Haris Wilson, pria tampan yang memiliki sifat dingin.
Hidupnya yang hobby bersenang - senang, mengantarkan dia pada sebuah perjodohan yang dilakukan kedua orangtuanya, Henri, dan Rania.
Haris menentang perjodohan itu, bagaimana bisa kedua orang tuanya, menjodohkan dia dengan seorang anak angkat, salahsatu pelayan rumahnya, yang tak lain adalah Ana.
Dan membuat ia menentang keras perjodohan itu, karena gadis itu seorang wanita cacat, yang jalan saja harus memakai tongkat untung membantunya melangkah.
Vivian Lee.
Gadis cantik ini, adalah anak angkat dari Ana Pelayan keluarga Wilson.
Keputusan Ana untuk tidak menikah, membuat ia mengadopsi seorang anak dari sebuah panti asuhan, saat ia mengunjungi Jhon, dan Cindi diKorea.
Dia langsung jatuh hati pada gadis cantik itu, saat pertama kali melihatnya, dan juga iba melihat keadaannya, yang cacat karena sebuah kecelakaan.
Kenny Jenner.
Seorang supermodel, dan juga merupakan kekasih dari Haris Wilson, wanita yang sangat dicintai oleh lelaki tampan itu.
Tapi Sayang, Kenny selalu saja menolak jika Haris mengajaknya untuk menikah, karena gadis cantik itu, lebih memikirkan karirnya sebagai seorang model. Dan hubungan ia, dan Haris sudah bukan hubungan selayaknya orang pacaran lagi, bahkan sudah lebih dari itu.
Herry Wilson, anak dari pasangan suami istri Henri, dan Rania. Sikapnya yang baik, pasti membuat siapa saja nyaman berada didekatnya.
Beda dengan saudaranya yang berprofesi sebagai seorang pengusaha, Herry lebih memilih menjadi seorang penyanyi.
Riana Wilson.
Anak dari pasangan Henri, dan Rania.
Gadis cantik, yang berprofesi sebagai seorang Dokter kandungan, dan begitu menyukai Daren.
Darren Anderson.
Anak dari pasangan Jhon Anderson, dan Cende Lee. Yang menaruh hati pada Vivian, tapi diam - diam Riana menyukainya.
Lelaki tampan ini, merupakan seorang CEO muda,
********
Hembusan angin menerbangkan setiap helaian rambutnya.
Dia begitu bahagia, walaupun dengan keterbatasan yang ia miliki.
Dibawah terik sinar matahari pagi, dia menjemur setiap pakaian, setelah membantu Ana, sang orang tua angkatnya mencuci pakaian.
Tatapan matanya tak sengaja menangkap sosok tampan, yang baru saja turun dari mobil mewahnya.
Dia terus memandang pria tampan itu, sembari tersenyum.
Tapi seketika senyuman itu hilang, dikala dia menyadari keadaannya.
" Ahh.., Vivian kenapa kau terus memandangnya, apakah kau lupa..?, kalau kau hanya seorang anak angkat, dan kau ibarat bagai punggung merindukan bulan." Bathinnya, yang menyadari keadaannya.
Saat turun dari mobil, tatapan matanya tak sengaja menatap Vivian, yang sedang terus menatapnya.
" Dia pikir siapa dia, berani menatapku seperti itu. Apakah dia lupa..?, siapa dia dirumah ini. Dia tidak lebih dari seorang pelayan.., kalau bukan karena Bibi Ana, mungkin aku sudah memecat gadis cacat itu.
Hanya menyusahkan saja dia dirumah ini." Gumamnya, yang terlihat begitu kesal.
Vivian yang menyadari, kalau Haris mengetahui kalau dia sedang memperhatikan pria tampan itu, seketika langsung berjalan meninggalkan jemurannya begitu saja, karena sesungguhnya dia sangat takut dengan pria tampan itu.
Melanjutkan langkah kakinya, memasuki rumah mewahnya.
Terdengar nada panggilan diphonsel miliknya, yang seketika mengalihkan perhatiannya.
Meraih dari saku celananya, dan senyum langsung terukir diwajah tampan itu, saat melihat siapa yang menelponenya.
" Kenny." Gumamnya, sembari tersenyum.
Mengangkat telepone dari kekasihnya, setelah menggeser icon hijau.
Haris : Haloo Sayang, kenapa kau baru menghubungiku? sedari tadi aku menelpone, tapi kau sama sekali tidak mengangkatnya.
Kenny: Maafkan aku Sayang, aku baru saja selesai bekerja. Apakah kau bisa datang ke apartemenku..?, aku sangat merindukanmu Sayang.?"
Haris: Tentu saja boleh, apa yang tidak buatmu."
Kenny: Terimakasih Sayang, aku sangat mencintaimu..!"
Haris: Aku juga sangat mencintaimu, Kenny."
Kenny: Ya sudah, kalau begitu aku tutup telepone ya dulu Sayang.., bye..!" Suara diseberang sana, sambil mengakhiri teleponnya.
" Kau sudah pulang Kakak..?" Pertanyaan seseorang, yang mengejutkannya.
" Seperti yang kau lihat Riana, aku sudah berada didepanmu." Jawabnya, sedikit ketus.
" Pasti kau baru saja menerima telepone dari wanita itu, iyakan..?" Tanya Riana, dengan raut wajah yang terlihat kesal.
Menghemguskan nafas kasar, sebelum menjawab pertanyaan adiknya.
" Mau sampai kapan kau memata -mataiku? apakah kau akan melalporkan hal ini pada Papa, atau Mama..?" Tanyanya, dengan volume suara yang terdengar kesal.
Mengerucutkan bibirnya, sembari menatap sinis saudara laki - lakinya itu.
" Ntahlah, aku tidak menjaminnya. Karena aku sangat tidak menyukai kekasihmu itu." Jawabnya kesal.
" Terserah aku Riana, mau menjalin hubungan dengan siapapun itu, dan aku sama sekali tidak perduli, Papa, atau Mama menyetujui hubunganku, dan Kenny, atau tidak."
" Kau sangat menyebalkan, kenapa sikapmu tidak seperti Herry..!"
" Kau sama seperti Mama, dan Papa yang selalu membanding - bandingkan aku dengan Herry..!" Ucapnya, dengan volume suara mulai meninggi.
" Apa yang kalian ributkan..?" Pertanyaan seseorang, yang menghentikan perdebatan diantara kedua, Kakak beradik itu.
" Papa..!" Seru Riana, dengan menghampiri Henri Wilson.
Haris menatap kesal adik perempuannya, yang sangat dimanjakan oleh Papanya.
" Dia sudah dewasa, tapi masih saja manja. aku tau, sekalipun aku benar, pasti Papa tetap akan membelanya." Bathin Haris, dengan raut wajah yang terlihat kesal.
" Kenapa kau memarahi adikmu Haris..?" Tanya Henri, pada anak laki - laki sulungnya.
" Papa tanyakan saja pada anak perempuan Papa, yang selalu ikut campur urusan pribadiku."
" Apakah kau masih berhubungan dengan model itu Haris..?" Tanya Henri, sembari menatap tajam anak laki - lakinya.
" Yaa..., karena aku sangat mencintai Kenny." Jawabnya tegas.
" Sudah beberapa kali Papa bilang padamu, sampai kapanpun Papa tidak akan menyetujui hubungan kalian berdua, dan juga kenapa kau baru pulang jam begini..? apakah kau baru saja habis bersenang - senang dengan teman - temanmu itu..? mabuk, atau pergi ke Clup malam lagi..?"
" Ayolah Papa.., aku ini bukan anak kecil lagi. Buktinya perusahaan Papa berkembang pesat, dibawah pimpinanku. Dan mau sampai kapan kalian melarangku..?"
" Tapi Mama tidak menyukai itu Haris." Seru Rania, tiba - tiba.
Menghembuskan nafas dalam, sembari menatap ketiga orang dewasa itu secara bergantian.
" Sama saja, karena bagaimanapun aku tidak bisa menang berdebat dengan mereka bertiga."
" Aku kekamar dulu, aku mau istirahat." Jawabnya, dengan berlalu begitu saja.
Henri menatap kesal anak laki - lakinya, yang sangat berbeda dengan kedua saudara kembarnya.
" Aku akan menjodohkan dia dengan Vivian, kalau dia tidak menyetujui perjodohan ini, aku akan mencabut semua fasilitas yang sudah kuberikan padanya."
Apartemen Kenny.
Diatas ranjang tampak pasangan kekasih, Haris, dan Kenny tengah melakukan aktifitas panas mereka.
Desahan kenikmatan lolos begitu saja, dari bibir pasangan kekasih itu, saat Haris memacuhnya dengan sangat cepat.
" Ahh ..., Sayang.., bisakah kau lebih lembut..?"
" Kenapa kau tidak menyukainya..? bukankah kau senang kalau aku melakukan dengan sedikit kasar..!" Seru Haris, dengan posisi berada masih diatas tubuh kekasihnya, dan terus melakukan gerakan.
" Kali ini, aku menyukai jika kau melakukan dengan pelan - pelan saja Sayang..!"
" Baiklah Sayang..., aku akan mengikuti kemauanmu." Serunya tersenyum, dan mulai mencium bibir mungil itu.
Pasangan kekasih itu terus melakukan aktifitas mereka, hingga pukul satu dini hari.
Disebuah apartemen mewah, Haris tengah duduk bersandar pada sebuah sofa panjang, sembari menatap lekat kekasihnya.
" Kenapa kau menatapku terus Seperti itu?" Tanya Kenny, saat melihat tatapan Haris menatapnya dengan begitu lekat.
" Kenapa kau selalu menolak, jika aku mengajakmu menikah. Bukankah kita saling mengenal sudah cukup lama, bahkan hubungan kita bukan sekedar pacaran biasa, dan kita berdua sudah sering melakukan itu."
Tersenyum, sembari menghampiri kekasihnya.
" Sayang kau tau, akhir - akhir ini aku masih banyak kerjaan. Dan aku harus menghadiri peragaan busana diParis, dan aku menjadi tamu khusus oleh brand itu." Seru Kenny, sembari menatap lekat wajah tampan itu.
" Baiklah, aku akan mencoba untuk mengerti."Jawabnya, dengan menghembuskan nafas kasarnya.
" Oh iya, apakah Herry juga akan pergi? karena dia akan mengiringi saat para model berjalan diatas catwolk nanti
" Kenapa tiba - tiba kau menanyakan dia? " Tanya Haris, dengan tatapan penuh selidik.
Wajahnya berubah gugup, karena dia begitu mengagumi kepribadian Herry yang merupakan seorang musisi terkenal, dan sangat digandrungi wanita.
" Sayang.., aku ini adalah penggemar, saudaramu itu. Kau tau, lagu - lagunya selalu saja meledak dipasaran."
" Ya..ya.., aku tau. Siapapun pasti akan memujanya, termasuk adik Perempuanku, dan juga kedua orangtuaku." Jawabnya kesal.
Tersenyum, sembari menatap dalam kekasihnya.
" Ayolah Sayang, kenapa kau selalu saja cemburu pada adikmu Herry..?"
Membingkai senyuman kecil diwajah tampannya, yang mengandung arti tidak suka.
" Aku tidak cemburu, hanya aku selalu kesal jika Papa, dan Mama selalu membanding - bandingkan aku, dengannya."
Tersenyum, dan tidak menjawab pertanyaan kekasihnya, bibirnya mulai mengecup kembali bibir pria tampan itu, yang berakhir menjadi ciuman panas oleh keduanya.
*********
Kediaman Wilson.
Tatapan matanya menatap kedepan, sembari duduk sambil memijit - mijit pelan kakinya.
" Semoga saja aku bisa cepat berjalan. Aku sudah lelah memakai tongkat ini terus, aku juga lelah setiap berpapasan dengannya, dia selalu saja menghinaku, dan mengataiku hanya menyusahkan Bibi Ana, dia sangat tampan tapi kenapa kelakuannya begitu buruk, tidak seperti Herry, dan Riana saudara kembarnya, dan kenapa juga aku begitu mengaguminya." Gumamnya dengan mendengus kesal, karena teringat kembali hinaan Haris padanya.
" Apa yang kau pikirkan anakku..?" Pertanyaan seseorang, yang menyadarkan dia dari lamunan.
" Bibi Ana." Serunya, sembari menoleh pada wanita paruhbaya itu.
Menghampiri, sembari tersenyum.
" Apakah kau memikirkan perkataan Haris? yang selalu mengatakan kau menyusahkan Bibi..?"
Mengangguk lemah, sembari menatap dalam bolamata berwarna cokelat itu.
" Tidak usah dipikirkan perkataannya, kau sama sekali tidak pernah merepotkan Bibi. Kau tau..! kau adalah permata hatiku."
Tersenyum, sembari memeluk erat Ana.
" Terimakasih Bibi, aku sangat menyayangimu."Ucapnya, tersenyum.
" Bibi juga sangat menyayangimu Viviana." Jawab Ana, dengan membalas pelukan anak angkatnya.
Melihat pemandangan manis itu, dia hanya tersenyum.
Uhuk....
Uhuk...
Berpura - pura batuk, untuk mengejutkan mereka berdua.
" Herry.." Seru Vivian, dengan wajah sumringah.
" Nak Herry, kau sudah pulang..?" Tanya Ana.
" Semalam aku tiba di London, sekitar jam satu."
Meraih tongkatnya, berjalan menghampiri penyanyi terkenal itu.
" Apa itu Tuan Herry? apakah kau membawa sesuatu untukku lagi..?" Tanyanya, sembari menatap sebuah paperbag, dalam genggaman lelaki tampan itu.
" Sudah berapa kali aku bilang padamu Vivian, jangan panggil aku Tuan. Panggillah seperti biasa Riana memangilku." Ucapnya, dengan berpura - pura kesal.
" Tapi bagaimanapun kau adalah anak dari Tuan Henri, majikan Bibi Ana." Jawab menunduk.
" Ya sudah terserah kau saja, mau memangilku dengan apa. Saat aku konser diKorea kemarin, aku melihat sweater ini, sepertinya sangat cocok untukmu, dan aku memutuskan membeli untukmu. Bukankah sekarang sedang musim dingin, jadi sangat pas bukan?"
" Terimakasih Tuan Herry, kau sangat baik." Jawab Vivian, dengan meraih paperbag dari tangan Herry.
" Kalian berdua silahkan mengobrol, Bibi kedalam dulu." Pamit Ana.
" Iya Bibi."
" Oh..iya, bagaimana kakimu apakah sudah ada perkembangan? kata Bibi Ana, kalau selama ini kau sedang menjalani pengobatan, agar bisa berjalan kembali."
" Sudah Tuan Herry, kadang - kadang aku bisa melepaskan tongkatku, walaupun agak kesusahan, tapi aku sudah bisa berjalan sedikit - sedikit tanpa harus memegang tongkat."
" Benarkah? aku jadi turut senang dengarnya."
Memarkirkan mobil mewahnya,dan saat turun dari mobil, tatapan matanya tak sengaja mengkap sosok Vivian, dan Herry yang tengah berbincang, dan mereka tampak begitu bahagia.
Ntah kenapa ada rasa tidak suka dalam dirinya, hingga membuatnya memutuskan untuk menghampiri mereka berdua.
" Kapan kau datang Herry..?" Tanya Haris, yang mengejutkan Herry, dan juga Vivian.
Wajahnya menunduk seketika, saat tatapan mata itu, menatapnya dengan tatapan tajam.
" Semalam sekitar jam satu, aku tiba dari Korea."
" Apakah ada sesuatu hal penting? hingga kau harus bicara dengan gadis cacat ini..?"
Menghembuskan nafas kasar, sembari menatap tidak suka pada saudara laki-lakinya.
" Namanya Vivian, bukan gadis cacat. Dan kenapa kau suka sekali mengusiknya..? Kalau kau menyukainya kenapa tidak jujur saja, tidak perlu menghinanya seperti itu...!" Seru Herry, dengan raut wajah yang terlihat kesal.
Tawa keras langsung keluar dari mulutnya, saat mendengar ucapan Herry.
" Apa kau bilang..?! menyukainya..?! kau tau Herry, coba kau pandang dia baik - baik, apa istimewa wanita ini? sudah cacat, dan hanya bisanya merepotkan orang saja."
Mendengar hinaan Haris padanya, Vivian hanya bisa meneteskan airmata saja.
" Cukuupp...kau Haris!, kau sudah sangat keterlaluan..! apa kau lupa?! kalau Papa,dan Mama selalu mengajarkan kita untuk tidak merendahkan orang...!" Ucapnya, dengan volume suara mulai meninggi.
" Kau bahkan berani meneriaki aku Kakakmu, hanya karena wanita ini, apakah dia sudah mencuci otakmu..?"
Dia sudah tidak sanggup mendengar hinaan Haris padanya, ntah mendapat keberanian dari mana, hingga membuatnya berani menjawab lelaki itu.
" Saya memang hanya wanita cacat, dan selalu merepotkan. Setidaknya saya lebih punya harga diri dari kekasih anda Tuan Haris, setidaknya saya tidak melakukan hubungan itu diluar nikah.
Tuan Herry, saya permisi dulu. Dan terimakasih untuk sweaternya." Pamitnya, sambil berlalu begitu saja, meninggalkan kedua lelaki tampan itu.
Herry hanya tersenyum, saat melihat raut wajah Haris yang tampak begitu kesal.
" Aku rasa semua itu betul bukan?! biarpun dia seorang gadis cacat, dia lebih terhormat dari kekasihmu itu." Ucap Herry tersenyum, dengan berlalu pergi begitu saja.
" Awas kau Vivian, akan kubalas kau nanti..!" Gumamnya, dengan raut wajah yang begitu memerah.
Melangkahkan kaki, memasuki rumah mewahnya.
Dan saat sampai diruang tamu, dia berpapasan dengan Ayahnya, Henri Wilson.
" Kau dari mana saja..?!" Tanyanya, dengan sorot mata menatap tajam anak laki - lakinya.
" Aku baru saja pulang, dari apartemen Kenny Paa.."
Menghembuskan nafas dalam, sebelum mengutarakan keinginannya.
" Mau sampai kapan kau Seperti ini Haris..?! Ingat kalian berdua belum menikah...!"
Apakah dia sudah menyetujui, keinginanmu untuk menikahinya..?"
Menggeleng lemah, sembari menjawab.
" Belum Paa.."
" Baiklah Papa ingin kau menikahi Vivian, dan Papa akan melamar dia untukmu pada Bibi Ana."
" Apa...?! menikah dengan Vivian..?! apa aku tidak salah dengar Paa..!" Terkejutnya Haris, dengan bolamata membulat sempurna.
" Iya Papa ingin kau menikahi Vivian, karena adalah gadis yang baik."
Haris mengusap kasar wajahnya, karena menurutnya ini sungguh diluar akal sehatnya, bagaimana bisa pria sempurna sepertinya, menikah dengan seorang anak angkat, dan yang lebih parahnya, gadis itu seorang wanita cacat.
" Aku tidak mau, dan sampai kapanpun tidak akan pernah ada pernikahan aku, dan gadis cacat itu...!"
" Berhenti menyebut Vivian dengan sebutan seperti itu Haris...!" Seru Henri, dengan sedikit berteriak.
" Tapi Paa.., aku punya kekasih, dan aku begitu mencintainya." Seru Haris, dengan nada memelas.
" Tapi Papa tidak suka cara kalian berdua menjalin hubungan, hubungan kalian hanya sebatas pacaran, tapi kalian sudah sering melakukan hal itu."
" Tapi Paa..?! "
" Papa bukan anak kecil lagi, kau sudah sering menginap ditempat wanita itu. Dan sangat mustahil, kalau kalian tidak melakukan hal itu."
" Tapi Paa.., aku tidak mencintai dia...!"
" Tapi ini sudah keputusan Mama, dan Papa." Seru Rania, yang baru saja datang bersama Riana, putrinya.
" Dan juga keputusanku Kak..!" Timpal Riana pula.
" Diam kau anak manja..!!" Seru Haris, dengan sedikit berteriak.
" Papa...!" Seru Riana, yang merajuk pada Henri Wilson.
" Sayang persiapkan dirimu, sebentar malam kita akan menemui Ana, untuk meminta Vivian, menjadi menantu kita."
" Tentu Sayang.." Jawab Rania.
" Sekali aku tegaskan, sampai kapanpun aku tidak mau menikah dengan gadis cacat itu..?!"
" Kalau kau tidak mau menikahi Vivian, Papa akan mencopot jabatanmu dari Wilson Group."
Riana, Sayang, ayo kita pergi karena kita harus membeli bucket bunga, sebelum kita kemakam Kakekmu, Edward." Ajak Henri, pada istri, dan anak perempuannya.
" Ayo Sayang.."
" Da..Kakak.." Pamit Riana, yang membuat Haris semakin terlihat begitu kesal.
Menjatuhkan tubuhnya disofa panjang, yang terletak diruang tengah itu, dan dia terlihat begitu syok.
" Apa yang harus aku lakukan? haruskah aku menikahi gadis cacat itu..?." Gumamnya, dengan raut wajah yang begitu frustasi.
*******
Malam hari.
Disebuah hunian kecil, yang tak jauh dari kediaman Henri Wilson, tampak tiga sosok orang dewasa, tengah berbincang.
" Ayolah cucuku, cobahlah kau belajar untuk berjalan, agar kita bisa tau perkembangan pengobatanmu selama ini." Pinta Sophia, pada Vivian.
" Baiklah Oma Shopia, aku akan coba untuk berjalan tanpa mengunakan tongkat." Jawab Vivian, yang terlihat begitu bersemangat.
Dia mulai bangun dari duduknya, dan mencoba untuk melangkah tanpa bantuan tongkat, walaupun terasa sulit, dan kakinya begitu sakit, tapi Vivian tidak mau mengecewakan kedua wanita bedah usia itu.
Dan mulai melangkah, dengan perlahan.
" Ayo cucuku, kamu pasti bisa..!" Seru Sophia, untuk memberi semangat pada anak angkat, dari Ana.
Tersenyum, dan terus melangkahkan kaki, dan sampai langkah yang kelima, diapun terjatuh.
" Auww...!" Rintihan Vivian, sembari memegang kakinya, dengan airmata yang sudah menetes.
Ana segera menghampiri anak angkatnya, sembari mengusap cairan bening, yang sudah membasahi pipinya.
" jangan menangis anakku, Bibi yakin kau pasti bisa berjalan. Jadi kau tidak boleh patah semangat, kau mengerti..?!" Ucapnya, sembari tersenyum.
" Tentu Bibi, aku yakin, aku pasti bisa berjalan." Jawabnya tersenyum.
Dia kembali duduk dikursi, dan mereka terlibat perbincangan.
" Oma minta kau tetap semangat, Oma yakin kau pasti bisa berjalan kembali."
" Tentu Oma." Jawabnya, dengan menopang dagunya menatap Ana, dan Sophia.
" Apakah Tuan Haris masih sering mengejekmu..?" Tanya Sophia, sembari menatap lekat wajah cantik itu.
Memaksa diri untuk tersenyum, sembari mengangguk ia, ditengah rasa kesalnya pada lelaki tampan itu.
" Oma yakin, kalau Tuan Haris itu menyukaimu. Hanya gengsinya dia terlalu besar, hingga membuat dia tidak menyadari kalau dia menyukaimu." Ucapnya tersenyum.
" Oma bicara apa..! mana mungikin pria seperti dia menyukaiku, kalaupun dia menyukaiku, tidak mungkin dia akan selalu menghina ku terus." Seru Vivian, dengan mimik cemberut.
" Haris itu dia mewarisi sifat ayahnya, kau tau dulu Tuan Wilson, begitu mencintai Nyonya Rania, tapi dia tidak pernah mau mengakui perasaannya."
" Benarkah seperti itu Bibi..?!" Tanya Vivian, pada orang tua angkatnya.
" Iya, dulu Nyonya Rania yang terlebih dahulu mencintai Tuan Wilson, dan dia begitu bersabar hingga berhasil meluluhkan hati Suaminya. Karena Tuan Wilson, memiliki sifat yang sedikit kasar, dan juga dingin."
" Jadi seperti itu yaa kisah cinta Tuan, dan Nyonya Wilson." Gumamnya pelan.
Mereka duduk, sembari berbincang.Dan gadis cantik itu, memutuskan untuk pamit kekamarnya.
" Oma Sophia, Bibi Ana, aku pamit kekamar dulu.." Pamit Vivian, pada kedua wanita bedah usia itu.
" Istrirahatlah kalau kau memang sudah lelah." Seru Ana, pada anak angkatnya.
******
Berbaring diatas ranjang, dengan pandangan menatap langit - langit kamarnya.
" Oma Sohpia bilang, dia menyukaiku. Dan menurutku, itu sangat mustahil. Mana mungkin dia menyukaiku, sementara dia begitu mencintai kekasihnya. Dan mana mungkin ada seseorang yang menyukai seseorang, tapi dia sering menyakiti perasaannya, yaa..! seperti biasa dia menghinaku, dengan mengataiku gadis cacat, dan hanya bisa merepotkan saja." Gumamnya dengan wajah sendu, dan tersirat kesedihan disana, karena diam - diam dia begitu mengagumi pria tampan itu.
******
Terdengar suara ketukan pintu, yang mengalihkan kedua wanita bedah usia itu saat tengah berbincang - bincang.
" Sepertinya ada tamu Ana.."
" Biar aku yang membukanya Bibi."' Seru Ana, dengan bangun dari duduknya, untuk membuka pintu.
Dan saat pintu terbuka, dia sedikit terkejut mendapati keberadaan pasangan Suami istri Henri, dan Rania.
" Tuan, Nyonya..!"
" Bolehkah kami masuk Ana..?!" Seru Rania, saat mereka masih berada didepan pintu.
" Te..tentu saja boleh, ayo masuk." Ucapnya, dengan mempersilahkan Rania, dan Henri untuk masuk kedalam rumahnya.
*****
Kini keempat orang dewasa itu, tengah duduk diruang tamu.
Ana terlihat begitu penasaran karena tidak biasanya, pasangan Suami istri itu bertandang kerumahnya, kalau bukan ada sesuatu yang penting.
" Maaf Tuan, Nyonya, apakah ada sesuatu yang penting? hingga kalian kemarih..?" Tanya Ana, untuk menjawab rasa penasarannya.
" Ka.." Belum sempat Rania menjawab pertanyaan Ana, Henri sudah menyela ucapannya.
" Biar aku saja yang bicara Sayang, tujuan kita untuk datang kemari."
" Tujuan..?" Tanya Ana, yang terlihat semakin penasaran.
" Iya, dan aku tidak ingin berbelit - belit. Dan aku ingin menyampaikan tujuan kami kemari. Aku, dan Rania ingin melamar Vivian, putri angkatmu, untuk jadi istri dari Haris."
" Apa..?!" Terkejutnya Ana, dan Sophia sembari saling menatap sekilas.
" Apakah Tuan serius, ingin melamar putri angkatku untuk menjadi istri dari Tuanmuda Haris..?" Tanya Ana, seolah tak percaya.
"Iya Ana, dan kami minta kamu menerima lamaran kami ini, karena hanya Vivian lah wanita yang pantas mendampingi putra kami." Seru Rania, dengan tatapan memohon.
" Baiklah Tuan, Nyonya, tapi aku harus bicarakan dulu dengan putriku."
Rania memegang lembut jemari wanita yang hampir sebaya dengannya itu, dan dengan tatapan memohon, dia berbicara pada Ana.
" Aku mohon bujuklah Vivian, dan aku yakin dia pasti menerima perjodohan ini, karena dia begitu menyayangimu." Pinta Rania, sembari menatap lekat wajah wanita paruhbaya itu.
Menghembuskan nafas dalam, sembari menatap pasangan Suami istri itu, secara bergantian.
" Baiklah, aku akan membujuknya." Jawabnya, dengan suara yang terdengar berat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!