NovelToon NovelToon

Romansa Anak SMA

1

Matahari bersinar begitu terik pagi hari ini, murid-murid dari SMA Tunas Bangsa yang sedang mengikuti upacara, mengeluh kepanasan. Sementara Bapak Kepala Sekolah dari SMA tersebut masih begitu semangat mengobarkan rasa nasionalis kepada semua muridnya.

Ya, hari ini tepat tanggal 17 Agustus. Hari dimana sebagai bangsa Indonesia, kita wajib melaksanakan upara bendera untuk menyambut Hari Kemerdekaan Negara Indonesia.

"Lo bisa nggak sih, nggak usah mepet-mepet gue mulu!" omel Gio kepada salah seorang teman wanitanya bernama Alenka.

"Ish geer amat, lo tahu panas nggak sih?" Alenka tak kalah sewot.

Tak bisa dipungkiri bahwa kedua orang tersebut emang selalu tak bisa akur. Setiap kali bertemu selalu cekcok, entah Gio atau Alenka duluan yang mulai.

"Udah jangan berantem mulu!" Ciara, sahabat Alenka melerai pertikaian yang akan segera terjadi.

"Temen lo tuh mepet-mepet gue mulu." Gio mengadu.

"Heh, siapa juga yang mepet-mepet lo, geer amat." sanggah Alenka tak terima.

Ciara yang sudah terbiasa melihat kedua orang itu saling bertengkar hanya bisa mengingatkan sahabatnya supaya khitmad dalam mengikuti upacara.

Setelah satu jam, akhirnya upacara itupun selesai. Dan semua murid pada membubarkan diri masing-masing.

"Abis ini mau kemana?" tanya Ineke salah seorang member The CERIA, yang ada lima personel wanita, salah satunya Alenka dan Ciara.

"Nongkrong aja yuk!" ajak Ciara.

"Boleh, gue juga males dirumah, nggak ada temen." sahut Ellena.

"Hai ciwi-ciwi," sapa Arka, pacar Ciara.

"Mau kemana kalian?" tanyanya.

"Kita mau ke coffe Rose, lo mau ikut nggak yank?" ajak Ciara, yang tentu saja itu adalah kesempatan buat mereka pacaran.

"Boleh, gue ajak yang lain dulu," jawab Arka meninggalkan kelima cewek yang sedang berjalan menuju parkiran.

Meskipun baru satu setengah bulan mereka kenal, tapi mereka sudah sangat akrab, bahkan mereka membuat geng dengan nama The CERIA, yang merupakan inisial nama mereka masing-masing. Tapi ada juga yang sudah berteman dari SMP, contohnya Alenka dengan Ellena. Mereka suadah bersahabat dari SMP, karena sekolah mereka yang sama.

Kelima perempuan itu berjalan menuju parkiran dengan bercanda di sepanjang jalan. Karena kecantikan mereka pula, banyak kakak kelas atau teman satu angkatan mereka yang sering godain mereka. Bahkan terkadang tidak segan mengajak mereka ngedate.

"Hai Alenka," sapa salah seorang kakak kelas yang selalu menggoda Alenka. Hanya dengan tersenyum manis dia menjawab sapaan kakak kelasnya itu.

Bagi Alenka dia sudah terbiasa dengan kegenitan kakak kelasnya. Tapi tidak yang dia tanggapin dengan serius.

"Buruan woi!" seru Gio yang sudah tidak sabar menunggu kelima cewek itu.

"Eh buset, udah disana aja mereka." ucap Ellena.

"Sabar ngapa?" Alenka yang masih kesal menjawab dengan sewot.

"Gi, gue boleh bonceng lo nggak? Refina nggak bawa motor soalnya." Ineke tidak mau melewatkan kesempatan. Dari pertama ketemu Gio, Ineke memang sudah naksir sama Gio.

Gio ingin menolak tapi dia sungkan, akhirnya dia mengiyakan permintaan Ineke. Sementara Alenka berboncengan dengan Ellena, dan Ciara dengan Arka, Refina juga dengan salah satu teman lelaki mereka.

Sepanjang perjalanan senyuman tersungging dibibir Ineke. Ini pertama kalinya dia berboncengan dengan Gio, setelah dia mulai naksir sama Gio.

"Mereka cocok ya Al?" tanya Ellena, sembari sesekali melirik ke samping, dimana ada Gio yang berboncengan dengan Ineke. Sementara Alenka yang masih fokus mengemudi hanya menganggukan kepalanya.

Bukan rahasia umum lagi bagi kelima sahabat itu, kalau Ineke naksir sama Gio. Mereka sama-sama tahu, karena mereka juga sering curhat bareng. Juga sikap Ineke yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya untuk Gio.

Setibanya di coffe Rose, kehebohan terjadi karena Gio cs langsung menuju panggung kecil yang disediakan oleh kafe tersebut untuk live musik. Strategi marketing yang cukup bagus. Mengingat bahwa anak muda jaman sekarang lebih suka bermusik untuk mengekspresikan diri mereka.

"Wuih Gio keren banget." puji Ineke kegirangan. Dia berkali-kali bertepuk tangan dengan semangat. Sedikit lebay sih.

"Yank, lo nggak mau gitu nyanyi buat gue?" Ciara bertingkah manja ke Arka.

"Apaan sih, jangan lebay ah!" ucap Arka menarik hidung Ciara.

"Ish, nggak peka amat ama perasaan jomblo." sewot Ellena, yang terkenal dengan kejutekannya.

"Makanya jangan judes-judes jadi cewek, biar cepet punya pacar." olok Alenka mendorong kepala Ellena pelan.

"Hey, sesama jomblo dilarang saling mengejek." balas Ellena mendorong kepala Alenka pelan, setelah kemudian mereka tertawa bersama.

Ketika Alenka menoleh ke arah panggung kecil di depan, dia tanpa beradu pandang dengan Gio yang sedang bernyanyi, dengan diiringi oleh ketiga temannya yang memainkan alat musik masing-masing.

Canggung. Mereka berdua merasa sangat canggung, kemudian melepar pandangan ke samping.

"Kenapa lo?" tanya Ellena, dia melihat gelagat Alenka yang tak biasa.

"Nggak kenapa-napa kok." jawab Alenka sambil mengatur nafasnya untuk meredakan kecanggungannya.

Setelah menyanyikan dua buah lagu yang begitu romantis, Gio dan ketiga temannya bergabung ke meja yang lainnya. Gio sengaja duduk di kursi dekat dengan Alenka, karena dia tidak mau duduk di samping Ineke yang lebay.

"Ngapain lo mepet-mepet gue?" sewot Alenka.

"Berisik." jawab Gio singkat.

"Gio, suara lo bagus banget, kapan-kapan boleh dong duet ama gue." ucap Ineke heboh. Sementara Gio hanya menganggukan kepalanya pelan dan tersenyum kecil.

"Duet ama gue aja In," sahut Jack yang bernama asli Jaka Prasetya.

"Nggak ah, gue maunya ama Gio aja." jawab Ineke sedikit ketus.

"Suara gue juga nggak kalah ama suaranya Gio." gumam Jack sedikit kecewa. Dia tahu seberapa sombongnya Ineke, karena mereka sudah kenal dari SD. Meskipun begitu Jack menyimpan perasaan khusus buat Ineke.

"Nggak usah maksa deh!" sewot Ineke lagi.

"Udah ah jangan berantem mulu! mending kita makan aja, gue laper." keluh Alenka.

Waktu berlalu dengan sangat cepat, tanpa terasa mereka sudah menghabiskan 3 jam ditempat itu. Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing.

Akan tetapi, Ellena bukannya pulang ke rumahnya malah ikut Alenka pulang ke rumah Alenka. Alenka menyadari ada yang tidak beres dengan perilaku sahabatnya itu. Dan dia menebak, Ellena pasti sedang ada masalah.

Dan benar saja, belum juga Alenka bertanya. Ellena sudah curhat duluan. Setelah berganti pakaian, Alenka melompat ke kasur dimana Ellena sudah duluan berbaring dan bercerita tentang masalahnya.

"Kan bisa backstreet El," ucap Alenka memberi jawaban atas curhatan Ellena tentang sikap mamanya yang matre.

"Au ah," Ellena terlalu frustasi. Sebagai seorang anak dia ingin berbakti kepada orang tuanya. Tapi dia juga ingin bahagia.

"Udah nggak usah dipikirin banget, nanti pusing sendiri lo."

"Oh ya, gimana lo sama kakaknya Ciara? udah jadian?" tanya Ellena sambil membalikan tubuhnya menatap Alenka.

"Gue minder El, kak Kiano sih udah nembak gue tapi gue masih mikir-mikir dulu." jawab Alenka.

"Kak Kiano nembak lo?" Alenka menganggukan kepalanya.

"Kenapa nggak lo langsung terima aja sih?"

"Kita kan baru aja deket, belum tahu sikap masing-masing juga, tapi emang sih kak Kiano ganteng banget anj*r." Alenka menutup mukanya dengan kedua tangannya.

"Kalau gitu lo terima aja Al! lumayan daripada jomblo terus." ledek Ellena menertawakan Alenka.

"Iya deh, percaya yang sekarang punya pacar." sindir Alenka, langsung dapat gelitikan dari Ellena.

2

Tok tok tok

Pintu kamar Alenka diketuk oleh Mbak Yanti, assiten rumah tangga dirumahnya.

"Non, dicariin temennya dibawah." ucap Mbak Yanti ketika Alenka membuka pintu.

"Siapa mbak?" tanya Alenka penasaran.

"Mbak lupa nanya namanya." jawab mbak Yanti merenges. Sementara Alenka hanya memutar bola matanya. Lalu Alenka turun ke ruang tamu bersama ART-nya.

Setelah tahu siapa yang mencarinya, senyuman melebar dibibir Alenka. Dia melihat sosok seorang lelaki dengan perawakan tinggi besar. Dia adalah Kiano, kakak dari sahabatnya yaitu Ciara.

"Kak Kiano," sapanya dengan bahagia.

"Aku ganggu nggak?" tanya Kiano to the point.

"Nggak sih kenapa emangnya?"

"Aku mau ajak kamu jalan!"

"Em, gimana ya kak, soalnya ada Ellena disini, aku nggak enak kalau mau ninggalin dia." Alenka sedikit kecewa sih, tapi dia lebih memilih menemani sahabatnya.

"Oh, ya udah kalau gitu besok malam aja, aku mau ajakin kamu ke acara reuni SMP aku, kamu mau nggak?" Alenka hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. Dia hampir tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.

Tak lama kemudian Kiano berpamitan. Dan Alenka pun kembali ke kamar dengan bahagia. Dia berjoget-joget tak jelas, membuat Ellena merasa jijik.

"Lo kenapa sih? emang tadi siapa yang dateng?" tanya Ellena masih dengam bergidik. Eh, Alenka bukannya menjawab malah memeluk Ellena dan mengajak Ellena menari.

"Gila nih anak." omel Ellena merasa jijik dengan tingkah Alenka yang tak seperti biasanya. Kalau biasanya dia terkesan tomboy,dewasa, tapi kali ini bener-bener menjijikan.

"Kak Kiano ajakin gue ke acara reunian SMP-nya besok." ucap Alenka kegirangan.

"Lo ditembak aja nggak jawab, sekarang kegirangan lo cuma diajakin ke reunian aja."

"Iyalah gue girang, kak Kiano mau kenalin gue ke temen-temennya itu artinya dia beneran cinta sama gue. Pokoknya besok gue harus kasih jawaban ke kak Kiano." Alenka masih sangat kegirangan.

Emang sih bagi sebagian wanita, sangat bahagia saat ada seseorang lelaki yang tidak ragu memperkenalkan dirinya kepada teman-temannya. Itu lebih bisa diartikan, jika lelaki itu ingin menunjukan kepada teman-temannya, kalau dia sedang deket dengan wanita ini. Atau bisa juga, lelaki itu merasa bangga kepada si wanita, makanya dia tidak ragu memperkenalkan kepada dunia. Mungkin seperti itu sih.

"Gila lo." gumam Ellena, lalu kembali membaringkan tubuhnya diatas kasur.

Setiap kali Ellena punya masalah, dia selalu ke rumah Alenka. Dan dikasur itulah, dia bisa sedikit menaruh beban pikirannya. Ellena selalu tidak betah dirumahnya sendiri.

"Tidur aja lo, gue mau mandi." ucap Alenka lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

"Hmm," Ellena bersenandung sambil memejamkan matanya. Pikiran terlalu penuh dengan masalah.

Ketika Alenka keluar dari kamar mandi, dia melihat Ellena yang sudah terlelap. Dilihatnya wajah manis sahabatnya. Alenka merasa sangat kasihan kepada Ellena. Bahkan saat dia terlelap, raut wajahnya terlihat kusut, seperti mencerminkan masalah yang begitu berat.

"Gue akan selalu ada buat lo, jangankan hanya pundak, pelukan gue juga buat lo, kalau itu bisa meringankan beban pikiran lo." gumam Alenka sembari menatap wajah polos Ellena yang masih terlelap.

Alenka sangat bersyukur, dia memiliki kedua orang tua yang begitu sangat menyayangi dia. Yang selalu mendukung apapun pilihannya. Juga kakak lelaki yang begitu protektif tapi sangat menyayanginya.

****

Di kantin sekolah.

"Hai Alenka, hai Ellena." sapa Rama dengan genit sambil menghampiri kedua cewek yang sedang ngobrol.

"Nggak usah genit!" omel Ellena dengan ciri khas kejutekannya.

"Yaelah galak amat sih neng." ucap Rama menarik kursi dan duduk bersama kedua cewek itu.

"Tumben lo sendirian, temen-temen lo mana?" tanya Alenka tak kalah jutek.

"Ada noh di kelas, bilang aja kalau lo mau nanyain Gio kan?" goda Rama membuat Alenka membulatkan matanya.

"Bercanda doang, gitu aja melotot lo." lanjut Rama dengan cengar cengir.

"Minggat nggak lo!" suruh Alenka dengan kesal.

"Yaelah, kasian ngapa ama gue, gue kan mau pedekate sama Ellena." jawab Rama menaik turunkan alisnya. Rama memang terkenal dengan keusilannya.

"Nggak mau gue!" teriak Ellena bergidik.

"Yakin nggak mau? gue ganteng loh?" ucap Rama dengan kepedean diatas rata-rata.

"Hoek.." Alenka dan Ellena berseru bersama membuat Rama mencak-mencak.

Tak lama pula datanglah Ineke bersama dengan Refina. Ineke lalu bertanya dimana Gio, karena dikelas tidak dikantin juga tidak ada.

"Pacaran kalik." jawab Rama sekenanya.

"Gio udah punya pacar?" tanya Ineke dengan kaget.

"Dulu punya tapi sekarang nggak tahu masih pacaran atau nggak, tapi kayaknya sih belum bisa move on." jawab Rama.

"Siapa namanya? kelas berapa? sekolah disini juga?" Ineke heboh sendiri.

"Nggak, ceweknya nggak sekolah sini."

Mendengar ucapan Rama, Ineke menjadi kecewa. Dia seketika merasa tidak bersemangat. Melihat betapa rapuhnya sahabatnya, Alenka berusaha menyemangati lagi Ineke.

"Cowok di dunia nggak hanya Gio doang, tuh ada Rama yang ganteng juga, tapi sekebun binatang." ucap Alenka tertawa.

Di paruh pertama ucapan Alenka, Rama merasa bangga. Tapi diparuh kedua Rama menjadi mencak-mencak lagi karena dia samakan dengan hewan.

"Mulut lo!" omelnya melempar Alenka dengan kacang. Sementara melihat Rama yang mengomel membuat Ineke kembali bisa tersenyum.

Tapi tetap saja dia merasa sangat kecewa. Dia bahkan juga punya rencana menyatakan cintanya ke Gio. Tapi ternyata Gio sudah punya kekasih lain.

"Gitu dong senyum," ucap Alenka.

"Tapi tetep aja gue sedih Al, gue suka beneran sama Gio." Refina yang ada disebelah Ineke langsung merangkulnya.

"Sabar ya In, gue yakin lo pasti bakal dapetin yang lebih baik dari Gio." ucap Refina memberi semangat. Refina memang lemah lembut banget orangnya.

Beberapa menit kemudian bel tanda masuk pun berbunyi. Mereka mengikuti pelajaran dengan baik, kebetulan mereka semua satu kelas.

Di dalam kelas Ineke masih aja tidak bersemangat. Sesekali dia melirik ke arah bangku Gio yang ada di samping bagian belakang. Dengan malas-malasan dia mulai mencatat pelajaran yang diberikan oleh guru di papan tulis.

"Semangat." ucap Alenka pelan, yang duduk tepat dibelakangnya, disamping Alenka ada Ellena yang fokus mencatat.

3

Tetttt tetttt

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Sorak sorai kegembiraan terdengar sedikit memekak telinga.

"Ntar malem ikut nongkrong yuk bareng The Gokil," ajak Arka mendekat ke bangku Ciara cs.

"Boleh, boleh." Ineke langsung bersemangat. Pasalnya The Gokil adalah nama geng yang ada Gio sebagai anggotanya. Ciri khas anak muda, geng-gengan.

"Gue nggak bisa, ayah gue pasti nggak ngizinin." sahut Refina dengan lesu. Dia juga ingin seperti temannya yang lain, tapi ayahnya terlalu amat protektif.

"Bentar aja masa nggak boleh?" ucap Boy merasa kasihan kepada Refina. Pasalnya, dari kelima anggota The CERIA, hanya Refina yang jarang bisa keluar.

"Ayah gue pasti nggak ngizinin, u know lah ayah kayak apa." jawab Refina lagi. Boy hanya menganggukan kepalanya, dia tahu betul sikap ayahnya Refina, karena dia juga udah kenal lama sama Refina.

"Kalau lo Al?" tanya Leon ke Alenka yang sedang memasukan bukunya ke dalam tas.

"Gue juga nggak bisa, gue udah ada janji." jawab Alenka sambil tertawa. Ya, malam ini dia akan pergi bersama Kiano untuk menghadiri acara reunian Kiano.

"Ah, nggak asyik lo!" celetuk Rama sembari mendorong pelan bahu Alenka.

"Sorry, gue beneran nggak bisa, gue udah ada janji dan ini penting banget." Alenka merasa tidak enak hati, tapi mau gimana lagi, dia tidak mau melewatkan malam ini.

"Lo mau keluar ama kakak gue?" sahut Ciara dengan bahagia, dan Alenka hanya tersenyum malu dan menganggukan kepalanya.

Sedangkan Gio seketika menoleh mendengar Alenka deket sama kakaknya Ciara. Entah kenapa ada rasa yang aneh di dalam hatinya. Lalu untuk mereda perasaan yang tak enak itu, Gio segera membereskan alat tulisnya dan keluar begitu aja dari kelas, tanpa menunggu temannya yang lain.

Melihat Gio yang begitu aja keluar kelas tanpa pamit, Ineke segera mengejar Gio. Dia masih belum bisa move on dari Gio.

"Gio.." serunya sembari berlari kecil menghampiri Gio yang sudah hampir tiba di parkiran.

"Kenapa In?" tanya Gio masih meneruskan langkahnya.

"Emm, nggak kok. Lo pulang sendirian aja? kok nggak nunggu yang lain?" tanya Ineke dengan gugup. Ineke berkali-kali mengatur nafasnya, dia tidak mau terlihat begitu gugup di depan Gio.

"Mereka bisa pupang sendiri, kan juga udah pada gede." jawab Gio masih dengan kedinginannya seperti biasa. Dengan satu klik, Gio mengencangkan helmnya.

"Gue duluan ya?" pamitnya sembari melajukan motor sportnya meninggalkan Ineke di parkiran itu. Ineke hanya menganggukan kepalanya, dia harus berkali-kali sadar kalau Gio tidak memiliki perasaan yang sama seperti dia. Buktinya cuek banget, juga sangat dingin.

"Woiii.." bentak Leon mengagetkan Ineke yang masih termenung di parkiran sekolah.

"Kampret lo." omel Ineke tidak bisa menahan rasa kesalnya.

"Lagian kenapa sih lo ngelamun gitu?" tanya Leon.

"Kepo." jawab Ineke singkat lalu meninggalkan Leon yang kesal sendiri.

"Al, bareng gue yuk!" ajak Leon. Dia memang udah naksir sama Alenka.

"Makasih Leon, tapi gue bareng sama Ellena kok." Alenka menolak dengan sopan, dia tidak mau melukai hati orang lain.

Dengan tegak, Leon mengerti arti penolakan Alenka. Bukan pertama kali dia ditolak oleh Alenka. Tapi tetap aja dia tidak mau menyerah untuk mendekati Alenka. Leon sebenarnya juga berencana menembak Alenka, tapi dia takut ditolak sama Alenka. Bukannya pesimis, tapi setiap kali dia ingin mengantar Alenka pulang aja selalu ditolak. Apalagi kalau sampai nembak.

"Kenapa lo nyet, manyun gitu?" tanya Rama menjitak kepala Leon pelan.

"Gue mau anterin Alenka tapi-"

"Ditolak lagi?" seru Boy dan Rama bersamaan. Mereka berdua semakin terbahak saat melihat wajah Leon yang kusut kayak cucian kotor.

"Nggak usah ngledek lo pada!" omel Leon menendang Rama dan Boy, tapi mereka berdua dengan sigap bisa menghindar, membuat Leon hanya menendang angin saja.

****

Malam haripun tiba. Alenka sudah bersiap dari setengah jam yang lalu. Dia menghabiskan waktu hampir dua jam untuk memilih baju yang pas untuk dia kenakan. Akhirnya pilihannya jatuh kepada dress pendek selutut berwarna biru dengan motif bulan dan bintang. Warna yang begitu cocok dengan kulitnya yang putih, dengan riasan sederhana menambah kecantikan Alenka.

Begitu terdengar suara mobil di depan rumahnya. Alenka bergegas ke balkon kamarnya untuk memastikan kalau Kiano sudah datang. Begitu seorang pria keluar dari dalam mobil, dengan mengenakan kemeja panjang, juga celana jeans panjang memakai sepatu casual yang menambah keren tampilan lelaki itu, melebarlah senyuman dibibir Alenka.

Dia bergegas mengambil tas dan turun untuk menyambut sang pujaan hati.

"Udah siap?" tanya Kiano begitu Alenka menuruni anak tangga. Sedangkan Alenka hanya tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya.

Jujur saat itu, Kiano tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Alenka. Dia mengagumi kecantikan wanita itu. Alenka yang biasanya berpenampilan tomboy, kali ini dia menjadi sangat feminim meskipun hanya dengan riasan tipis dan juga dresa pendek.

"Kenapa sih kak?" tanya Alenka merasa gugup karena Kiano terus aja menatapnya.

"Kamu cantik banget." puji Kiano membuat Alenka semakin tersipu.

"Kan cewek pasti dong cantik, mana ada cewek ganteng." Kiano tertawa mendengar jawaban yang konyol dari Alenka.

"Al, gimana jawaban pertanyaan aku waktu itu?" Kiano mengingatkan Alenka akan pernyataan cintanya beberapa hari yang lalu. Waktu itu Alenka memang tidak langsung menjawab, tapi meminta waktu untuk berpikir.

"Pertanyaan yang mana ya kak?" Alenka berpura-pura tidak ingat. Maksud jelas, dia ingin Kiano menyatakan cintanya lagi.

Kiano tersenyum kecil lalu kemudian dia meraih tangan Alenka. "Kamu mau nggak jadi pacar aku?" ucap Kiano mengulang ucapannya tempo hari.

Kiano merasakan tangan Alenka yang semakin dingin. Juga dia melihat wajah Alenka yang memerah. Dengan masih fokus menyetir Kiano kembali bertanya dengan pelan,"kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Alenka tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, dengan satu anggukan kepala dia menerima Kiano menjadi pacarnya. "Aku mau kak." jawabnya pelan.

"Makasih sayank." ucap Kiano juga bahagia sembari mencium tangan Alenka.

Saat diacara reunian itu, Kiano dengan bangga memperkenalkan Alenka sebagai pacarnya kepada semua teman-temannya. Termasuk kepada seorang wanita cantik bernama Nikita, yang adalah mantan kekasih Kiano.

"Gue Nikita, mantan terindahnya Kiano." ucap Nikita sedikit memprovokasi Alenka.

"Aku Alenka kak, pacarnya Kiano sekarang." Alenka dengan santai menghadapi provokasi dari Nikita.

"Nggak usah bangga dulu, palingan lo cuma seminggu bertahan jadi pacar Kiano, dia kan nggak bisa move on dari gue." ucap Nikita dengan lagak sombongnya. Saat itu Kiano sedang ngobrol dengan teman-temannya.

"Kak aku cuma mau bilang aja, kalau tidak ada yang namanya mantan terindah, kalau terindah nggak mungkin dong jadi mantan?" ucap Alenka masih dengan santai.

Dia tidak mau merusak hubungan yang baru aja terjalin hanya karena provokasi seseorang, apalagi mantan. Prinsip Alenka, selama dia tidak melihat atau mendengar dengan mata atau telinganya sendiri, dia tidak akan percaya dengan ucapan orang. Dia hanya percaya dengan apa yang dia lihat. Prinsip seperti itulah yang membuat dia tidak mau berpikir negatif terhadap orang lain selama orang itu baik ke dia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!