NovelToon NovelToon

Gauri

1. Ramalan Masa Depan

"Aku merasa bahwa anak yang kau kandung itu akan merubah peradaban dunia ini, nak. Ketika dia lahir nanti, jaga dia baik-baik." Nasihat sang ayah kepada putrinya.

Dia adalah Seorang mantan panglima perang dari kerajaan Abhihar, dahulu dia adalah seorang panglima yang sangat hebat, karena fitnah dari rekannya, dia sekarang hidup serba pas-pasan , dia adalah Wasuki. Istrinya telah meninggal saat melahirkan putrinya, putrinya bernama Urta Wasuki, yang saat ini sedang mengandung anak pertamanya dengan suaminya dimana suaminya adalah seorang pengembara yang bernama Kagami Saigupta.

"Ayah, sebaiknya ayah istirahat saja, kondisi ayah memburuk, jangan terlalu banyak berfikir, ayah," ujar Urta.

"Kapan suamimu pulang, nak?" Tanya Wasuki

"Ayah ingin, Ka-kagami nanti menjagamu dan ba-bayimu de-dengan baik se-setelah ayah tiada nanti," ujar Wasuki dengan napas yang tersenggal

"Jangan katakan apapun lagi ayah, semua akan baik-baik saja. Aku akan panggilkan tabib sebentar." Urta sungguh tak kuasa melihat penderita an ayahnya, sambil menahan tangis, ia pun menyusuri hutan untuk menemui seorang tabib.

Di tengah hutan belantara ia bertemu seseorang yang berjubah abu dan tepat didepannya.

"Siapa kau? Jangan halangi jalanku," teriak Urta ketakutan, sungguh dia takut, apalagi dia sedang mengandung dan suaminya sedang tidak dirumah.

"Apa kau melupakan ku, Urta?" Ujar pria itu.

"Aku adalah Kagami Saigupta, suamimu," ujarnya seraya membuka penutup wajahnya.

"K-kau! Kaga, kemana saja kau selama ini, aku takut. Hiks, Ayah sedang sakit parah, aku takut terjadi sesuatu. hiks."

"Sudah, jangan menangis, hemm. Kenapa kau keluar malam-malam begini? Sangat tdk baik untuk kesehatan mu, Urta." Kagami menenangkan tangis istrinya dan menghapus air matanya.

"Aku ingin pergi memanggil tabib untuk ayah, dan aku bertemu denganmu disini," jawab Urta.

"Baiklah, aku antar kau pulang dulu, biar aku nanti yang memanggil tabibnya ya."

"Hemm," gumam Urta dengan menganggukkan kepala.

****

"Ayah. Ayah Kagami sudah kembali." Urta memeluk ayahnya sambil menangis.

"Ayah! Ayah! Bangun ayah," teriak Urta sambil menggoyang kan tubuh ayahnya.

"Hiks hiks ayahhhh."

Setelah itu Kagami datang dengan membawa tabibnya. Tetapi semua sudah terlambat, Wasuki meninggal setelah Urta keluar ingin memanggil tabibnya.

Kagami pun hanya menahan tangis setelah mertuanya tiada tanpa seseorang yg mendampingi tadi. Dia menyesal karena saat mertuanya sakit, dia tak tahu, Wasuki sudah dianggap seperti ayah kandungnya sendiri.

Bagi Kagami, Wasuki adalah ayah sekaligus mertua yang sangat dia sayangi. Kagami hidup sebatang kara dan dia mengembara dihutan untuk melindungi perbatasan wilayah nya agar tidak ada penyusup datang di negara Abhihar, dan dia bertemu Wasuki dan putrinya Urta di hutan perbatasan Abhihar, saat melakukan perjalanan dia di serang oleh pasukan tidak dikenal, meskipun selamat, tetapi Kagami mendapat luka yg parah.

Dan saat itu Wasuki dan Urta menolongnya, hingga hubungannya dengan Urta berkembang menjadi cinta, setelah mendapat restu dari Wasuki, dia pun menikahi urta, setelah 2 bulan menikah, dia mendapat kabar bahwa Urta sedang mengandung 1 bulan bayinya. Tetapi dia harus meninggalkan keluarga barunya demi melindungi keamanan negaranya.

Dan dia kembali saat usia kandungan istrinya 8 bulan, dan ayah mertuanya meninggal. Dia merasa tak berguna, dan didalam hati dia berjanji akan selalu melindungi istri serta anaknya, apapun resikonya.

 ****

8 tahun kemudian

"Ibuuu, aku lapar, kenapa ibu memasak sangat lama?" tanya putri kecil Urta dengan cemberut, yang diberi nama Gauri Saigupta.

"Kau sudah tak sabar ingin makan, sayang?" tanya Urta dengan menggoda putrinya Gauri, dan diakhiri dengan kekehan kecil.

"Urta, jangan menggoda gadis kecil ini terus, kasihan dia, bibirnya nanti bisa maju 5 cm kalau dia selalu cemberut seperti itu." Bukannya menghentikan aksi istrinya, dia juga ikut menggoda Gauri.

"Ayah ibu menyebalkan, kali begitu akan tidak mau makan," ujar Gauri semakin cemberut.

Bagi Urta dan Kagami, Gauri nya sangat menggemaskan dan sangat cantik, mereka selalu ingin menggoda putrinya, mereka selalu berdoa agar nanti Gauri mendapat pasangan yang bisa membahagiakan hidupnya nanti.

"Hahaha, baiklah maafkan ayah ya." Kagami berjongkok dihadapan Gauri dan mengatupkan kedua tangannya.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat, ayah harus mengajariku memanah buruan di hutan. Bagaimana?." Meskipun terbilang kecil dan masih berusia 8 tahun, Gauri anak yang sangat cerdas dan mudah memahami sesuatu hal yang baru baginya.

"Apa kau ingin menjadi pendekar, gauri? Ingat, kau ini seorang perempuan, perempuan harus belajar mengurus rumah tangga dan memasak, bukannya belajar memanah."

Bukan maksud Urta ingin memarahi anaknya, hanya saja dia sangat takut kalau jalan yg diambil putrinya dimasa yg akan datang akan membahayakan nyawanya. Dia sangat bangga dengan ketangkasan anaknya, tapi disisi lain dia juga khawatir dengan anaknya.

"Aku harap kau tidak memikirkan hal yang tidak-tidak, Urta. Memanah adalah hobi baru gauri, dia hanya ingin memburu binatang. Apa salahnya, bukankah sudah lama kita tidak memakan daging?. Dan, Gauri bukan hanya milik kita, nanti suatu saat dia akan menikah, tak seharusnya kita menghalangi jalannya, Urta. Biarkan dia memilih jalan hidupnya, aku berjanji akan menjadi guru yg baik untuk anak kita" Nasihat halus dari Kagami sedikit mengurangi kecemasan nya, dia percaya pada suaminya, bahwa suaminya akan menjadi guru yg bijaksana untuk putri kecilnya, dan membimbing jalan yg akan diambilnya nanti.

"Aku hanya teringat ramalan ayah tentang anak kita, dia bilang bahwa anak kita akan mengubah peradaban dunia, bagaimana mungkin? Gauri lahir dari keluarga sederhana, bukan keluarga bangsawan. Hal seperti itu hanya akan terwujud ketika dia menikah dengan seorang keluarga istana."

"Lalu kenapa kau takut kalau Gauri latihan memanah, Urta?" tanya Kagami.

"Aku hanya takut kalau suatu saat nanti, Gauri akan dimanfaatkan oleh kerajaan Abhihar ketika mereka tau kecerdasan dan kelebihan Gauri. Aku hanya ingin dia tumbuh menjadi gadis biasa saja, kaga." Semua isi hati Urta sudah di ungkapkan kepada Kagami.

"Ibu, Gauri janji. Gauri tidak akan nakal lagi, Gauri tidak akan latihan memanah lagi," gumam Gauri dengan kepala menunduk.

Kagami dan Urta pun saling bertatap, Urta sungguh tidak ingin menghalangi hal yang disukai Gauri, dia bingung. Urta menatap Kagami untuk meminta pendapat.

Seolah paham, Kagami pun kembali membalas tatapan Urta, meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Huft, baiklah. Gauri, mulai sekarang ibu akan mendukung apapun yang Gauri lakukan, yg terpenting sekarang, Gauri harus berjanji pada ibu, kalau Gauri tidak akan berada didekat istana Abhihar."

"Iya ibu. Gauri janji, asalkan Ayah dan Ibu selalu ada untuk Gauri." Gauri memandang Urta dengan mata bulat bersinar yang menggemaskan dan mengangkat jari kelingking nya untuk berjanji.

2. Pertemuan di Hutan

Setelah mendapat restu sang ibu, Gauri pun belajar memanah dengan ayahnya dihutan, tentu saja sang ayah dengan semangat mengajari putri kecilnya itu.

"Sebelum kau melesatkan anak panah ke sasaran, ayah ingin tahu, apa yang sedang kau lihat dari burung yang akan kau buru itu?"

Sebenarnya, Kagami hanya ingin menguji kejelian dari Gauri, karena menggunakan busur panah bukan hanya sekedar untuk mainan anak-anak.

"Aku hanya melihat mata burung itu saja, ayah." Sambil memposisikan busur dan anak panah untuk membidik sasaran.

Dengan tersenyum bangga, Kagami menyuruh Gauri untuk membidik mata dari burung tersebut.

"Sekarang lepaskan anak panah dari busurnya, dan bidik mata burung itu, kau harus mengenai tepat di matanya. Jika kau sampai melesat, ayah tidak akan mengizinkan mu untuk menggunakan senjata panah lagi."

Memang terdengar keras dan menuntut, tetapi sekali lagi Kagami ingin menguji Gauri apakah Gauri memang layak diramalkan bahwa ia akan membawa perubahan dalam peradaban dunia seperti yang dibilang mendiang ayah mertuanya atau tidak.

'crashh'

Setelah anak panah itu dilepaskan Gauri dari tangannya, anak panah itu melesat tepat di bola mata burung itu.

Dan membuat Kagami semakin melengkungkan senyum bangga. Dia sungguh tak menyangka, bahwa tanpa diajari terlalu banyak, putrinya sudah bisa memahami dalam teknik menggunakan busur panah, seolah-olah putrinya sudah belajar sejak lama.

Ini memang sedikit mengganjal dipikirannya, apakah putrinya ini seorang reinkarnasi?.

'Apa yang aku pikirkan, tidak seharusnya aku meragukan putriku sendiri, dia adalah keturunan ku, tentu saja dia akan menuruni bakatku juga,' batin Kagami

Apapun keadaanya ia akan selalu melindungi keluarga kecilnya meskipun ia harus menaruhkan nyawanya sendiri.

"Gauri kau sudah berhasil dalam tahap awal, sekarang saatnya kau berlatih membidik babi hutan, kau harus mengenai Tepat pada tubuh babi tersebut, jika anak panahmu meleset, babi itu akan semakin tak terkendali dan membahayakan dirimu nanti. Ini memang sulit, tapi ayah yakin kau bisa, ketika kau membidik mata burung tadi, ayah tidak menyangka kau akan belajar secepat itu, dan sekarang saatnya tantangan yang sesungguhnya untuk dirimu, nak."

"Baiklah, ayah." Gauri sangat senang ketika ayahnya sangat mempercayai dirinya.

"Membidik babi hutan harus dengan kejelian dan ketika kau berjalan menghampiri babi itu, jangan sampai kau mengeluarkan suara apapun itu. Maka dari itu ayah akan menyingkir dan ayah tidak akan mendampingi dirimu saat kau mengejar babi hutan itu, ayah harap kali ini kau juga berhasil, Gauri," ujar Kagami menyemangati putrinya.

Gauri pun tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda bahwa ia mengerti apa yang dikatakan ayahnya, dan langkah apa yang akan diambilnya nanti.

Sebenarnya Kagami takut meninggalkan Gauri dihutan, bagaimanapun Gauri masihlah anak-anak berusia 8 tahun, tetapi melihat semangat dalam diri gauri, Kagami percaya bahwa putrinya akan berhasil. Kagami pun mulai meninggalkan Gauri dihutan itu sendiri.

Setelah melihat ayahnya berjalan menjauh dari hutan, Gauri mulai berjalan semakin jauh kedalam hutan belantara, tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri gauri.

Setelah berjalan semakin dalam ke hutan, ia pun melihat babi hutan, dengan langkah yang mengendap-endap, dia menarik anak panah dari busurnya, dan berjalan lagi semakin dekat, setelah merasa jaraknya dengan babi itu tepat, dia pun ingin melepaskan anak panahnya, tetapi tak disangka ada seseorang berjalan semakin dekat dengannya, yang membuat konsentrasi Gauri buyar, dan anak panahnya melesat jauh dari sasaran dan tanpa disadari gauri, anak panahnya menancap di bebatuan, dimana bebatuan tersebut mengeluarkan api karena gesekan dari anak panah dengan batu tersebut.

Seseorang yang mendekati gauri pun mulai terlihat, dia adalah seorang pemuda remaja yang sangat berwibawa dan sangat menawan, didalam bola matanya menyiratkan sebuah kekuasaan dan ilmu pengetahuan, yang membuat Gauri diam tak bergerak di tempat berdirinya tersebut.

Flashback on

Seorang pemuda berusia sekitar 16 tahun sedang melakukan perjalanan mengembara, dia adalah seorang pangeran dari kerajaan Kumara, dimana dia sedang di perbatasan negara Kumara dan Abhihar.

"Pangeran, ini adalah perbatasan dari wilayah kita, jangan sampai kita melanggar perbatasan yang sudah dibuat dari masing-masing kerajaan, pangeran." Nasihat dari ajudan pangeran tersebut.

Tak lama kemudian, pangeran tersebut merasa bahwa ada seseorang di dalam hutan ini, dia pun turun dari kuda yang ditungganginya dan mulai berjalan di hutan wilayah Abhihar.

Para prajurit yang mengikuti pangerannya pun semakin takut kalau pangerannya akan menginjakkan kaki ke wilayah kerajaan Abhihar, dimana kerajaan tersebut adalah musuh bebuyutan kerajaan Kumara. Ajudan pangeran tersebut pun mulai mengeluarkan suara lagi.

"Pangeran hamba mohon, demi nyawa hamba, jangan pergi kehutan itu yang mulia, kalau sampai ketahuan mata-mata dari Abhihar, kita akan terkena masalah, pangeran. Hambamu ini memohon pada pangeran," ujar sang ajudan sambil membungkukkan tubuhnya.

"Nandu, aku ini bukan pengecut yang harus berlindung dibalik dinding Kumara, aku punya hak untuk pergi kemanapun aku mau, tidak ada yang bisa menghentikan aku, termasuk dirimu, Raja, maupun Kerajaan sekalipun." Dengan nada datar dan dingin dia mengutarakan hal yang menurutnya benar kepada sang ajudan yang bernama Nandu tersebut.

"Tapi pangeran ....."

"Jika kalian takut, kalian pulanglah terlebih dulu, aku ingin menemui seseorang yang ada di hutan ini. Jika kalian ditanya raja dimana aku, maka kau katakan bahwa putranya ini ingin mencari sebuah kebenaran hidupnya."

Para prajurit dan ajudan pangeran tersebut pun heran dengan teka-teki pangerannya. Mereka saling pandang. Yang benar saja, kalau mereka mengatakan hal tersebut pada raja nya, yang ada mereka akan kehilangan kepalanya. Sungguh tidak masuk akal pemikiran pangerannya ini.

"Cepat kalian pergi dari hadapanku sekarang juga." Dengan geram pangeran pun membentak para pengawalnya.

"Sekali lagi ku katakan, aku tidak suka di perlakukan seperti anak kecil dan jika dalam hitungan ketiga kalian tidak pergi dari hadapanku, selamanya kalian tidak akan bisa pulang ke rumah kalian selama-lamanya."

Dengan ancaman dari pangeran membuat nyali mereka menciut dan dengan terpaksa mereka meninggalkan sang pangeran tersebut diperbatasan wilayah musuhnya.

Melihat prajurit nya lari terbirit-birit, diapun menoleh kearah ajudannya yang masih berdiri di sampingnya.

"Kenapa kau masih berdiri disini, nandu?" Tanya pangeran dengan dahi berkerut heran.

"Hamba disini tidak hanya sebagai orang kepercayaan pangeran saja, tetapi hamba adalah sahabat pangeran juga, seorang sahabat tidak akan meninggalkan sahabatnya sendiri di wilayah musuh, pangeran, bukan karena hamba meragukan kemampuan pangeran, hanya saja hamba ingin selalu berguna untuk pangeran, disini hamba tidak akan mengusik pangeran, pangeran bisa melakukan apapun yang pangeran inginkan, hamba akan berdiri disini sampai pangeran yang memanggil hamba," ucap nandu panjang dengan membungkukkan badan kepada pangerannya sebagai tanda hormat.

"Baiklah, aku akan membiarkanmu disini."

Ajudannya yang satu ini memang pintar dalam membujuknya.

Pangeran pun mulai melangkahkan kaki pada perbatasan dan sekarang ia berada di kawasan Abhihar, musuh kerajaannya sendiri.

Di dalam hutan, dia melihat babi hutan disana, dan di sebelah barat dia melihat seorang gadis kecil mengarahkan busur panahnya kepada babi hutan.

Dengan langkah cepat yang mungkin akan mengusik konsentrasi gadis itu dan membuat babi itu berlari, dia pun mendekati gadis itu untuk menghentikan aksi berburu gadis kecil itu.

Flashback off

"Siapa kau?" Tanya gauri 

"Kau sudah membuat binatang buruanku kabur dan merusak konsentrasi ku."

Dengan menyeringai pemuda itu pun menjawab pertanyaan Gauri.

"Aku tidak merusak konsentrasi mu, salahkan saja konsentrasi mu itu, kenapa dia membuatmu tidak fokus saat aku datang." Kata pemuda itu, dimana Gauri tidak mengetahui bahwa pemuda yang ia temui saat ini adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kumara.

Gauri pun kehilangan kata-kata lagi, meskipun dia terbilang masih kecil, tetapi dia merasa wajib bertanya kepada pemuda itu.

"Apa maksudmu? Aku merasa kau tidak berasal dari wilayah sini, apa kau penyusup?" Tanya gauri lagi.

"Aku penyusup atau bukan, itu tergantung dari pemikiranmu, aku ada disini untuk menghentikanmu, apa salah hewan itu sehingga kau berniat membunuhnya?"

Gauri terdiam, ia memburu hewan tersebut untuk diberikan kepada ayahnya sebagai bukti, bahwa ia berhasil membidik buruannya, tetapi pemuda ini menghancurkan rencananya.

"Kau dari tadi bicara dengan penuh teka-teki, aku tidak mengerti yang kau ucapkan, aku ini masih kecil untuk memahami teka-teki mu dan ...," ucapan Gauri dipotong pemuda itu.

"Jika kau memang masih kecil, seharusnya kau bermain dipangkuan ibumu, bukannya berburu hewan di hutan."

"Hewan tidak pernah melanggar batasan wilayah manusia, tetapi mengapa manusia selalu melanggar batas wilayah dari hewan? Bukankah itu tidak adil?" Imbuh pemuda tak dikenal itu.

"Kau benar, hewan tidak pernah melanggar wilayah manusia, tetapi aku merasa, bahwa kaulah yang melanggar batasan wilayah negara. Aku tahu kau bukan berasal dari sini, di wilayah Abhihar, tidak ada seorang pun yang memakai pakaian seperti itu."

"Untuk ukuran anak kecil, kau memang sangat cerdas. Kau tahu? Aku bisa saja melaporkan mu kepada antek-antek kerajaan Abhihar, bahwa gadis biasa sepertimu berusaha menggunakan persenjataan. Aku tahu tentang aturan di kerajaan Abhihar, bahwa orang biasa tidak boleh menggunakan senjata, hanya golongan kelas atas dan yang terpilih lah yang boleh menggunakan senjata. Kau juga sudah melanggar batas aturan di wilayah mu sendiri, adik kecil."

Gauri membelalakkan matanya, jujur jika benar pria itu akan mengadukannya kepada pihak istana, maka tamatlah riwayatnya.

"Apa kau tidak takut, kalau ada mata-mata kerajaan yang mengawasimu, dan nanti akan menyeretmu ke penjara bawah tanah?" Tanya pemuda itu.

"Aku tidak takut pada apapun juga." Dengan nada sombong, Gauri menjawab.

"Oh begitu, baiklah. Aku akan panggil penjaga perbatasan Kerajaan Abhihar saat ini juga," ujar Pemuda itu.

Pemuda itu menarik Busur panahnya dan di arahkan ke tempat Prajurit yang sedang berpatroli di perbatasan.

'Crashhh'

Gauri semakin melebarkan matanya karena takut dengan apa yang akan dilakukan pemuda yang ia temui itu.

****

Para prajurit penjaga sedang berkeliling untuk menjaga perbatasan. Mereka bersantai dengan membakar ikan yang telah mereka tangkap dari sungai.

Tiba-tiba mereka mendengar suara dentuman keras, sehingga banyak debu yang berterbangan di tempat itu.

"Hei, siapa disana?" Teriak prajurit itu.

"Apa ada penyusup?" Tanya prajurit lainnya.

"Kita harus melihatnya, ayo cepat. Kita harus mencari tahu apa yang telah terjadi," ujar Prajurit itu.

Semua prajurit menyebar di seluruh hutan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

****

"Siapa disana?" Teriak Prajurit penjaga.

Mendengar suara Prajurit yang sedang berkeliling membuat Gauri takut dan tanpa sengaja Gauri memegang lengan Pemuda itu.

"Lepaskan tanganmu, aku harus cepat kembali. Jika tidak mereka akan menangkap ku nanti."

"Jangan tinggalkan aku. Tunggu!" Gauri berlari mengikuti langkah pemuda itu.

Setelah sampai di tempat yang aman, mereka berhenti.

"Hah hah." Napas Gauri terengah-engah karena lelah.

"Sebenarnya siapa dirimu?" Tanya Gauri lagi.

"....." Pemuda itu hanya diam, dan melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke wilayahnya.

3. Pengumuman dari Raja Abhihar

Setelah kejadian itu, Gauri semakin penasaran dengan pemuda yang ia temui, meskipun ia masih kecil, tetapi ia sudah mengerti sesuatu.

"Nak, ayo makan," ujar Urta kepada Gauri.

Ketika Urta tidak mendengar jawaban dari Gauri, Urta pun menoleh kearah Gauri. Urta ingin memastikan, kenapa putrinya berdiam diri sedari tadi, biasanya putrinya akan merengek minta makan. Ini aneh, pikir Urta.

"Gauri, apa kau kesal karena buruanmu kabur, nak?" tanya Urta.

"Tidak ibu, aku tidak kesal karena itu, aku kesal kepada seorang yang aku temui dihutan tadi, ibu."

"Memangnya kau bertemu siapa?"

"Aku tidak tahu, Bu. Dia tidak menjawab pertanyaan ku. Apa karena aku masih kecil?" tanya gauri dengan menatap ibunya.

"Meskipun kau kecil, tapi pikiranmu sudah dewasa, sayang. Ibu tahu, kau kesal karena kau tertanya-tanya siapa dia, dan dia tidak menjawab kan? Hemm?" Urta menjelaskan sambil terkekeh kecil.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kau makan, ibu tahu, cacing diperutmu sudah minta diisi." Urta berusaha mengembalikan semangat dari diri putrinya. Sebenarnya dia heran, kenapa karena masalah pemuda itu, membuat Gauri terdiam.

 

****

Kerajaan Abhihar.

Didalam ruang belajar Istana, Raja dan para Menteri sedang rapat, tentang perang melawan kerajaan Kumara.

"Aku harap para jendral istana melakukan tugasnya dengan baik saat melawan kerajaan Kumara. aku tahu kerajaan Kumara masih lemah, tetapi kita jangan sampai menyepelekan Kumara, karena para abdi Kumara, sangatlah licik, aku dengar bahwa pangeran dari Kumara merupakan inkarnasi Lord Abigail. Kuharap itu hanya isu semata untuk menakuti kita," ujar Raja dari Kerajaan Abhihar kepada bawahannya.

"Yang Mulia, entah itu isu atau bukan, kita tetap harus hati-hati. Jika benar pengeran dari kumara merupakan inkarnasi Lord Abigail, kita akan mudah dikalahkan yang mulia."

"Tetapi, pangeran masihlah sangat muda untuk ikut dalam pertempuran, yang mulia. Raja Kumara akan melindungi putra mahkota nya itu. Dia tidak akan membiarkan anaknya ikut dalam peperangan," Sahut menteri Karba, ia adalah menteri yang sudah senior di kerajaan Abhihar.

"Kau benar, Karba. Tetapi apapun alasannya, jika pangeran dari Kumara memang benar inkarnasi Lord Abigail. Kita harus mencari tahu, dimana pasangan lord Abigail."

"Maksud yang mulia, yang mulia ingin menawan pasangan dari Lord Abigail?"

"Iya, jika memang Lord Abigail sudah ada di dunia ini, maka pasangannya tentu saja juga sudah terlahir."

Raja Abhihar saat ini sedang memikirkan cara bagaimana menemukan pendamping dari Lord Abigail.

"Tapi yang mulia, bagaimana kita mengetahui dimana pendamping lord Abigail? Saat ini kita bahkan tidak tahu, apakah dia sudah terlahir apa belum, dan jika sudah, berada dimana dia, yang mulia?" tanya menteri satunya.

"Aku yakin, pasti dia ada didunia ini, kita harus mengerahkan semua pasukan untuk membunuh semua anak perempuan yang ada di dunia ini. Karena kita tak bisa mengetahui, yang mana yang pendamping Abigail," Jawab Raja Abhihar.

"Yang mulia, tapi bukankah sebentar lagi akan ada peperangan antara Abhihar dan Kumara, mana mungkin kita bisa membagi pasukan untuk bertempur dan membunuh semua anak perempuan yang ada didunia ini, yang mulia. Apakah tidak sebaiknya kita memanggil seorang peramal yang handal?" jelas menteri Karba.

"Kau benar, kalau begitu kita harus mencari peramal yang sangat sakti. Karba, aku percayakan tugas ini kepada mu."

"Baik, yang mulia," ujar Karba, sambil membungkukkan badan, sebagai tanda hormat.

 

****

Kerajaan Kumara.

"Yuvraj! Darimana saja kau?" tanya sang Ayah kepada anaknya.

"Aku sedang berpetualang di hutan Abhihar, Ayah," jawab Yuvraj datar, tanpa rasa takut.

"Kalau ada mata-mata kerajaan Abhihar, bagaimana? Kenapa kau keras kepala dan menyuruh prajurit penjagamu untuk kembali ke istana? Kau tahu, kerajaan Abhihar sedang mengibarkan bendera perang kepada Kumara, Yuvraj. Kau adalah putraku satu-satunya, dan kau akan menjadi penerus ku. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"

Saat ini Raja Kumara sedang marah besar kepada Yuvraj. Yuvraj adalah pangeran dari Kumara yang menemui Gauri di hutan tadi.

"Aku tidak akan membantah ayah, ku akui aku memang menantang Ayah. Tapi dari perjalanan ku tadi, aku menemukan sesuatu hal yang baru ayah, saat dihutan Abhihar. Dan aku bukan anak kecil yang harus ayah cemaskan, aku sudah remaja, aku tahu mana yang salah dan benar." jawab pangeran Yuvraj, yang semakin menyulut amarah Ayahnya."

"Yuvraj Bairav. Kau jangan sampai datang ke wilayah Abhihar lagi, ini bukan ayahmu lagi yang memerintah, tetapi raja penguasa Kumara yang memerintah mu."

Yuvraj Bairav adalah pangeran mahkota dari kerajaan Kumara, dia adalah reinkarnasi dari Lord Abigail, Lord Abigail adalah raja iblis yang sangat kejam, ia berinkarnasi menjadi Yuvraj Bairav karena ia kehilangan pendamping hidupnya, yaitu Mansya.

Mansya mengakhiri hidupnya karena cintanya kepada Abigail tidak di restui orangtuanya, sehingga ia membakar dirinya di perapian. Hingga membuat Abigail sangat marah dan membantai orangtua Mansya karena membuat pendamping nya Mansya membakar diri.

Tetapi Yuvraj Bairav belum menyadari siapa dirinya yang sebenarnya, dan tujuan ia dilahirkan kembali didunia.

Tetapi sebelum Yuvraj dilahirkan, seorang ahli perbintangan datang ke istana Kumara untuk memberitahukan kepada raja Kumara, yaitu Danu Bairav bahwa anak yang di kandung permaisuri Kumara, yaitu Sara Bairav, adalah reinkarnasi dari Raja iblis Abigail, antara percaya dan tidak percaya, Danu Bairav menyembunyikan ramalan itu, dan hanya keluarga istana yang mengetahui.

Dan Sara Bairav meninggal dunia saat melahirkan Yuvraj Bairav. Dan saat itu Danu pun menjadi orangtua tunggal untuk putra mahkotanya.

 

****

Kerajaan Abhihar

Saat di ruang persidangan, semua perdana menteri dan pengawal kepercayaan raja Abhihar pun berkumpul disana sambil menunggu kehadiran Karba yang sudah membawa seorang ahli ramal.

"Hormat hamba, yang mulia. Yang mulia hamba sudah membawa ahli perbintangan kemari." Seraya membungkuk kan badan.

"Hm," gumam Raja.

"Yang Mulia, ada apa hamba dibawa kemari?" tanya sang peramal.

"Aku ingin kau memberitahuku tentang pasangan Abigail."

Sang peramal pun heran, mengapa raja ini ingin tahu pasangan Abigail.

"Apakah yang dimaksud Yang mulia adalah Lord Abigail, Raja iblis?" tanya peramal sekali lagi.

"Iya, kau pasti sudah mendengar isu bahwa lord Abigail sudah terlahir di dunia, maka dari itu, aku ingin kau meramal pasangan Abigail, apakah dia sudah terlahir atau belum. Dan kau harus memberitahuku kalau kau sudah menemukan keberadaan pasangan Abigail."

"Mohon ampun, yang mulia. Mengapa yang mulia ingin mencari keberadaan Putri Mansya?"

"Karena aku ingin mengalahkan musuhku, dengan membunuh Inkarnasi dari Mansya."

"Apa musuh yang mulia merupakan inkarnasi Lord Abigail?" tanya peramal, ingin memastikan.

"Iya."

"Baiklah yang mulia, hamba akan mengusahakan semua kemampuan hamba." Peramal itu menyetujui dan mulai menyiapkan keperluan nya.

Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya peramal itu mengetahui tentang putri Mansya.

"Yang mulia, menurut menglihatan hamba, putri Mansya sudah terlahir didunia, dan dia terlahir di Negeri Abhihar, yang mulia."

"Benarkah? Katakan padaku lahir dari keluarga mana dirinya? Aku harus cepat-cepat menghabisinya."

"Yang mulia, hamba tidak tahu dimana dia sekarang. Yang dapat hamba lihat bahwa dia terlahir di tanah Abhihar ini."

"Kalau begitu, Karba! Kerahkan semua pasukan, dan bunuh bayi maupun anak yang berjenis kelamin perempuan."

"Tapi yang mulia, apakah itu tidak terlalu kejam? Bagaimana perasaan mereka, ketika mereka tahu bahwa yang membunuh putri mereka adalah yang mulia raja itu sendiri. Dan kalau kita membunuh semua anak perempuan, anak perempuan yang tak tahu apapun akan menjadi korban. Mereka akan menanyakan keadilan anda yang mulia," ujar pengawal pribadi raja Abhihar.

Raja Abhihar pun tak terima dengan perkataan pengawal pribadinya, dia sangat marah, yang di katakan pengawalnya memang benar. Tetapi demi mengalahkan kerajaan Kumara, apapun akan dia lakukan. Meskipun harus menentang norma hukum sekalipun.

"Kalau begitu, beri pengumuman kepada rakyat Abhihar bahwa, bagi yang memiliki anak perempuan, harus menyerahkan ke istana dengan sukarela. Jika mereka tidak menyerahkannya, maka anak mereka akan ku bunuh dihadapan mereka sendiri."

"Karba! Sampaikan pesanku kepada rakyat Abhihar sekarang juga," perintah sang raja kepada menteri nya.

"Baik, yang mulia." Dengan terpaksa, menteri itu pun melaksanakan tugas tidak berperikemanusiaan dari raja nya. Apa boleh buat, dia hanyalah bawahan, yang harus menuruti keinginan dari rajanya. Dengan menghela nafas lelah, ia pun berjalan melaksanakan tugas barunya.

 

"Kepada rakyatku sekalian. Yang mulia raja Abhihar memberi perintah, bahwa bagi rakyat Abhihar yang memiliki seorang anak perempuan, diwajibkan menyerahkan anaknya kepada Yang Mulia Raja. Ini adalah perintah. Jika ada yang berani menolak perintah Raja, maka Raja akan datang sendiri kerumah kalian."

Pengumuman itu di ucapkan oleh menteri Karba di alun-alun kota.

Dilain sisi, Kagami mendengar pengumuman dari Karba, dia pun kaget. Mengapa Raja menginginkan anak perempuan dari rakyatnya? Apa ada rahasia dibalik ini semua? Pikiran Kagami berkecambuk dan takut, karena ia pun memiliki anak perempuan. Mana mungkin dia menyerahkan putrinya kepada Raja.

"Jika dari kalian yang berusaha melarikan diri, maka yang mulia raja akan mengeksekusi orang itu, kalian mengerti? Kuharap kalian bisa diajak kerja sama. Terimakasih," ujar Menteri Karba sambil mengakhiri pengumuman nya.

 

****

"Urta! Urta!"

"Ada apa, tidak biasanya kau memanggilku dengan suara keras?" tanya Urta heran.

"Situasi sedang gawat Urta. Yang Mulia Raja, tiba-tiba memberi pengumuman, bahwa bagi seseorang yang memiliki anak perempuan, harus menyerahkan kan kepada nya," ujar Kagami dengan panik.

"Ya dewa, apa yang sebenarnya terjadi, kaga?"

"Aku tidak tahu, yang harus kita lakukan, kita harus pergi secepatnya, karena kalau kita sampai ketahuan, akan sangat bahaya, Urta."

"Tapi, kalau kita ketahuan bagaimana, kaga?"

"Kita harus mencobanya, Urta. Aku tidak mau putri kita diambil."

'Apapun yang terjadi aku akan selalu melindungi kalian,' batin Kagami.

Kagami dan Urta pun membawa Gauri pergi, setelah membereskan keperluannya.

Sampai ditengah hutan, semua berjalan aman, dan mereka tetap melakukan perjalanan, sesampainya di perbatasan Abhihar, terlihat seorang prajurit istana disana.

Rupanya sang Raja sudah memperkirakan apa yang akan terjadi. Tetapi ia tak akan menyerah.

Ketika Kagami akan berbalik arah, prajurit Abhihar sudah mengetahui keberadaannya, salah satu prajurit itu berteriak memanggil jenderal istana yang berjaga di sebelah selatan. Urta pun ketakutan, ia menggendong putrinya yang juga sangat ketakutan.

"Urta, kalian pergi lah, biar aku yang hadapi mereka."

"Tapi, aku tidak mungkin pergi tanpamu."

"Aku berjanji, aku akan baik-baik saja, Urta, yang terpenting Gauri dan kau selamat. Cepatlah pergi, aku akan mengalihkan konsentrasi mereka. Cepatlah pergi."

"Hei yang disana! Berhenti, jangan kabur kau," teriak Jenderal istana Abhihar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!