4 tahun yang lalu...
Terlihat seorang wanita yang sedang menutup mulutnya sendiri. Dengan kedua matanya membulat menatap ke depan. Sedang air matanya mengalir keluar.
Kedua manik matanya menatap ke satu pasangan, yang sedang bercumbu mesra. Di atas ranjang.
Satu adalah temannya. Sedangkan satu lagi adalah suaminya.
Suami yang mengaku sangat mencintai dan menyayanginya.
Kepalan erat kedua buku tangan. Di kedua sisi tubuh wanita tersebut sangat terlihat.
Dadanya yang terasa sesak. Bahkan sulit baginya hanya sekedar untuk menarik nafas.
"sayang...? sudah ya? aku sudah lelah banget, kamu enggak cukup cukup ya? ". Suara wanita di atas ranjang. Masuk ke gendang terlinganya. Bagaikan ribuan belati yang tajam dan panas. Menancap di sekitar telinganya.
Layya nama wanita tersebut. Merapatkan giginya. Sedang kedua manik matanya masih tetap setia melihat ke depan. Sama sekali tidak berniat mau berbalik atau pergi dari sana. Tidak...
"tubuhmu membuat ku gila reina? dan terus mau lagi". Suara Kekehan geli pria di atas ranjang. Semakin membuat kepala tangan layya menguat. Seandainya kuku layya panjang. Mungkin akan menembus kulitnya yang putih. Akibat begitu kuatnya layya menggepal.
"ah ray....????". Suara merengek manja wanita di ranjang. Kembali masuk ke gendang telinga layya.
Memejamkan kedua matanya sesaat. Meredam sakit dan perih di dadanya. Sebelum ia kembali membukanya dan menatap kembali ke depan dengan berani.
Memberanikan diri dan batinnya. Akan kesakitan yang tidak akan ada obat. Luka yang akan selalu berbekas. Dan kesalahan...Yang tidak akan ada maafnya.
Dengan nafasnya yang berat sekaligus sesak. Layya tetap melihat pemandangan di depannya.
Pria di atas ranjang menaikkan wajahnya mencium mesra bibir pasangannya. Namun terhenti. Ketika manik matanya melihat ke depan. Dan saat itulah. Pria tersebut menyadari. Akan kehadiran istrinya di sana
Raut wajah pria tersebut tidak terlihat terkejut maupun takut. Sebaliknya.
Layya yang tersentak di sertai tubuhnya yang gemetar. Entah karna apa. Melihat raut wajah dan tatapan pria di hadapannya. Gelap dan dingin.
Mata layya dan pria di depannya beradu pandang. Hingga kedua manik mata keduanya terkunci satu sama lain dalam saling menatap.
Kedua mata layya yang tadinya menatap pria di depannya dengan penuh kebencian. Kini menjadi membulat karna terkejut dan kebingungan.
Manik mata pria di depan layya. Menatap layya dengan dingin, tajam dan penuh dengan kemarahan dan kebencian.
"sayang...? Apa yang kam...ah...RAY...?!". Pekik wanita tersebut saat dirinya mau melihat ke pintu. Namun, mukanya di tutupi dengan selimut secara tiba tiba.
Layya melihat hal tersebut sebelum kembali melihat rayyan.
'maksudnya...Kamu tidak mau dia melihatku...? ...Dan bagimu...Tidak masalah aku sudah melihatnya! ...Segitukah cintanya kamu sama dia...?!'. Batin layya lirih.
"ah ray. Ada apa si...". Ronta wanita tersebut setelah mengibaskan selimut yang menutupi wajahnya ke samping dan dia bangkit duduk.
Di saat itu juga. Ucapannya terhenti dan dia terkejut.
"Ray?!". Panggilnya ke pria yang berada di sampingnya.
Rayyan yang sedang menutupi tubuh reina. Mengacuhkan panggilan reina padanya.
Setelahnya ia kembali menatap layya yang berdiri di ambang pintu kamar. Ia merangkul pundak reina.
Tidak ada suara yang memecah keheningan di sana. Hingga beberapa menit berlalu. Semua terdiam dan hanya rayyan, layya lah yang terus berpandangan dingin.
Menarik nafasnya pelas. Sepelan mungkin. Hingga pria di depannya tidak merasakan kesakitan yang ia rasakan sekarang.
"apa ini ray...? Ada apa ini? Kenapa kamu...Dan dia...". Layya melihat ke reina. Yang tidak lain adalah... Temannya, sekaligus sudah ia anggap sahabat.
Rayyan menarik nafas sembari membuang muka ke samping sebelum menjawab ucapan layya.
Wajahnya masih terlihat dingin dan acuh.
"seperti yang kamu lihat! Apa perlu aku jelaskan lagi?! Aku rasa tidak perlu!".
Deg...
Suara detakan jantung layya.
Layya menatap meneliti raut wajah rayyan. Berharap, dengan sangat berharap.
"kamu...".
"oh ya? Karna kamu sudah tahu jadi kami tidak perlu menyembunyikannya lagi darimu, reina adalah wanita yang aku cintai sebenarnya bukan kamu, menikah denganmu hanyalah supaya aku lebih mudah mendekatinya karna gadis ini... ".
"ah...sayang...?". desah reina saat pinggang di cubit mesra rayyan. rayyan terkekeh geli dan kembali melihat layya.
"selalu menolakku dan menikah denganmu adalah salah satu cara supaya aku bisa mendekatinya, awalnya aku hanya mau menjadikan kamu kekasihku namun kamu menolak hingga aku dengar berita kalau kamu anti pada hubungan yang tanpa pernikahan, ya...mau tidak mau aku harus menikah denganmu untuk menggapai cintaku pada reina, aku mencintainya layya dan tidak denganmu dan satu lagi...".
Layya menelan ludahnya dengan susah payah sakit di hatinya, sakit di tenggorakannya dan sakit semua di bagian tubuhnya. inilah sakit yang ia rasakan. rasa sakit pengkhianatan.
"jangan berpikir kami berzina karna kami sudah lama menikah".
Kedua mata layya sontak saja membulat.
'kapan? aku tidak akan menanyakan kalimat itu tapi...'.
"kamu benar benar laki laki bajingan rayyan". geram layya marah di sertai gupalan kuat tangannya.
Mendengar umpatan wanita di depannya yang mengatakan kalau ia bajingan membuat rayyan mau bangkit dan memberi layya pelajaran namun cekalan tangan reina membuat rayyan terhenti.
"tidak ray...? kita sudah melukainya banyak, kata kata bukanlah apa apa". reina menatap rayyan. sedikit ia mempunyai perasaan bersalah namun kenapa sekarang ia berada di posisi ini karna ia tidak bisa mengendalikan perasaanya dalam mencintai suami temannya sendiri lagian suaminya mencintainya dari dulu. ia...hanya mengambil haknya.
"reina aku...".
"seumur hidup aku tidak akan memaafkanmu ray? aku tidak akan melupakan rasa sakit yang kamu berikan ini dan malam ini....akan aku ingat sampai aku mati dan kamu...memang tidak pantas untuk menjadi ayah dari anakku".
Mendengar nama anak membuat rayyan terkekeh geli sedangkan reina membulatkan matanya. 'apa maksudnya? '.
"anak?...". rayyan tertawa keras hingga kamar tersebut yang hanya di cahayai lampu tidur penuh dengan suaranya.
Layya mengernyit tidak suka.
"kamu bercanda...? kamu hamil anakku...? mengandung anakku...itu tidak mungkin terjadi layya...?".
Layya menyatukan alisnya tidak mengerti dan ia yakin sesuatu di lakukan pria ini padanya.
Rayyan bangkit berdiri dengan tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benangpun.
Layya yang melihat hal itu sontak mengalihkan matanya ke arah lain meski sekarang pria ini masih suaminya dan tidak haram baginya untuk melihat namun Hati dan mata layya masih saja belum kuat untuk melihat hal tersebut.
Rayyan yang sudah melilitkan handuk di pinggangnya melangkah mendekati layya dan berdiri tepat di hadapan layya.
"kamu ingat saat kamu pingsan di malam pertama pernikahanmu? Setelah meminum air putih yang aku berikan dan setelahnya kamu terbangun di rumah sakit, saat kamu tidak sadarkan diri layya? aku menyuruh dokter di sana untuk menyuntik tubuhmu agar tidak hamil anakku, bagaimana sekarang...?dan ah maaf untuk ini, karna efek obat itu kata dokter bisa membuatmu tidak akan hamil seumur hidup". rayyan menatap layya dengan senyum sinis di wajahnya.
Kedua mata layya sontak membulat sempurna. ia memegang perut bagian bawahnya.
Layya mendongak menatap pria bajingan di depannya. suaminya. tinggi layya hanya mencapai sebatas dada rayyan hingga mengharuskan layya mendongak ke atas.
"kamu benar benar....brengsek rayyan? ". geram layya di sertai air matanya yang jatuh. ia menyesal akan satu hal. menyesal karna sudah jatuh cinta pada pria ini.
"jaga ucapanmu, kamu bukan siapa siapa untukku dan jika bukan karna reina di sini, aku tidak akan segan untuk memukul mulutmu". geram rayyan marah di sertai matanya yang melotot menatap layya.
Layya yang sama sekali tidak mendengarkan ucapan rayyan namun asik dengan segala pikiran di dalam kepalanya. pikiran yang membuatnya tambah benci akan suaminya ini.
"aku membencimu rayyan, seumur hidup aku akan terus membencimu dan aku pastikan kamu akan hidup dalam kebencianku seumur hidupmu, tidak akan ada maaf untukmu, selama lamanya, camkan itu baik baik". layya dengan wajah dingin dan datarnya berbalik pergi bahkan air matanya mengering sendiri karna rasa sakit yang datang bertubi tubi menghantam dirinya.
"aku tidak membutuhkan itu dan lakukan apapun maumu membenci, mendendam atau kamu mau menghantuiku dengan dirimu yang mau bunuh diri? terserah kamu, aku katakan sekali lagi layya jika jika kamu tidak tahu, kamu...sama sekali tidak penting untukku". ujar rayyan dingin dan tajam lalu ia berbalik melangkah kembali keranjang dan memanggil reina dengan sebutan sayang.
Layya mencekram kuat ujung bajunya menahan kesakitan yang menghantam dadanya. ia menarik nafas sembari memejamkan matanya dan melangkah keluar dari sana.
Setiap langkahnya layya bisa mendengar suara decapan ciuman keduanya dan desahan yang keluar dari mulut keduanya. tanpa sama sekali merasa terganggu dengan keberadaannya.
'kejadian ini...sama sekali tidak akan pernah aku lupakan ray...? akan aku ingat selalu dengan begitu...di masa depan...aku tidak akan terjatuh lagi olehmu'. layya menjatuhkan air matanya untuk yang terakhir kali lalu melangkah dari sana.
💓💓💓
4 Tahun kemudian.
Bandar Udara Internasional Melbourne jam 11:02
Terlihat dua anak kecil yang sedang bermain kejar kejaran dengan satu koper kecil di tangan mereka masing masing yang terseret kesana kemari karna mengikuti sang penarik.
Brukh...
"ah...". rintis seorang bocah kecil sembari mengelus dahinya setelah ia menabrak seseorang di depannya. terlihat seorang ibu ibu dengan busananya yang cukup rapi dan berkelas.
"astaghfirullah hal'azim...kamu baik baik saj... ". ucapan wanita paruh baya tersebut terhenti saat bocah di bawahnya mendongak ke atas melihatnya.
Kedua bola mata wanita paruh baya tersebut melebar seketika dengan satu tangannya seketika menutup mulutnya.
"abang?! ab tidak apa apa...?". tanya seorang bocah kecil perempuan yang baru sampai di samping bocah laki laki tadi dan sepertinya mereka kakak beradik.
bocah yang di panggil ab mengangguk sembari memutar kepalanya melihat adiknya.
"hm". gumamnya.
Wanita paruh baya di depan mereka. menatap keduanya silih berganti.
"ini tidak mungkin! ". batinnya.
"nenek baik baik saja? maafkan abangku, menabrak nenek". ucap si gadis kecil tersebut sembari mengerjap kedua matanya. yang semakin membuat imut dan cantik. bagaimana tidak.
Rambut panjang hitam sepinggang dan juga sangat lurus dan rapi dengan satu bunga kecil di atas kepalanya, bulu mata yang lentik dan bola matanya yang sedikit kebiruan.
"abang minta maaf dong ke nenek ini, karna abang yang salah". perintah gadis kecil tersebut ke abangnya.
Dengan malas dan berwajah dingin bocah lelaki tersebut berbalik menatap wanita paruh baya di depan mereka.
"sudahlah, ayo kita kembali ke mama! nenek itu sudah besar, ayo? ". ajak bocah lelaki tersebut sembari menarik tangan adiknya namun sepertinya adiknya enggan pergi.
"maaf ya nenek cantik, kami pergi dulu". ucap gadis kecil terdebut dengan ramah dan tidak lupa senyum imut terpantri di wajah cantiknya.
"tidak, tunggu...". seru wanita paruh baya tersebut terburu buru seperti tidak ada hari esok.
"ehm...itu...kakak kamu? kalian kembar? ". tanya wanita tersebut sedikit ragu ragu. karna mereka tidak terlihat mirip.
Gadis kecil tersebut tersenyum imut sebelum menjawab. "iya nek, apa tidak mirip? banyak orang berkata begitu tapi kami kembar, dia abangku karna dia lahir dulua...eumm". ucapan gadis kecil tersebut terpotong karna abangnya menutup mulutnya.
"kamu selalu saja ngomong itu, yuk ah nanti kelamaan". potong si bocah laki laki dengan angkuh dan dinginnya sembari menarik tangan adiknya.
"tapi...".
"hai sayang...ternyata kalian di sini ya? dan nakal". ujar seorang wanita sembari mencubit hidung si gadis kecil.
Tidak jauh dari tempat ketiganya yang sedang asik tertawa dan bercanda. wanita paruh baya tadi masih setia menatap ke arah dua bocah tersebut. dan batinnya seakan akan mau menangis saja karna terharu tapi kenapa? ia pun tidak tahu.
"...mi?..".
"oh? papi? ....sudah dari toiletnya? ". tanya wanita tersebut setelah habis dari terkejutnya.
Sejenak pria paruh baya di belakangnya melihat ke depan sebelum melihat istrinya.
"lihat apa sih mi? dari tadi papi panggil, mami enggak dengar".
"oh...itu... ". ucapanya terhenti karna hal yang mau ia tunjukkan ke suaminya sudah tidak berada di sana lagi.
"ada apa? apa terjadi sesuatu saat papi ke toilet? ".
Wanita tersebut sontak menggeleng. "tidak bukan...nanti akan mami ceritain tapi...apa anak papi belum sampai, butuh berapa menit lagi tuh anak membiarkan orang tuanya menunggu di sini? apa kliennya itu lebih penting dari kita? apa proposalnya itu lebih penting...".
"itu di sana mi! ". potong pria paruh baya tersebut sembari tersenyum lugu berpikir bahwa istrinya tidak akan berlanjut mengoceh namun yang ada istrinya malah tambah jengkel.
Wanita paruh baya tersebut menghela nafas kasar sebelum melangkah ke arah seorang pemuda yang juga tengah berjalan ke arah mereka.
"aku kehabisan kata kata dengan anakmu itu..".
"anak kita! ". sahut pria paruh baya sembari melangkah di belakang istrinya.
"terserah! hilang semua, bak di telan bumi! bagaimana bisa dia betah hidup sendiri di umurnya yang sudah tidak tahu malu itu? HUH...aku benar benar tidak habis pikir, di saat temanku yang lain, hampir saja mau nimbang cicit, eh..aku malah belum nimbang cucu! coba saj...". ucapannya terhenti serentak dengan langkah kakinya. matanya menatap ke bawah lantai bandara namun terlihat kosong. karna pikirannya tertuju ke dua bocah tadi lebih lebih si bocah laki laki itu.
"ada apa mi? pi? mobilnya sud...".
"shuuuttt...". pria paruh baya tersebut mengkode anaknya supaya diam dengan meletakkan telunjuk di bibirnya.
Pemuda di depannya mengangkat bahunya tidak mengerti ke pria paruh baya tersebut.
"bagaimana bisa?! ". gumamnya lirih.
Kedua laki laki yang sekarang sudah berada di depannya terlihat semakin bingung. apanya yang bagaimana bisa?.
"mi? mami...baik baik saja? ".
Wanita paruh baya tersebut tersentak lalu mendongak melihat putranya. Karna memang anaknya lebih tinggi darinya.
Seketika itu juga raut wajahnya berubah menjadi masam. Ia kembali melanjutkan langkahnya tanpa tertarik mau menjawab pertanyaan putranya tersebut.
"hai mami...?". sapa seorang pria dari arah belakang mereka berdiri.
Tiba tiba suara dari arah belakangnya. Menyentak nya membuatnya berbalik. Melihat ke sumber suara.
"farhan?!".
Pria muda dan tampan bernama farhan. Menyungging senyum tipis di bibirnya. Sedang langkahnya mendekati wanita paruh baya tersebut.
Di sisi lain. Masih di tempat yang sama.
Terlihat seorang wanita. Mengenakan hijap pashmina berwarna abu abu. Di padu dengan bajunya yang sedikit ke coklatan. Ia berdiri di luar bandara dengan kedua manik matanya menatap ke langit kota tersebut.
4 tahun.
4 tahun sudah ia meninggalkan negeri tempat kelahirannya tersebut. dan sekarang ia kembali lagi. Namun, kali ini ia tidak sendiri.
Melainkan dengan dua belahan hatinya. Hadiah yang sangat indah yang allah berikan untuknya dalam menjalani sisa umurnya.
Layya menyungging senyum tipis di bibirnya. Lalu memejamkan matanya sesaat , merasakan udara negara kelahirannya tersebut.
"bunda...?". Suara dua anak kecil di belakangnya, yang sedang berlari. Sontak saja membuatnya membuka mata dan berbalik.
Layya tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya. Mau memeluk kedua buah hatinya.
"kalian suka di sini...? ". Tanyanya memeluk kedua bocah tersebut.
Kedua anak layya mengangguk sembari tersenyum senang.
Layya terkekeh geli.
"baiklah, ayo kita pulang ke rumah dan kita istirahat lalu...kita akan keluar untuk makan siang".
Kedua anak kecil tersebut sontak berteriak girang.
Layya dan satu temannya yang baru sampai dengan kedua koper kecil di kedua tangannya memeluk layya dan menepuk nepuk punggung layya.
"selamat kembali layya...? dan buang semua rasa itu, jadilah layya yang baru".
"terima kasih ayrin? terima kasih...untuk semuanya".
Keduanya melepaskan pelukan dan melangkah ke dalam mobil ayrin yang sudah terparkir rapi di sana.
"banyak manusia yang banyak kemiripan di dunia ini mel? ". ujar Aditama suami dari imelda wanita paruh baya tadi, yang sudah mendengar penjelasan istrinya kenapa sikapnya aneh.
"aku tahu tama? tapi bocah ini sangat mirip dengan rayyan ketika kecil, semuanya tama? andai kamu melihat, aku rasa kamu juga akan membenarkan". ujar imelda yang tidak mau mengalah.
Kedua pria lajang yang duduk di depan dan satu lagi sedang menyetir menyatukan kedua alisnya, karna dari tadi mereka hanya mendengarkan semua cerita mami mereka.
"kamu yakin ray? tidak pernah menaruh benihmu pada wanita manapun? ". ujar farhan sembari melihat rayyan yang sedang menyetir.
Rayyan hanya memutar bola matanya malas. jawabannya pria itu tahu sendiri, ia tidak akan pernah mau menyentuh wanita lain selain reina, bercanda pria ini.
"mungkin kamu pernah tidak sengaja atau...mabuk dan...".
"apa kamu pernah melihatku minum? dan juga kamu tahu, selain rania aku tidak tertarik sama wanita lain". potong rayyan yang langsung membuat farhan terdiam.
Imelda menggeram kesal.
"tunggu aja terus wanita itu hingga rambutmu memutih, kamu tidak perlu memikirkan mamimu ini, dasar egois". geram imelda.
Aditama menelan ludahnya sembari menatap istrinya lalu putranya rayyan.
"mami? kan rayyan sudah bilang, tunggu hanya 6 bulan lagi, kontrak kerja reina akan berakhir dan kami akan memberikan mami cucu yang banyak, sabar saja ya mami sayang? ". rayu rayyan lalu ia terkekeh geli ketika melihat wajah wanita yang paling ia cintai di dunia ini cemberut.
"memang benaran 6 bulan? enggak di majuin lagi, kemarin juga begitu".
Rayyan melihat farhan sekilas sebelum kembali menatap ke depan.
"dia sudah berjanji cukup 6 bulan lagi".
Farhan mengedikkan bahunya tidak peduli. ia kembali mengingat wanita yang tadi di bandara dan ia pun tersenyum senyum sendiri.
"kurasa ada hal baru yang terjadi sama anak kesayangan mami ini, ayo cerita sama mami". imelda bersemangat seketika dan memperbaiki duduknya melihat farhan yang duduk di kursi depan.
Farhan tersenyum lalu membuka suara. tidak pernah ada yang ia tutupi dari mami rayyan, ya tante imelda adalah sahabat dari bundanya karna dari kecil sudah bersahabat dengan rayyan jadi dirinya pun ikut ikutan panggil mami dan tante imelda senang senang saja malah sangat suka.
"tadi farhan bertemu seorang wanita dan saat itu juga...farhan langsung jatuh cinta padanya, dia...cantik dan anggun di saat bersamaan, kami bertemu tidak sengaja".
Imelda tersenyum senang.
"kalian sudah berkenalan? siapa namanya? ".
Wajah farhan terlihat sedih dan semua yang ada di mobil bisa menebak ekspresi wajah farhan.
"kalian tidak berkenalan? ". tanya imelda nyaris hampir berteriak.
Farhan menggeleng.
"kamu kehilangannya? ".
"dia terlihat buru buru dan aku juga lupa tanya namanya".
Aditama dan imelda menatap farhan dengan kasihan.
"hilang begitu saja? ". imelda lagi lagi bertanya.
Farhan mengangguk.
Imelda menghela nafas lelah.
"lalu kenapa kamu senyam senyum tidak jelas, padahal kamu belum tahu akan bertemu dia lagi".
Farhan tersenyum lagi setelah tadi wajahnya terlihat sedih.
"dia cantik dan dia...sangat mirip seperti bunda ketika muda, karna itu aku tersenyum, tipe wanita farhan banget, wanita seperti itu yang farhan cari selama ini".
Pembicaraan mereka terus berlangsung hingga mobil tersebut memasuki perkarangan rumah mewah di kota tersebut.
💓💓💓
Layya membanting tas sampingnya ke sofa setelah mereka masuk ke dalam apartemen milik ayrin temannya. ia mendesah lelah.
Kedua anaknya berlari larian di dalam rumah tersebut begitu sampai, keluar masuk kamar lalu ke dapur, lalu ke kamar mandi dan mereka berhenti di sofa di mana layya yang sedang merebahkan tubuhnya.
"bunda...? ini rumah tante ayrin? dan kita akan tinggal di sini? ". tanya maryam anaknya yang kecil.
Layya tersenyum sembari memperbaiki duduknya menatap maryam anaknya lalu menoleh ke yusuf yang sedang melihat lihat tv. mungkin dia sedang mencari Game.
"ya! untuk sementara kita akan tinggal dengan tante ayrin dulu tidak apa kan? ". tanyanya sambil mengelus kepala maryam.
Maryam menyungging senyum yang semakin memperlihatkan keimutannya. lalu ia mengangguk.
"kamu suka di sini".
Maryam mengangguk lagi sambil tersenyum.
Layya mengalihkan matanya melihat yusuf.
"yusuf kamu bagaimana? bisakan? ".
Yusuf melihat layya sekilas sebelum kembali melihat ke tv.
"mau bagaimana lagi, kita tidak punya tempat tinggal".
Duar...
Layya menelan ludahnya, anaknya yang satu ini jarang mau berbicara namun sekali bicara. eummm.
Layya melihat ayrin dengan nampan di tangannya.
"ayrin? ".
"bukan untuk mu, untuk anak anak, mereka tentu haus dan aku tadi bikin kue kesukaan mereka, ayo anak anak makan kue dan minum dulu setelahnya tante tunjukkin kamar kalian".
Maryam sontak berteriak girang sedangkan yusuf hanya melihat ayrin acuh lalu melangkah ke sofa dan duduk di sana.
Layya menarik nafas lalu bangkit bangun, membawa kopernya masuk ke kamar ayrin. semenit kemudian ia keluar lagi lalu meraih kedua koper anaknya dan membawa masuk ke dalam kamar satu lagi.
Maryam menghabiskan jus mangganya jus yang keduanya sukai lalu mengejar langkah layya.
Mata maryam membulat dan berbinar melihat isi kamarnya dan abangnya. ia tersenyum dan berlari ke ranjangnya, naik ke atasnya dan berloncat loncat di sana.
Layya berbalik melihat ke ayrin saat merasakan ayrin berdiri di belakangnya sembari tertawa senang melihat maryam yang bahagia.
"kamu yang buat ini? ".
Ayrin tersenyum menatap ayla dan ia mengangguk.
"aku membuatmu kerepotan, maafkan aku, padahal cukup kamar biasa". layya merasa bersalah.
Ayrin melangkah mendekati layya.
"aku kan sudah bilang layya, mereka sudah seperti anakku tahu? dan melihat mereka bahagia aku ikut senang, coba lihat".
Layya melihat kedua anaknya lagi. satu kamar yang sedikit luas dengan 2 ranjang single untuk anak anak, 1 ranjang berwarna pink dan 1 lagi khas seorang anak cowok, di tambah kedua sisi yang hanya di halangi satu meja di tengah tengah ranjang namun ayrin membuat satu persatu bagian dengan warna dinding yang beda. sebelah untuk maryam warna dinding pink dengan lukisan barbie sedangkan sebelah lagi, lukisan super hero dan kesukaan yusuf, bumblebee.
"aku kehabisan kata kata denganmu ayrin...?"
Ayrin terkekeh geli.
"besok langsung masuk kerja? ".
Layya mengangguk.
"aku harus handal semua ayrin? dalam 3 bulan, aku rasa aku akan sibut banget dan mungkin waktu untuk anak anakku pun akan sedikit".
Ayrin menepuk pundak layya.
"semangat".
Layya terkekeh geli.
"tentu saja". keduanya tertawa kecil.
"oh ya? bagaimana dengan desain rumah yang kamu desain 6 bulan lalu, aku dengar mereka memintamu untuk memantau ke lapangan sekali".
Layya mengangguk lalu mendesah lelah.
"untuk desain konstruksi sepertinya sudah selesai, mereka akan memulai ke tahap desain interior dan ya, mereka memintaku untuk ke sana, untuk melihat saja, apa sama atau tidak atau ada yang perlu di ubah".
"kamu sudah pernah bertemu dengan pemilik rumah yang kamu desain tersebut?".
Layya menggeleng. ia hanya mendengar kalau pemiliknya adalah salah satu pengusaha kaya di kota ini dan rumah itu mau ia persembahkan untuk calon istrinya.
Wanita mana yang tidak senang di manjakan begitu? bahkan desainnya saja, dia lihat dengan teliti.
Layya mendesah lelah. ia memilih tidak peduli. berbicara tentang laki laki maka akan membuatnya membenci semua lelaki di dunia ini kecuali satu orang...ayahnya.
"aku akan membongkar koperku dulu". ujar layya sembari melangkah keluar dari kamar kedua anaknya.
Kepala layya mendongak ke atas menatap gedung di depannya, ia melangkahkan kakinya masuk ke sana hingga kakinya sampai di lobby lalu berhenti tepat di depan lift. tidak lama layya menunggu lift turun dari lantai atas dan beberapa karyawan perusahaan tersebut keluar dengan semua menatap layya dengan tatapan bertanya tanya kalau siapa dirinya dan untuk apa ke sini.
Layya tersenyum, ia bisa menebak kalau mereka karyawan baru karna tidak ada di gedung tersebut yang tidak mengenalinya karna ia sudah bekerja di perusahaan ini selama 4 tahun lebih dan sudah menjadi pegawai tetap 3 tahun yang lalu.
Ting...
Pintu lift terbuka. layya keluar dari sana dan ia langsung di kejutkan dengan sambutan para teman temannya semasa ia bekerja di sini sebelum pindah ke kantor cabang.
"selamat kembali layya? kami semua merindukanmu". ucap ke 5 karyawan tersebut di hadapan layya. 2 laki laki dan 3 perempuan.
Layya yang terharu sekaligus bahagia menutup mulutnya.
"kalian...membuatku seperti berasa pulang ke rumah sendiri". layya menitikkan air matanya.
"hei...ini memang rumahmu tahu? ". sahut salah satu wanita di sana sambil melangkah mendekati layya lalu memeluk layya.
Layya membalas pelukan wanita tersebut.
"lama tidak bertemu, aku merindukanmu dan maaf, aku tidak sempat ke sana melihatmu dan kedua anakmu yang tampan dan imut itu? ". seru nadia antusias.
Layya terkekeh geli.
"aku juga merindukan ke usilanmu". keduanya tertawa girang.
"sudah sudah, nanti setelah layya sudah membereskan semua barangnya, kita ke tempat layya untuk melihat 2 jagoannya". ujar salaj satu pria yang sudah sedikit berumur dengan tubuhnya yang gemuk.
"benarkah pak wakil GM? ". seru nadia senang. di ikuti anggukan teman layya yang lain.
" tentu saja, nadia ayo tunjukkan kantor untuk layya dan semua...kembali bekerja". ujar Pak wakil GM tersebut lalu berbalik melangkah keruangannya.
Layya menatap nadia bingung.
"kantor? bukankah aku sudah sampai? tunggu...apa bukan di sini lagi? ".
Nadia hanya membelas dengan senyuman lalu menarik tangan layya membawa layya ke salah satu ruangan di sana dan membuka pintu coklat tersebut.
"surprise... mulai sekarang, ini adalah kantormu dan aku akan menjadi wakilmu dan pak GM sudah merekrut satu asisten untuk membantumu, ayo masuk". ajak nadia yang melihat layya hanya berdiri di ambang pintu sembari menatap ke dalam ruangan tersebut.
Layya ternganga tidak percaya.
"aku tidak tahu harus bilang apa, aku rasa aku harus berterima kasih ke pak GM".
"oh ya, pak GM berpesan kalau kamu sudah masuk, menyuruh mu keruangannya dan untuk sekarang silakan nikmati ini, aku keluar dulu".
Layya mengangguk samar.
layya melangkah ke kursi dengan meja yang sekarang akan menjadi meja untuknya bekerja.
Layya menduduki bokongnya di sana, merasakan rasanya duduk di kursi putar tersebut lalu ia bangkit berdiri saat melihat jendela yang memperlihatkan langit biru di luar. ia melangkah ke sana, berdiri di samping kaca dengan kedua manik matanya menatap ke luar gedung tersebut.
Layya tersentak saat mengingat ucapan nadia tadi, yang bilang ia harus keruangan pak GM.
Layya berbalik dan melangkah keluar dari kantornya tersebut.
"maaf jika membuatmu kembali dengan cepat ke sini".
"tidak pak, cepat atau lambat, saya juga akan kembali dan di manapun itu, saya suka bekerja di perusahaan ini".
Pak GM tersebut tersenyum hangat. Pak GM seorang pria bisa di katakan sudah berumur dengan beberapa uban di kepalanya bertubuh kurus dan sedikit panjang.
"oh ya ini...untukmu". Pak kevin biasa di panggil, menyodorkan satu kunci ke depan layya.
Mata layya membulat melihatnya.
"pak ini...".
Pak kevin tersenyum.
"ini hadiah pemberian dari pak di rektur untukmu karna kamu sudah bekerja keras selama ini dan hasil kerjamu selama ini sukses membanggakan perusahaan, terimalah! pak direktur bilang tidak ada penolakan".
"tapi...".
"di tambah mulai sekarang kamu membutuhkan satu mobil layya? untuk ke sana kemari, karna mulai kamu akan sering bekerja di luar daripada di perusahaan, benar bukan? ".
Layya terlihat berpikir lalu mengangguk membenarkan ucapan pak kevin.
Layya tersenyum senang. 'di sambut saat hari pertama masuk kembali, di kasih kantor untuk sendiri dan sekarang...satu kunci mobil yang artinya...".
"mobilnya terparkir di basemen, jika kamu mau bapak akan menyuruh budi untuk membawa ke parkiran depan".
Layya sontak menggeleng sembari melambai lambaikan tangannya ke hadapan pak kevin.
"saya akan ambil sendiri pak, itu akan merepotkan sekretaris bapak dan...terima kasih banyak pak dan...terima kasih juga untuk pak dirut".
Pak kevin tertawa kecil lalu mengangguk.
"akan saya sampaikan, kebetulan sebentar lagi saya akan menghadiri rapat, oh ya? bapak dengar pihak Imperial meminta untuk kamu mengecek kelapangan, atas hasil desainmu benar? ".
Layya mengangguk.
Pak kevin tersenyum.
"dan untuk desain meeting room, sudah siap semuanya bukan".
Layya mengangguk mantap.
"besok akan mulai bekerja pak? ".
Pak kevin tersenyum lagi.
"aku serahkan padamu, baiklah! selamat kembali dan bekerja layya"
Layya menunduk.
"baik pak dan terimakasih, permisi pak". layya berbalik.
"ya, oh ya?... ".
Layya sontak menghentikan langkahnya dan berbalik melihat pak kevin.
"aku dengar anakmu tampan dan imut, kapan kapan ajak mereka main ke sini, bapak yakin mereka akan suka".
Layya menyungging senyum tipis.
"akan saya usahakan pak, jika saya ada waktu".
"oh, ha ha ha, aku lupa, kalau 3 bulan ini kamu akan sibuk banget, semangat layya dan...ambil ini". pak kevin melempar kunci mobil ke arah layya dan layya dengan sigap menangkapnya.
"itu mahal lho? jaga baik baik".
Layya lagi lagi hanya tersenyum lalu berbalik melangkah pergi dari sana. di luar pintu ia menatap kunci yang berada di telapak tangannya.
Baru saja ia kepikiran untuk membeli 1 mobil murah, supaya ia mudah berangkat kerja dan pergi ke sana sini terlebih tidak lama lagi kedua anaknya akan masuk sekolah. ia perlu mobil untuk mengantar mereka. namun siapa sangka hadiah yang tidak terduga allah berikan untuknya. dengan begitu...ia bisa menyimpan uang itu untuk keperluan lain.
Layya tersenyum lalu melangkah dari sana memasuki lift menuju lantai di mana kantornya berada.
💓💓💓
Terlihat seorang pria dengan setelan jas hitam masuk ke ruangan di mana pemilik perusahaan tersebut berada. dengan di tangannya beberapa berkas yang di minta atasannya.
"ini pak, data karyawan baru yang bapak minta".
Pria yang duduk di balik meja tersebut dengan wajah dingin dan datarnya merain berkas yang di sodorkan tidak lain asistennya melihat dan menelitinya dengan sangat hati hati.
"bagaimana menurutmu aldi? apa mereka bisa bekerja dengan baik? atau hanya bermodal tampang". ujarnya dingin.
Aldi asisten pria tersebut menelan ludahnya gugup. tidak sedikit karyawan wanita di perusahaan ini yang di pecat atasannya karna tidak bisa bekerja bukan karna dari lulusan rendah atau benar benar tidak bisa bekerja tapi...mereka lalai dengan pekerjaan mereka dan sibuk mempercantikkan diri untuk mendapatkan si pemilik perusahaan tersebut. rayyan putra aditama, anak konglemerat sekaligus pengusaha kaya. wanita mana yang tidak mau dengannya ditambah dengan ketampannya dan tubuhnya yang membuat para pria terutama dirinya iri.
Aldi mendesah lelah.
Brakh...
Rayyan membanting berkas ke meja sedangkan aldi terperanjat terkejut.
"mulai sekarang akan menjadi tugasmu, jika kamu kira mereka tidak bisa bekerja maka...keluarkan mereka".
Aldi menelan ludahnya gugup sembari meraih berkas tadi. dari pertama masuk tadi pagi, presdir berada dalam mood yang buruk.
'apa sedang bertengkar dengan kekasihnya? ..oh ya...?'.
"tunggu apa lagi keluarlah". usir rayyan dingin lalu kembali melihat dokumen di depannya.
"presdir, sebentar lagi saya akan kelokasi rumah anda, seperti yang saya sampaikan kemarin, hari ini bu zunaira desainer akan datang kelapangan untuk melihat desainnya, presdir yakin tidak mau ikut? ".
Rayyan menaikkan pandangannya menatap aldi tajam.
"kenapa aku harus pergi? pentingkah dia? suruh saja dia untuk turun tangan langsung karna aku tidak menerima kecacatan sedikitpun di rumah itu dan jika itu terjadi, buat mereka membayar 2 kali lipat dari harga kontrak". rayyan kembali melihat ke kertas putih di depannya, yang sangat membutuhkan tanda tangannya dan ia harus meneliti semua dengan jelas.
'tentu saja! tidak ada yang penting bagi dirimu terkecuali kekasih hatimu itu...nyonya aditama, meski sering di tinggal, aku yakin moodmu juga karna di tinggal lagi'. cibir aldi di dalam hati. jika nyata, euhm...siap siap cari kerja di tempat lain.
"baik pak, saya permisi". pamit aldi lalu dia melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Cklekc...
Aldi menutup pintu di belakangnya. ia menatao sebentar sebelum melihat sekretaris rayyan.
"hawa di dalam sangat mengerikan". ujar aldi sembari melangkah ke meja kerjanya.
Wanita yang bernama rose menatap aldi lalu melihat ke pintu.
"tidak ada yang bisa menebak kenapa presdir begitu".
Aldi mendesah lelah.
"kamu masih tanya? siapa lagi yang bisa membuat moodnya selalu dingin begitu jika bukan bu reina? aku bahkan bisa menghitung dengan jari ketika wajahnya bisa tersenyum". cibir aldi.
"sepertinya kamu sudah mulai lelah kerja di sini, apa perlu bantuan?"
Aldi menggeleng lemah sembari bangkit dari kursinya dan menenteng satu tas setelah memasukan beberapa berkas yang ia perlukan.
"mau pergi lagi? "
"ya, menemui desainer misterius zunaira lalu pergi menemui klien dan setelahnya ke lokas...".
Kedua bola mata rose membulat.
"kamu mau bertemu dengannya? ...oh ya? pengecekan lapangan! ".
Aldi mengangguk lemah.
"aku pergi".
Rose menahan tangan aldi. aldi menatap itu dengan bingung dan sedetik kemudian ia tahu apa mau wanita ini...
"fotoin satu ya? ".
"tidak! ayolah rose, ini pertama bertemu mana berani aku minta fotonya".
"oh ayolah, aldi? kamu tahu? aku sangat ingin dia mendesain apartemenku tapi setiap aku ajukan kontrak ke perusahaan xx tersebut mereka selalu bilang kalau bu zunaira belum bisa karna sedang menangani proyek besar, kesal deh".
"gini saja, kamu tahu kan? beberapa hari lagi, meeting room akan di kerjakan dan itu di bawah kontrak bu zunaira, tanggung jawab bu zunaira sampai selesai dan saat itu..".
Ctak...
Rose menyentik jarinya sembari tersenyum senang.
"kamu benar! kenapa aku bisa tidak ingat, baiklah pergi sana, selamat bekerja". rose kembali ke meja kerjanya.
"giliran ada mau aja, dasar wanita". cibir ald lalu melangkah keluar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!