NovelToon NovelToon

Married With Sugar Daddy

Bab 1

Hidup selalu memberikan sebuah kejutan. Terkadang kejutan itu bisa membuat senang dan terkadang juga bisa begitu menyedihkan bahkan sampai membuat sakit hati.

Seperti saat ini, aku mendapatkan kejutan dari hidup. Hutang dari keluarga yang membuatku harus berkorban dan dikorbankan.

Di ruangan ku, sebuah gaun pernikahan yang begitu indah telah terpakai di tubuhku. Gaun ini terlihat cantik, namun aku tidak menyukainya. Aku tidak menyukai gaun ini sama seperti aku yang tidak menyukai calon suamiku.

Ya, diusia ku yang baru menginjak usia 18 tahun, aku dipaksa harus menikahi seorang pria berusia 30 tahunan. Sejujurnya aku benar-benar belum menginginkan pernikahan ini. Usiaku masih begitu muda dan aku masih ingin melanjutkan pendidikan akan tetapi, apa daya aku tidak bisa berbuat apapun karena hutang keluarga yang harus dibayar dengan pernikahan ini.

Jangan membayangkan jika calon suamiku ini adalah pria yang tampan, tinggi dan memiliki bentuk badan atletis karena calon suamiku tidak seperti itu. Dia tidak tampan, tidak tinggi dan memiliki perut buncit. Keunggulan yang dimilikinya hanya uang.

Sebenarnya aku tidak masalah dengan fisiknya, yang membuatku tidak menginginkan pernikahan ini adalah sifat yang dimiliki oleh calon suamiku, playboy, dan suka bersikap kasar terhadap wanita.

Jika seandainya, calon suamiku ini tidak memiliki sifat seperti itu, aku mungkin tidak menolak keras pernikahan ini.

Ketika aku sedang di rias, ibuku datang menghampiriku. Sama sepertiku, ibuku juga tidak menerima pernikahan ini dan juga tidak bisa membantuku untuk bebas dari pernikahan ini.

"Sayang kamu cantik sekali," kata ibuku mencoba menghiburku.

"Bu, aku tidak ingin menikah dengannya," ucapku lirih.

"Ibu juga tidak ingin kamu menikahi pria itu akan tetapi, ibu juga tidak berdaya. Hutang keluarga yang membuatmu menderita. Maafkan kami nak," kata ibuku sambil kedua telapak tangannya terkatup.

"Adakah yang bisa membantuku bu ? Aku benar-benar tidak ingin menikahi pria itu," ucapku masih meminta bantuan.

"Siap-siaplah dengan baik. Ibu akan menunggumu di luar," tutur ibuku seakan-akan dia tidak bisa menjawab ucapan ku lagi.

Tidak memiliki waktu lagi dan tidak memiliki harapan lagi, kaki ini sudah mulai berjalan perlahan-lahan meninggalkan ruangan ku. Aku sungguh berharap aku memiliki kesempatan untuk melarikan diri namun, anak buah dari pria itu terus mengawasi ku.

Sengaja ku lambat kan langkahan kakiku supaya tidak cepat sampai namun, akhirnya aku sudah berada tepat di depan altar berdiri di samping calon suamiku.

Dalam beberapa menit lagi statusku akan berubah menjadi seorang istri.

"Sayang, lihatlah dirimu kamu begitu cantik," bisik pria itu tepat di telingaku yang sangat membuatku geli.

Pendeta sudah memasuki tempatnya dan siap untuk memulai acara pernikahan ini. Aku menutup mataku dan berharap ada keajaiban yang terjadi.

"Sekarang saya minta, sang mempelai pria mengucapkan janji pernikahannya," kata pendeta.

Pria yang ada di samping ku mengucapkan janji pernikahan itu sambil sedikit mencuri pandang terhadap diriku. Jujur, mengetahui kelakuannya yang seperti ini, aku merasa geli dan ingin meninggalkan tempat ini sekarang juga.

Sudah selesai mengucapkan janjinya, sekarang giliran ku. Ketika aku akan ingin mengucapkan janji pernikahan itu, tiba-tiba seorang pria tampan mengenakan setelan jas berwarna hitam datang bersama para pengawalnya.

Jika di deskripsikan lebih lanjut mengenai pria itu akan sangat susah, karena semua yang ada padanya sangat sempurna berbanding terbalik dengan calon suamiku.

Pria yang baru saja tiba itu pun mengambil tempat duduk di tengah-tengah sedangkan pengawalnya berdiri tidak terlalu jauh di sebelahnya.

Mataku terus memandang ke arah pria asing itu sehingga lupa untuk mengatakan janji pernikahan. Ya, aku memandang pria itu karena menurutku hanya dia yang bisa membantuku. Entah mengapa meskipun tidak mengenal pria itu, aku merasa dia yang akan membantuku. Jadi, lewat tatapan mataku aku meminta bantuan kepadanya.

"Siapa yang kamu lihat ? Jangan berani mencuri pandang terhadap pria lain," ucap calon suamiku yang sepertinya menyadari perbuatan ku.

Aku harus kembali berfokus kepada upacara pernikahanku. Pendeta juga sudah menyuruhku untuk segera mengucapkan janji pernikahan. Aku pun mengucapkan janji itu perlahan-lahan.

Pada saat akhir dari janji pernikahan akan terucap, pria asing itu tiba-tiba berdiri dari tempatnya lalu melangkah mendekat ke arah altar. Aku tidak tahu tepatnya apa yang akan dia lakukan namun aku yakin dia akan membantuku.

"Maafkan aku Mr. Lee tetapi pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan," ujar pria itu menyebut nama calon suamiku dengan sangat tegas.

Ucapan dari pria asing itu benar-benar bisa membuat para tamu undangan kebingungan dan menimbulkan suasana di ruang pernikahan itu sedikit riuh. Dari tempatku, aku melihat wajah dari kedua orang tuaku yang tampak lega. Aku pun begitu, yakin jika pernikahan ini akan batal.

"Siapa kamu ? Kenapa berani-beraninya mengatakan seperti itu ?" tanya calon suami ku yang sudah tersulut emosinya.

"Berapa banyak hutang yang dimiliki oleh gadis ini kepadamu ?" balas pria asing itu.

Aku sungguh kebingungan dan tidak mengerti darimana pria asing ini tahu jika aku memiliki hutang dengan Mr. Lee. Dari sini aku mulai menebak-nebak apakah pria asing ini adalah seorang peramal ? Tetapi jika pria asing itu adalah peramal, mengapa pakaiannya terlihat sangat formal ? Memakai setelan jas dan memiliki pengawal.

"Orang seperti dia, pasti adalah seorang CEO," ucapku dalam hati.

Tidak berselang lama Mr. Lee mulai memberitahu pria asing itu mengenai hutangku. Dari nada bicara Mr. Lee terdengar seperti sedikit menantang pria itu.

"Dua ratus juta, apa kamu sanggup membayarnya ?" tantang calon suamiku itu.

"Aku akan memberimu tiga ratus juta untuk melepaskan gadis itu," balas pria asing itu.

Aku melihat pria yang tak ku kenal itu mengeluarkan sebuah cek dari dalam saku jas nya dan kemudian setelah pria itu menuliskan nominal, ia melemparkan cek itu tepat di depan wajah dari calon suamiku.

Terlihat wajah kesal yang sudah tergambar di wajah calon suamiku. Sejujurnya aku senang keinginanku terkabul berkat pria asing itu tetapi aku juga tidak tahu harga dari bantuan yang sudah diberikan oleh pria asing itu.

"Hei gadis, bukankah ini yang kamu inginkan ? Aku sudah melunasi hutangmu tetapi kamu jadi memiliki hutang tiga ratus juta kepadaku," ucap pria asing itu.

"Aku akan menagihnya sewaktu-waktu," imbuh pria asing itu kemudian melenggang pergi dari hadapanku.

Aku benar-benar tidak tahu siapa dia, namun entah mengapa aku merasa pernah mengenal pria itu di masa lalu.

Pernikahan yang tidak aku inginkan pun batal namun hutang yang jumlahnya lebih besar muncul. Aku tidak tahu harus berterima kasih atau harus sedih untuk saat ini. Intinya yang paling penting, aku sudah bisa terbebas dari Mr. Lee itu.

Bersambung...

Bab 2

Pernikahan yang tidak ku harapkan itu akhirnya bisa batal karena bantuan dari pria asing itu. Karena aku adalah seorang gadis yang tahu caranya berterima kasih dengan benar, aku pun berlari meninggalkan tempat itu untuk mengejar pria asing itu.

Aku ingin berlari menemui pria itu, tetapi langkahku dihentikan oleh Mr. Lee. Ya, mantan calon suamiku itu sepertinya tidak terima jika pernikahan ini batal. Ini bisa dilihat dari raut wajahnya yang seakan-akan menunjukan kemarahan.

"Mau kemana kamu ?" teriak Mr. Lee sambil mencengkram tanganku dengan erat.

"Lepaskan tanganku, hutang kita sudah lunas jadi, pernikahan ini sudah batal," ucapku dengan tegas.

"Kata siapa ? pernikahan kali ini memang batal, tetapi tunggu dan lihat saja aku pasti akan menikahi mu," kata Mr. Lee.

"Aku sudah menyukaimu Claudia jadi, aku harus memilikimu. Jika, aku tidak bisa memiliki mu, orang lain pun tidak bisa," imbuh Mr. Lee.

Tidak memperdulikan ucapan dari Mr. Lee yang menurutku begitu kacau. Aku berusaha melepaskan tanganku dari genggaman Mr. Lee, setelah berusaha aku akhirnya bisa melepaskan diriku.

Aku berlari dengan sekuat tenaga keluar dari tempat itu dan akhirnya masih sempat mendapatkan pria asing yang membantuku tadi.

"Tunggu...," teriakku membuat pria asing itu menghentikan langkahnya.

Aku melanjutkan langkahku, mendekatkan diri ke pria asing itu. Jarak kami sudah semakin tipis, dan mata kami saling bertemu. Ketika aku menatap mata pria asing itu, aku memiliki firasat jika sebelumnya aku pernah bertemu dengan pria itu. Tetapi, entah dimana aku juga tidak ingat.

"Aku hanya ingin bilang terima kasih karena kamu sudah membantuku," ucapku.

"Ya, meskipun aku gak tahu kenapa kamu mau membantu orang asing seperti ku tapi dari dalam hati aku berterima kasih dan bersyukur karena bantuan mu ini," imbuh ku.

"Bantuan ku itu tidak gratis. Hutangmu justru bertambah lebih banyak," kata pria asing itu.

"Aku pasti akan membayarnya," ucapku.

"Bagus, aku akan menunggu tiga ratus juta ku kembali," ucap pria asing itu.

Ketika aku masih menyelesaikan urusanku dengan pria asing ini, tiba-tiba Mr. Lee datang dan menggangu pembicaraan ini dengan emosinya yang menggebu.

"Claudia....,"

Apa yang ingin disampaikan oleh Mr. Lee harus terpotong oleh ucapan dari pria asing itu.

"Ayo kita menikah. Tiga ratus juta akan ku anggap lunas," ucap pria asing itu tiba-tiba yang jujur membuatku terkejut.

"Tunggu, apa-apaan ini. Hey kamu, siapa yang memberimu hak mengatakan itu ? Claudia adalah calon istriku. Aku akan menikahinya," ucap Mr. Lee

Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Aku jujur ingin menolak ucapan dari pria asing itu tetapi setelah aku pikir jika, aku menikah dengan pria asing itu, maka aku akan benar-benar terbebas dari Mr. Lee akan tetapi, jika aku menolak ajakan pria itu, Mr. Lee akan terus-terusan menggangu ku dan keluarga ku.

Keputusan harus ku buat saat ini juga. Aku berharap keputusan yang ku buat ini benar dan akan membantu aku dan keluargaku.

"Baik, mari kita menikah," ucapku dengan tegas dan penuh percaya diri.

"Jason...," panggil pria asing itu untuk anak buahnya.

"Iya tuan...," sahut anak buahnya.

"Waktu kalian dua jam untuk mengurus pernikahan ku dengan gadis ini," ucap pria asing itu memberi perintah kepada anak buahnya.

"Dan selain itu, kalian juga jaga Mr. Lee jangan sampai pria itu mendekati calon istriku dan juga keluarganya," imbuh pria asing itu.

"Baik tuan. Perintah mu akan kami laksanakan," jawab anak buahnya.

Aku sungguh tidak menyangka pernikahanku dengan pria asing itu akan terjadi hari ini dan aku yakin pernikahanku kali ini akan berjalan lancar.

Setelah pria asing itu memberikan perintah kepada para anak buahnya, ia melenggang pergi dari tempat itu untuk menuju ke arah mobil berwarna hitam. Aku yakini mobil itu adalah milik dari pria asing itu.

Ketika aku ingin menyusul pria asing itu bermaksud untuk membuat sedikit perdebatan dengannya, kedua orang tuaku datang menghampiriku. Ya, orang tua ku itu terlihat khawatir dengan keadaanku.

"Claudia sayang... apa kamu baik-baik saja ? Siapa pria itu nak ?" tanya ibuku khawatir.

"Aku juga tidak mengenal pria itu bu...," jawabku jujur.

"Lalu mengapa dia ada disini ? Dia bukan tamu undangan kita," ucap ayahku bertanya-tanya.

"Tidak peduli dia tamu atau bukan namun, dia sudah membantu kita menyelesaikan masalah ini. Sebaiknya saat ini kita pulang, kamu butuh istirahat kan ?" ucap ibuku.

"Ayo sayang, kita harus pulang sekarang. Untuk hutang dengan orang itu, kami berdua yang akan mengusahakannya," imbuh ibuku.

"Tidak, aku tidak bisa pulang sekarang. Aku harus membayar hutang tiga ratus juta itu," ucap ku.

"Apa maksudmu Claudia ?" tanya ibuku kebingungan.

"Aku harus menikah dengan pria itu untuk membayar hutang tiga ratus juta itu," jawabku mengatakan yang sebenarnya.

"Kenapa kamu mengatakan itu ? Kamu bercanda kan ?" tanya ibuku.

"Tidak ibu, aku sama sekali tidak bercanda. Aku menyetujui untuk menikah dengan pria itu supaya hutang tiga ratus juta bisa terlunasi," jawabku.

"Kamu ini sungguh aneh, sudah terbebas dari Mr. Lee namun sekarang memilih menikah dengan pria yang tidak kamu kenal," kata ibuku yang terdengar sedikit marah mengenai keputusanku ini.

"Ibu, tolong percaya dengan keputusan ku kali ini. Aku yakin pria itu dapat membantu kita. Ibu, ayah, Mr. Lee tidak akan berhenti sampai disini dia pasti akan mencari gara-gara lagi. Bukankah sebaiknya kita mencari perlindungan ?" ucapku.

"Tidak, ibu tidak menyetujuinya. Kita akan membayar hutang kita pada pria itu tanpa pernikahan," kata ibuku melarang keputusan yang sudah ku buat.

"Claudia sayang, ayah setuju dengan keputusanmu. Hutang dua ratus juta saja kita tidak sanggup untuk membayar, apalagi tiga ratus juta," ucap ayahku yang sepertinya menyetujui keputusanku.

"Terserah kalian saja. Aku akan pulang dan tidak akan menghadiri pernikahan mu. Ibu tadi sudah begitu senang kamu tidak menikah dengan Mr. Lee namun, sekarang kamu memutuskan menikah dengan pria yang sama sekali tidak kamu kenal," kata ibuku memarahi sekaligus menasehati ku.

"Dan juga usiamu seharusnya masih usia belajar. Kamu harus kembali ke sekolah Claudia bukan mengurus rumah tangga," imbuh ibuku.

"Satu hal lagi, menikah itu bukan main-main. Harus selamanya seumur hidup," pungkas ibuku.

"Aku tahu itu bu, tetapi keputusanku sudah bulat. Aku melakukan ini demi keamanan kalian," ucapku.

"Jadi bu, tolong berikan restu kepadaku dan percayalah dengan keputusanku. Ini adalah hal terbaik untuk kita semua," ucapku masih memohon kepada ibuku untuk merestui pernikahan mendadak ku.

"Terserah apa yang ingin kamu lakukan. Ibu tidak akan berada disini lebih lama," ucap ibuku lalu melenggang pergi dari tempatnya.

Sebenarnya saat ini aku sedikit merasa sedih, mengapa ? karena keputusanku untuk menikah dengan pria asing itu tidak disetujui atau bahkan mendapat restu dari ibuku. Jujur ini membuatku sedikit merasa sedih namun, aku sudah tidak boleh mundur lagi. Dengan hanya restu dari ayahku, aku tetap melakukan pernikahan ini. Pernikahan yang entah bisa membuatku bahagia atau tidak. Aku masih tidak mengetahui kelanjutannya.

Bersambung...

Bab 3

Saat ini, diriku sudah berada kembali di ruangan rias. Untuk memperbaiki penampilan dan mengganti konsep, aku harus dirias dan berganti gaun lagi.

Jika sebelumnya pada saat dirias aku merasa sedih namun untuk pernikahanku yang sekarang entah mengapa aku merasa sedikit lega.

Sebuah gaun berwarna putih dengan panjang yang hampir sama dengan sebelumnya saat ini sudah terpakai di tubuhku. Jika dilihat dari bentuknya, aku yakin harga gaun ini jauh lebih mahal dibandingkan harga gaun pernikahanku yang sebelumnya.

Aku menatap cermin besar dan melihat diriku yang telah mengenakan gaun pernikahan. Aku benar-benar terlihat sangat cantik dan bahkan aku merasa seperti seorang putri kerajaan saat ini. Aku tersenyum bahagia karena melihat penampilanku yang sungguh memuaskan tidak seperti sebelumnya.

Ketika aku masih asyik memandang diriku di cermin, pria asing atau calon suamiku itu datang menghampiriku. Ya, pria itu juga sudah terlihat sangat tampan dengan menggunakan suit's berwarna abu-abu dan hitam

Dengan langkahnya yang panjang dan cara jalannya yang terlihat begitu gagah, pria itu mulai mendekat ke arahku. Jarak kita sudah begitu dekat dan kedua mata kita saling memandang melalui cermin.

"Aku mendengar jika ibumu tidak menyetujui pernikahan ini," ucap pria itu.

"Ya, ibuku ragu dengan keputusanku," jawabku.

"Jika kamu tidak ingin menikah, kamu bisa bilang sekarang. Namun, jika pernikahan ini batal maka kamu harus membayar 300 juta itu," kata pria itu mengingatkanku dengan hutang yang ku punya.

"Aku ingin jadi pria yang baik. Aku memberimu pilihan," ucap pria itu.

"Keputusanku sudah bulat. Aku akan menikah denganmu untuk membayar hutangku. Tetapi, apa setelah menikah aku masih boleh meminta sesuatu darimu ?" tanya ku.

"Apa yang kamu inginkan ?" tanya balik pria itu.

"Aku ingin keselamatan keluargaku terjamin dan aku ingin sekolah," jawabku jujur.

"Hanya itu ?" tanya pria itu lagi.

"Iya...," ucapku singkat.

"Apakah orang yang menggangu keluargamu adalah Mr. Lee ?" tanya pria itu.

"Benar. Mr. Lee selalu menyulitkan keluargaku," jawabku berkata apa adanya.

Tidak memberikan ekspresi apapun dan bahkan tidak memberikan jawaban, pria itu pun keluar dari ruangan ku begitu saja. Namun, ketika langkah pria itu masih belum jauh aku memanggilnya dan membuat langkahnya terhenti. Alasan aku memanggilnya adalah karena aku masih memiliki satu pertanyaan untuk pria itu.

"Tunggu, aku ingin bertanya satu hal lagi," ucapku.

"Tanyakan saja," katanya.

"Siapa namamu ? Bukankah nanti disaat pengucapan janji pernikahan aku harus mengatakan namamu," tanyaku.

"Jay Anderson," jawabnya singkat.

"Claudia Nathalie," ucapku.

"Aku sudah tahu namamu," pungkas pria itu lalu benar-benar pergi dari ruangan ku.

.

.

.

Dua jam berlalu, akhirnya semua persiapan sudah terselesaikan. Aku sudah siap untuk beranjak pergi dari tempatku. Ya, aku akan menuju ke ruang pernikahan dan melakukan prosesi pernikahan bersama pria asing itu.

Aku dengan ditemani oleh ayahku dan beberapa petugas wedding organizer melangkah memasuki ruang pernikahanku.

Aku berjalan perlahan-lahan dan mataku fokus lurus menatap altar pernikahan yang saat ini nampak cantik karena sudah berhiaskan bunga berwarna putih dan cream.

Disaat aku berjalan memasuki ruangan pernikahan itu, musik berbunyi menyambut kedatanganku dan Jay Anderson yang akan menjadi calon suamiku sudah menungguku di altar pernikahan.

Sudah saatnya, kini kakiku telah berhenti tepat di sebelah Jay sedangkan ayahku sudah kembali ke tempat duduknya. Aku berdiri diam di sana dengan pandangan tetap lurus ke depan.

Pendeta yang akan memimpin acara pernikahan ku ini pun bergabung di ruangan itu. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Pendeta memulai acara pernikahan ini.

"Sekarang saya minta kepada calon mempelai pria mengucapkan janji pernikahan," ucap pendeta itu.

"Saya Jay Anderson menerima engkau Claudia Nathalie sebagai istri satu-satunya. Saya berjanji akan selalu mengasihi mu, baik dalam keadaan suka dan duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Dan saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga," kata Jay terdengar begitu lancar.

"Sekarang saya minta kepada calon mempelai wanita untuk mengucapkan janji pernikahannya," ucap pendeta itu.

"Saya Claudia Nathalie menerima engkau Jay Anderson sebagai suami satu-satunya. Saya berjanji akan selalu mengasihi mu, baik dalam keadaan suka dan duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Dan saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga," kataku mengucapkan janji pernikahan itu.

"Semoga kalian mengingat janji yang telah dibuat ini. Oleh karena, janji sudah dibuat saya menyatakan kalian berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri," pungkas pendeta itu mengesahkan hubungan pernikahan kami.

Statusku sudah berubah, sekarang aku adalah istri dari Jay Anderson. Dengan perubahan ini, kehidupan yang aku miliki juga berubah.

Setelah janji sudah terucap dan pernikahan telah dianggap sah, kini saatnya mengakhiri acara pernikahan ini. Jay pun melangkah mendekat ke arahku lalu tanpa ragu ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku dengan begitu lembut.

Jujur, ketika dicium oleh Jay jantungku rasanya berdebar dengan kencang dan aku bingung harus membalasnya bagaimana. Jadi, selama ciuman berlangsung aku hanya bisa menutup mata dan diam sambil merasakan detak jantungku yang sudah tidak beraturan.

Akhirnya Jay melepaskan ciumannya dan menatap wajahku dengan ekspresi aneh. Aku tidak tahu mengapa dia bisa berekspresi seperti itu, jadi aku memilih untuk menghindari kontak mata dengan Jay.

Pernikahan telah selesai dilakukan, hutang keluargaku juga sudah lunas dan aku kehilangan masa remajaku yang sangat berharga itu.

Kehidupan baru yang penuh kejutan telah menanti ku. Aku benar-benar berharap setelah menikah dengan Jay, kehidupanku bisa berubah jadi lebih baik dan aku tidak perlu merasa jika keputusanku untuk menikah salah serta merasakan penyesalan.

Pernikahan kini telah benar-benar selesai. Gaun indah yang tadi melekat di tubuhku kini sudah berganti dengan wedding dress dengan model yang lebih simpel.

Aku akan mengenakan pakaian ini untuk kembali ke rumah. Yang ku maksud rumah disini adalah rumah dari suamiku. Bukankah jika seorang wanita menikah ia harus mengikuti suaminya ?

Sebuah mobil SUV berwarna hitam telah berhenti tepat di hadapanku. Pengawal dari suamiku dengan cekatan membuka pintu mobil bagian belakang yang dimaksudkan untukku dan suamiku.

"Silahkan nona, tuan," ucap pengawal itu mempersilahkan ku dengan sopan.

"Masuklah," tutur suamiku.

Sesuai apa yang dikatakan oleh suamiku, aku pun melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam mobil itu namun, ketika aku mau melakukannya aku harus berhenti.

Aku memilih memutar badanku lagi lalu berlari dengan kencang menuju ke arah ayahku. Ya, aku ingin memeluk ayahku lagi walaupun tadi aku sudah melakukannya.

Setelah dirasa cukup, ayahku pun melepaskan pelukan itu dan tanpa terasa air mataku yang tadi sudah berhenti menetes kembali.

"Ayah tolong jangan rindukan aku dan mencemaskan keadaanku," ucapku

"Apa kamu yakin akan baik-baik saja ?" tanya ayahku.

"Iya, aku akan baik-baik saja. Aku akan bahagia dengan pernikahan ini ayah," jawabku bermaksud untuk menenangkan ayahku.

"Baiklah jika kamu bilang seperti itu," ucap ayahku sambil tersenyum.

"Ayah, tolong juga jaga ibu baik-baik ya. Ucapkan permintaan maaf dariku," kataku.

"Ayah akan menyampaikannya," ucap ayahku.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Jaga diri ayah baik-baik. Aku mencintaimu ayah," kataku sambil berjalan kembali ke arah mobil.

"Kamu juga... Jangan sampai telat makan...," tutur ayahku.

"Okay...," pungkas ku sambil tersenyum.

Aku pun masuk ke dalam mobil itu lalu diikuti oleh suamiku. Setelah semuanya siap mobil ini pun bergerak meninggalkan tempat pernikahan. Membawaku pergi menuju ke rumah suamiku

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!