kesepakatan kita."

"Awas kau yang melanggar ya. Ingat Empat puluh delapan juta dolar." Ujar Lia mengejek.

Empat puluh delapan juta dolar kalau di kurskan mungkin lebih dari 672.000.000.000 milyar. Dan pikiran Lia yang setengah mabuk merasa bahagia membayangkan uang besar yang akan dia peroleh. Uang sebegitu besarnya dia bisa mendirikan sebuah hotel, boutiq, restaurant dengan nama LIA. Pasti keren.

"Tentu saja."

"Sini aku saja yang menulis perjanjiannya. Aku tidak bisa percaya kepadamu."

Lia menarik kertas dari tangan Jason dan mulai menulis. Uang sebesar itu dia tidak akan membiarkan Jason menipunya

...💗💗💗...

Namaku Jason Madison. Aku adalah anak sah pertama yang di miliki pasangan Daren Madison dan Laura Collins. Ayah ku adalah anak tunggal dari pengusaha pengolahan minyak dunia, dimana negara-negara kecil terutama Asia, akan mengirimkan minyak mentah yang baru saja mereka bor untuk di olah menjadi bensin.

Bisnis yang dijalani secara turun temurun ini, menjadikan keluarga Madison sebagai keluarga terpandang, yang bahkan ditakuti oleh billioneir dan politikus dunia.

Semenjak bisnis ini di kuasai oleh Daren Madison ayahku, dia juga merambah pada bisnis tambang baru bara dan nikel. Yang tentunya membuatku sering mengikutinya melakukan perjalanan keliling Asia.

Sedangkan ibu ku memiliki warisan jajaran hotel-hotel ternama. Dia melakukan bisnisnya sebagai penanam saham di semua hotel ternama dengan jaringan mendunia.

Aku memiliki seorang adik perempuan yang berusia tiga tahun lebih mudah dariku, bernama Laurent Madison. Beruntuntung sekali nasib Laurent tidak sama sepertiku, dia bisa mengenyam pendidikan di sekolah normal dan memiliki banyak teman.

Sedangkan diriku, aku hanya merasakan nikmatnya bersekolah hingga elementary school, karena begitu memasuki grade 7, aku mengikuti ayah keliling dunia bersama seorang tuthor.

Aku bukan satu-satunya anak laki-laki dari Daren Madison. Pria itu mempunyai anak laki-laki lain dari istri simpanannya. Wanita cantik berdarah latin mantan sekretarisnya itu, berhasil memikat hati ayahku dan selalu mengikutinya dalam bisnis keliling dunia.

Semenjak mengandung Daniel anak hasil hubungan gelapnya dengan ayahku, wanita itu Camila Lopez, tinggal dengan nyamannya di New York.

Saat ini usiaku adalah dua puluh tujuh tahun enam bulan. Dan, mereka akan memperkenalkan diriku sebagai seorang pewaris sah dari seluruh kerajaan bisnis keluarga Madison, tepat di ulang tahunku yang ke tiga puluh.

Saat itu lah, tradisi kembali muncul sebagai syarat menjadi pewaris. Tradisi yang mengikuti keluarga Madison turun temurun. Aku harus menikah dan memiliki keturunan sebelum berusia tiga puluh tahun, seorang pasangan yang akan mengukuhkan tahtaku.

Puluhan wanita sudah di perkenalkan padaku. Tentu saja semua wanita kalangan atas, kalangan pengusaha maupun anak politikus berlomba-lomba menarik perhatianku. Ratusan foto dikirim melalui email, membuatku muak dengan kencan buta dan pernikahan bisnis ini.

"Nikahi wanita yang tepat untuk mendukung kekuatan mu menjadi raja dunia."

Itu adalah pesan dari leluhur, yang secara turun temurun telah dibisikan pada telinga kami. Pernikahan bisnis kalangan bilionier bukanlah hal yang aneh, karena begitulah adanya. Pernikahan yang diadakan untuk mengawinkan dua perusahaan besar untuk mengukuhkan kerajaan bisnis mereka.

Tapi sayang sekali, jiwa pemberontakku muncul, aku tidak menginginkan pernikahan bisnis ini. Sudah puluhan hasil pernikahan bisnis yang aku lihat, termasuk keluargaku. Mereka tidak bahagia, Ibu ku harus menderita dan kesepian karena cinta ayah hanya untuk Camila, wanita simpananya. Aku hanya menginginkan satu wanita baik yang mendukungku, tanpa unsur kepentingan.

Waktuku tidak banyak lagi, karena jika aku terlambat, maka anak haram itu lah yang akan mendapatkan kesempatan. Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku tidak rela anak haram itu yang mengendalikan perusahaan Madison.

Mandat ini membawa ingatanku pada Diana, gadis yang pernah membuatku penasaran tiga tahun yang lalu. Tapi sayang sekali, perlu waktu tiga tahun bagiku untuk dapat menemukan dirinya. Dan, aku terlambat. Gadis itu telah dimiliki pria lain.

Haruskah aku merebutnya dan menjadikan wanita itu milikku?

Hanya wanita itu yang awalnya aku pikir paling pantas mendampingiku.

Wanita cantik dan polos yang aku inginkan untuk selalu menemaniku, mendampingiku dan memberiku kelegaan batin disaat pikiranku gundah.

Tapi, pertemuanku dengan Lia Oktavia membuatku berubah pikiran. Gadis cantik dengan karakter yang lebih kuat dan tidak mudah terintimidasi. Pantaskah dia menjadi pendampingiku untuk menguasai dunia? Maukah dia mendampingiku dan memberiku anak, penerus kerjaan bisnis Madison. Taruhan yang sangat sukar diantara perjuanganku untuk menjadi pewaris dan menaklukan hatinya.

...🌟🌟🌟🌟🌟...

Empat Bulan Sebelum Perjanjian penikahan.

Jason dengan terkekeh berjalan keluar dari ruang kamar inap VVIP, setelah mengunjungi Diana dan membuat sedikit kekacauan pada Andrew. Dia berjalan di lorong dengan santai diikuti oleh seorang pengawal berkulit hitam yang gagah.

Para perawat rumah sakit serentak menghentikan aktifitas mereka selama beberapa saat memandang Jason dengan wajah terpesona. Tuan muda yang tampan, penuh khariswa dengan senyum terukir di wajahnya bagaikan magnet yang mengundang setiap pasang mata melekat tertuju hanya kepadanya.

Sambil berjalan menuju lift, pikiran Jason melayang kepada wajah Andrew yang dongkol dan ingin mencekik diri nya. Bagaimana tidak, dia dengan santainya mengakui anak wanita yang baru dia temui sebagai miliknya.

Jason tidak perduli. Tiga tahun dia dibuat penasaran dengan keberadaan wanita yang menabraknya di club malam. Tentu saja dia penasaran, karena wajah cantik yang polos itu dengan jelas menolak dirinya dan tidak terpikat dengan ketampanan nya saat itu.

Setelah tiga tahun pada kesempatan yang tidak dia sangka akhirnya dewi fortuna mempertemukan dirinya dengan Diana, meskipun ternyata wanita itu sudah memilih pria lain. Pria yang sama yang telah merebut Diana dari genggaman Jason di club malam VVIP Grand Cayman.

Pintu Lift terbuka. TING! Jason masih dengan angkuhnya berdiri di depan pintu lift sementara pikirannya tetap menerawang pada Diana, meskipun pandangannya tertuju lurus ke arah lift.

Jason tidak menyadari keberadaan seorang wanita muda Asia di dalam lift yang memandangnya dengan kesal. Bagaimana tidak kesal, pria ini berdiri di tengah lift dengan sombongnya, dia tidak berniat masuk maupun keluar dari lift.

Jason diam bagaikan patung. Pria itu pikirannya sedang melayang, menyesali kejadian saat di club tiga tahun lalu, seharusnya dia tidak membiarkan Diana pergi bersama Andrew. Jika tidak, wanita itu pasti menjadi miliknya saat ini.

Sementara gadis di dalam lift itu sudah bergeser dan memberi kesempatan pada Jason untuk masuk terlebih dahulu ke dalam lift, tetapi Jason yang masih melamun hanya diam terpaku. Badannya yang tinggi besar benar-benar mengusai jalan keluar dan masuk.

Gadis itu masih menatapnya dengan jengkel dan sudah hendak menyemprotkan kalimat amarah pada Jason, saat itu lah tiba-tiba pintu lift menutup kembali. Dan karena kedua nya sama-sama tertegun dengan emosi mereka masing-masing, tidak ada satupun yang berusaha mengulurkan tangan untuk menahan pintu lift agar tidak tertutup.

Dengan jengkel gadis itu menekan tombol buka agar lift tersebut tidak membawanya kembali ke lantai bawah.

Ketika pintu lift itu terbuka, pria tersebut masih saja berdiri bagaikan patung di depannya.

"Hey kamu, kalau tidak mau masuk kedalam lift, minggir sana aku mau keluar!" bentak Lia dengan kasar.

Bagaimana tidak, dia baru saja merasakan jarak jauh, lebih dari tiga puluh jam perjalanan dari Indonesia ke Miami. Belum lagi orang yang ditugaskan menjemput dirinya mengalami kecelakaan sehingga membuat dirinya bagaikan gelandangan di dalam air port.

Setelah sekian lamanya, dia memutuskan untuk menggunakan taxi yang membuatnya harus merogoh kocek sebesar Enam puluh dolar. Sekarang harus dipertemukan dengan pria menjengkelkan yang membuatnya terkurung di dalam lift.

Jason yang sebelumnya melamun, tersentak mendengar seorang gadis membentaknya. Dengan mata tajam dia melaser gadis tersebut dari atas sampai kebawah. Agak cantik meskipun tampak kumal.

"Hey tuan, minggir aku mau keluar!" bentaknya lagi dengan jengkel.

Gadis itu tampak kelelahan dengan koper besar di tangan kanannya dan tas kecil di bahu kirinya. Tas kecil itu bermerk Luis Vouiton. Ah, pasti kw tebak Jason sambil memindai sosok gadis dihadapannya.

Coba dipikir orang waras mana yang akan membawa koper besar ke dalam rumah sakit. Tempat ini bukan hotel, meskipun ada hotel disediakan di lantai atas untuk keluarga pasien yang hendak menginap.

Tapi jikalau dia memang hendak menginap kenapa juga harus masuk ke lorong VVIP ini.

Ah, gadis ini pasti pelayan orang kaya yang tersesat. Dasar bodoh! Apa dia tidak bisa bersikap hormat. Tidak kah dia bisa melihat kalau orang dihadapannya ini adalah seorang tuan besar. Dari penampilan saja semua orang pasti bisa menilai siapa dirinya. Pikir Jason dalam hati setelah menandai gadis dihadapannya.

Sementara gadis itu masih saja melotot ke arah Jason yang tidak juga memberinya jalan. Badannya sudah remuk, kulit wajahnya terasa berminyak. Yang dia inginkan adalah segera mandi dan berbaring, tapi bule satu ini malah bengong dihadapanya.

Srekkkk... kembali pintu lift tertutup. Gadis itu dengan jengkelnya berusaha menekan tombol terbuka, tapi sia-sia saja karena seseorang di lantai atas sudah menekan tombol terlebih dahulu hingga lift itu pun akhirnya tertutup sempurna dan mengangkatnya ke lantai atas.

AAAARRRRGGGGHHHHHHH!!!!!!

Jason mendengar teriakan marah dari gadis tersebut ketika lift itu mengangkatnya pergi.

Sontak saat itu juga Jason tertawa terbahak-bahak. Setelah kepuasan membuat Andrew marah dengan sikap jahilnya, dia menemukan hal lucu lainnya.

Bisa dibayangkan bagaimana gadis itu marah-marah di dalam lift dan bisa dipastikan semua rangkaian kata indah, dengan nada marah telah ditujukan untuk dirinya.

"Kau dengar itu Frans? Hahahhaha dia pasti mengumpatku saat ini. Aku ingin mendengar keberaniannya mengumpatku kalau dia berhadapan langsung nanti." ujar Jason yang merasa tertantang dengan temuan baru nya.

Pengawal berkulit gelap yang tampan dan gagah itu hanya membalas perkataan Jason dengan senyum kecil. Dia sedikit heran karena tuannya bisa tertawa lepas seperti itu hanya karena seorang wanita yang berpenampilan lusuh dan tampak sangat lelah sedang membentak dirinya.

Tidak ada seorang pun yang berani bersikap kasar pada tuan muda Jason. Semenjak kecil Jason dilahirkan dari keluarga terpandang. Sendok emas sudah menemani hidupnya. Meskipun begitu keluarga yang menempati sepuluh besar orang terkaya dan berpengaruh di dunia itu sudah mendidik anak-anak mereka sedari dini dengan mental pembisnis juga pembunuh.

Pintu lift akhirnya kembali terbuka dan gadis itu kali ini tidak perduli lagi dengan pria dihadapannya. Masih pria yang sama dengan sikap yang sama menatap dirinya dengan tajam. Pria menjengkelkan! Tidak tahu diri! Tidak punya sopan santun! Pria egois! Dia harus diberi pelajaran.

Kali ini tidak ada lagi sikap sopan santun dan pandangan yang lelah. Sinar mata gadis itu sudah menunjukan kilatan permusuhan meskipun dia tidak menyadari jika pria dihadapannya adalah Raja Hutan dengan bodyguardnya seekor Beruang hitam besar.

Dengan mantap gadis itu berjalan keluar dari lift, tanpa memperdulikan Jason yang masih berdiri bagaikan patung tepat di depan pintu lift. Dia menabrak pria dihadapnnya dengan kasar dan membiarkan roda koper yang di tarik melindas diatas kaki yang dibalut sepatu bermerk mahal tersebut.

Tindakan gadis itu mampu membuat badan Jason menjadi sedikit oleng, belum lagi koper besar yang berat dan di paksa dengan kasar melewati dirinya. Menginjak kakinya dan melindas sepatu branded miliknya dengan roda koper yang kotor.

Jason tidak menyangka wanita kecil dan tampak lemah itu memiliki kekuatan yang mampu mendorong tubuh tegapnya kesamping. Disaat Jason sedikit terhuyung kesamping dan meringis kesakitan, Frans hendak maju menggertak gadis tersebut tetapi tanda dari tangan Jason menghentikannya.

"Hei! Lihat-lihat kalau jalan!" bentak Jason sambil menarik tangan kecil gadis itu yang sekita terhuyung kearahnya.

"Apaan sih kamu!" bentak gadis itu balik. Sambil menepis tangan Jason dia bergumam, "pria kasar."

"Apa katamu, aku pria kasar? Lihat apa yang kau lakukan pada sepatuku." Jason mengangkat kakinya kearah gadis itu dan memperlihatkan noda kotor akibat lindasan rodak koper milik nya.

Gadis itu tersenyum tertahan. Dia sebenarnya hendak tertawa terbahak-bahak jika tidak mengingat kalau saat ini dia tidak berada dirumah sakit.

"Ah, segitu saja sudah mengeluh badan saja yang besar." olok gadis itu dengan sinis.

"Apa katamu. Tidakkah kau lihat roda koper jelekmu telah merusak sepatuku." balas Jason dengan sengit.

"Siapa suruh kamu berdiri seperti patung di depan pintu lift. Ini jalan umum tau." Jawabnya balik dengan berani.

"Ini memang jalan umum, tapi kau seorang wanita apakah tidak tahu etikat berjalan tanpa menyakiti orang lain. Setidaknya ucapkan kata permisi."

"Dan kau juga kenapa harus mematung di depan lift, heh!" balasnya berani seraya pergi meninggalkan Jason dengan cuek.

"Kau tahu tuan besar yang sok, telingamu itu harus dibersihkan, aku kan tadi sudah bilang untuk minggir, kenapa juga masih mematung di depan lift." sanggah gadis itu yang kemudian berlalu meninggalkan Jason begitu saja.

Jason tertantang. Dia berjalan cepat mengejar gadis itu dan menarik tangannya kembali dengan keras sehingga gadis itu terhuyung dan membentur dirinya sementara kopernya terlepas dan menggelinding ke arah lain.

"Hey! Pria kasar! Sakit tau!" bentak gadis itu dengan marah. Setelah lelah seharian belum lagi jetleg yang saat ini dia alami, pria dihadapannya benar-benar kasar dan menyulut emosi nya.

Tidak ada lagi tampang manis dan cantik yang selalu ceria dan penuh sopan santun di wajahnya. Saat ini expressi gadis itu bagaikan singa betina kelaparan yang siap menerkam dan menghabisi mangsanya.

"Kau harus minta maaf kepadaku terlebih dahulu." ujar Jason tanpa melepaskan genggaman tangannya dari tangan gadis itu.

"Kenapa aku harus minta maaf, bukannya kau yang harusnya meminta maaf."

"Kau sudah menyakitiku."

"Kau juga sudah menyakitiku. Lihat tanganku merah, ahhhh... sakittttt. Kau mencengkeramku dengan keras. Awas aku akan mengadukanmu atas pelecehan dan kekerasan. Rumah sakit ini pasti memiliki cctv sebagai bukti tindak kekerasanmu padaku." ucap gadis itu panjang lebar tanpa rasa takut.

Mungkin dia benar-benar tidak menyadari siapa pria dihadapan nya. Dengan mudahnya dia dapat memerintahkan orang untuk menghapus rekaman cctv atau tindakan ekstreem, dia bisa membayar pengacara dan membuat gadis ini mendekam di penjara selama sepuluh tahun hanya karena melindas sepatu mahalnya dengan roda koper.

Jason masih hendak bermain-main dengan gadis ini ketika seorang pria dengan pakaian seragam pengawal Andrew menghampiri mereka.

"Nona Lia, anda tidak apa-apa. Maaf rekan kami gagal menjemput anda." ujar pengawal tersebut dengan sopan.

"Pria ini menggangguku. Lihat apa yang dilakukan dia." Lia merasa senang dengan kehadiran seseorang yang tak kalau tegapnya dengan Jason menghampirinya.

Hampir saja dia menyerah dan mengeluarkan kalimat maaf, karena jujur saja dia sedikir meringis melihat tatapan tajam Frans. Pria itu lebih tampak mengerikan dari pada Jason, hitam, tinggi besar dan berwajah datar. elum lagi dengan sikap arogant dan kasar Jason, yang membuatnya lelah.

"Tuan Jason, maafkan nona kami. Dia pasti saat ini merasa lelah karena baru saja menempuh perjalanan panjang dari Indonesia." ujar pengawal Andrew dengan sopan.

Jason mendengar penjelasan pengawal itu mulai menyadari, jika wanita yang dia ajak beradu mulut ini pasti adalah saudari dari Diana. Akhirnya, Jason melepaskan tangan Lia dan menerima permintaan maaf pengawal tersebut.

"Beruntung dia mewakili dirimu meminta maaf padaku. Jika tidak aku akan membuatmu meminta maaf dan berlutut membersihkan sepatu ini." ujar Jason dengan sinis sambil menunjuk pada sepatunya yang kilaunya sebagian menghilang berganti dengan tindasan roda.

"Heh, makanya lain kali jadi orang jangan bengong dan senyum-senyum sendiri di jalan. Disangka orang baru keluar dari rumah sakit jiwa baru terasa nyinyir kau," ucap Lia dengan bahasa Indonesia medoknya yang tidak dapat dimegerti oleh Jason.

Gadis itu dengan cuek berlalu meninggalkan Jason dan membiarkan pengawal Andrew berpamitan dengan Jason juga membawa kopernya.

Jason menyeringai, "kucing liar lihat apa yang akan kau perbuat besuk ketika tahu aku mengenal saudaramu. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja."

Jason terkekeh di dalam lift. Dia masih tidak bisa berhenti menertawakan wajah Lia yang marah dan membentak dirinya.

"Kau lihat Frans, bagaimana aku akan mengerjai kucing liar itu." ucap Jason serius sementara Frans hanya bersikap datar mendengar perkataan tuannya.

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Jangan lupa kasih rate bintang lima🌟🌟🌟🌟🌟dan like ya atau kalau kalian tidak suka ceritanya bisa ditinggalkan saja, tanpa memberikan penilaian/ rate.

Setidaknya itu salah satu usaha kalian menghargai kerja keras seorang author.

Author enggak baper kok...

Hanya memohon dukungan dan semangat untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati semua nya.

Terimakasihhhh...

🌟🌟🌟🌟🌟

Lia dan Diana

Ini merupakan kisah sequel dari novel

HIDUPKU BERSAMA CEO

Ada beberapa part dari cerita ini yang berada di dalam kisah HIDUPKU BERSAMA CEO.

Disarabkan untuk membaca kisah

ANDREW & DIANA di novel

HIDUPKU BERSAMA CEO terlebih dahulu agar tidak bingung dengan beberapa part di novel ini.

OH ya, jangan luoa dukung karya receh ini ya. Bantu share di IG, FB atau WA kalian.

Dan pastinya jangan lupa Rate bintang lima, like, coment dan VOTE.

Terimakasih & Selamat membaca.

LOVE YOU ALL 💗

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

FLASH BACK

Di dalam kamar pasien tempat dimana Jason keluar sebelumnya.

Diana terbangun dari tidurnya karena dia mendengar suara keributan. Disana tampak Andrew sedang berargument dengan Jason.

"Cepat pergi!" ucap Andrew dengan kasar.

"Aku akan tetap disini sampai Diana bangun dan baik-baik saja." ujar Jason dengan santai.

"Itu tidak perlu. Pergilah. Terimakasih atas perhatianmu." sahut Andrew dengan sinis.

Kedua pria gagah dan tampan itu sibuk berargumen sendiri tanpa sadar jika wanita yang menjadi sumber pertengkaran sudah terbangun dan memperhatikan mereka dengan heran.

"Apa yang kalian ributkan?" tanya Diana heran.

"Kau sudah bangun sweety?"

"Kau sudah bangun sayang?"

Ucap kedua pria tersebut bersamaan sambil menoleh kearah Diana dengan senyuman di wajah mereka, lupa jika sebelumnya mereka sedang perang mulut.

Kemudian mereka saling bertatapan dengan jengkel.

"Kau perlu sesuatu sayang?"

"Kau perlu sesuatu sweety?"

Kembali mereka mengatakan hal sama yang bersamaan.

"Hahahaha. Kalian lucu." Diana tertawa geli melihat tingkah laku mereka, yang baginya bagaikan seorang anak remaja.

"Tampaknya kalian cocok. Kenapa kalian tidak menjadi sahabat saja." kata Diana lagi memberi saran sambil tersenyum lebar kepada kedua pria tersebut yang bertingkah seperti kanak-kanak baginya.

"Bersahabat dengan pria tua ini, tidak mungkin." sahut Jason dengan sinis.

"Siapa mau bersahabat dengan bocah ingusan sepertimu." sahut Andrew dengan ketus.

Usia mereka memang terpaut sekitar tujuh tahun. Tapi jika dari postur wajah dan tubuh mereka tampak seperti adik kakak yang hanya bertautan sedikit. Wajah Jason memang tampak jauh lebih dewasa daripada usianya.

"Setidaknya aku masih single." sahut Jason sinis sambil menyindir.

"Kau! Keluar, kami tidak menerima pengunjung!" usir Andrew dengan sengit. Perkataan Jason membuat emosinya mendidih, jikalau tidak ada Diana disini sudah dipastikan bogem mentahnya akan melayang menghabisi Jason.

"Aduh, kamu ini suka buat ribut. Berisik!" kata Jason dengan cepat.

"Sweety, aku pulang dulu ya. Telphone aku bila pria ini membuatmu sedih. Penawaranku selalu berlaku." ucap Jason dengan lembut.

Sebelumnya Jason menawarkan pada Diana untuk pergi meninggalkan Andrew dan segala konfliknya. Dia bersedia mengakui anak Diana sebagai anak kandungnya dan akan menikahi serta menjaga wanita itu seumur hidup.

"Cepat keluar, tidak usah banyak bicara!" Andrew geram. Buku-buju jemarinya sudah memerah dengan bagian putih yang keras.

Jason memandang Andrew dengan sinis. Dia paham kalau Diana perlu beristirahat oleh sebab itu dia memiloh mengalah. Mengalah untuk menang moto dirinya, karena Jason tidak akan menyerah sampai mendapatkan keinginannya.

"Baby, daddy pulang dulu ya." Jason menyentuh perut Diana sekilas kemudian melirik Andrew dan menyeringai lebar ketika melihat Andrew bringas yang mana membuat pria itu menarik serta mendorong Jason keluar dari kamar pasien.

Setelah Jason keluar. Andrew masih menggenggam erat handle pintu dan menyandarkan keningnya ke pintu dengan kaku. Dia berusaha mengendalikan diri sebelum berhadapan dengan Diana. Dia tidak ingin emosi nya akan menyakiti perasaan wanita yang sangat dia cintai.

"Apa yang dilakukan pria itu disini?" tanya Andrew dengan sebal.

"Dia hanya menjenguk ku."

"Kenapa kalian tampak begitu akrab?" ada nada cemburu dibalik pertanyaan Andrew.

"Itu hanya perasaanmu." jawab Diana datar.

"Dia bahkan mengatakan kalau ini bayinya." Andrew tidak dapat menyembunyikan rasa cemburu dan kesalnya.

"Sudahlah Andrew, aku bahkan baru bertemu dengan dia kemarin. Dan dia membantu ku mengatasi Rachell." ucapan Diana membuat Andrew terdiam.

Raut wajah angkuh penuh amarah seketika memudar berganti dengan perasaan bersalah dan penyesalan.

"Maafkan aku karena tidak pernah ada disisimu ketika hal itu terjadi." ucap Andrew dengan sedih.

"Aku tidak menyalahkanmu, bahkan aku tidak meminta izinmu sebelum keluar rumah." ucap Diana dengan lembut.

Andrew tersenyum dan menggenggam tangan wanita dihadapannya dan mengecupnya lembut.

Seberapa banyak wanita yang sudah duduk di kalangan atas dimana mereka sudah menikmati kekayaan dan kekuasaan masih berpikir dan mengutamakan perasaa pasangannya daripada dirinya sendiri? Tapi wanita ini seberapapun masalah yang terjadi, dia selalu tegar menghadapi dan selalu memikirkan perasaan pasangannya.

"I Love You." bisik Andrew lembut ditelinga Diana sebelum akhirnya dia mengecup mesra bibir tipis wanita dihadapannya.

"Hayooo lagi ngapain?" suara seseorang membuka pintu membuyarkan kemesraan diantara mereka yang baru saja akan membara.

"Liaaaaa." pekik Diana kegirangan melihat adiknya tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Tanpa sengaja dia mendorong Andrew dan melebarkan tangannya menyambut adik semata wayangnya.

"Kakak aku kangennn." Lia segera menghambur ke pelukan Diana. Kerinduan yang tersalurkan setelah dua tahun tidak pernah bertemu.

Merka berpelukan cukup lama tanpa menghiraukan kehadiran Andrew disana.

"Ehem." Andrew sengaja berdehem, karena merasa tidak dihiraukan oleh kedua wanita dihadapannya selama beberapa saat.

"Hallo brother Andrew." sapa Lia tanpa melepaskan pelukan ke kakaknya.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya Andrew sambil melirik posisinya yang tertukar oleh Lia.

"Melelahkan sekali. Mana itu katanya ada yang mau jemput. Berjam-jam aku menunggu di pintu keluar, juga tidak ada yang muncul. Aku bahkan tertidur bagaikan tunawisma." Lia tampak dongkol sekali.

"Bukannya Briant sudah mengatur orang untuk menjemputmu?" tanya Andrew dengan heran.

"Iyaaa... aku akhirnya menghubungi Briant langsung dan naik taxi ke tempat ini. Dan di perjalanan brother Briant bilang kalau mereka mengalami kecelakaan ringan."

"Kalau begitu aku akan memberitahu Briant untuk menghukum mereka yang bertugas menjemputmu karena tidak segera melapor dan mengganti orang lain." Andrew mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Briant.

"Tidak perlu hukuman, cukup teguran. Kasihan." kata Diana.

"Tapi kak, orang itu sudah menelantarkan aku. Lihat aku sampai kucel begini." Lia menggerutu.

"Tapi kamu baik-baik saja bukan? Tidak ada yang cacat. Kasihan, mereka pasti punya alasan kenapa sampai hal itu terjadi." kata Diana dengan lembut sambil membelai rambut panjang Lia.

"Dengar itu brother. Beruntung kamu memiliki kakakku. Awas kalau sampai disia-sia kan akan aku buat perhitungan!" ucap Lia dengan lantang.

Andrew yang baru saja selesai berbicara dengan Briant meletakan smartphone nya.

"Aku memang pria paling beruntung di dunia." kata Andrew dengan lembut sambil memandang Diana dengan sorot mata yang menghipnotis sehingga pipi Diana merona.

Lia memperhatikan semua itu.

"Huek!!!! Sudah. Sudah. Kalian menjijikan." Lia bersikap seolah-olah hendak muntah.

"Eh, kakak lupa tanya. Kenapa kau tidak memberi kabar mau berkunjung?" tanya Diana dengan heran. Karena selama ini meskipun sering bertukar pesan, Lia tidak pernah memberitahu niat kedatangannya.

"Kan kejutan." sahut Lia dengan manja sambil merebahkan kepalanya di perut Diana.

"Hei, awas baby!" kata Andrew dengan tiba-tiba seraya menarik tangan Lia menjauh kemudian mengelus perut Diana perlahan dengan lembut.

"Kau tidak apa-apa? Apa perlu kita minta dokter untuk usg? Sebentar akan aku hubungi brother Michael." kata Andrew dengan panik sambil mengambil smartphone nya kembali dan menghubugi dr.Michael.

"Aku tidak apa-apa, bahkan kepala Lia pun belum sempat di rebahkan diatas perutku." Diana menyentuh lengan Andrew menghentikan pria itu untuk menghubungi dr.Michael.

Tapi terlambat, suara dr. Michael terdengar diseberang sana.

Sementara Lia yang tidak mengerti menatap mereka heran.

"Apaan sih kalian berdua kenapa lebay sekali?"

"Apa itu lebay?" tanya Andrew yang tidak mengerti bahasa anak muda negeri seberang.

"Ah sudahlah, capek menjelaskannya." ujar Lia sambil mengibaskan tangannya.

"Anak aneh." celetuk Andrew karena merasa heran dengan sikap Lia.

"Ada apa sih kalian ini, masa bersandar di perut kakak ku saja sampai sebegitu paniknya? Apa kakak sakit? Ada hal buruk kak? Ah, aku bahkan belum sempat bertanya kenapa kakak disini. Kau menyiksa kakakku ya?!" Lia memberondong semua pertanyaan dan pernyataan.

"Sudah Lia, tenang dulu. Kemarilah." Lia beranjak dari posisi berdirinya dan kemudian duduk di ranjang bersandar di bahu Lia.

Hal itu membuat Andrew berdehem lagi.

"Brother Andrew, cepat kedokter sana, pasti banyak virus di tenggorokannya." Perkataan Lia yang spontan membuat Diana tertawa sementara Andrew melengos kesal.

"Cepat katakan, ada apa denganmu kakak?" tanya Lia tanpa memperdulikan Andrew yang kesal.

Diana menatap Lia sejenak kemudian menundukan kepalanya. Dia ragu, takut dan malu mengatakan keadaan dirinya pada Lia. Sosok kakak sebagai panutan telah gagal dia lakukan.

"Kakak hamil." ucap Diana lirih.

"What's?" Lia tampak terkejut. Bibirnya membentuk lingkaran kecil yang lucu.

"Sebelas minggu." kata Diana lagi.

"Wah... Lia bakal segera jadi aunty yaaa. Muah kakak cantik selamat ya." diluar dugaan Diana maupun Andrew, Lia memeluk Diana dan mencium kening kakaknya kemudian beralih ke perut Diana.

"Hei baby, ini aunty Lia. Ingat-ingat ya suara aunty yang cakep ini." Lia berbicara dengan nada yang lucu.

"Terimakasih adikku. Jangan marah ya Lia dan jangan tiru perbuatanku." rasa haru dan bersalah berkecamuk dalam hati Diana.

Lia hanya tersenyum kepada Diana, menepuk tangan kakaknya dengan lembut. Kemudian dia berbalik dan menatap Andrew dengan tajam.

"Brother, kapan kau akan menikahi kakakku?!"

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Jangan lupa kasih rate bintang lima🌟🌟🌟🌟🌟 dan like ya atau kalau kalian tidak suka ceritanya bisa ditinggalkan saja, tanpa memberikan penilaian/ rate.

Setidaknya itu salah satu usaha kalian menghargai kerja keras seorang author.

Author enggak baper kok...

Hanya memohon dukungan dan semangat untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati semua nya.

Terimakasihhhh...

🌟🌟🌟🌟🌟

Kucing liar

Ini merupakan kisah sequel dari novel

HIDUPKU BERSAMA CEO

Ada beberapa part dari cerita ini yang berada di dalam kisah HIDUPKU BERSAMA CEO.

Disarabkan untuk membaca kisah

ANDREW & DIANA di novel

HIDUPKU BERSAMA CEO terlebih dahulu agar tidak bingung dengan beberapa part di novel ini.

OH ya, jangan luoa dukung karya receh ini ya. Bantu share di IG, FB atau WA kalian.

Dan pastinya jangan lupa Rate bintang lima, like, coment dan VOTE.

Terimakasih & Selamat membaca.

LOVE YOU ALL 💗

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Keesokan harinya, terjadi peperangan di kamar pasien VVIP tempat Diana dirawat. Pertandingan antara Kucing Liar dan Pria mesum. Para perawat yang mendengar keributan bahkan tidak berani masuk karena pengawal dari kedua kubu yang berjaga pun tampak santai saja.

"Hei! Siapa kamu! Dasar pria mesum!" Lia melempari sosok pria yang tiba-tiba saja sudah berada didekatnya, membelai rambut dan menyentuh tangannya. Tak cukup itu saja. Dia segera turun dari kasur dan memukuli pria itu dengan bantal bertubi-tubi.

Sementara pria tersebut tampak kewalahan menghadapi serangan Lia yang bertubi-tubi. Dia hanya dapat melindungi dirinya dengan kedua tangan menjaga agar pukulan maut itu tidak mengenai kepalanya dan mengahncurkan sisiran rapi di rambut dengan minyak mahalnya.

Mendengar keributan yang semakin keras di dalam ruangan, pintu dibuka dan pengawal masuk, kemudian memegangi sosok pria tersebut.

"Kenapa sampai pria mesum menjengkelkan ini bisa masuk, hah?!" bentak Lia kepada dua orang pengawal berkaos hitam tersebut.

"Hei gadis lift kenapa kamu bisa tidur di sini" tanya pria yang baru saja dipukuli Lia. Dia menghentakan tangan kedua pengawal yang mencekalnya dan memperbaiki tatanan rambut juga jas yang dia kenakan.

"Kamu siapa berani-berani masuk dan bersikap kurang ajar." Bentak Lia dengan keras.

"Kenapa kalian biarkan orang seperti ini masuk?" tanya Lia jengkel kepada pengawal.

"Maaf nona, tuan ini biasanya diijinkan nyonya Diana untuk menjenguk." ucap salah seorang pengawal yang masih berjaga dibelakang Jason.

"Hei gadis kecil, kamu siapa, kenapa bisa berada di kamar ini?" tatapan Jason menyelidik tanpa menghilangkan pesona tampannya. Sebenarnya Jason masih mengingat jelas jika saat itu pengawal Andrew yang menghampiri Lia saat mereka bersitegang di lift.

Baru saja Lia hendak mengatakan sesuatu, Diana sudah keluar dari kamar mandi karena mendengar keributan di luar sana.

"Ada apa ini? Hei Jason." sapa Diana.

"Kakak mengenal pria mesum ini?" tanya Lia dengan heran.

"Dia temanku Lia. Apakah kalian sudah berkenalan."

"Cih, mana mau aku berkenalan dengan pria mesum, angkuh, sombong dan egoise seperti dia." tolak Lia yang kemudian melangkah menuju nakas dan menegak teh hangat disana.

"Kau pikir aku sudi?" jawab jason tak kalah sengitnya.

"Dia adikmu?" tanya Jason pada Diana dengan suara lembut.

"Iya adik kandungku."

"Sangat jauh berbeda." Jason menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

"Masa sih, banyak yang bilang kami mirip." Diana tersenyum lembut membuat Jason terpana.

"Mirip? Hahhahah dari sedotan? Lihat wajah leceknya." Jason mengejek sambil tertawa.

Sementara Lia yang baru saja menghabiskan teh hangatnya mencibirkan muka di hadapan Jason

"Dasar pria mesum, kenapa kau harus menyentuh diriku."

"Siapa sudi menyentuh dirimu." ucap Jason terdengar sinis.

"Hei belum tua sudah pikun. Kenapa kau membelai rambut dan tanganku!"

"Ah itu. Karena aku kira kamu adalah Diana. Seharusnya aku sadar kalau Diana tidak mungkin tidur seperti itu." ejek Jason lagi.

"Kau!" Lia gemas dengan ucapan Jason yang menghinanya.

"Lalu, kenapa kau mau menyentuh kakakku, dia sudah ada yang punya." Lia berkacak pinggang dihadapan Jason.

"Karena aku suka." jawab Jason dengan santai. Dia kemudian membantu Diana yang hendak duduk diatas ranjang pasien.

"Bagaimana keadaanmu? Kapan kau akan keluar dari tempat ini?" suara Jason berubah lembut.

"Besuk."

"Aku akan menjemputmu."

"Tidak perlu. Andrew akan ada disini." tolak Diana dengan halus.

"Aku tidak perduli, aku akan tetap ada disini menemanimu." Jason tetap bersikukuh.

"Sudahlah jason, jangan memancing keributan dengan Andrew. Aku ingin kita semua berteman baik." ucap Diana dengan lembut tapi tegas.

"Berteman dengan pria itu? Heh! Pria yang plin plan." Jason masih saja jengkel karena Diana masih saja membela Andrew.

"Pria mesum kemari." Lia menarik dengan keras jas yang dipakai oleh Jason dari belakang, membuat Jason berjalan mundur mengikuti Lia.

"Apa yang kau lakukan?" Jason terkejut dengan perbuatan Lia, sementara Diana hanya menatap dengan geli. Diana tahu adiknya adalah gadis yang sangat usil, ceria, tegas namun berhati lembut.

"Kalau bertamu duduk disini. Jangan ganggu wanita hamil yang sudah punya pasangan." ujar Lia dengan ketus dan mendorong Jason ke sofa.

"Kalau begitu apakah aku ingin aku menggodamu, heh?!" ucap Jason dengan ketus.

"Kok kayanya ada yang ngomong ya, aduh kakak aku merindinggg." Lia menoleh kekanan dan kekiri seakan-akan mencari sesuatu dan mengusap kedua tangannya.

"Sudah berhentilah bercanda." Diana tertawa melihat tingkah mereka.

Jason masih duduk dengan jengkel. Ini pertama kalinya ada seorang wanita yang berani bersikap semaunya dihadapan dirinya. Kedua kakak beradik ini begitu unik bagi Jason dengan sifat yang bertolak belakang.

Jason masih mengingat dengan jelas bagaimana lucunya sikap marag lia ketika mereka bertemu di lift kemarin. Bahkan seharian dia tertawa dan tersenyum sendiri. Sedangkan gadis itu, heh tampaknya dia bahkan lupa dengan pertemuan mereka yang baru saja berlangsung dua puluh jam yang lalu.

"Demi kakakmu aku akan mengalah." ucap Jason dengan tenang.

"Huh! Bilang saja kalah." Lia mendengus kesal.

Semalam dia tidur dengan memeluk Diana. Diana menceritakan semua yang dia alami, tentang Andrew, Conrad dan Rachel.

Sambil meminta maaf kepada sang adik, mereka saling berpelukan dan menangis. Saat itu Lia tidur setengah tengkurap sambil memeluk Diana.

Dan saat pagi hari, Diana bangun dengan perlahan menuju kamar mandi dengan mendorong tiang infusnya perlahan tanpa ingin mengganggu Lia yang sedang pulas.

Tentu saja kehadiran Jason yang tiba-tiba saja menyentuh Lia membuat dia berang, apalagi sebelumnya dia bermimpi sedang bertengkar dengan Rachel dan dalam mimpinya dia menampar Rachel.

Dengan mata yang bengkak sisa tangisan semalam, juga emosi dalam mimpinya dia salurkan semua kepada Jason yang tiba-tiba muncul di saat yang tidak tepat. Jikalau saja mereka bertemu dalam situasi yang berbeda, Jason akan melihat pribadi yang menyenangkan. Ataukah hal itu seharusnya terjadi agar ingatannya terpatri akan Lia.

"Aku mau mandi dulu. Semoga tidak ada tamu lagi saat aku selesai mandi." ucap Lia lantang pada dirinya sendiri dengan nada ditujukan pada Jason.

Setalah Lia masuk kedalam kamar mandi Diana meminta maaf kepada Jason atas sikap adiknya.

"Maaf, adikku memang terkadang suka bicara apa adanya tanpa difilter."

"Sangat berbanding terbalik dengan dirimu. Kau begitu lembut dan tenang, menyejukan hati setiap orang." sahut Jason menanggapi permintaan maaf Diana.

"Kau belum mengenal adikku, dia juga mempunyai sisi lembut dan sangat perhatian." Diana memuji adik semata wayangnya.

"Dia pintar dan sangat cekatan. Kau tahu dia kumlod di bidang hukum. Aku sangat bangga padanya." ucap Diana lagi dengan mata berbinar dan penuh kebanggaan.

"Kau begitu bangga dan menyayanginya. Seadainya perasaan itu dicurahkan sedikit saja kepadaku." gumam Jason.

"Apa yang kau katakan?" tanya Diana yang tidak dapat mendengar jelas suara Jason.

"Ah tidak, aku memesan makanan tapi entah mengapa belum juga datang." Jason mengalihkan pembicaraan.

Ketukan terdengar dipintu. Seorang pengawal masuk dengan membawa dua kotak makanan yang besar.

"Nyonya ada kiriman makanan dari tuan Jason." Pengawal itu ragu sejenak karena dia menyadari Jason sedari tadi ada ditempat ini.

"Ah, itu yang aku bicarakan tadi." Jason berdiri mengambil kotak makanan itu dan meletakan nya di meja makan.

Pengawal membungkukkan badannya pada Diana dan pergi keluar.

Jason tampak mengatur makanan di meja. Tidaj menyangka tangan seorang executive muda dengan kekuasaan mendunia tampak begitu cekatan.

Lia yang baru saja keluar dari kamar mandi mencium aroma makanan yang lezat, segera menghampiri dengan mata berbinar. Tentu saja dia sangat kelaparan pagi ini setelah berargumen keras dengan Jason.

"Wah, tidak disangka menu makanan rumah sakit bisa seperti hotel bintang lima." Lia menghampiri makanan yang sudah ditata rapi oleh Jason dan duduk di meja makan.

"Hei! Itu bukan untukmu!" bentak Jason sambil mengambil sendok dari tangan Lia.

"Diana duduklah disini, kau pasti belum kenyang dengan sarapan rumah sakit." Jason menarik kursi untuk Diana.

"Jangan begitu Jason, dia adik kesayanganku loh." ujar Diana tidak suka melihat bagaimana Jason bersikap terhadap Lia.

Jason diam. Diana duduk dan memberikan sendok pada Lia yang masih menatap Jason dengan kesal.

"Kamu makanlah, aku pergi dulu ya." ucap Jason dengan lembut.

"Kau tidak makan disini juga?" tanya Diana heran.

"Rencananya begitu, tapi tiba-tiba aku merasa atmosfirnya terlalu buruk untukku. Lihat bulu kuduk ku berdiri." Jason memperlihatkan tengkuknya.

"Haumm!" Lia mengaum layaknya seekor singa betina dengan menunjukan cakar- cakarnya seakan hendak mencabik-cabik buruan.

"Hush! Ada kucing liar. Dah Diana. Dah kucing liar." Jason pergi meninggalkan mereka dengan tertawa.

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Hallo sobat pembaca...

Jangan lupa like ya, biar author selalu semangat updated.

Sedih loh kalau like nya sedikit sedangkan viewers bya banyak.

Baca nya kan gratis dibayar dengan Like aja ya, hehehe kan gak mahal.

Ayooo yang lupa like ( klik jempol ) scroll lagi dari episode pertama ya.

Terimakasih.

Salam sayang 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!