Aku baru saja keluar dari ruang ganti yang berada di club taekwondo, dan apa ini hujan ? Oh yatuhan sial sekali hari ini. Sudah sore sekali bahkan sekolah sudah sepi dan aku lupa tidak membawa payung dan yah aku hanya membawa skeatbord saja.
"Vernatta" aku membalikan tubuhku untuk melihat siapa yang memanggilku dan itu adalah pak Victori. Aku tersenyum kikuk pada pria itu yang merupakan guru akuntansi.
"Eh iya pak" sebisa mungkin aku tidak terlihat canggung apa kata dia jika aku yang biasanya percaya diri dan selalu menciptakan perdebatan dengan pria itu di dalam kelas, Bisa di ejek sampai mampus aku.
"Kenapa kamu belum pulang ? Hm" boleh teriak nggak sih ? Bisa-bisa orang didepan ku ini bertanya dengan suara deep dan serak duh nggak baik banget itu buat anak gadis orang salah tingkah.
"Hujan pak, ta-tadi saya juga baru habis selesai latihan taekwondo" sebenernya aga gimana juga di tatap dengan aga intens oleh guru itu.
Bukan kenapa-kenapa hanya saja aku memiliki banyak rumor dengan guru akuntasi ini yang memiliki nama Victori Kim, dia blasteran korea,australia dan indonesia. Kembali lagi pada rumor yang tersebar di sekolah jika aku sering curi pehatian pria itu atau caperlah, padahal aku saja tidak tertarik pada guru akuntansi itu walau dia memiliki ketampanan di atas rata-ratapun aku tidak tertarik.
Jika saja aku ketahuan sedang bersama pria ini aku bisa-bisa di sangka benar-benar kegatelan pada pria ini.
"Yasudah pulang bareng saya saja yah ? Saya bawa mobil hari ini" tuhkan yang paling aku takutin keluar juga dari mulutnya, sekarang gimana nolaknya yah biar sopan aja gitu.
"Eh tidak usaha pak, saya bisa nunggu hujannya berhenti terus nunggu jemputan mas ojol" sekenanya lah, soalnya hujannya makin besar makin susah ngomongnya gara-gara panik.
"Yakin ? Hujannya besar banget mana awannya tebel bisa-bisa malam baru reda" iya juga yah, mana udah mulai dingin lagi nggak bawa jaket pula. Sialan emang hari ini.
"Nggak usah malu, pulang sama saya saja ayok" sebelum aku angkat bicara lagi guru itu telah menarikku menuju parkiran guru. Disana tinggal satu mobil hitam yang sepertinya itu milik guru ini.
*****
Aku melihat kearah pak victori, dia hanya mengetuk-ngetuk stir mobil dan menatap lurus kearah depan. Padahal sedari tadi aku bersamanya sudah masuk kedalam mobil tapi tetap saja ia belum menjalankan mobilnya.
"Pak kenapa diem terus ?" Aku terlalu takut dan tak enak hati jika terus berduan di ruangan yang kecil ini dengan pria yang notebenya sebagai guruku sendiri.
"Itu sabuk pengaman kamu belum di pakai" dengan wajah yang menatap kearahku ia menjawab dan menunjuk ke sabuk pengaman yang belum aku kenakan.
"Bisa menggunakan sendiri atau butuh bantuan saya ?" Aku menatap sebentar kearah pak victori yang sedang tersenyum aneh sebelum mengalihkan pandangan ku pada sabuk pengaman yang sedang aku pegang.
"Saya bisa sendiri" ucapku setelah selesai memasangkan sabuk itu. Beberapa detik kemudia ia menyalahkan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobil tersebut.
Aku memainkan jari-jari ku di pangkuanku, aku menunduk sesekali menatap kearah luar jendela.
"Vernatta ?" Suara berat itu memecahkan keheningan aku mengangkat kepalaku.
"Iya ?" Jelas aku langsung menyaut. "Kamu sudah punya pacar ?" Eh apa ? Nggak salah dengar aku dia nanya hak itu.
"Apa pak ?" Aku cuman mau klarifikasi takutnya pendengaranku salah gara-gara hujan di luar. "Ekhmm.... kamu sudah punya pacar ?" Eh jadi beneran dia nanyain pacaran ? Jawab apa yah enaknya ?.
"Belum pak, kenapa ? Bapak mau jadi pacar saya ?" Satu detik setelah aku sadar dengan apa yang aku lontarkan aku menunduk dan tentunya hadir rasa ingin menghilang saja gimana kalau pak victori udah punya istri ? Atau pacar, tunangan ? Kan aku nggak tau bisa di cap apa aku ini.
"Mau" saat aku mengakat kepalaku dan pak victori sedang menatapku intens sekali.
___________________________________________
[Minggu, 26 Desember 2021]
Author : Safira Auliya Hamidah
Instagram : Safira19899
WP : Safira Auliya Hamidah
Hari ini aku milih bolos sekolah aja, dari pada ketemu sama guru akuntansi lagi. Yah karena hari ini pria itu mengajar di kelas ku.
Aku masih ingin menghilang saja atas kejadian di mobil pria itu dan sialnya lagi ternyata pria itu tentangaan dengan ku, bisa-bisanya aku baru tahu jika pria itu satu gedung arpatemen dengan ku.
Pantas saja dia tidak menanyakan dimana rumah atau apalah. Nyatanya dia sudah tau duluan.
Saat ini aku duduk di lapangan skeatbord yang biasanya aku bersama teman tongkronganku pakai untuk berlatih. Lengkap dengan baju sekolah dan tas aku dia duduk diatas skeatbord ku, aku keluar dari arpatemen ku pun hanya untuk mengelabui kamera pengintai milik mama yang akan tersambung ke prancis.
Makin sulit hidupku, aku menatap langit biru yang di hiasi sedikit awan dan matahari yang sudah semakin tinggi bahkan sudah berada diatas kepala.
Tiba-tiba ponsel pintarku menyala bertanda pesan masuk, sebenarnya sejak pagipun banyak pesan masuk namun semuanya aku abaikan. Kali ini beda saat aku melihat nama kontaknya rasa malah untuk aku balas semakin meningkat.
...Pak Akuntanshit...
...(Victoria Kim)...
...Hari ini...
Selamat pagi
06:35
Jangan lupa ada kelas saya
09:57
Pacar nggak boleh jucek sama
Pacarnya
10:01
Saya nunggu balasan dari kamu
10:45
Kamu dimana ? Kenapa tidak sekolah ?
11:56
Kamu sakit ?
11:57
Balas saya, jangan menghindar
terus
12:00
Aku hanya baca di pop up saja tanpa niat untuk membalas guru sedeng itu, bisa-bisanya langsung mengklaim aku beneran pacaran dengannya, lebih menyebalkannya lagi ia meminta nomerku dari resepsionis arpatemen.
Masa bodo lah, aku males sama malu juga buat ketemu. Aku menginjak skeatbord ku berencana untuk jalan-jalan saja sambil nunggu jam pulang, sebentar lagi jam pulang sih.
****
Aku nggak tahan lagi sam triknya matahari hari ini jadi pukul 14:15 aku sudah berada di gedung arpatemen, yah sekolah saja sudah bubar dari 15 lalu jadi mau pulangpun pasti mommy percaya kalau aku beneran ke sekolah.
Saat lift terbuka di lantai unit milikku aku hanya berjalan beberapa langkah untuk sampai di unitku, tapi sialnya orang yang aku hindari sedang berdiri di luar pintu arpatemen ku. Duh mampus aku.
"Dari mana kamu ?" Suara barinton dan dingin itu berasal dari pak victori, aku harus tenang jangan kaget apa lagi tegang.
"Sekolahlah dari mana lagi" sebisa mungkin aku samakan dengan nada songong yang biasanya aku lemparkan pada pria itu.
"Oh dari sekolah yah" dia mengangguk-ngguk apaan sih nggak jelas aku menekan beberapa dijit nomer untuk membuka pintu arpatemen milikku itu. Tak ada sautan dari pria itu aku langsung masuk dan hampir menutup pintu namun gagal ke tika pria itu kembali melayangkan sebuah pertanyaan.
"Kamu berbohong" aku seperti tersambar petir bukan karena ucapan itu tapi karena waktu itu juga kamera pengintai milik mommy sudah nyalahin dan tentunya pembicaraan tadi itu sudah sampai di telinganya mommy mampus lah aku.
"Apaan sih pak Viktori, mari jangan bicarakan hal itu disini" aku melembutkan suaraku agar mommy tidak curiga juga. Pria di hadapanku ini menatapku dengan tatapan menyelidik "tadi siang kamu makan apa ?" Tanyanya dengan terlihat polos aku hanya tersenyum paksa "biasanya kamu bicara nggak selembut itu, kamu kan sukanya bicara bar...." Sebelum pak Viktori menyelesaikan ucapannya aku segera menutup mulutnya dengan tanganku walau sudah sih kalah tinggi aku sama guru ini.
"Bapak diem dulu yah" bisik ku sambil memperlihatkan tatapan memohon dan yah menaruh jari telunjuk di bibirku memintanya diam.
"Mommy Verta baru pulang, maaf agak telat soalnya jalanan Jakarta macet" untunglah layarnya mati cuman suaranya aja yang bakalan kedengaran. "It's okay honey, are you alone? or with someone? Mommy heard a commotion. ok, why did you turn off the image capture normally? did something happen." Biar ku beritahukan jika mommy ku ini overprotektif orangnya berlebihan jika sudah mengkhawatirkan sesuatu itu makanya aku lebih suka hidup sendiri.
"Yes, semuanya baik-baik saja hanya suara dari tetangga sebelah yang sedang ribut dengan istrinya. Jangan khawatir mommy semuanya baik-baik saja dan yah aku matikan yah kameranya sekarang aku tidak nyaman mommy jika lama-lama mommy membututiku" untuk mengeluarkan itu semua aku butuh banyak tenaga dan usaha tapi entah kenapa waktu aku sebut tetangga sebelah sedang ribut dengan istrinya pak Viktori malah memeluk pinggangku dan membiarkan tanganku menutup mulutnya.
"not comfortable huh! Of course you can turn off the connection now but later Mommy will still blame him if Mommy is worried about you" aku tidak menjawab apapun lagi aku langsung menurunkan tubuhku dan mematikan kamera itu. Mommy tuh khawatirnya setiap saat jadi aku senyapkam untuk beberapa jam saja Kamara itu.
Saat aku berbalik nyatanya pak Viktori belum juga melepaskan pelukannya dia hanya tersenyum seperti orang bodoh. "Apa ?" Tanyaku dengan nada garang tentu saja pria ini membuat hidupku menjadi tidak tenang bagaimana bisa aku baik-baik sama dia.
"Kok garang lagi istri" aku melotot kaget sumpah demi apa dia bilang 'istri' setelah pacar terbitlah istri emang aga-aga nih guru. "Apaan sih pak, gj banget lepasin saya mau masuk" aku membalik badan membelakangi pria itu dan mencoba melepas pelukan sialan ini tapi bukannya melepas malah semakin erat saja pelukannya.
"Pak ! Malu di liatin tetangga lainnya, bapak juga jangan macem-macem" aku mulai Gedeg aja sama nih orang bodo amatlah walau dia guruku rasanya ingin aku maki aja.
"Nggak macem-macem kok cuman satu macem doang" bisiknya diri telinga ku. Emang mesum nih guru.
__________________________________________
[Minggu, 26 Desember 2021]
Author :Safira Aulia Hamidah
Wtpd : Safira Auliya Hamidah
Instagram : Safira19989
Pasti kebanyakan dari kalian penasaran apa yang terjadi setelah kejadian hari itu. Pas pak Viktori memelukku, setelah aku mengumpati dia dengan mesum dia berteriak kencang sekali karena aku siku perutnya dan tendang bagian intimnya. Yah sebagai pertahanan diri.
Setelahnya dia benar-benar kesakitan bahkan sampai terbaring di lantai, saat dia sudah bisa bangkit dia langsung masuk dengan wajah yang merah dan tak mengucapkan satu kalimat pun bahkan satu katapun tidak.
****
Pagi harinya aku kembali ke sekolah seperti biasa, kepagian belum ada siapa-siapa di sekolah aku memilih kekantir untuk membeli dua roti, buah apel dan air mineral aku terbiasa sarapan seperti ini apa adanya bagiku lebih menyenangkan dibanding banyak gaya padahal dia tidak sekaya itu buat banyak gaya.
Brukkk.....
Saat aku membenahi barang-barang yang aku beli di tas tanpa sengaja aku menabrak seseorang. "Eh sorry-sorry gua nggak sengaja" dan jreng-jeng siapa yang aku tabrak. Si kutu kupret yang suka nyari masalah sama aku.
"Jalan tuh liat-liat matanya di gunain lu liat baju gua jadi kotor gara-gara lu" nenek sihir sok kecakapan mulai ceramah paginya Nea perempuan sok kecakapan, sok famaus dan selalu iri dan dengki hidupnya jangan lupakan dia pengen keliatan fashionable tapi yang ada malah keliatan alay.
"Hmm masih pagi udah rempong aja lu. Dasar nenek sihir" umpatku setelahnya aku melewatinya saja, aku nggak mau buang-buang tenaga buat hal yang nggak bermutu.
"Orang jelek,kumuh kaya lu nggak bisa dapetin Ramdan dia bakalan jadi milik gua secara kan dia muja-muja kecantikan gua" aku berhenti saat langkah ke 5 mau balik badan tapi males nanti liat hal yang bakalan rusak pemandangan mata aku. "Nenek sihir jangan sok kecakapan, tenang aja gua nggak bakalan kejar dia lagi soalnya dia buta sampe muja-muja nenek sihir kaya lu" aku melanjutkan langkahku lagi dan dalam hitungan ke lima aku mendengar teriakan marah dari orang itu. Yesss kemakan tuhkan sama omongan aku.
Aku mungkin bukan orang yang lembut dan baik hati, aku ini hidup sebebasku tapi tetap tau batasan. Aku seorang introvert, aku menyukai hidupku sendiri dan aku menyukai menjalaninya sendiri.
Sejak kecil aku tidak terlalu bisa bergaul dengan banyak teman sebayahku, aku hanya berteman dengan beberapa orang saja.
"Ver" aku membalikan tubuhku dan di belakang sana ada Ramdan pria yang sempat di ucapkan Nea. "Iya kenapa ?" Aku gugup sih kalau di urusin sama dia, dia ketua OSIS di sekolah dan ketua pemuda di beberapa komunitas yang ia jalin.
"Arpatemen kamu deketan sama pak Viktori kan ?" Aku menghembuskan nafas dengan sebal bisa-bisa aku merasa jengkel kembali ketika nama pria mesum itu di lontarkan. "Iye kenape ?" Tanyaku males banget buat jawab.
"Dia sakit nggak ada yang rawat, jadi pihak sekolah minta lu buat jagain beliau selama sakit tenang absensi lu aman" WTF ! Kok bisa-bisanya pihak sekolah kata gitu.
"Kok gitu nggak mau ah gua mau sekolah gua ketinggalan banyak" yah aku cari alasan lah males kali aku ketemu dia.
"Tenang aja ver semuanya aman nggak ada penolakan loh kalau nggak catatan hitam lu sampai kemommy lu" shitt aku terdiam tak bisa berkutik kalau sampai ke mommy sama aja bunuh diri.
"Iya-iya gua yang urus kalau gitu gua balik" Tanpa menunggu balasan dia gua balik badan dengan lusuh jalan kearah menuju gerbang penderitaan.
"Yang semangat dong ! Kalau semangat nanti aku sayang" teriakan Ramdan itu kaya setan ternyata buat tubuh gua malah tegak dan semangat mulai berjalan dengan senyum nggak jelas.
****
Aku ketuk dan bunyiin beberapa kali bell arpatemen tapi nggak juga di bukain, apa separah itu yah pak Viktori sakitnya ? Sampe bangun aja susah.
Aku ambil ponselku yang berada di tas dan membuka chat room dan mencari kontak pak Viktori yang berada urutan ke 5 dari semua pesan di chat room.
...Pak Akuntanshit...
...(Viktoria Kim)...
...Kemarin...
Dimana ?
14:00
Jawab saya biar saya jemput
14:03
...Hari ini...
^^^Pak bisa bukain pintunya^^^
^^^nggak ?^^^
^^^07:45^^^
^^^Pak saya di luar nih dari^^^
^^^tadi.^^^
^^^07:47^^^
Aku diam nunggu balesan dari guru itu sambil bersandar di pintu arpatemen ku.
Ting...
Sebuah pesan masuk, dengan segera aku mengecek nya dan itu dari pak Viktori.
...Pak Akuntanshit...
...(Viktoria Kim)...
Saya tidak bisa bangun
07:53
^^^Kalau gitu PINnya berapa ?^^^
^^^biar saya saja yang buka.^^^
^^^07:53^^^
^^^Kalau bapak nggak percaya^^^
^^^Sama saya nanti bapak ganti^^^
^^^Pin nya^^^
^^^07:55^^^
638341
07:58
Tampa pikir panjang aku langsung memasukan pin itu dan pintu pun terbuka, aku kesel banget sih pak Viktori tuh kaya sengaja aja balasnya lama banget.
Boleh jujur nggak sih aku kaget banget asli ini arpatemen pria tapi rapih banget. Aku coba tebak kamar pak Viktori dimana pas aku buka ruangan itu gelap dan benar saja pria itu ada.
Pas aku masuk pak Viktori lagi nyoba bangun mendudukkan dirinya sendiri tapi ia malah terjatuh lagi, jadi aku jalan kesana bantu dia bangun dan ngasih bantal di belakang penggunanya.
"Pak, udah di periksa dokter belum ?" Tanya ku basa basi soalnya canggung juga, pria itu cuman menggeleng. "Makan dulu aja deh, mau yah tadi saya beli bubur sebelum ke sini" kali ini pak Viktori ngangguk, beneran deh dari tadi dia nggak ngeluarin suara jadi gimana gitu. Beneran ini canggung banget.
"Pak kayanya buburnya harus di hangatkan dulu, kalau gitu saya hangatkan dulu yah" tak ada jawaban jadi aku main pergi aja, sampai di dapur yang bersebelahan dengan kamar pak Viktori aku pindahkan dulu buburnya dan baru aku hangatkan.
Aku taruh tasku dan mengikat rambutku, baru itu pindahin kebubur sama minumnya ke sebuah nampan.
Pas aku masuk lagi pak Viktori sedang mejamin matanya, "pak bangun dulu makan dulu" dan pas udah buka matanya aku duduk disisinya.
Aku menyodorkan mangkuk buburnya tapi dia menggeleng "suapin saya" ucapnya lemes banget. "Nggak mau bapak makan sendiri aja" ucapku masa aku harus nyuapin dia sih males.
"Saya lemes banget ini nggak kuat" aku menghembuskan nafasku dan membawa mangkuk itu ke depan ku menyendokan bubur dan meniupkan terlebih dahulu baru lah kesodorkan ke mulut pria itu.
Pak Viktori tersenyum wajahnya pucat banget, aku cuman mengangkat bahuku tak suka.
Setelah beres menyuapinya dokter yang aku panggil tadi sudah sampai. Pas di periksa aku lagi di dapur nyuci piring yang tadi di pake.
Setelah selesai baru ke kembali ke kamar menunggu dokter itu selesai menuliskan resep obatnya.
"Mba jangan terlalu khawatir suaminya nggaknya papah cuman butuh istirahat sama jangan di tendang lagi yah anu nya" aku menatap kaget banget sama apa yang di ucapin dokternya. "Hah" responku kaget beneran nggak ngerti juga emang muka aku setua itu yah sampe di panggil ibu terus di sangka istrinya pak Viktori.
"Kamu istrinya kan ?" Tanya dokter itu menatapku dan pak Viktori bergantian sebelum aku jawab pak Viktori lebih dulu jawab "iya dok, dia istri saya kami baru nikah beberapa bulan jadi jadi gitu aga bingung" aku menatap tajam sedangkan dokter yang sepertinya berusia 40 tahun itu hanya terkekeh dan menatapku.
"Jangan di ulangi yah mba, kasian suaminya. Ini resepnya bisa di beli di apotek saya pamit dulu" aku tersenyum Kikuk dan mengantarkan dokter itu sampai pintu arpatemen.
"Terima kasih dok, hati-hati" dokter itu mengangguk.
Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk protes sama pak Viktori enak saja main klaim anak orang sebagai istrinya.
"Pak, bapak apa-apaan sih main klaim-klaim saya istri bapak, nikah aja belum. Males banget saya punya suami mesum kaya bapak" aku menatap kesal sedangkan pak Viktori hanya tersenyum nggak jelas banget.
"Iya nanti saya nikahin kalau udah lulus sekolah" aku bergidik kesal aku beranjak mau keluar nggak mau ngeladenin lagi. Tapi pas aku mau keluar pak Viktori bersuara lagi. "Mau kemana ?" Tanyanya dengan suara yang terdengar lemes banget bahkan suaranya kecil banget.
"Mau beli obat dulu, bapak tidur aja kata dokternya harus banyak istirahat" aku kembali membalikan tubuhku keluar dan menutup pintu kamar itu.
__________________________________________
[Selasa, 28 Desember 2021]
Author :Safira Aulia Hamidah
Wtpd : Safira Auliya Hamidah
Instagram : Safira19989
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!