NovelToon NovelToon

Kematian Permaisuri Jahat

1. Kematian Permaisuri

Di kamar yang berwarna putih kusam tampak seorang wanita cantik berambut panjang tergerai berbaring dengan lemah. Tubuh yang kurus kering itu berbalut hanfu putih yang kumal yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat.

Siapa yang menyangka Pemaisuri Kerajaan besar yang dulunya sangat ditakuti karena kebengisan dan taktik perangnya melibas musuh - musuhnya tergolek tak berdaya di kamar itu. Bahkan tak ada yang akan menyangka pemilik kecantikan itu yang dahulu membantu suaminya memperoleh Kejayaan sekarang menempati kamar yang bahkan tak pantas untuk disebut kamar "PERMAISURI".

Sakit yang dideritanya selama 2 tahun ini menyebabkannya lumpuh tak berdaya. Namun sudah seminggu ini pelayannya Ling ling sering sekali mengucapkan permohonan maaf.

Ling ling bahkan mengucapkan perkataan yang sama berulang-ulang "Permaisuri maafkan hamba ini yang sungguh bodoh. Hamba tidak bisa melayani Permaisuri dengan baik." sambil bersujud berkali-kali.

"Sudahlah Ling - ling itu bukan kesalahanmu. Ini semua adalah takdirku." sambil tertawa miris "Ya takdirku, takdir Permaisuri Jahat."

Jelas Permaisuri tahu betul bahwa sakitnya ini tidak akan bisa diobati oleh tabib manapun di kerajaannya karena sakitnya adalah upaya seseorang untuk melenyapkannya. Untuk apalagi kalau bukan menginginkan posisinya saat ini sebagai Permaisuri.

Dan seseorang yang merencanakan ini semua adalah orang terdekatnya dan yang paling mendekati tidak lain adalah sepupunya sendiri. MEI LAN.

Mei Lan sendiri sudah menjadi selir agung sebelum ia sakit parah. Permaisuri HE HUA LAN melamun mengingat kebersamaan dengan suami tercintanya KAISAR TAIYANG. Miris memang semenjak ia sakit, Kaisar seperti enggan untuk menjenguknya sebagai formalitas agar tak terlihat Menelantarkan ia mengirimkan beberapa tabib untuk mengobatinya. Seperti saat ini seorang tabib datang berkunjung untuk memeriksanya.

"Setidaknya ia sedikit peduli kepadaku." tak terasa air mata kesedihan mengalir ke pipinya yang menampakkan cekungan yang dalam.

Tabib itu mendekat "Permisi Pemaisuri saya akan memulai pemeriksaan."

Laki-laki paruh baya itu memeriksa dengan teliti kemudian memberikan resep kepada pelayan Pemaisuri. Ia memerintahkan untuk segera memasak obat sesuai resep itu. Ling-ling berumur 24 tahun, 2 tahun lebih tua dari Permaisurinya. Pelayan itu jelas sangat dipercaya karena sudah bertahun-tahun mengabdi di keluarganya dan tidak sekalipun membuat ulah ia rajin, cekatan dan patuh.

Ling ling mengangguk kemudian pergi.

"Yang Mulia anda sangat percaya padanya." tabib itu memulai percakapan. "Tapi tahukah anda setenang apapun air kita tidak bisa menilai kedalamannya."

"Apakah anda mencurigai sesuatu." perasaan He Hua Lan mulai was - was apakah selama ini dia yang... ah apakah...lalu apa tujuannya apa keuntungannya semua pertanyaan itu bercampur di kepalanya seperti rentetan puisi yang panjang. Namun tidak mungkin tabib ini mengatakan itu jika ia merasa tidak ada yang ganjil. Tapi jelas ia bimbang bagaimana tidak Tabib didepannya ini adalah Tabib kepercayaan Istana, dan terlebih ia sangat dekat dengan Ibuku. Aku sangat ingat betul karena Ibuku yang mengatakan itu "Apapun yang terjadi Tabib Ji Hua adalah orang yg bisa kau andalkan jika sewaktu-waktu kamu memiliki masalah". Itu adalah pesan terakhir sebelum beliau wafat.

Tak lama Ling ling datang membawa semangkok obat panas. Namun saat hendak memberikan obat itu, tiba - tiba tangannya di tepuk oleh tangan seseorang.

Pranggg.

Mangkok itu pecah berkeping-keping dan obatnya pun telah tumpah membasahi lantai di kamar itu.

"Tidak perlu lagi meminum obatmu sepupu, percuma dan..sudah terlalu lama nafasmu mengotori udara disekitarku".

"Mei Lan kau merindukanku." tatapan kebencian Permaisuri pada sosok cantik yang singgah di kamarnya itu.

Hai - hai semnua reader kenalin ini karya pertama aq...semoga kalian suka...maaf kalau ada salah ketik atau ada yg kurang berkenan karena ini karya pertamaq. Mohon like dan votenya ya makasih sebelumnya😎🙏🙏

2. Kematian Permaisuri -2

Perempuan cantik memakai make-up tebal dengan pakaian yang sedikit terbuka mengekspos sebagian dada dan menampilkan lekuk tubuhnya berdiri dengan angkuhnya.

" Sepupu sudah berkali-kali aku mengatakan padamu menyerahlah ini sudah terlalu lama kamu bertahan Yang Mulia Permaisuri." dengan senyum seolah mengejek.

"Kamu!!!"

uhuk uhuk uhuk ah sakit yang menderanya seakan membakar jantungnya sakitnya menyerang dengan batuk mengeluarkan darah.

"Permaisuri". Ling ling mendekati junjungannya dengan khawatir. "Tenangkan dirimu Permaisuri, hamba mohon jaga emosi Yang Mulia". Ling Ling mengeluarkan air mata ia sangat sedih meliaat kondisi tuannya bagaimanapun kejam dan sadisnya Permaisuri namun Ling ling tak pernah sekalipun diperlakukan tidak adil oleh junjungannya. Ia hanya kejam pada lawan politik dan musuh-musuh suaminya. Cinta yang terlalu dalam pada akhirnya terbuang seperti angin yang berlalu seiring berjalannya waktu dan Kejayaan yang telah didapat Suami tuannya. Ia seperti sudah tak dibutuhkan lagi apalagi sudah 2 tahun ini tuannya sakit-sakitan dan tak kunjung sembuh walaupun sudah banyak tabib yang memeriksanya. Habis Manis Sepah dibuang barangkali itu pepatah yang cocok untuk tuannya itu.

"Kemarilah adikku, aku tahu kamu tak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin mengatakan pesan terakhirku. Mungkin dengan begini Tuhan akan mengampuniku dan memaafkan semua dosaku di masa lalu". permaisuri melirik sepupunya dengan tatapan pilu. Dari sorot matanya yang sendu tampak permaisuri seolah-olah ingin mengatakan pesan terakhirnya. Karena seperti yang diketahui banyak orang Permaisuri lumpuh jadi untuk menggerakkan tanganpun sulit apalagi kakinya. Karena yang berfungsi cuma tubuh bagian atasnya.

Tampak ragu dan berpikir. Tidak mungkinkan orang yang telah kritis seperti itu bisa mencelakainya bathin Mei Lan.

Mei lan pun mendekat..semakin mendekat

Lalu menundukkan kepalanya seperti akan mendengarkan apa permintaan terakhir Permaisuri.

Grebb

Permaisuri langsung mencekik leher Mei Lan dengan kuat.

"Aku tahu kau kan yang menyuruh orang setiap harinya meracuniku."

"Rasakan aku akan membawa serta dirimu ke neraka bersamaku ja..ng". Permaisuri mempererat genggaman tangannya yang saat ini mencekik wanita ular yang ada di hadapannya.

"Akkhhh..tolong aku bo..doh" ia mengisyaratkan pelayannya untuk membantunya.

Warna muka Mei Lan telah memucat dengan kuatnya cekikan dilehernya.

Pelayan selir agung yang berjumlah 2 orang tak mampu melepaskan genggaman sang Permaisuri. Mereka bahkan memukul-mukul tangan Permaisuri. Namun tak juga bisa menyelamatkan tuannya.

Akh..akh..akh

Sialan bagaimana dia bisa menggangkat tangannya padahal setiap hari dia meminum racun itu apalagi semua tabib menyatakan kalau dia sepenuhnya telah lumpuh namun apa ini bahkan sekarang ia mampu menggerakkan tangannya untuk mencekikku. bathin Mei Lan.

Kegaduhan itu diwarnai jeritan. tangisan bahkan Ling ling bahkan sang tabib pun ikut-ikutan merayu He Hua untuk menghentikan tindakan brutalnya itu.

"HENTIKAN!!!"

tiba-tiba Sang Kaisar telah berdiri menatap tajam Permaisurinya itu.

Permaisuri pun melepas cengkramannya.

Uhuk-uhuk...

"Yang Mulia, untunglah Yang Mulia datang kalau tidak entah bagaimana nasibku. Padahal aku hanya berniat untuk mengunjungi Kakak He Hua. Aku mengkhawatirkan keaadannya namun dia malah memperlakukan seperti ini".

Hiks...hiks...

"Sakit sekali leherku ini suamiku." selir Mei Lan menangis sambil mengusap-usap lehernya yang berwarna merah.

"Apa kau sudah gila Permaisuri, di saat kritismu bahkan kau akan menghabisi saudaramu sendiri!" seru Kaisar.

"Ha..ha..ha...Saudara ya. Yang Mulia Kaisar Suamiku, terima kasih berkenan datang untuk mengunjungi istrimu ini." sindir He Hua.

Permaisuri sudah hafal dengan permainan Mei Lan. Dengan tindakan brutalnya ini akan memaksa Sang Suami untuk turun langsung mengunjunginya. Bagaimana tidak tadi Mei Lan datang dengan 3 pelayan namun saat ia mencekiknya pelayan yang terlihat cuman 2 orang itu artinya Si Rubah itu sudah mengatur semuanya. Agar ada yang melaporkan kebengisannya. LICIK.

Tapi dengan begitu aku bisa bertemu dengan suamiku. Suami yang tidak mengharapkan istrinya lagi. Bathin He Hua.

Kematian Permaisuri -3

"Suamiku katakanlah apa layak dia orang yang pantas disebut saudara." tunjuk He Hua. "Bahkan dia adalah orang yang patut bertanggung jawab atas sakit yang hamba derita 2 tahun ini". teriak He Hua.

"Apa maksudmu Kakak"

Hiks..hiks..Mei Ling menangis dengan air mata palsunya.

Tentu ini yang di inginkan Mei Ling seolah-olah menjadi orang yang teraniaya. Padahal memang dialah yang menyuruh seseorang untuk meracuni Permaisuri He Hua sepupunya itu, namun tentu saja Permaisuri tidak memiliki bukti terlebih dia tidak tahu siapa dan kapan racun itu masuk ke tubuh He Hua.

"Beraninya kau menuduh Mei'er dengan mulutmu itu He Hua!!"

Kaisar yang langsung membentak dan menyebut nama He Hua tanpa embel-embel apapun seolah menegaskan sudah tidak ada cinta di hatinya untuk sang Permaisuri.

"Selama ini aku diam kau seolah-olah berkuasa mengaturku bahkan memerintah sekehendak hatimu menguasai Otoritas Pemerintahan melakukan serangkaian peleyapan kepada sejumlah pejabat akupun berusaha diam dan menutupi seolah tak melihat perilakumu dan sekarang sudah terbaring tak perdaya pun kamu masih saja berulah, menuduh saudaramu sendiri tanpa bukti!!". hardik Kaisar meluapkan semua emosinya yang selama ini terpendam.

Dengan mengeratkan kepalan tangannya dan hati yang penuh dengan emosi Kaisar mendekat dan mencekik perempuan pucat yang tak lain Permaisurinya sendiri.

Greb..

Tangan kanan Kaisar bergerak mencekik leher istrinya. Istri yang lemah yang seharusnya mendapatkan kasih dan cintanya kini dihadapkan pada murka suaminya yang ingin melenyapkannya.

Sambil memegang tangan suaminya untuk menghentikannya dia berkata "Akh..am..pun..sa..kit..sakit Yang Mulia" Permaisuri berderai air mata. Hancur sekali hatinya saat ini mendengar keluhan suaminya dan merasakan kekejaman orang yang amat dicintainya. Padahal semua yang dituduhkan tidak lain untuk menguatkan posisi suaminya sebagai Kaisar Matahari.

Mei Ling tertawa puas dalam hati melihat penderitaan sepupunya. Ia berharap Permaisuri segera mati sehingga tidak ada penghalang dirinya menjadi Pemaisuri berikutnya. Lagi pula siapa yang peduli pada Permaisuri, dia sudah tidak memiliki pendukung. Orang tua He Hua sudah meninggal saat usia pernikahan He Hua menginjak 3 tahun. Bahkan saudara kandungpun tidak ada karena permaisuri adalah anak tunggal lihatlah dia sangat menyedihkan bukan jika tidak orang-orang ini aku mungkin akan tertawa terbahak-bahak melihat kondisinya.

Tabib yang semula diam berdiri mematung hatinya tergerak ada rasa iba dan kasihan melihat penganiayaan Kaisar pada istrinya yang umurnya bahkan tinggal satu batang dupa. Ia memberanikan diri bergerak seraya berlutut dan berkata

"Ampuni hamba Yang Mulia, maafkan kelancangan hamba tolong hentikan Yang Mulia. Umur Permaisuri tinggal 1 batang dupa. kasihanilah ia biarlah Tuhan sendiri yang melakukan itu. Anda tak perlu mengotori tangan suci Anda, semua tuduhan Permaisuri karena ketakutannya menghadapi kematian".

Sesaat Kaisar tertegun ya bagaimanapun Permaisuri lah yang membuatku menjadi Kaisar di 3 benua sebentar lagi He Hua pun akan mati mengapa aku harus mengotori tanganku.bathin Taiyang

Kemudian Kaisar melepas cengkramannya. Dia tidak ingin ada yang curiga dan menyebarkan rumor buruk. Lagipula jika benar Mei Ling yang meracuninya apa salahnya dia memang harus lenyap. Aku sudah muak bersandiwara mencintai iblis kejam sepertinya. bathin Taiyang.

Masih begitu jelas di ingatannya bagaimana He Hua meracuni anak gadis Perdana Menteri Keuangan. Ia dulu tertarik pada kecantikan Ling'er. Yah gadis cantik putih dan lembut yang penuh pesona membangkitkan cinta yang begitu dalam. Namun ia mati di tangan istrinya sebelum lamarannya di terima. Mengingat itu hatinya sakit.

Uhuk..uhuk..uhuk

Nafas Permaisuri begitu memburu dadanya terasa sesak. Ini sakit lebih bahkan sangat sakit daripada penyakit yang dideritanya. Cekikan yang membekas di lehernya adalah bukti nyata bahwa dia sudah dibuang oleh suaminya.

Nafasnya kian memburu dia berusaha untuk tetap sadar dengan membuka mulutnya selebar-lebarnya memaksa untuk melahap udara sebanyak-banyaknya...namun sayang penglihatannya terlanjur memudar usahanya sia-sia belaka. Yang terakhir kalinya sebelum pandangannya meredup ia melihat wajah suami dan sepupunya lalu pingsan.

"Permaisuri... permaisuri hamba mohon bangunlah". hiks..hiks...hiks tangisan Pelayannya begitu dalam, seolah ada dosa besar dalam hatinya. Rasa bersalah yang teramat sangat melihat tuannya begitu menderita.

Kaisar menatap He Hua sebentar lalu memalingkan muka. Ia malah berjalan meninggalkan kediaman Permaisurinya lalu menatap Selirnya dengan sorot mata tajam ia berkata

"Kau tahu apa yang akan kau lakukan. Cepat bersihkan dan jangan ada kekacauan lagi. Dan satu lagi aku sudah muak menghadapi pemborosan." Taiyang lalu berjalan keluar dari kediaman Permaisurinya.

"Kau dengar perintah itu Tabib." mendekat dan berbisik dan suara yang ditekankan

"Segera LENYAPKAN!"

"Aku menunggu tapi jangan terlalu lama". Selir Agung beranjak pergi.

Tabib yang semula berlutut, bangkit dan menatap sendu ke arah Permaisuri lalu berkata

"Maafkan saya Permaisuri. ini adalah waktu terakhir anda. Semoga Permaisuri mengerti".

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!