NovelToon NovelToon

Luka Cinta Dara

bab 1 Tantangan (Sudah Revisi)

Halo para Reader tersayang. Jangan lupa tinggalkan jejak ya..

✓Like 👍

✓Coment 💬

✓Rate 5 ⭐

✓Vote 💰

Agar Author semakin semangat nulisnya. Author tidak ada apa - apanya jika tanpa dukungan kalian🤗

🍂Selamat membaca🍂

Triiinggg...!!! Suara lonceng berdering nyaring memenuhi seluruh langit-langit setiap ruangan kelas. Pertanda waktu istirahat telah tiba. Membuat para penghuni kelas berhamburan keluar hingga kelas terlihat lebih lengang oleh penghuni.

Dara tampak merapikan peralatan tulisnya dan memasukannya ke dalam tas ranselnya. Tiba-tiba tubuhnya sedikit terhuyun ke samping karena seseorang menubruknya.

"Ra... Lapar nih," rengek Kayla sambil mengelus perutnya yang rata.

"Kalau laper ya makanlah. Noh tumbuhan udah pada subur di luar kelas," Dara memanyunkan bibirnya, menunjuk ke arah taman luar kelas.

"Ya ellaaah, emang gue kambing apa? tega bener lo ah," sungut Kayla seraya mengerucutkan bibirnya.

"Lo sih, kalau laper ya makanlah,"

"Ni anak memang nggak ada peka-pekanya dikit, gue itu dari tadi sudah nungguin lo lama banget kayak kura-kura," tukas Kayla.

Mendengar ucapan Kayla, Dara sontak nyengir kuda, menampilkan serentetan gigi putihnya.

"Ayooo, lo malah nyengir. Cacing dalam perut udah unjuk rasa minta jatah nih,"

Kayla adalah sahabat Dara dari kecil. Sahabat yang sudah seperti saudara perempuannya sendiri. Cuma Kayla yang benar-benar bisa memahami karakter Dara yang agak pendiam dan tertutup pada orang yang baru dikenal namun dia akan menjelma menjadi sosok gadis ceria dan cerewet ketika sudah merasa nyaman kepada seseorang.

* * *

Sesampainya di kantin Dara dan Kayla duduk di bangku paling pojok ruangan. Dua mangkok porsi bakso jumbo mercon dan dua gelas es jeruk menjadi menu handalan mereka.

Sepasang sahabat itu tampak menikmati menu makan siang di kantin sambil membicarakan hal-hal konyol yang sesekali membuat mereka tertawa pecah sampai mengeluarkan air mata.

Tanpa keduanya sadari, dari sudut kantin yang lain dua murid cowok sedang memperhatikan gerak gerik mereka. Namun kali ini Dara lah yang menjadi bidikan utama kedua murid cowok tersebut.

* * *

Rey adalah murid terpopuler di kalangan murid-murid cewek. Karena ketampanannya, memiliki badan tegap dan tinggi 180 cm yang sangat proposional untuk sepantaran murid SMA seperti dia. Lahir dari kalangan keluarga kaya ikut melengkapi kesempurnaannya, serta otak yang cerdas yang juga menjadi salah satu alasan juga kenapa dia sangat digandrungi oleh para kaum hawa.

Tidak sedikit dari murid cewek bahkan guru-guru wanita di sekolahnya pernah menggodanya. Rey yang notabene seorang playboy cap minyak kapak tak menyurutkan rasa kagum para cewek, justru mereka semakin tertantang untuk mendekati dan menggodanya. Tak sedikit dari mereka rela menawarkan hubungan one night stand dengan suka rela.

"Bagaimana? Lo berani kagak nerima tantangan dari gue?" tanya Radit teman Rey sambil menaik turunkan kedua alis tebalnya secara serentak.

"Apa'an sih lo? Harus ya gue terima tantangan lo?" jawab Rey ketus lalu menyruput es soda gembira di depannya yang sudah tinggal separuh.

"Bilang aja lo nggak bisa taklukin tuh cewek," cibir Radit sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Woi anak kambing..!! Lo kalau kasih tantangan yang ekstrim dikit napa? Its too easy for me," Jawab Rey dengan rasa percaya diri level maksimal.

"Whatever you say, gue butuh pembuktian brow,"

"Sekali gue lirik itu cewek cupu dah pasti langsung klepek-klepek dan dengan suka rela menyerahkan jiwa dan raganya ke gue," timpal Rey yang sontak membuat Radit terperangah. Tepatnya meledek.

"Waow!!"

"Apaan sih lo anak monyet?"

"Woee Rey, belum tentu juga kali dia mau sama lo, selain itu anak saingan berat lo di bidang akademik, dia terkenal sangat menghindari cowok," beber Radit lalu membenarkan posisi duduknya, melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang ekspresi serius.

"Ck!" Rey berdecih dan menarik salah satu ujung bibirnya ke atas.

"Oke gue terima tantangan lo," putus Rey.

Rey menggiring pandangannya ke arah Dara yang sedari tadi tidak menyadari sedang diperhatikan dari jauh.

"Nah gitu dong!!" Radit menepuk pundak Rey tapi dengan cepat Rey menepis tangan temannya itu.

"Kalau gue menang, lo nggak boleh mendadak amnesia untuk nerima hukuman lo," Rey menjontorkan kepala Radit ke belakang lalu beranjak pergi.

"Hahaha.. Radit nggak pernah ingkar janji,"

* * *

Sesampainya di rumah Dara meletakkan tasnya di atas sofa yang terletak di dalam kamarnya. Dia duduk di depan meja rias, melepas kaca mata tebalnya. Ia tampak memijat ringan kedua sudut matanya untuk mengurangi rasa penat karena memakai kaca mata seharian.

Dara sebenarnya sesosok gadis yang cantik, memiliki hidung kecil yang mancung, bibir tipis bewarna merah jambu, mata besar dengan bulu mata tebal dan lentik, alis yang tebal tapi rapi, serta kulit yang putih dan bersih. Semua kelebihannya itu diturunkan dari gen almarhumah sang ibu.

Otaknya yang cerdas diturunkan dari gen sang ayah. Ayah yang tegas dan disiplin tapi selalu tidak lupa menyelipkan kelembutan kasih sayang laksana perhatiab seorang ibu untuk anak gadis semata wayangnya itu.

Ayahnya selalu berpesan kepadanya, untuk selalu menjadi wanita yang sederhana, kuat dan tangguh. Oleh karena itu Dara hampir tidak pernah menangis.

Di sekolahan dia berpenampilan sangat sederhana. Dara bisa saja menggunakan jatah bulanan dari ayahnya yang bisa di katakan tidak sedikit itu untuk mempercantik diri, tapi dia terlalu malas karena masih ingin fokus mengejar nilai akademiknya.

Drrrttt.. Drrrttt...

Hp Dara bergetar, ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Dia mengusap layar Hpnya untuk membuka kunci dan membaca pesan tersebut.

From : 081233xxxxxx

Hai bisa kita ketemuan besok? Rey

"Rey?" lirih Dara dengan perasaan bertanya-tanya.

"Apa mungkin Rey si playboy cap ikan teri yang sok kegantengan itu ya?"

"Ah, mana mungkin, lagian ada urusan apa sama gue?"

"Tapi mungkin aja Rey yang itu," monolognya dengan dirinya sendiri.

"Hehe.." tiba-tiba Dara tersenyum hambar.

"Nggak mungkin deh, nggak ada angin nggak ada hujan kenapa juga dia hubungin gue? Lagian selama hampir 3 tahun, meskipun 1 sekolahan kita juga nggak pernah bertegur sapa," Dara masih lanjut bermonolog dengan dirinya sendiri.

Dara mengakhiri perdebatan pada dirinya sendiri. Dia cuma membaca pesan tersebut lalu meletakkan kembali ponselnya di atas nakas kamar. Dia berfikir mungkin itu cuma pesan spam. Kemudian Dara bergegas menuju walk in closet untuk mengganti baju seragamnya. Setelah keluar dari walk in closet lantas ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang ukuran 180 x 100 cm itu hingga akhirnya ia terlelap menuju negeri kapuk dan melewati makan siangnya.

Bersambung~~

Mampir juga di karya ke duaku ya🤗

Bab 2 Penasaran

Halo para Reader tersayang. Jangan lupa tinggalkan jejak ya..

✓Like 👍

✓Coment 💬

✓Rate 5 ⭐

✓Vote 💰

Agar Author semakin semangat nulisnya. Author tidak ada apa - apanya jika tanpa dukungan kalian🤗

🍂Selamat membaca🍂

Di dalam kamar Rey sedang menatap jengah kertas kecil yang sedang dia pegang. Tertulis dengan jelas dan besar sederetan angka nomor telepon.

"Sialan itu Radit, darimana juga dia dapat nomor telepon itu cewek cupu? niat bener itu anak mau ngerjain gue."

Rey menghela napas keras dan lekas mengetik sebuah pesan singkat pada gadis yang menjadi incaran tantangan dari Radit.

Sebenarnya Rey malas harus menghubungi itu cewek cupu. Selama ini cewek cantik dg body sexy bahenol yang selalu mengekorinya. Masak iya sih dia sekarang turun level dan harus berhubungan dengan cewek cupu? Merasa harga dirinya merosot ke lubang got yang tiada ujung, kotor, gelap, dan bau.

Rey mengetuk jarinya pada pinggiran sofa yang sedang didudukinya. Sesekali dia melirik HP smartphone mahal miliknya. 5 menit.. 10 menit.. 30 menit.. Belum ada tanda - tanda chat masuk. Dia sedang menunggu balasan chat dari Dara yang dari tadi belum juga menampilkan notifikasi.

"Gue Rey vanno Erlangga, cewek manapun tak pernah mengabaikanku!" gerutunya.

Rey menggertakkan giginya karena merasa geram.

Drrrttt...drrrttt... ponselnya bergetar pertanda ada notifikasi masuk. Rey langsung menyambar secepat kilat benda pipih yang tadinya ada di atas meja. Berharap ada balasan chat dari Dara. Sejenak Rey terdiam.

"Sejak kapan gue menaruh harapan pada cewek? apa lagi sama cewek cupu itu?"

dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aaahh, ini karena tantangan si kunyuk Radit itu, dan nggak lebih." Rey coba menyangkalnya.

Kemudian dia melanjutkan aktivitasnya dan menggeser ke atas pada layar ponselnya. Seketika ekspresi Rey langsung berubah 180°, mukanya ditekuk setelah membuka dan membaca chat yang masuk.

Radit

"Hallo baby.. Itu cewek udah lo chat belum??"

Drrttt.. Chat masuk lagi.

Radit

"Gimana..gimana..??"

Drrrttt... Ponselnya bergetar lagi.

Radit

"Pasti kagak direspon ya..? ha..ha..ha.."

"Buju buseeet!! ini anak dukun apa yak. Ngerti aja itu cewek cupu nggak ngrespon gue.

"Gerutu Rey dan sedikit menjauhkan HPnya.

Rey mengetik pesan sambil menipiskan bibirnya dengan ekspresi muka yang seakan - akan ingin sekali memakan orang yang mengirim chat barusan.

Rey

"Aku belum chat dia. Buat apa buru - buru?"

bohong Rey demi menjaga harga dirinya di depan sahabatnya yang satu ini.

Rey

"Tunggu tanggal mainnya, jangan banyak bacot lo monyet anoman."

Rey membanting kesal benda pipih itu ke atas ranjang. Dia mengacak - ngacak rambutnya kesal namun tak menghilangkan ketampanannya.

"Aarrgghh!!! gue Rey Vanno Erlangga, nggak ada satupun wanita yang berani mengabaikanku!"

Rey merasa frustasi, mengingat tantangan dari Radit. Kalau sampai dia kalah mau nggak mau harus menyatakan cinta kepada mbok Inah perawan tua pemilik kantin sekolah yang selalu minta dipanggil inces.

Si inces memang selalu suka mengejar dan menggoda Rey setiap kali bertemu. Murid tampan itu sering menjadi bulan - bulanannya. Tak ketinggalan itu bibir dengan lipstick merah tebal dah kayak pantat ayam mau bertelur selalu ingin nyosor muka tampannya. Rey membayangkannya saja sudah bergidik. Bulu romanya langsung berdiri tanpa permisi.

"Oh..nooo..!! bisa berkurang ketampananku ini." Rey berteriak sambil menangkup kedua pipinya. Melemparkan diri ke atas kasur. Berguling - guling seperti cacing kepanasan. menendang - nendang selimut hingga terbang ke langit dan berserakan entah kemana. Menggigit bantal yang tak bersalah dan melemparnya ke dinding.

"DARA...!! liat aja, lo nggak bakal nolak gue."

Teriak Rey.

Tiba - tiba Rey terdiam. Entah mengapa dia merasa penasaran tentang itu cewek. Otaknya berkata tidak tapi hatinya berkata iya. Iya untuk pertama kalinya seumur hidup Rey merasa penasaran untuk mengetahui lebih tentang cewek. Dia memutar otak apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Alamat rumah, iya gue harus tahu dimana alamat rumahnya."

Rey mencoba menghubungi seseorang petugas sekolahan menanyakan alamat rumah seseorang yang dicarinya itu. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan informasi karena dia anak orang konglomerat. Orang kaya mah bebas.

* * *

Pagi menyapa, suara cicitan burung terdengar merdu. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Dara bergegas pergi ke kamar mandi hanya cuci muka dan sikat gigi. Mengganti piyama tidurnya dengan atasan ketat berlengan pendek bewarna merah muda celana legging ketat selutut. Menampilkan lekuk tubuh indahnya dan tak lupa rambut panjangnya di ikat keatas sehingga menampilkan bentuk lehernya yang jenjang dan putih.

Hari ini hari minggu. Seperti biasanya, Dara melakukan aktivitas paginya lari - lari keliling komplek. Dara bergegas keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan semangat.

"Morning bi, saya mau jogging dulu ya." Pamit Dara kepada bi Wati asisten rumah tangganya yang sudah 10 tahun setia mengabdi di keluarganya.

"Iya non. Morning. Hati - hati non," jawab bi Wati sopan.

"Morning Pak Jajang." Sapa Dara kepada satpam rumahnya yang sedang berjaga di posnya.

"Morning non, mau jogging non?" Pak Jajang bergegas membuka gerbang pagar besi besar yang berdiri kokoh di depan rumah Dara.

"Iya pak, saya pergi dulu ya." Dara melangkahkan kakinya keluar gerbang. Berlari kecil mengelilingi komplek perumahan.

Sesampainya di taman, Dara beristirahat sebentar sambil menikmati pemandangan di depannya. Taman yang di desain begitu cantik. Macam - macam bunga dan tumbuhan ditata sedemikian rupa membuat Dara terkesan. Udaranya begitu segar karena di kelilingi pohon yang rindang. Ada danau buatan yang ikut memperindah taman tersebut. Karena hari minggu jadi taman agak ramai pengunjung.

Dara mendekati kursi taman di bawah pohon rindang yang menghadap danau. Dia meletakkan pantatnya di atas kursi dan meluruskan kakinya sambil memijat - mijat ringan.

Gadis cantik itu menghirup napas hingga udara memenuhi rongga paru - paru nya dan menghembuskannya pelan.

Melepas kaca mata tebalnya lalu diselipkan di kerah leher baju ketatnya membiarkan kacamatanya terletak pas di tengah - tengah buah dadanya.

Melepaskan ikat rambutnya dan dibiarkan jatuh tergerai tertiup angin. Dara mencoba menengadahkan mukanya ke atas menatap birunya langit dan memejamkan kedua mata indahnya.

Drrrttt... Drrrttt...

Selang beberapa detik dia baru memejamkan matanya HP yang berada di saku celananya terasa bergetar. Akan tetapi Dara tak kunjung mengecek HPnya, karena dia masih ingin menikmati suasana nyaman di tempat favoritnya ini.

Drrrttt... Drrrttt...

Seakan tidak mengijinkan Dara untuk bersantai HPnya bergetar lagi saakan berontak minta diperhatikan. Hal itu cukup membuat Dara mendengus kesal, dengan cepat mengambil HPnya yang berada di dalam saku celananya. Mengusap layar depan HP untuk membuka kunci dan melihat notifikasi. Ada dua pesan singkat.

From. 081223xxxxxx

"Morning Dara.."

"Boleh kita bertemu? gue Rey."

Dara menatap layar HPnya lama. Nomor yang sama dan mengaku namanya Rey. Dia baru ingat kemarin dia mengabaikan pesan singkat dari nomor ini kemarin.

"Apa mungkin dia Rey yang itu?" pikirannya melayang kemana - mana.

"Apa gue melakukan sesuatu yang fatal tanpa gue sadari ya?" batin Dara.

"Aahhhkk..!! Gue nggak mau berurusan dengan playboy, ngeriii!" Dara menghentak - hentakkan kakinya lalu tubuhnya bersandar lemas ke bangku taman yang sedang dia duduki. Tanpa dia sadari semua tindakannya sekarang sedang diperhatikan seseorang di balik pohon taman.

Bersambung~~

Mampir juga di karya ke duaku ya🤗

Bab 3 Benih cinta

Halo para Reader tersayang. Jangan lupa tinggalkan jejak ya..

✓Like 👍

✓Coment 💬

✓Rate 5 ⭐

✓Vote 💰

Agar Author semakin semangat nulisnya. Author tidak ada apa - apanya jika tanpa dukungan kalian🤗

🍂Selamat membaca🍂

Semalaman Rey susah tidur. Mata dan otaknya tidak mau diajak bekerja sama. Mata ingin sekali memejamkan mata tapi otaknya berkata tidak. Tidak sabar menunggu hari esok. Rasa menggebu - gebu Rey membuat dia terjaga sepanjang malam. Demi apa coba? demi misinya untuk bertemu dan menaklukan itu cewek.

Rey menatap langit - langit kamar yang berwarna biru tua mix warna keemasan yang memberikan kesan mewah pada kamarnya. Kemudian dia pun terlelap pukul 3 subuh.

Rey mengernyitkan dahinya karena ulah nakal sinar matahari yang mengintip dari jendela kamarnya. Tadi malam dia lupa tidak menutupnya gorden jendela kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 6 pagi.

Rey menggeliat menampakan otot - otot pada tubuhnya dan menyuguhkan 6 roti sobek yang terpampang nyata yang seakan berkata minta dicelupin ke susu coklat hangat. Usaha selalu menunjukan hasil. Rajin ngegym memberikan bentuk tubuh yang proposional dan maskulin. Tidak memakai baju atasan waktu tidur itu memang sudah jadi kebiasaan remaja tampan itu.

Matanya masih terasa berat, terlihat jelas lingkaran hitam pada matanya karena terjaga semalaman sehingga seperti mata panda yang menggemaskan.

Tiba - tiba matanya terbuka lebar, dan bergegas menuruni ranjang kebesarannya, melangkah menuju ke kamar mandi. Mandi bebek menjadi jurus handalannya saat ini. Mengingat alasan yang buat dia kepikiran dan susah tidur tadi malam, ingin cepat - cepat menyelesaikan misinya.

Dia keluar dari kamar mandi dan melaju ke walk in closet untuk mengganti pakaian. T - shirt putih yang melekat pas pada tubuh bidangnya dilengkapi kemeja coklat lengan pendek yang kancingnya dibiarkan terbuka dan diserasikan dengan celana jeans panjang bewarna abu - abu. Simple tapi terlihat sangat modis di tubuh atletis Rey. Orang ganteng mah mau pakek baju gembelpun tetep terlihat modis.

Rey menuruni tangga rumahnya setelah menyambar kunci mobilnya karena kamarnya berada di lantai dua. Tangan kekarnya membuka pintu Lamborghini Avendor berwarna biru metalixnya. Bergegas masuk dan melaju ke arah gerbang yang sangat besar. Terdengar suara security rumahnya menyapa sopan dan segera membukakan gerbang di depannya. Rey melajukan mobilnya ke luar gerbang dan tidak lupa dia memasang alamat tujuannya di google map di monitor kecil yang sudah tersedia dalam mobilnya.

Dalam perjalanan yang sudah tidak jauh lagi pada alamat tujuan, Rey tidak sengaja mengedarkan pandangan matanya ke taman yang sedang dia lewati. Kedua netranya berhenti pada satu titik dan menatap tajam. Belum yakin dia memicingkan matanya, membidik sasaran laksana sniper profesional dengan senapan Barrett M28. Seketika senyuman kepuasan terlukis pada wajah tampannya. Dia bergegas memarkirkan rapi lamborghininya di pinggir taman, melangkahkan kakinya setelah turun dari mobil.

Iya, dia berjalan mendekati gadis cupu yang cukup buat dia kelabakan semalaman. Namun tiba - tiba langkahnya terhenti. Memperhatikan obyek yang entah sejak kapan menjadi candu bagi Rey. Menikmati pemandangan di depan matanya yang membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Bibirnya yang tipis mengucap lirih sebuah kalimat.

"Cantik, lo sangat cantik," ucapnya lirih yang hampir tidak terdengar.

"Perasaan apa ini? belum pernah gue rasain sebelumnya." Gumamnya seraya memegang dadanya yang berdenyut.

Dada Rey terasa geli seperti ada yang menggelitik. Entah mengapa hanya melihat Dara dari kejauhan membuatnya senang.

Entah sejak kapan tatapan matanya tidak bisa beralih darinya. Gadis cupu yang secara instan mampu mengganggu pikirannya.

Melihat gadis itu sekarang seperti mendapat obat penenang baginya.

"Sihir apa yang lo kirim ke gue Dara. Gue nggak bisa menahannya lagi. Hari ini gue harus bisa menciptakan interaksi manis sama lo." Tekatnya sudah membulat.

Rey merogoh saku celananya dan mengambil ponsel pintarnya. Mengetik sebuah pesan singkat ke Dara. Sesekali dia mengamati gadis yang disana. Takut menghilang dari pandangannya karena sementara harus menatap layar ponselnya untuk mengetik pesan.

Rey

"Morning Dara.."

Dua tanda centang pertanda pesannya sudah masuk. Rey memperhatikan Dara berharap kali ini dia merespon pesannya. Jari telunjuknya yang panjang mengetuk - mengetuk belakang ponselnya gelisah karena gadis itu tak kunjung berniat mengintip ponselnya.

Dia tahu betul, pesannya sudah terkirim. Rey bukanlah tipe orang penyabar. Menunggu adalah hal gila yang paling dia benci. Kemudian ia mencoba mengirim pesan singkat lagi ke orang yang sama.

"Boleh kita bertemu? gue Rey."

Terlihat dari jauh Dara mulai mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Rey tersenyum kecil yakin pesannya sudah dibaca. Rey terkekeh geli melihat reaksi gadis yang sedang duduk di bangku taman itu.

Bagi Rey, Dara terlihat sangat menggemaskan. Namun Rey mulai mengerutkan dahinya karena belum juga ada balasan pesan dari Dara.

"Arrggg! Gue nggak bisa kayak gini terus. Dua kali dia mengabaikan pesan gue. Kali ini lo nggak bakal bisa melakukan hal itu lagi ke gue Dara." Rey geram geram gemes sama itu cewek.

Kali ini Rey langsung membuat sambungan panggilan ke Dara.

Tuut.. Tuut.. Tuut...

Pada deringan ke 3 terdengar suara yang sangat lembut membuat Rey sedikit gugup. Perutnya terasa seperti ada kupu - kupu yang beterbangan di dalamnya. Terasa mulas seperti orang demam panggung. Bisa - bisanya hal seperti ini dialami olehnya untuk pertama kalinya.

"Ya Tuhan. Kenapa suara gadis ini terdengar sexy sekali di gendang telinga gue. Terlalu menggoda"

"Halo, i..ini siapa ya?" terdengar suara dari balik telepon.

"Ini gue Rey, orang yang dari kemarin lo abaikan pesannya," ucap Rey agak ketus, namun masih terselip perasaan gemas.

"Rey yang mana? yang punya nama Rey nggak cuma satu di planet Bumi yang bulat ini," timpal gadis itu.

"Rey yang paling tampan di sekolahan lo," jawab Rey terkekeh.

" Oooohh."

"Sekarang gue ingin bertemu ama lo."

"Maaf nggak bisa, hari ini gue sibuk banget, lain kali aja ya," kilah si gadis.

"Cuma duduk bermalas - malasan di taman apa itu bisa dinamakan sibuk? hem?"

Rey terkekeh geli melihat ekspresi kaget Dara. Melihat gerak gerik Dara membuatnya tidak bisa menahan lebih lama untuk tidak mendekati itu cewek. Dia mulai melangkah lebar agar cepat sampai. Ingin sekali menggodanya lebih.

Persetan dengan alasan tujuan utamanya mendekati cewek cupu itu. Sekarang perasaannya sudah berbeda. Rey belum tahu pasti perasaan seperti apa yang sedang dia rasakan sekarang. Yang pasti dia ingin mendekati dan mengenalinya lebih dalam.

Dia udah lupa dengan harga dirinya yang selangit itu. Baru kemarin dia ogah - ogahan untuk berhubungan dengan gadis itu yang entah sejak kapan panggilan cupu sudah berangsur - angsur menghilang dari pikirannya.

"Lo cantik, lo lucu, lo menggemaskan Ra. Gue harus bisa dapatkan lo seutuhnya." Gerutunya di sela langkahnya mendekati Dara.

Pada saat ini Dara telah menjadi cinta pertama Rey. Meskipun Rey belum menyadari seutuhnya.

Kita nggak akan pernah tahu kehendak Tuhan. Tuhan yang Maha Kuasa membolak balikan hati setiap manusia. Cinta datang dengan caranya yang unik dan berlabuh kepada orang yang mungkin tak pernah disangka. Begitupun hati Rey yang sekarang mulai tumbuh benih - benih cinta di dalamnya untuk sang gadis.

Bersambung~~

Jangan lupa mampir di karya author satunya lagi ya, masih on going. Ditunggu kunjungannya🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!