Rencana Tuhan,
Semesta mempertemukan kita kembali daĺam periode yang lama. Namun, ternyata ini adalah sebuah pertemuan terakhir yang tak diharapkan dari sebuah rencana Tuhan ini.
♤♤♤♤♤
"Apa sih kamu, dek?? Gak usah ledekin kakak sama pentolan tembok ini!!" Kata seorang gadis SMA di Indonesia yang bertubuh tinggi dengan parasnya yg cantik dan rupawan. Namanya adalah Stefania Nana, usia sedikit lebih tua dengan adiknya.
"Hehehe," Kikikan adiknya yang bernama Yukarin, panggil saja Yuka. Gadis ini dikenal sangat periang dan imut, sehingga tak heran kalau ia menjadi incaran berat mata Lelaki.
♤♤♤♤♤
Gadis imut itu berlari dan mengejek kakaknya sehingga Nana geram dan ingin menangkap adiknya itu. "Weee tangkap kalau bisaaa!" Lidah Yuka dijulurkan keluar dan berlari menjauhi kakaknya. Ia mengejek kakaknya hingga kakaknya mengejarnya.
Tiba-tiba Nana berteriak dengan suara lantang, "Awassss Yukaaaaaaa!!!!"
Yuka yang berlari terdiam sejenak dan menatap ke arah samping. Ternyata, bola basket sudah berada di dekatnya dan siap menyambar wajah cantiknya itu.
"ARRRGHHH!!!" Jeritan suara Yuka terdengar sangat keras. Yuka terjatuh diatas lapangan yg luas dan dibawah terik matahari.
Nana langsung berlari kencang mendekati adiknya yg terjatuh lemah diatas lapangan yg luas dan mulai menyadarkannya dengan mencubit pipi Yuka sambil memanggil namanya, "Yuka!! Yuka!! Hey! Hey! Bangun!!"
Yuka setengah sadar melihat kakaknya dan banyak pria penggemar Yuka yang mengerumuninya. Mereka mulai berkata-kata dan panik melihat Yuka menjadi tak sadarkan diri.
"What?? pacarku pingsan kena bola?!?"
"Siapa sih yg lempar bola?!!!"
"Ihhh!!! Awas aja yg lempar bolaaa!! Kuhajar balik nanti!!!"
"Cewek mana sih??? Merusak pemandangan aja!!" Ucapan Anak IPS bernama Rio pria yang terkenal seperti banci itu membuat telinga Nana panas dan hendak memukulnya. Namun, Nana berpikir dua kali bahwa tindakannya hanya akan membuatnya terseret ke neraka sekolah. Apalagi, kalau bukan ruang BK dan ditindaklanjuti di ruang Kepsek.
"Heh?! Kalian mau bikin Yuka mati apa?!?!? Bukannya ditolongin malah diomongin?!?!? Hey!! Where's your brain, dude?" Kata Nana sambil menaikan sebelah alisnya. Matanya menantang mereka secepat kilat menyambar.
"Heh!! Kau bilang apa tadi??! Dasar sok cantik!! Deket-deket princessku lagi!!" Kata Mike, cowok yg bergaya tampan padahal hanya biasa saja.
"Heh! Yuka itu adikku!! Jadi, ini tanggung jawabku!!!" Bentak Nana kepada pria menyebalkan itu.
Tiba-tiba Pria berbadan tinggi dan gagah datang mendekati Nana dan Yuka yang sedang pingsan, diiringi suara para perempuan yg histeris melihat ketampanannya.
Pria itu dengan ramah berkata, "Permisi..." Hal itu membuat Nana menjadi heran melihatnya dan berkata dalam hati, "Masih adakah pria sesopan dia?"
Pria itu langsung menggendong Yuka yang pingsan dan hendak dibawa ke UKS. Nana belum sempat melihat wajah pria yang menolong adiknya itu.
Aksi tersebut sontak membuat keramaian dan kericuhan yang membuat Bu Ina dan Pak David datang ke lapangan, "Ada apa ini?!" Tanya Pak David dengan tegas.
"Itu, pak mereka rusuh. Masa, adik saya pingsan mereka malah tambah ramai dan malah menghujat Saya!" Kata Nana dengan lirikan yg amat kesal melihat mereka yg mencemoh Nana dan sambil mengacungkan jarinya ke arah kerumunan tersebut.
"Apa betul yg dibilang Nana??" Tanya bu Ina.
"Bohong bu!!'" Teriak mereka dengan tatapan sinis kepada Nana.
"Sudah-sudah!! Semuanya bubar!!" Kata pak David sambil membubarkan kerumunan itu.
"Huuuuuu.." Teriak kerumunan itu sambil bubar satu per satu.
♤♤♤♤♤
Tak lama kemudian, keajaiban terjadi. Ternyata, Gadis muda itu tidak mengalami luka serius. Hanya sedikit memar saja di kulit wajahnya yg mulus itu.
"Aduhh, sakit banget kepalaku ini...." Yuka mulai sadar dan memegangi kepala serta wajahnya yang baru saja terkena benturan bola basket yg cukup keras.
Tampak bayangan pria dari balik gorden tipis berwarna hijau berjalan ke arah gadis Malang tersebut.
"Maaf ya, A-aku gak se-----" Belum selesai berbicara, Yuka sudah mengoceh kesal pada pria tersebut.
"Maaf, maaf!!! Sakit tau kepalaku, kalau wa-----" Yuka terheran-heran memandangi wajah pria tampan yang baru ia temui dan hanyut dalam lamunan.
"Seperti pernah melihatnya? Tapi, kapan dan dimana?" Tanyanya dalam hati.
Pria itu melambaikan tangannya dan memecahkan lamunan Yuka, "Ada apa?? Halo?"
Yuka kembali tertunduk dan langsung menjawab "lupakan, gak ada apa-apa."
"....."
Suasana keheningan terpecah, ketika Nana masuk membuka pintu dan langsung menanyakan kondisi adiknya.
"Yuka, kamu gak apa-apakan??? Kepalamu masih sakit gak atau ada yang lain yang sakit???" Nana benar-benar panik, sampai membolak-balik wajah adiknya.
"Aku gak apa-apa, kak. Cuma masih sedikit pusing.." Yuka membaringkan badannya kembali dan Nana menatap pria yang daritadi tertunduk merasa bersalah.
"Hey! Kamu! Merasa gak bersalah ya?!" Pria itu mengangkat kepalanya keatas dan Nana terpukau dengan ketampanannya, serta terkejut melihat pria itu.
Ternyata, pria itu adalah teman masa kecilnya. Namanya Stevan. Pria itu terlihat sangat tampan dan sangat digemari para wanita. Dia sangat terkenal karena kepintarannya dalam semua mata pelajaran. Selain itu, Stevan juga sangat ahli bermain basket dan pernah memenangkan beberapa turnamen setiap pertandingan antar sekolah bahkan internasional.
Nana dengan sigap memeluk pria itu, sehingga Yuka terheran, "Kakak kenal dia??" Tanyanya.
"Kenal dong!! Dia Stevan, teman masa kecil kita dan kembarannya Steven!!" Kata Nana yang sangat girang dan mencubit pipi laki-laki itu sangat keras hingga Stevan meringis kesakitan, "Aw..aw..Na"
Nana tersenyum puas dan mulai memukul dada Stevan yang bidang itu, "Kamu kemana aja??? Gak pernah kasih kabar?! Udah 11 tahun kita gak ketemu?!" Kata Nana yang kesal dan hendak mencubitnya lagi.
"Ada kok.." Pria itu hanya menjawab singkat.
"Ihhhh, Steven dimana???" Tanya Nana.
"Dia sekolah kedokteran di Australia" Kata Stevan yang hanya menjawab dengan raut wajah yang sangat merindukan adik kembarnya itu.
Nana sedih mendengar perkataan Stevan barusan. Akhirnya, Nana mengurungkan niatnya yang hendak berkunjung ke rumah mereka untuk menjumpai Steven.
Yuka hanya memperhatikan mereka yang saling berbicara dan batinnya berkata, "Aku kasihan dengan kakak yang ternyata sangat rindu Steven, tapi tidak denganku yang benar-benar akan mengubur cinta dan rasanya sedalam mungkin."
Fajar pagi hadir menemani hari indah itu. Udaranya sangat sejuk dan segar, diiringi suara kicauan burung yang bernyanyi dengan merdu sepanjang harinya.
Hari ini,kedua gadis yang telah beranjak remaja, berangkat ke sekolah dengan kendaraannya yang diberikan kedua orangtuanya.Mereka adalah Nana dan Yuka, sepasang kakak dan adik dari keluarga Kasseila.
Keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik, namun mereka memiliki perbedaan yang mendasar. Nana adalah seorang kakak yang sangat khawatir dan peduli terhadap sesuatu hal kecil, sedangkan Yuka merupakan pribadi yang selalu menganggap mudah sesuatu.
"Yuka! Ingat ya, kunci motor akan kakak serahkan ke Mama,kalau kamu melanggar janjimu sendiri!" kecam Nana kepada adiknya.
"Ah iya, akan kuusahakan, " ucapnya sambil memakai helm full face miliknya yang berwarna hitam sehingga menambah kekontrasan antara warna merah motor sportnya dan hitam jaket yang dikenakannya.
Keduanya tidak berangkat bersama menggunakan satu kendaraan, karena setiap pulang sekolah, Nana selalu menyempatkan diri untuk pergi kursus bela diri terlebih dahulu. Sedangkan, Yuka harus pergi untuk kursus kecantikan dahulu.
Mulanya, perjalanan itu seperti janji Yuka untuk berkendara seperti aturan yang berlaku. Namun, sesuatu bodoh apa yang melintas di dalam benaknya. Tiba-tiba, gadis itu menaikkan kecepatan motornya dan memasuki jalan tikus di sekitar daerah tersebut.
"Ah! Ada apa lagi dengan anak itu!?" geram Nana dalam hatinya.
Saat itu, Yuka sudah tak tampak lagi dalam pandangan Nana. Gadis itu hilang bak ditelan bumi. Nana pun mempercepat kecepatan mobilnya, hingga ia tiba di sekolah tepat waktu.
...***...
"Liat tuh,akhirnya Yuka sayangku datang ke sekolah,hehe." Kata Dio siswa kelas 12 yang berdiri di sebelah Yuka.
Laki-laki itu adalah kepala geng motor di sekolah tersebut. Sering pula, pria menyebalkan ini membuat kasus dan sampai-sampai mendapatkan surat peringatan dari sekolah. Dio menghampiri Yuka yg hendak mengganti jaket dan celananya ke toilet.
"Pagi manis~" sapa Dio yg mencubit pipi Yuka secara lancang.
"Apa sih?? Minggir!! Gak ada waktu buat ngomong sama Lo!!" Kata Gadis belia itu sambil mendorong tubuh gagah Dio yang mendekatinya.
Tiba-tiba Dio mengecup leher Yuka dan Gadis itu secara reflek menampar pipi Dio.
//PLAK PLAK //
Tamparan tersebut membekas di pipi Dio yang mulus itu. Terasa sangat panas dan memerah.
"Hey! Sayang-sayang, Aku perlu merobekmu rasanya!!" ucap pria yang menjadi naik pitam akibat tamparan yang diberikan Yuka.
Dio langsung menarik paksa tangan Yuka dan membawanya ke gudang belakang sekolah. Pagi itu memang sekolah belum cukup ramai, hanya ada beberapa murid saja yang sudah sampai.
♤♤♤♤♤
Nana memarkirkan mobilnya terlebih dahulu dan keluar dari mobil. Nana sempat melihat pria yang sama tampannya dengan Stevan. Siapa lagi kalau bukan Alex yg menjadi santapan para wanita centil, terutama Marta yg berambut pirang dan panjang.
Menurut Nana, wanita tersebut berpacaran dengan pria tampan dan kaya raya hanya untuk dijadikan sasaran kegilaan harta dan untuk dipamerkan di akun media sosial miliknya.
Terbilang kalangan menengah ke atas. Akan tetapi, gadis berambut pirang tersebut sangat iri dengan adiknya Nana yg mendapat julukan, "Gadis Pujaan Sekolah"
Dari Jauh Nana melihat Alex yg lengannya dipegang paksa oleh Marta. Pria itu berusaha melepaskan pegangan itu. Alex memang sangat dingin dan pendiam. Namun, sebenarnya bukan karena semata-mata, Ia ingin jual mahal pada dirinya tapi mungkin karena merasa kesepian dan risih dengan mahluk sosial yang menyebalkan seperti, Marta.
Alex juga merupakan teman dekat Stevan. Mereka sering berkolaborasi juga dalam hal apapun, kecuali ulangan harian dan ujian sekolah.
Nana agak sedikit terganggu melihat pemandangannya pagi itu. Nana melihat sekeliling dan hendak mencari Yukarin, adiknya.
Ternyata, Yuka sudah sampai di sekolah lebih dahulu. Motor sport merah miliknya sudah terparkir di area parkir motor. Namun, Nana tak menemukan primadona sekolah itu.
"Yuka dimana ya? Biasanya dia suka baca buku di taman ini dikarenakan agak sunyi dan dia bisa fokus juga. Apa dia di toilet ya atau di kantin? Perasaanku kok gak enak ya?" Batin Nana menjadi penasaran dengan keberadaan adiknya yang tak nampak batang hidungnya dan gusar hatinya.
♤♤♤♤
"Arrggghh, kamu jangan macem-macem ya, Dio!!! Lepaskan tanganku!!" Teriak Yuka yang sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman pria gila itu.
"Tidak semudah itu. Hahahahaha, Aku perlu menghukummu dengan beling ini. Dasar tak tau diri!!" Hadrik Dio kepada Yuka.
// PLAK //
Dio menampar pipi kiri Yuka, mata gadis itu berkaca-kaca dan mulai menitikan air mata. Selama ini Yuka selalu bergantung pada kakaknya, sehingga ia menjadi kuat dan tak pernah menakuti hal konyol yang akan menimpanya dirinya pagi itu.
"Kakak, tolong aku.." Gumam Yuka dalam hati yang lirih.
Air mata itu bagaikan bendungan air yang siap meledak dan tak sadar, air mata tersebut membasahi pipi Yuka.
Dio mulai menggoreskan beling pada kulit putih tangan Yuka dan ia mulai merintih kesakitan, "Aw, Sa-sakit!"
"Kamu pikir perasaanku gak sakit apa?! Hah?!" Kata-kata Dio mirip seperti penjahat yang ingin sekali menghancurkan jiwa gadis itu.
"Dio, ma-maaf" Kata Yuka yang memohon maaf dan merasa kesakitan dengan luka yang baru saja digoreskan oleh Dio.
Gadis malang itu menangis tersedu-sedu dan didalam hatinya, ia berharap ada yg menolongnya dari alam neraka ini.
"Kamu telat, sayang!!" Kata Dio yang membentak Yuka.
Pria gila itu mengikat kedua tangan Yuka yang telah tergores beling dan menutup mulutnya dengan lakban hitam yg amat rekat.
Setelah itu, ia meninggalkannya sendirian di gudang tersebut. Ia juga mengunci gudang tersebut.
Posisi gudang tersebut jauh dibelakang sekolah dan berada di lantai dasar.
♤♤♤♤♤♤♤
"Yuka dimana sih?? Kok gak ada di toilet??" Kata Nana dalam hati sambil terus berjalan menelusuri ruangan yang berada di dekat taman sekolah itu.
"Apa Yuka di perpustakaan?? Dia kan suka banget kembaliin buku yang dia pinjam di perpustakaan pagi gini juga." Kata Nana sambil berjalan menuju perpustakaan sekolah dengan tergesa-gesa.
Nana disambut manis dengan Stevan yang kebetulan baru saja keluar dari perpustakaan,
"Eh, Na?? Kamu kok kebingungan gitu??"
"A-anuu..eee" Nana ragu-ragu mengatakannya. Namun, gadis periang itu berpikir tidak ada salahnya memberi tau sahabat lamanya itu.
"Kamu ada liat Yuka gak di perpustakaan tadi?" Nana sungguh berharap Yuka ada di sana. Sayangnya, secara realita Yuka tidak ada di sana.
"Gak kok gak ada, memangnya dia kemana??" Balas Stevan kepada Nana.
Gadis itu mulai menceritakan urutannya sampai ia sampai di sekolah, "...jadi, gitu ceritanya..." Nana tertunduk dan merasa putus asa tidak menemukan Yuka.
"Gitu ya, kita cari di kelasnya, barangkali dia ada di kelasnya." Kata Stevan sambil membantu Nana berdiri dan mengelus pundaknya, bermaksud untuk menenangkan perasaan Nana.
"Aku takut Yuka gak ada di kelasnya.." Wajah Nana mulai memucat, tangannya dingin dan tampaklah perasaan semakin cemas dari sang kakak yg tak kunjung jua menemukan adiknya.
"Optimis ya.." Kata Stevan sambil berjalan memegang bahu Gadis itu yang bermaksud menenangkan emosinya saat itu.
Saat berjalan, banyak perempuan lain yg terlihat sangat iri. Mereka mulai membicarakan Nana dan Stevan saat jalan bersama.
"Dasar kecentilan! Beraninya dekat-dekat sama Stevan dan juga Alex nanti?! Awas saja!" Kata Kayla yg merupakan teman sekelas Yuka.
"Dasar dedemit!" Ucap ketus Cella.
Tiba-tiba tubuh Nana kaku dan terhenti berjalan. Stevan menyadari bahwa kata-kata kedua anak perempuan yang berdiri di belakang mereka tadi menyakiti hati Nana.
Pria tampan itu berjalan mendekati Kayla dan Cella, kedua wanita yg memiliki badan kurus.
"Kau berdua, daripada badan kalian kurus lebih baik mulut kalian digunakan untuk makan ya! Oia satu lagi, stop ganggu Nana atau kalian berdua akan tau akibatnya! Kalian hanya wanita rendahan!" Kata-Kata Stevan tadi membuat Kayla menangis dan Stevan langsung menjawab dengan ketus, "Baru itu aja nangis? Dasar mental sampah! Gak ada bedanya ya?"
Nana mendekati Stevan dan menggelengkan kepala yang mengartikan, "Cukup"
Kayla dan Cella pun menjadi bahan tontonan dan buah bibir sekolah ternama itu.
♤♤♤♤♤
"Siapapun tolong Aku.Ya Tuhan, kuatkan Aku menahan luka yg perih ini." Yuka berdoa dalam kepedihannyan menahan luka gores di pergelangan tangannya. Ia menjadi terbata-bata.
Gadis itu mulai lemas dan darah segar ditangannya masih tetap mengalir.
Yuka sedikit phobia dengan keheningan tanpa seseorang di dalam gudang itu. Ditambah lagi gudang itu mempunyai kisah kelam yang seram dan mengerikan.
Pada tahun 1998, ada siswi cantik yang berprestasi di sekolah itu. Siswi itu sangat periang dan ramah. Namun, 1 hari sebelum kematiannya akibat gantung diri di gudang ini, sifatnya benar-benar berubah. Belum ada yg tau pasti alasan siswi tersebut mengakhiri hidupnya.
Primadona sekolah itu amat ketakutan, ditambah kaleng cat yang ada di gudang tiba-tiba terjatuh.
"Mama!! Kakak!! Aku takut!!" Gadis itu menangis tersedu-sedu sambil berteriak dalam hati.
♤♤♤♤♤♤♤♤
Nana melihat jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 06.55, "Van, 5 menit lagi jam pelajaran bakal mulai. Yuka dimana ya??? firasatku gak enak, Van." Kata Nana yg mulai panik.
Stevan pun bingung karena ia yakin Yuka itu siswi berprestasi yg sama seperti kakaknya, tidak masuk akal apabila ia berani bolos.
"Pasti ini ada sesuatu..."Stevan langsung menarik tangan Nana menuju gudang.
Pria itu berlari sekencang-kencangnya sambil menggenggam tangan Nana, "Hey! Stevan!!! Jangan lari secepat gini!!!" Kata Nana yang nafasnya mulai tersengal akibat tak biasa berlari sekencang itu.
Pria berbadan jangkung tetap berlari tanpa menggubris peringatan Nana. Gadis itu terkejut ketika Stevan membawanya kedepan pintu gudang.
"Eh??? Kenapa kita kesini??? Lagian mana mungkin Yuka di gudang. Gudangnya juga dikunci."
"Sedikit kemungkinan Yuka Ada di Gudang, tapi siapa sangka kalau Yuka dijaili?" Stevan langsung mengetuk pintu tersebut.
TOK TOK TOK
Tak ada sautan sama sekali. Stevan mencoba sekali lagi dan mendengar suara wanita yg menangis di dalam gudang tersebut.
"Yuka?? Kamu di dalam kan???" Suara wanita itu terdengar merintih kesakitan dari luar dan mencoba mengeraskan suaranya.
"Hah?! Yuka di dalan gudang?!?!?" Nana terkejut bukan main hingga kepalanya menjadi sedikit pusing.
BRAKK BRAKK
Suara dobrakan pintu gudang, Nana terkejut melihat adiknya terkulai lemas dengan darah ditangannya dan dalam keadaan terikat. Nana merasa gagal menjaga Adiknya.
"Kakak macam apa aku ini?? Adikku saja tak bisa kujaga!" Nana menangis memeluk adiknya yang sudah sangat pucat kulitnya dan sangat ketakutan sekali.
"Na, lebih baik kamu bawa adikmu sekarang ke rumah sakit. Lukanya lumayan cukup parah. Bisa infeksi kalau sayatannya itu gak segera diobati." Saran Stevan sambil membantu Nana memapah Yuka yang ketakutan dan lemas ke dalam mobil yang berada di area parkiran.
"Tapi kelas udah mulai???" Kata Nana.
"Aku akan minta surat izin kalian, ok?"
"Ok, ma-makasih ya..." Ucap Nana yang bersyukur karena Stevan telah membantunya menemukan adiknya.
♤♤♤♤♤♤♤
Diperjalanan Yuka hanya terdiam sambil menangis. Entah mungkin karena takut, kesakitan atau trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
Dokter segera menangani gadis malang tersebut. Sang Kakak mengusap air mata di pipi adiknya yang tak henti-henti mengalir.
Setelah suasananya tenang dan kondisi Yuka membaik, Nana mulai menanyakan kenapa adiknya itu bisa ada di gudang karena sangat janggal menurutnya kejadian itu.
"**Yuka, kenapa kamu bisa ada di gudang seperti tadi dan tanganmu terluka begini??"
"Kakak, aku takut**.." Yuka hanya mengatakan 3 patah kata yang memiliki makna terselubung.
"Bilang sama kakak, siapa yg tega lakuin ini sama kamu???" Nana mulai geram dan menginginkan segera tau siapa pelaku dalam aksi kriminal ini.
Yuka menjawab perlahan dan menangis sejadi-jadinya, "**Dio, kak."
"Hiks...hiks**..."
Nana langsung naik pitam dan beranjak dari kursi jenguk pasien. "Tak akan kubiarkan!!"
Yuka menahan Kakaknya yang hendak pergi,
"Kak, jangan pergi. Aku takut..." Kata Yuka dengan lirih. Akhirnya, ia menemani adiknya selama 2 jam di rumah sakit dan dokter baru saja mengizinkannya pulang.
"Kakak minta maaf, gak bisa jaga kamu dengan benar. Kakak menyesal, kakak ini bukan kakak yg baik buat kamu..." Nana mulai sedih lagi, ketika sambil menyetir.
"Kak, harusnya Aku yg minta maaf, malah bikin susah kakak. Kakak itu berharga di mataku..." Gadis imut itu menangis terharu dengan kata-katanya sendiri.
Nana menghentikan laju mobilnya dan mereka saling berpelukan layaknya Kakak dan Adik yang sulit dipisahkan.
♤♤♤♤♤♤♤
"Lho? Kenapa kalian pulang secepat ini?? kalian bolo****s?!" Tanya Mama di rumah dan sambil melihat pergelangan tangan Yuka yang dibungkus perban.
"Yuka? Tanganmu kenapa??" Anak bungsu itu hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun.
Akhirnya, mama menanyakan hal itu kepada Nana, si anak sulung. "Tadi ada kecelakaan di sekolah..huh..." Kata Nana sambil menarik nafas perlahan dan mencoba menjelaskan agar mamanya tidak panik.
"Apa?!" Mama terkejut mendengar penjelasan putri sulungnya.
"Oke mama akan tuntut anak itu ke jalur hukum! Ini tindakan kriminal!"
Nana pun setuju dan mama mereka segera melaporkan ke kantor polisi kasus tersebut. Setelah itu, Nana datang ke kamar Yuka sambil membawa susu coklat hangat kesukaan Yuka dan mulai merawat adiknya yang benar-benar lemah dan sakit ini.
"Minum ya, ini untukmu, kakak buatkan special untuk adik, kakak tercinta." Kata Nana sambil meletakan segelas susu coklat hangat di meja samping kasur Yuka.
"Terimakasih, kak." Kata Yuka sambil tersenyum.
***Penolakan,
Saat dimana kita mencoba dan mempersiapkan ruang untuk jatuh, untuk retak, untuk hancur sebaik-baiknya***.
♤♤♤♤♤
DRRTT DRRTT~
Suara ponsel gadis cantik tersebut berdering. Kedua tangan Yuka yg masih diperban membuatnya sedikit kesulitan saat hendak mengaplikasikan ponsel di tangannya. Gadis itu berusaha dan akhirnya bisa menggunakan ponselnya untuk membaca pesan dari seseorang.
Message
Stevan : "Yuka..Ini Stevan, maaf baru bisa tanya sekarang, gimana keadaanmu? Kuharap kau cepat sembuh ya, tadi pagi, sudah kuizinkan ke wali kelasmu, kalau kau izin. Sebentar lagi, Aku mau ke rumahmu, rencananya mau antar motormu yg tadi ditinggal di sekolah. Sampai ketemu nanti"
Yuka : "Ok, makasih untuk hari ini, kutunggu nanti."
Yuka hanya membalas singkat dari Stevan dan langsung bersiap mengganti pakaian tidurnya dengan atasan lengan panjang berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam.
♤♤♤♤♤♤
Pria pendiam yang dinginnya seperti es tanpa nyawa di rumahnya sibuk memikirkan Nana yg melihatnya tadi dipeluk paksa lengannya oleh Marta.
Entah apa alasannya, sehingga Alex memikirkan Nana. Ia membuka ponselnya dan hendak menghubungi Nana. Namun, Ia menyaring tindakkannya lagi, "Hah? Ngapain kutelfon dia. Nanti, dia naik telinga segala lagi..."
Berbeda dengan Nana yg sama sekali cuek dengan hal yg dilihatnya saat di sekolah. Akan tetapi, Nana malah memikirkan Dio, pemuda gila yang tega melukai adiknya.
"Apa sih mau nya tuh cowok?! Gila apa ya?! Cuma karena hal sepele. Liat aja besok pas masuk!" Geram Nana dalam hati.
Nana keluar dari kamarnya dan melihat adiknya sedang berjalan perlahan menuju ruang tamu.
Gadis itu menghentikan langkah adiknya yang berjalan mengendap-endap seperti maling.
"Kamu ngapain, Yuka?" Tanyanya yg membuat jantung Yuka terkejut, sebab tiba-tiba ada suara kakaknya dari belakang tubuh mungilnya.
Yuka hanya menoleh ke belakang dan menjawab pertanyaannya dengan sedikit ragu "Nunggu Ste---" Ucapan Yuka terhenti.
"Siapa?? Nungguin siapa sih??" Tanya Nana yang menjadi penasaran.
"Gak apa apa, kak. Aku nungguin orang yg mau antar motorku yg ditinggal di sekolah tadi." Jawab Yuka yang berbohong kepada kakaknya.
"Nggak biasanya nih, curiga deh jadinya?"
"Yaudah sini, kakak temani" Kata Nana sambil mengayunkan tangannya bermaksud memberikan ajakan kepada adiknya.
"Gak usah, kak. Kakak istirahat saja," Balas Yuka yang hanya menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Hal itu membuat Nana curiga bahwa adiknya menutupi sesuatu yg ingin disampaikan.
"Kamu nungguin Stevan??" Tanya Nana yang membuat adiknya menjadi senyap.
"......"
"Kenapa kamu diam-diam? Jangan-jangan benar ya? Ejek Nana kepada adiknya.
"Ih, nggak, Kak," Pipi adiknya menjadi merah merona seperti blush on dan membantah hal yg dimaksud Nana, kakaknya.
"Hayoo, kamu ada rasa ya sama Stevan?" Tanya Nana dengan senyum Nakal menggoda adiknya.
Adiknya menarik nafas panjang dan mengatakan sekali lagi, "Fyuhh kak, umurku baru 16 tahun, minggu depan baru 17 tahun. Mana boleh pacaran!"
"Ya begitu juga tetap aja udah direncanakan bukan?? Siapa tau langsung pacaran, kalau sudah 17 pas!" Kata Nana sambil mencubit pipi adiknya yg chubby itu.
"Aduh-aduh sakit, kak" Nana mulai melepaskan tangannya dari pipi Yuka dan tersenyum puas melihat adiknya.
♤♤♤♤♤
Tak lama setelah itu, terdengar suara 2 motor yg datang sekaligus dan segera memasukan motor milik Yuka ke dalam garasi rumah Mereka. Tak lain ternyata kedua Pria itu adalah Stevan dan Steven.
Kemunculan Steven membuat Nana sangat senang sebab kerinduannya pada Steven sudah sangat memuncak dan terhapus saat berjumpa.
Nana langsung berlari memeluk tubuh Steven yg kekar dan gagah itu, "Aaaaaa Steven!!!! Kamu baru pulang dari Australiaaa. AAAAAA jahat! jahat! jahat! Gak kasih kabar!!" Gerutu Nana sambil memukul dada Steven dengan kepalan tangannya.
"Ya, maaf! ponselku rusak saat Aku hendak mengabarimu. Maaf ya." Kata Steven sambil memegang kedua pundak Nana yg sudah melepaskan pelukannya tadi.
"Udah gitu aja?" Tanya Nana dengan wajah yg masam dan merasa kesal karena hanya itu respon yg dikatakan pria berkulit putih kembaran Stevan itu.
"Ya terus?? Aku harus bilang apalagi, Na?" Steven agak sedikit kebingungan dengan tanggapan Nana tadi. Kakak kembarnya, Stevan menarik nafas dan menepuk pundak adik kembar yg membelakanginya.
"Dari dulu sampai sekarang selalu saja tidak peka. Kamu sebagai laki-laki harus peka dong maunya wanita gimana?" Jawab Kakaknya yg membuatnya semakin tidak memahami sama sekali maksud ucapan kakak kembarnya barusan.
Beda halnya dengan Yuka yg pernah menolak cinta Steven ketika mereka kecil dulu.
Yuka tak mau berlama-lama melihat Steven. Akhirnya, ia memutuskan ke belakang untuk membuatkan minuman dan membawa sedikit camilan untuk dimakan saat itu.
"Aku permisi sebentar. Kalian mau minum apa? Teh atau jus atau kopi?" Tanya Yuka sambil berjalan menuju arah pintu masuk rumah.
"Aku teh hangat saja, jangan terlalu manis ya!" Pinta Stevan.
"Aku air putih saja Yuka" Pinta Steven.
"Eh?? Tanganmu sudah baikan, Ka?" Nana memastikan apakah tangan Yuka sudah membaik atau belum agar Ia bisa membantunya.
"Sudah kok, kak. Kakak tolong temani Stevan dan Steven aja ya. Aku kebelakang sebentar." Pamit Yuka kepada sahabat-sahabat dan kakaknya yg sedang berada di depan. Nana mengangguk dan menemani kedua pria kembar yg tampan itu berbincang.
Steven tiba-tiba menjadi murung melihat wanita pujaan hatinya berpaling ketika sudah lama tak berjumpa, "Sampai kapan kamu acuh begini denganku? Ini terlalu menyakitkanku. Yuka, seandainya kau tau, Aku bersekolah di Australia hanya untuk membuatmu bangga dan Aku ingin sekali segera melamarmu nanti setelah Aku selesai kuliah..." Kata Steven dalam hati yg mulai sedih.
Ekspresinya tadi membuat Nana dan Stevan memperhatikannya. Nana melambaikan tangan di depan pandangan Steven yg sangat kosong.
"Hey, Are you ok?" Tanya Nana yg membuat Steven tersadar kembali dan melanjutkan berbincang dengan kakak kembar dan sahabatnya.
♤♤♤♤♤♤
Yuka menuangkan air panas dan sambil berkata dalam hati, "Kenapa kamu tak pernah bisa melupakanku?? Aku tak mencintaimu sama sekali. Aku cuma ingin bersahabat denganmu, tapi kau tak ingin. Maafkan Aku..."
Mama Yuka, mami Risma keluar dari kamar sambil membawa botol kosong yg hendak diisinya dengar air mineral. Ibu dari anak bungsu itu melihat putrinya menuang air panas dengan keadaan tangan masih terbungkus perban.
Wanita paruh baya itu meletakan botolnya di dekat anak perempuannya itu. Yuka yg melihat mamanya dengan sigap menyapanya dengan ramah.
"Mama? Mama ngapain disini?" Tanya Yuka polos.
"Ini, mama mau mengisi botol minum mama. Kamu kok bikin ini? Memangnya ada tamu?" Jelas Mamanya sambil menanyakan hal kepada Yuka.
"Iya, Ma. Diluar ada Stevan dan Steven ditemani kak Nana." Jawab Yuka sambil menunjukkan arah ke pintu depan.
"Kok kamu yg buat minuman, tanganmu sudah membaik? Kau bisa meminta tolong kepada kakakmu." Kata Mama.
"Udah kok, Ma. Tangan Yuka sudah membaik kok. Yuka merasa mendingan juga." Jawab Yuka dengan jujur sambil menggerak-gerakan kedua tangannya.
"Oh gitu ya? Yasudah salam, ya buat Evan dan Even." Kata mamanya sambil tersenyum manis kepada putri bungsunya.
♤♤♤♤♤
"Ngomong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba bisa pulang secepat ini dari Australia?" Tanya Nana kepada Even, pria tampan kembaran Stevan di depannya.
"Ya karena ulangan kemarin, nilaiku paling tinggi. Akhirnya, Aku diperbolehkan untuk pulang lebih awal sebagai bonus." Jawab Steven.
"Wah seru banget tuh, trus yg lain gak iri gitu?" Tanya Nana lagi sambil cekikikan.
"Nggak sih, karena hanya Aku dan Mr. Charlos yg tau. Hahaha" Balasan Steven yg membuat Kakak kembar dan sahabat lamanya itu tertawa.
Ditengah perbincangan Mereka, Yuka datang dengan membawa cemilan dan minuman. Tangan Yuka belum terlalu pulih dan hampir saja keseimbangannya berubah ketika hendak meletakan nampan yg berisi cemilan dan minuman tersebut. Steven dengan sigap mendekap tubuh gadis cantik itu agar dapat seimbang kembali.
Deg..Deg..Deg...
Jantung Steven tak berhenti berdetak cepat dan tak beraturan. Ia menatap mata yg berwarna kebiru-biruan milik sang bidadari hatinya. Waktu serasa terhenti, keduanya saling memandang dan tak bisa melepas rindu teramat dalam dan menusuk.
"Eee? Dek? Even?" Tegur Nana.
Yuka kembali seimbang dan meletakkan nampannya diatas meja, sedangkan pria yg membantunya tadi melepas dekapannya itu dan duduk kembali.
"**Makasih.."
"Maaf**" Sepatah Kata yg diucapkan oleh pasangan yg bertepuk sebelah tangan itu bersamaan.
"Cie..Ciee..." Ledek Nana kepada Adiknya dan Steven.
Stevan mendadak merasakan sakit, ketika mendengar Nana mengejek adiknya.
"Kenapa rasanya sakit? Ada apa? Ini hanya sebuah kejadian tanpa kesengajaan." Ucap Batinnya dalam hati.
Setelah itu, Yuka duduk disamping kakaknya. Mereka mulai membicarakan hubungan Yuka dan Steven tempo hari.
"Wah mumpung lagi ngumpul, si bucin berdua ini gimana kabarnya? hehehe" Ejek Nana sambil mencubit pelan perut adiknya dan terkekeh.
"Nggak kok!" Lagi-lagi Steven dan Yuka mengucapkan hal yg sama yg menimbulkan perdebatan antara remaja itu.
"Hey! Bisakah kau tidak mengikuti apa yg kukatakan? Ini hanya akan menimbulkan kesalahpahaman antara Kakak kita masing-masing!" Tegas Yuka kepada pria yg merupakan sahabatnya itu.
"Ehehe bukannya kalian tuh uhhhhh sama-sama kan??" Kata Nana mengejek Adiknya lagi.
Mendengar perkataan tadi, Yuka menjadi cemberut dan ingin segera masuk kamarnya, untuk sangat menghindari Steven.
"Ma..maaf Yuka...Aku --------" Belum selesai Steven bicara Yuka sudah memotongnya untuk mempersingkat pembicaraan Mereka.
"Iya iya!!! Sudahlah!! Aku paham" Jawaban Yuka yg membuat Steven kecewa dan sedih, serta Ia juga menjadi tak habis pikir dengan sikap Yuka.
"Apa kamu gak akan pernah memberikan Aku ruang atau bagian dalam hidupmu sekali untuk seumur hidupku?" Tanya Steven dalam hatinya.
Hal yg sama juga dirasakan oleh Stevan, "Ada apa ini? Kenapa jantungku semakin berdetak cepat saat ada di dekatnya? Aku gak mungkin jatuh cinta sama Dia. Ini hanya akan menyakiti perasaan Steven..." Batinnya berkata demikian.
Setelah menghabiskan minuman dan cemilan yg disediakan, kedua pria kembar tampan itu berpamitan pulang.
"Kami pulang dulu, ya! Terimakasih sudah menyambut kami."
"Iya makasih ya, sudah membantu adikku tadi di sekolah. Oia, makasih juga buat Steven yg udah ikut kesini, ini suatu kejutan besar bagiku. Thanks a lot." Ucap Nana sembari tersenyum kepada mereka.Yuka hanya melihatnya tanpa ekspresi sama sekali.
Lalu, mereka menyalakan motor dan berangkat meninggalkan halaman depan rumah mewah itu. Nana menutup pintu pagar dan merangkul punggung adiknya berjalan masuk ke dalam rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!