NovelToon NovelToon

DIANDRA WIRATAMA

BAB I

" Diaaaannnnnnn" teriakan dari lantai dua rumah megah itu terdengar kembali membuat seisi rumah menggema karna suaranya.

" Kamu dengar dian ?" tanya Rani yang dibalas dengan anggukan saja oleh Dian.

" Pasti kerjaaannya ngomel mulu " rutuk Rani.Dian hanya tersenyum mendengar rani berbicara demikian.

" Diaaaannnnnn " untuk sekian kalinya suara itu kembali menggema.

" Dengarkan,apa maunya si itu anak setiap hari selalu saja teriak - teriak bikin pusing kepala saja lagian ibu sama bapak juga kenapa ga pernah ngomelin dia" keluh Rani yang merasa pengang kupingnya karna setiap hari mendengar suara melengking nona mudanya.

" Ahhhh .... Sudah lah teh kaya ga tau non Amel saja .. Sudah ya saya temui dulu " ucap Dian seraya berjalan menjauh dari Rani.

" Dian ... " panggilan dari Rani membuat Dian berhenti dan kembali menoleh.

" Sebelum masuk baca bismillah dulu " ucap Rani mengingatkan yang membuat Dian bingung bukanlah ucapan Rani tapi ekspresi wajah Rani.

" Ya, siapa tau aja dia mau mangsa kamu " ucap Rani kembali karna melihat Dian seakan bingung dengan ucapannya itu.

Mendengar Rani berucap demikian membuat Dian terkekeh geli . " heheh... Si teteh mah ada - ada aja udahahh... Aku keatas dulu" ucap Dian

" Issss.... Teu bisa dibejaan sih ... Kadenya Dian sok bisi digegel ku si neng nu ogoan eta ( Isss ga bisa dibilangin hati - hati takut digigit ama si neng manja )" ucap Rani yang hanya dibalas lambayan tangan oleh dian.

***

Tok...Tok..Tokkkk

Suara ketukan disusul munculnya Dian didalam kamar itu " Maaf non saya tadi sedang bantu teh Rani siapin buat sarapan " jelas Dian tanpa diminta.

Kini dihadapan Dian berada seorang gadis berparas mungil yang seharusnya membuat semua orang merasa gemas akan mukanya yang terkesan masih imut walaupun usianya kini suda akan memasuki 20 tahun itu.

Gadis itu memberengut kesal dan terlihat jutek,malah terkesan menggemaskan karna pipi cabinya menggelembung saat sedang marah.

Rasanya siapa saja ingin mengunyel pipi cuby itu sampai memerah karna gemasnya.

" Gue ga butuh penjelasan loe.. Sisirin rambut gue " bentak gadis berparas mungil itu sembari melempar sisir kehadapan dian.

" Cepetan " bentaknya kembali saat Dian masih belum beranjak dari tempatnya.

Amel Sergya Diwangkara adalah nona termuda dari keluarga Diwangkara,pemilik perusahaan Diwangkara corporacion atau yang akrab didengar masyarakat dengan sebutan DK Corp.

Parasnya yang imut nan cantik berbanding terbalik dengan kelakuannya yang sangat manja dan semena - mena kepada setiap ART dirumahnya.

Amel selalu berfikir jika mereka diberi gajih oleh ayahnya jadi mereka lah yang harus menghormatinya.

Karna kata hormat itu lah yang membuat Amel malah semena - mena terhadap ART dirumahnya.

Seperti pada saat ini dengan angkuhnya dan tanpa kesopananya Amel memberi perintah dian.

" Akhhhhhhhh... Heh ..Bisa pelan sedikit ga si loe kalau nyisir rambut gue " bentak Amel,sambil mutar tubuhnya yang berada didepan cermin riasnya.

" Maaf non saya tak sengaja" ucap Dian

" Loe bilang apa?.. Maaf loe ga bisa bikin rasa sakit gue hilang " bentak Amel sembari menjambak rambut Dian yang sudah kusut dan bertambah kusut karna tarikan Amel.

Sekuat tenaga Dian menahan pedas yang mendera kulit kepalanya karna jambakan dari Amel yang kian mengeras.

" Maaf nona " ucap dian memelas meminta dilepaskan.

" Maf .. Maaf ....Mulu .... Dasar B**U " bentak Amel kembali.

Jika buka dalam keadaan Amel adalah majikan Dian, akan sangat mungkin untuk Dian membalas perlakuan Amel tapi tentu saja tidak bisa lakukannya untuk saat ini.

Yang keadaan Dian hanyalah seorang pelayan dirumah besar ini.

" *Saba**r Di. Sabar* ..." itulah yang selalu diucapkan batinnya kala sang nona sudah bertindak kasar kepadanya.

" Kalau sampe rambut gue yang berhaga ini rusak awas aja loe .. Udah sana pergi dasa pem****u ga becus kerja" bentak Amel mengusir.

*

Saat Rani melihat Dian kembali kedapur dengan keadaan rambut yang sudah sangat tak beraturan langsung berlari menghampirinya lantas menariknya dan mendudukanya.

" Apa yang dia lakukan ?" tanya Rani

" Biasa lah teh " jawab Dian seadanya sembari menerima gelas yang disodorkan Rani padanya lantas meminumnya dengan tandas.

" Gila ya tu orang ini mah namanya sama aja kekerasan " ucap Rani bersungut - sungut.

" Sudah lah teh biar saja " ucap Dian sembari berdiri dan merapihkan rambut lantas berjalan kembali untuk membantu Rani memasak.

" Tetep aja udah kelewatan dia itu.. Bukannya melawan kamu mah "sungut Rani

" Ma melawan gimana teh ?.. Dia kan majikan kita bisa - bisa saya kehilangan pekerjaan " ucap Dian sembari menyiangi kangkung yang akan ditumis oleh Rani.

Mendengar ucapan Dian,Rani hanya bisa diam memang benar mereka adalah pekerja sedangkan Amel adalah anak dari majikan mereka mana berani mereka melawan jika taruhannya adalah pekerjaannya.

Hidup memang sekejam itu untuk mereka yang tak mampu.

**

Suasana siang yang damai untuk Dian dan Rani yang tengah beristirahat karna semu pekerjaan yang telah selesai mereka kerjakan.

Kini giliran mereka menikmati lelah yang masih tersisia setelah mengerjakan tugas rutis setiap harinya.

" Nih ..." ucap seseorang memberikan Dian dan Rani minuman dingin saat mereka sendang berlesehan ria ditaman belakang tempat biasa mereka melepas lelah setelah bekerja.

" Ehhh... Bi makasih loh " ucap dian

" Sama - sama " jawab Bi Darti selaku kepala ART dikeluarga Diwangkara.

Untuk Rani yang jauh dari keluarga terutama ibu,Bi Darti baginya adalah ibu kedua setelah ibunya.

Dan itu pula yang dirasakan oleh Dian terhadap sosok Bi Darti yang lemah,lembut,dan penyayang itu.

Terlebih saat awal - awal Dian berada disini Bi Dartilah yang dengan sabar dan tekun mengajarinya yang sama sekali tak bisa melakukan banyak hal namun sekarang dirinya sudah mulai bisa dan mulai terbiasa dengan rutinitas dirumah i ini.

Bagi Dian dan Rani Bi Darti bukan hanya sekedar lider untuk mereka Bi Darti bisa menjadi ibu,ayah dan sahabat sekaligus maka dari itu mereka tak segan jika mengeluh atau merengek saat kelakuan anak dari majikannya yang sangat jauh berbeda dengan bapak dan ibunya.

"Minggu depan bibi mau pulang ke kampung " ucap Bi Darti

" Pulang loh kenapa bi ?" tanya Rani

" Anak bibi mau menikah bibi sudah izin sama bapak ibu jadi selama bibi ga ada kalian yang urus semuanya ya " ucap Bi Darti menjelaskan.

" Lama tidak bi ?" tanya Dian

" Mungkin 10 hari bibi disana " jawab Bi Darti

"Yah lama banget " kompak Dian dan Rani menjawab.

" Ya kan rumah bibi lumayan jauh. Ingat jangan malas jangan bertengkar selagi bibi ga ada sama jangan bikin kereribugan ya" Bi Darti mengingatkan.

Ya.. Dian dan Rani memang sering ribut hal - hal sepele tapi itu tak membuat keakraban mereka hilang walaupun Dian baru 2 bulan mengenal Rani,Dian sangat nyaman berteman dengan Rani yang hambel terhadap segalahal dan usilnya sama seperti dirinya.

Makanya mereka kompak saat perasaan lelah mendera mereka,mereka akan mencari kesenangan lain dengan mengusuli sesama ART rumah besar itu.

Dan terkadang Dian pun menjadi target keusilan Rani denga yang lainnya ' ya karma siapa yang usil akan diusili kembali ' itulah kata Rani kalau Dian sudah marah dan gambek karna diusili.

*

Hari sudah mulai gelap dan keluarga Diwangkara pun sudah berada dirumah untuk mengisitrahatkan tubuh mereka yang sudah sagat lelah karna seharian beraktivitas.

" Oh iya Dian tolong nanti besok kamu rapihkan kamar punya mbak Mela ya soalnya diaakan berkunjung kesini " ucap Syafitri saat Dian sendang menyuguhkan cemilan dan minuman kepada tuan dan nyonya rumah yang sedang asik menonton film.

" Baik bu " jawab dian

" Dan satu lagi nanti besok bilang sama Bi Daarti sebelum berangkat siapkan sarapa seperti biasa dulu ya " jelas Syafitri

" Baik bu .. Saya permisi dulu bu " jawab Dian yang dibalas dengan anggukan oleh Syafitri.

Ya begitulah hari ini berlalu untuk Dian,karna lelah yang menderanya dan rasa kantuk yang mulai menyapa akhirnya Dian memutuska untuk langsung pergi beristirahat. Agar esok saat menjemput mentari badannya sudah baik - baik saja.

# Ingintau kelanjutannya. terus pantengin cerita ini ya mentemen.

maaf banya typo bertebaran dimana - mana 🙏🙏🙏

BAB II

......DUA MOSTER KECIL......

Seperti biasa rutinitas Dian dipagi hari selalu berakhir dengan rasa sesak yang memenuhi jiwanya karna Amel sang nona mudanya yang masih sama saja.

Bahkan semakin hari semakin menjadi kelakuannya,saat ini Dian dipusingkan dengan permitaan Amel,yang memintanya untuk mencari sepatu kets berwarna putih.

Sedangkan Dian tau dan hafal betul jika nona mudanya itu tak pernah memiliki spatu kets berwarna putih.

Dua bulan bekerja dirumah ini membuat Dian hafal segala sesuatu dan kebutuhan Amel karna setiap harinya dia yang diperintah oleh Syafitri Diwangkara istri dari Surya Diwangkara untuk selalu mengurus dan memenuhi kebutuhan anak bungsunya, yang manjanya setengah mati itu.

" Ketemu ga ?" tanya Amel dengan ketusnya yang dibalas dengan gelengan oleh Dian.

" Sebenernya loe bisa kerja ga si ?" tanya Amel kembali dengan nada yang mulai meninggi,emosinya mulai tersulut kembali.

" Benar tidak ketemu nona, bukan kah nona tidak memiliki sepatu warna putih" jawab Dian

" Heh ...Bo**h siapa yang nyuruh loe cari septu warna putih kan gue udah bilang yang pink ini " tukas Amel sembari menenteng spatu berhak runcing berwarna pink senada dengan dres yang dikenakannya saat ini, lantas keluar dari ruangan berpatisi kaca itu diikuti Dian.

" Pakai kan " perintah Amel sembari memberikan spatu ditangannya.

" Baik nona " jawab Dian

" Cepat dikit bisaga si, apa - apa lelet banget loe, mau gue aduin ke papa iya" bentak Amel.

" T..Tidak nona, akan saya percepat" jawab Dian.

" Yaudah cepetan selesain, gara - gara loe lama cari sepatu gue tadi.Waktu gue udah makin berkurang " omel Amel.

" E...Bukannya nona sendiri yang minta saya buat cari sepatu yang warna putih " jelas Dian.

" Jadi loe nyalahin gue gituh. Kalau gue salah bicara gituh..." bentak Amel

Dian menggelengkan kepalanya tanda menyanggah ucapan Amel.

" Hemmmm.... Hari ini loe belum gue hukum rupanya sampe berani nyalahin gue iya " ucap Amel.

" Tidak ... Nona iya saya yang salah to..Tolong jangan hukum saya nona" mohon Dian.

" Ikut " bentak Amel sembari menarik rambut Dian yang kusut.

" Ampun nona ..." ucap Dian sembari memegang lengan Amel yang menarik rambutnya,bukannya berhenti Amel semakin menarik rambut dian dan menyeretnya kemar mandi.

Dian hanya bisa meringis menahan rasa pedas pada kulit kepala akibat perbuatan Amel.

" Duduk " bentak Amel sembari mendorong tubuh Dian,Dian yang tak memiliki keseimbangan limbung lantas terjerambah dilantai kamar mandi.

" Loe harus dihukum biar kapok dan ga suka menyalahkan orang lain " ucap Amel degan seringainya,malah terlihat begitu cantik nan manis.

" Ampun nona .. Saya minta maaf, saya yang salah nona " ucap Dian masih memohon.

" Diammmmmm.... Kita mulai ritulnya Dian" ucap Amel kembali dengan semakin mengembangkan senyum mematikannya.

" Akkhhhhhhh...... Pa...Panaass....Ampun nona " teriak Dian.

" No..Na ampun panas ... Akhhhhh.... Saya salah nona saya minta maaf " ucap Dian kembali tak dihiraukan olehnya,Amel malah menambah suhu pada shawer dan mengeluarkan air mendidih itu yang mengalir ketubuh Dian.

" Akhhhhhhkkk" teriak Dian.

" Masih mau nyalahin gue ?" tanya Amel tersenyum mematikan.

" Tidak non maafkan saya,saya yang salah " ucap Dian

" Bagus kalau loe sadar,awas kalau loe sampe ngadu ke mamah apa lagi papa abis loe " ancam Amel seraya pergi meninggalkan Dian yang masih terduduk dengan kondisi badan basah kuyup.

*

Rani tengah asik mendengarkan lagu pop dari dalam earphone sembari membersihkan kamar mela,seharusnya ini menjadi tugas Dian,namun karna seperti biasa setiap pagi Dian harus mengurus bayi besarnya itu.

Sedang asik menyelesaikan tugasnya tiba - tiba saja Rani dikejutkan dengan suara teriakan yang suaranya sangat ia kenal.

Sontak saja Rani langsung berlari keluar dan mencari arah dimana suara tersebut.

Setelah mengetuk pintu tanpa ada balasan dari dalam Rani memutuskan untuk masuk kedalam dan mencari keberadaan nona mudanya dan tentu saja sipemilik suara dari teriakan itu.

Dan alangkah terkejutnya Rani saat melihat kondisi Dian yang bisa dibilang sangat - sangat memprihatinkan.

Tanpa banyak fikir lagi Rani menyelimuti Dian dengan handuk dan membawanya kebawah.

*

" Apa yang sudah dia lakukannya?" geram Rani bertanya pada Dian,Dian tak menjawab hanya menundukan kepalanya saja.

" Dian jawab aku " ucap Rani sembari mengguncang tubuh gadis dihadapanya.

" Sudah lah teh,teteh kembali saja bekerja aku sudah tak apa " jawab Dian sembari merapihkan bajunya.

" Kau disiram denga air panas tapi kau tak melawan apa kau sudah gila Dian " bentak Rani emosi.

" Sudah lah teh is't ok . Aku baik - baik saja ko kulit ku hanya sedikit memerah " jawab Dian

" Sedikit kau bilang.. Lihat ini . Ini dan ini " bentak Rani sembari memutar tubuh Dian kehadapan cermin besar lantas menunjukan,bagian tubuh mana saja yang terdapat ruam kemerahan bekas tersiram air panas tadi.

" Tidak apa nanti pakai salep juga sudah sembuh teh " jelas Dian.

" Kita harus kasih tau ibu sama bapak kelakuan anaknya satu itu " ucap Rani

" Tidak usah nanti malah semaki ribet teteh kaya ga tau sifatnya non Amel saja " jawab Dian

" Tapi Dian ...."

" Sudah lah teh aku ga mau lebih ribet dari ini " jelas Dian dan Rani hanya pasrah setelah membujuk dian namu tak ada hasilnya.

**

Hari semakin siang dan seperti yang sudah dibilang oleh Syafitri bahwa anak tertuanya Mela akan datang berkunjung.

" Apa kamar saya sudah dibereskan ?" tanya Mela

" Sudah nona " balas Dian

" Ya sudah urus mereka gue cape " ucap Mela sambil berlalu pergi menyisakan Dian yang tampak bingung,menatap duamoster dihadapannya itu.

" *Arr**rrrhhhh... Kenapa mesti gue lagi si* "_Batin dian

Dua moster kecil itu masih setia menatap Dian tak berkedip,mata pupy eyesnya menyiratkan sesuatu yang jelas dimata Dian tatapan itu seperti membunuhnya.

" *Adu**hhhhh ....Kalau ceritanya gini mah gua mending berhadapan dengan Amel dah*"_ Kembali batin Dian berucap.

"Mba..Ayo main " ajak salah satu dari dua moster itu,,Dian yang tengah asik melamun kembali kealamnya.

Dian masih tak bergeming dari tempatnya mana kala guncangan dari tubuhnya mengagetkan dian ternyata dua moster kecil itu lah yang mengguncangnya.

" O...Ok..Baik kalian mau main apa ?" tanya Dian sambil jongkok mensejajarkan tinggi tubuh dua moster itu.

" Afa mau main boneta mba" ucap salah satu dari mereka

" Engga Fillr mau main bola " bantah yang satunya.

" boneta Fillr boneta " rengek moster kecil berjenis kelamin wanita itu.

" Engga potonya bola " kekeh sang kakak.

" Boneta Fillr bonet "

" Bola Afa bola " kekehnya

" Ihhhh... Fillr" teriak si adik.

Sedangkan Dian sudah tak bernyawa rasanya rohnya sudah terlepas dari raganya saat ini.

Dian paling tidak bisa dihadapkan dengan anak kecil tapi ini malah dirinya yang harus menjaga duan anak sekaligus.

Satu anak saja sudah membuatnya hampir mati apa lagi dua sekaligus dian benar - benar bisa mati.

" *O**hhhh...Ada kah yang bisa bantu gue* ?"_ Tanya hati Dian menjerit prustasi

" Fillr boneta " ucapan gadis kecil dihadapannya membuat dian tersadar kembali akan lamunannya.

" Ok.. Ok... Anak - anak sekarang dengar emba ... Kita main boneka dan bola ok jangan berantem lagi ok " jelas Dian.

" Bait mba " jawab keduanya.

Dan ya hari itu dian berakhir ditangan duan moster kecil yang lucu nan menggemaskan namun berbanding terbalik menurut Dian.

Rasa sakit akibat ulah Amel tadi pagi malah bisa dibilang tak sebanding dengan rasa pusing Dian saat meghadapi dua monster imut milik nona Melanya itu.

" Aduh ... Syafiir jangan itu bahaya sayang " ucap Dian sembari berlari kearah Syafiir yang akan menaiki salah satu pohon kecil ditaman belakang.

" nah Syafiir dan Syafa disini saja ya kita mainnya " jelas Dian sembari duduk dirumput gajah.

Syafiir Renal Diwangkara dan Syafa Renal Diwangkara adalah anak dari Mela Senjena Diwangkara dengan pengusaha batu bara sukses daerah kalimantan Renal Augry Sanjaya.

Syafiir dan Syafa adalah cucu pertama Syafitri dan Surya dua boca berjenis kelamin berbeda itu begitu dekat denga Dian padahal waktu awal bertemu mereka takut terhadap Dian.

Itu hanya sesaat dan setelahnya mereka begitu menempel kepada Dian sikembar itu tak ingin pisah dari Dian jika sedang berkunjung kerumah oppa dan ommanya itu padahal Dian saja tak betah berlama - lamma dekat dengan mereka.

Dian bukan membenci merek hanya saja Dian tak terbiasa dengan anak kecil yang banyak maunya dan sering membuatnya kewalahan.

Dian lebih memilih membantu Amel daripada harus berurusan dengan dua monster menggemaskan itu.

Namun sayangnya ketika mereka ada mereka akan begitu lengket bak lem terhadap Dian.

***

Malam hari dikeluarga Diwangkara.

" Bagai mana Mel apa kamu yakin dengan keputusan mu?" tanya surya saat mereka tengah bersantai diruang keluarga Mela yang ditanya hanya menunduk saja.

Sulit baginya mengambil keputusan yang berat itu tapi mau bagai mana lagi jika dirinya memang benar sudah tak sanggup lagi bila meneruskan semu yang sudah rusak.

" Ya sudah sekarang kamu istirahat saja pasti kamu masih cape kan baru sampai juga bahas itu nanti saja " ucap Syafitri menimpali pembicaraan mereka.

Lantas Mela pergi mengistirahatkan hati dan fikirannya,sejujurnya rasa lelah akibat perjalanan jauhnya tak membuatnya begitu menderita.

Hanya saja hatinya butuh untuk istirahat,semua terasa begitu berat dan berdenyut.Merasakan sakit itu ternyata luar biasa melelahkan menurutnya.

Syafitri tau betul bagiamanna keadaan anaknya saat ini dibanding sang ayah,bagai mana rasanya sesak yang mendera buahatinya walau Mela sudah sebesar itu tapi tetap baginya keempat anaknya masih lah bayi besarnya yang manis.

****

Pagi hari dikediaman Diwangkara,dimeja makan sudah disiapkan hidangan untuk keluarga Diwa ngkara.Tugas yang biasa dikerjakan oleh Rani dan Dian kini menjadi tugas yang dikerjakan oleh Dian seorang diri karna Rani yang memasak didapur.

Jadilah Dian membereskan masakan yang akan dihidangkan.Selesai menuangkan minuman untuk seluruh keluarga kini giliran Dian menyiapkan sarapan untuk dua monster yang sudah siap dikursi anak masing - masing.

" Nah den Syafiir ini buat aden dan ini buat nona Syafa" ucap dian sembari memberikan makanan itu kepada dua moster itu.

" Mah,pah .. Mel akan tinggal disini saja sampai semunya jelas " ucap Mela pada kedua orang tuanya disela - sela sarapan pagi itu.

" Ya sudah kalau begitu papah ikut mau mu saja jika itu yang terbaik,tapi ingat masalah harus dihadapi nak " jelas Surya pada putrinya itu.

" Iya pah .. Mela tau " jawab Mela.

Dian yang tak sengaja nendengar hal itu hanya bisa mendesah diam - diam Dian merasa kesal sendiri pasalnya dirinyalah yang akan dipusingkan oleh dua moster dihadapannya saat ini.

Ditambah kelakuan Mela tak jauh berbeda dengan Amel sang adik.

BAB III

...SEMAKIN RIBET...

Sudah dua minggu Mela berada dirumah besar ini dan selama dua miggu pula menjadi minggu ter berat untuk Dian,pasalnya dua anak kembar itu tak ingin diasuh oleh siapa pun selain Dian.

Entah mengapa mereka begitu lengket pada dirinya,padahal Dian tak pernah memberikan apapun malah terkadang terlihat jutek pada mereka.

Tapi entak mengapa mereka begitu bersemangat walau hanya mendengar nama Dian disebut saja.

Bagi Mela itu tak masalah karna dia bisa terbebas dari dua mosternya yang imut namun mengesalkan disaat bersamaan.

Belum lagi Amel yang membuatnya selalu pusing tujuh keliling dan ditambah dua moster kecil,membuat tubuh Dian selama dua minggu remuk redam,bak tak bertulang,untungnya Bi Darti sudah kembali.

Itu jadi sedikit membuat beban Rani dan Dian sedikit terangkat apa lagi untuk Dian,semua tugas yang harusnya Dian kerjakan kini dikerjakan oleh Rani selama Mela masih dirumah besar ini.

Dan Dian beralih propesi menjadi baby sister dua bocah lucu itu dan baby sister untuk bayi besarnya.

*

Malam kembali datang untuk kesekian kalinya Dian berada dalam ketidak berdayaannya.Selama bekerja disini satuhal yang sudah pasti Dian tahu dan rasakan bagai mana rasanya jadi Surti.

Terbesit rasa bersalah dihatinya untuk Inangnya satu itu dan entah kenapa saat ini dirinya begitu merindukan inangnya.

" Sedang apa ?" tanya Rani mengagetkan

" Eh teh bikin kaget saja" ucap Dian

" Segitu dalemnya melamun. Emang melamunin siapa ?" tanya Rani.

Dian yang ditanya hanya tersenyum dan memggeleng saja.

" Ohh .. Iya dian aku ko heran ya tumben bener non Mela disini lama " ucap Rani mengawali obrolan mereke yang akan berjurus dengan gosip.

Padahal Dian paling tidak suka bergosip ria ribet urusannya tapi beda dengan temannya satu ini.

" Mana Dian tau teh " jawab Dian

" Ihhh kamu teh kumaha si Dian masa teu terang .. Ah pasti kamu mah bohong kan " ucap Rani dibarengi dengan bahasa sundanya.

" Dian beneran ga tau teh " jelas Dian.

" Aku dener mah lagi ribut sama suaminya ya ?" taanya Rani yang dibalas dian oleh angkatan pada pundaknya.

" Idsss ... Si Dian mah... Nanaon ga tau bae " ( ih si dian mah apa - appa ga tau aja ).Keluh Rani.

" Eh tapi ya Dian ... Kalau pun iya juga ga apa - apa biar rasa kan sama aja tu sikapnya sama adeknya sebelas dua belas gitu " jelas Rani

" Hus ... Ga boleh gitu teh " ucap Dian

" Ya abis aku mah ya .. Kadang - kadang kepengen jambak tah dua kakak adik eta jig pagaweana marentah wae." ( kerjaannya merintah aja ) tukas Rani bersungut - sungut.

" Sudah - sudah daripada ngegosip aja mending tidur yu teh .. Dian tu cape banget tau teh seharian dipusingin dua moster itu" ucap Dian yang dibales kekehan oleh Rani karna Rani tau betul bagai mana Dian menyesuaikan diri dengan cucu majikannya itu.

"*Tula**ng - tulang gue rasanya patah semua ini*..._" keluh batin Dian.

" *Sab**ar Di hanya sebentar lagi bertahan lah sebentar lagi dan loe akan bebas sebebas - bebasnya*._"

**

Hari baru berganti kembali dan teriakan Amel sudah memenuhi seisi rumah itu yang menandakan alarem waspada pada diri Dian jika Amel sudah berteriak - teriak seperti itu.

" Heh ... Pem****u si****.Loe taruh mana baju gue yang warna pink shop itu hah ?" tanya Amel menghampiri Dian didapur yang tengah membantu Bi Darti.

" Sudah saya gantung nona dilemari pakaian" jawab Dian.

" Kalau sudah loe gantuk terus kemana? gue cari kaga ada " tanya Amel bersungut - sungut

" Dibagian dress nona saya sudah pisahkan sesuai warnanya masing - masing nona bisa cari disana " jelas Dian sembari terus memotong bawang.

" Isshhhh..... Kaga ada Dian ... Dan lagian gue lagi ngomong sama loe kenapa loe masih kerjain itu aja " tunjuk Amel sambil mencak -mencak ditempat karna marah.

" Maaf nona" ucap Dian

" Bisanya cuman minta maaf doang " dengus Amel.

" Udah cepet loe cari " perintah Amel denga angkuh.

" Kalau sampe ga ketemu dalam lima menit hukuman loe akan lebih parah dari yang kemaren " ancam Amel lantas berlalu.

Dian hanya menghela nafasnya sembari meggelengkan kepalanya,setelah minta izin kepada Bi Darti.Dian lantas berjalan menuju kamar Amel dan memenuhi keinginan nona mudanya tersebut.

Bi Darti hanya bisa mengusap dadanya melihat kelakuan nona muda keluarga Diwangkara,terkadang Bi Darti heran mengapa dua anak perempuan majikannya berbanding terbalik sifatnya degan kedua orang tuanya yang bersifat sangat baik.

Dari sekian banyak ART yang pernah bekerja ditempat ini untuk mengurus Amel hanya Dian lah yang terbilang sabar dan bertahan sampai tiga bulan.

Bi Darti berharap Amel bisa berubah sikapnya agar Dian pun bisa leluasa dan tak ada keinginan untuk berhenti karna dia berfikir kasian Dian yang ingin menghidupi keluarganya.

***

" Ini nona " jawab Dian sambil memberikan dress warna pink shop sebatas lutut ke pada Amel.

" Bukan yang ini. " tolak Amel

" Yang satunya" ucap Amel kembali Dian hanya mengangguk dan mengambil kembali dress dari tangan Amel dan membawanya kembali untuk diganti yang baru.

" Yang ini nona ?" tanya Dian sembari meberikan dress dengan warna yang sama dengan motif berbeda lebih terkesan grli.

" Bukan yang ini. Ini suda gue pake minggu kemarin " Tolak Amel kembali.

Dian kembali membawa dress yang ditolak oleh Amel dan membawakan dress yang serupa dengan motif yang kembali berbeda namun yang satu ini sedikit lebih terbuka dari dua dress tadi.

" Loe mau buat gue masuk angin.. Semalem baru hujan bo**h" bentak Amel.

" Lantas yang mana nona semua baju yang berwarna pink shop hanya itu nona " jelas Dian yang mulai sebal namun sebisa mungkin tak ditunjukan olehnya.

Dian tau betul saat ini Amel hanya ingin membuatnya semakin ribet,untuk memancing emosinya sendiri lantas membuat Amel memiliki alesan untuk menghukumnya.

" Loe tinggal cari aja apa susahnya sih ..." bentak Amel.

" Ya udah ambilkan warna yang lain saja " perintah Amel.

" Baik nona "

" Ini nona " kini Dian kembali membawa dress sebatas lutut yang berlengan sebatas siku,warna biru cerah.

" Tidak yang itu terlalu terang " Tolak Amel dan Dian kembali melangkan kan kakinya untuk kembali kelemari.

Hampir dua jam Dian bulak balik antara ruangan berpartisi kaca degan kamar tidur Amel yang lumayan cukup jauh,namun Amel masih belum menentukan pilihan bajunya.

" Heh lama sekali sih " bentak Amel,dirinya terpaksa menyusul Diaan ke Walk In Closet.Amel begitu kesal karna Dian tak kunjung keluar sedangkan dia sudah terlambat untuk pergi ke kamus.

" Loe ngapain aja sih cari baju apa cari bekicot lama bener " bentak Amel.

" Maaf nona tapi saya bingung dress mana lagi yang harus saya kasih soalnya semua sudah saya kasih tapi nona menolaknya" jawab Dian jujur.

" Hadehhh... Minggir" ujar Amel menahan emosinya,ingin rasanya ia menghukum Dian tapi sayang Dian terselamatkan oleh waktu.

" Sudahlah gue pake yang ini saja " ucap Amel berlalu.

Dian hanya melongo tak percaya,bagai mana tidak Amel malah memilih dress awal yang diberikan padanya dua jam yang lalu.

" Ya ampun anak itu bener - bener menguji kesabaran gue... Sabar Di sabar. Dosa ga si kalau gue cekik tu anak "_ Batin Dian bersungut - sungut.

" *Ha**haha... Setidaknya gue puas hari ini walau ga bisa sepperti kemarin*" ucap hati Amel senang.

Entah kenapa Amel suka sekali membuat Dian jengkel baginya melihat Dian yang hampir putus asa karna tak bisa membantah atau menolak perinta darinya adalah hobi barunya.

Wajah Dian yang selalu berubah - rubah ekpresinya membuatnya bersemangat untuk melakukan lebih dari sekedar menjahilinya saja.

****

Hari mulai terik seusai insiden baju dengan nona mudanya Dian berfikir taakan ada kejadian yang menimpanya lagi hari ini.

Sayang seribu sayang keinginannya tak terwujud. Karna dua mahluk imut dihadapannya saat ini malah membuatnya semakin ribet dan pusing.

" Ya tuhan ..... Mengapa mereka tak mau tidur .... Dosa tidak sih kalau gue kasih obat tidur kedua monter kecil ini " Teriak hati Dian mangkal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!