NovelToon NovelToon

Bellaric

Berawal Dari sini

Eric terbangun dari tidurnya saat mama nya masuk kamar dan menyibak gorden di jendela kamarnya. Sinar matahari yang masuk langsung menerpa wajahnya. Mau tidak mau dia harus bangun. Eric duduk mengumpulkan nyawanya kembali dan menguap lebar.

"Mandi sana. Nanti kamu terlambat. Sarapan sudah mama siapkan." Setelah membangunkan putra bungsunya, mama Eric lalu keluar dari kamar.

Membangunkan Eric adalah pekerjaan rutin sang mama. Karena dia tahu putranya sangat sulit di bangunkan. Setelah mandi dan siap dengan baju sekolahnya, Eric turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya dan juga kakak-kakaknya.

"Pagi pa, ma." Sapa Eric kemudian mengecup pipi kedua orang tuanya. Eric mengoles rotinya dengan selai nuttela kacang favoritnya.

"Kak Edo sama kak Eno gak disapa juga nih." Goda edo sambil mengedipkan matanya pada sang adik.

"Siapa ya?" Kata Eric kemudian menjulurkan lidahnya pada kakaknya.

"Adik ku makin hari makin tampan aja. Pacar kamu mana de?" Eno kakak tertua Eric tidak kalah usil nya.

Kedua kakaknya saling bertukar pandang dan tertawa saat melihat raut wajah Eric cemberut karena kesal.

"Pa, ma, Eric berangkat dulu ya." Dia mencium punggung tangan kedua orangtuanya dan berlalu pergi tanpa melihat kedua kakaknya yang senang menggodanya. Eric bisa mendengar tawa bahagia kakak-kakaknya setelah berhasil membuatnya kesal pagi-pagi.

"Kalian ini ya suka sekali bikin adik kalian kesal." Mama Eric geleng-geleng kepala dengan kelakuan anak-anaknya.

Tidak bisa di pungkiri rumah mereka setiap hari tidak pernah sepi dari yang namanya ribut. Siapa lagi pelakunya kalau bukan ketiga putranya.

"Eno, kamu hari ini sibuk?" Tanya papanya.

"Hari ini hanya ada meeting jam 10 pagi nanti pah." Jawab Eno.

"Kalau begitu nanti kamu temani papah ketemu klien jam makan siang."

"Baik pah."

"Kamu gak kuliah do?" Mama nya heran Edo hari ini diam di rumah. Biasanya dari jam 7 pagi sudah ke kampus.

"Hari ini Edo gak ada jadwal mah. Jadi Edo bisa tidur seharian." Jawab Edo

sambil nyengir kuda ke mama nya.

"Mending kamu ikut kakak kamu Eno biar bisa belajar sedikit-sedikit gimana nanti ngurus perusahaan." Ujar papa nya.

Edo menggosok hidungnya yang gatal lalu menggaruk kepalanya. "Biar kak Eno aja dulu yang ngurus. Kalau Edo sudah lulus baru nanti ke perusahaan."

"Huuu dasar mau enaknya aja kamu ya." Eno menimpuk kepala Edo dengan koran yang tidak jauh dari jangkaunnya. Edo meringis karena timpukan kakaknya di kepala.

***

Suasana sekolah riuh karena kedatangan empat cowok tampan most wanted di SMA Harapan Bangsa. Siapa lagi kalau bukan gengnya Daniel, David, Ardi, dan juga Eric. Selain memiliki wajah yang tampan dan body goal banget, mereka juga anak orang kaya. Semua juga tahu siapa orang tua mereka.

Daniel selain anak seorang penguasa properti terkaya di Indonesia, sekolah tempat mereka menimba ilmu adalah milik keluarga Daniel. David seorang anak pengusaha kaya di bidang perhotelan dan restauran. Ardi seorang anak pengusaha kaya di bidang entertainment. Jadi jangan heran kalau Ardi mempunyai banyak kenalan artis, itu karena kedua orang tuanya dan juga kakak perempuannya yang terjun di dunia hiburan selain menjadi seorang pengusaha kaya.

Eric sendiri tidak kalah dari ketiga sahabatnya. Dia juga anak dari pengusaha kaya di bidang pertambangan. Jadi bisa kalian bayangkan bagaimana nyamannya hidup mereka yang di limpahi dengan uang dan harta.

Tapi dari semua itu, satu hal yang membuat orang-orang di sekitar mereka mengagumi pribadi 4 sahabat itu adalah mereka tidak pernah menyombongkan kekayaan mereka. Karena mereka tahu itu milik orang tua mereka. Walaupun mereka suka menjahili siswa siswi di sana dengan tingkah absurd dan kegilaan mereka, tetap saja mereka di puja kaum hawa.

"Kantin kuy. Laper gue." Ajak David.

"Kuy lah. Sekalian ngeker cewek mana yang bakal jadi korban selanjutnya." Ujar Daniel.

"Heh Eric lo kemana?" Ardi menoleh kala Eric berlalu pergi.

"Kantin lah." Tanpa menunggu lagi Ardi dan yang lain mengikuti Eric.

Sampai di kantin, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dari masuk kantin sampai mereka duduk. Mereka sudah terbiasa dengan itu jadi mereka cuek saja. Eric mendatangi Mang Kokom dan memesan semua makanan mereka.

Saat ingin berbalik ke meja, Eric tidak sengaja menabrak bahu seseorang. Dan membuat makanan yang di bawa orang itu jatuh berserakan di lantai. Saat Eric ingin melanjutkan langkahnya, kerah baju Eric di tarik seseorang, Eric merasa tenggorokkannya tercekat.

"Uhuk..uhuk..le-paass." Eric kesulitan bernafas dan juga bicara.

Saat dia berbalik dan melihat siapa pelakunya, Eric sangat kesal.

"Lo apa-apaan sih." Eric melepas paksa tangan orang itu. Muka Eric memerah karena kesal.

"Lo yang apa-apaan. Lo gak liat makanan gue semua berantakan gara-gara lo." Orang itu tak kalah kesalnya saat melihat Eric tidak meminta maaf atas perbuatannya.

"Minta maaf gak lo!!" Ucapnya dengan suara membentak Eric.

"Ogah." Ucap Eric yang ingin langsung pergi dari tempat itu.

"Ok kalau itu mau lo." Tanpa Eric sangka tangan kanan Eric ditarik orang itu dan di pelintir ke belakang punggungnya.

"Aau! sakit." Teriak Eric.

Daniel, David dan Ardi melongo tidak percaya Eric kalah menghadapi satu cewek yang di kenal tomboy di sekolah mereka. Mereka ingin menolong tapi mereka tahu kalau cewek itu jago bela diri.

"Gue bakal lepasin kalau lo minta maaf sama gue dan ganti semua makanan gue yang lo sudah berantakin." Ucap cewek itu sambil meniup rambutnya yang jatuh di wajahnya.

"Ok..ok..gue minta maaf. Makanan lo gue ganti." Dengan kasar cewek itu melepaskan cengkeraman tangannya dan mendorong Eric sedikit membuat Eric hampir saja jatuh tersungkur mencium lantai.

"Dasar cewek jadi-jadian." Umpat Eric sambil mengelus tangannya memerah karena cengkeraman cewek itu.

"Lo bilang apa?!" Cewek itu melototkan matanya menatap Eric.

"Gak, gue gak bilang apa-apa." Dengan cepat Eric melangkahkan kakinya menuju meja dimana Para sahabatnya duduk dengan wajah merah karena menahan tawa.

"Berani lo semua ketawa gue siram." Ancam Eric sambil memegang gelas minumnya. Ketiganya pun berusaha mati-matian agar tawa mereka tidak pecah.

Sementara cewek tadi keluar dari kantin dengan senyum kemenangan mengembang di wajahnya.

"Gue gak nyangka lo bisa kalah dari Bella." Ledek Daniel.

"Lo ngeledek gue? Gue benci banget sama cewek jadi-jadian itu." Mata Eric masih mengamati kepergian Bella sampai dia tidak melihat lagi keberadaannya.

"Hati-hati ntar lo bisa jatuh cinta sama dia." Ucap David.

Eric mendengus tidak suka mendengar perkataan David.

"Kalau di perhatikan Bella itu cantik. Bodinya juga gak kalah seksi. Kulitnya juga putih mulus." Kata Ardi yang mulai membayangkan bagaimana seksinya Bella.

"Dasar otak mesum lo." Eric menjitak kepala Ardi.

"Aaauuu." Ardi meringis dan mengusap kepalanya.

.

.

.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Bergegas Eric dan ketiga sahabatnya keluar dari kelas. Rencananya pulang sekolah ini mereka akan nongkrong di cafe langganan mereka.

Mereka berempat jalan berjejer hingga membuat siswa yang di belakang tidak berani mendahului mereka. Tapi tidak untuk satu siswa yang bernama Bella. Dia berjalan menerobos mereka berempat, hingga membuat tas ransel di pundak Eric jatuh. Ketika tahu siapa pelakunya, Eric menggeram marah.

"Elo!" Geram Eric menatap tajam Bella.

"Apa?" Bella juga tidak kalah tajamnya menatap Eric.

"Ambil tas gue!" Perintah Eric.

"Gue bukan pembantu lo."

"Lo!!." Eric semakin kesal dengan cewek bar-bar di depannya ini.

"Salah lo menguasai jalan. Lo gak mikir siswa lain juga mau cepat pulang gak cuman elo." Kata Bella lalu bergegas pulang menuju parkiran.

Eric ingin mengejarnya tapi di tahan Daniel. "Sudah. Biarin aja. Gue udah lapar ini."

Eric memungut tasnya. "Dia selalu cari gara-gara sama gue. Awas aja lo."

Sampai di parkiran mobil, Eric sempat menoleh Bella yang sudah berada di dalam mobilnya. Sebelum melajukan mobilnya, Bella menurunkan kaca mobilnya. Mengacungkan jari tengahnya dan menyeringai ke arah Eric.

Eric menatap tajam Bella seakan ingin membunuhnya. Eric melajukan langkahnya ingin menghampiri mobil Bella, tapi belum sampai ke mobil Bella, Bella lebih dulu melajukan mobilnya keluar parkiran sambil memeletkan lidahnya dan tertawa mengejek Eric.

Eric sangat geram dan melempar tasnya karena kesal.

"Awas lo. Tunggu pembalasan gue."

🌼🌼🌼🌼🌼

Hai selamat datang kembali di karya terbaru Lidya😊

Ini adalah kisah seputar kehidupan Eric dan percintaannya. Yang belum kenal dengan mas Eric di sarankan untuk baca lebih dulu BOSS KU AYAH ANAKKU.

Terima kasih untuk semua pembaca setia karya Lidya sebelumnya, yang sudah memberikan inspirasi sehingga cerita ini bisa di buat🙏😊

Enjoy reading ya..semoga kalian suka.

Jangan lupa like, vote, komen, dan rate 5 bintang 5 juga ya😊

Bad Mood

"Eric tampan pulang." Seru Eric masuk kedalam rumah.

"Bisa gak sih gak usah teriak-teriak kaya toa mesjid aja." Edo keluar kamar lalu duduk di sebelah papa nya.

"Masalah buat lo." Eric mencibir kakaknya.

"Pah, mama mana?" Papa Eric hanya membalas dengan menunjuk dengan dagu nya.

Eric menaruh tasnya di atas meja makan lalu berjalan ke arah dapur.

"Mama, Eric lapar." Ucap Eric manja sambil menggosokkan hidungnya di punggung mama nya.

"Ya Tuhan Eric." Mama Eric memukul pelan lengan Eric karena terkejut dan mengelus dadanya. "Kalau mama jantungan gimana? Bikin kaget aja."

Eric hanya tersenyum dan mencium pipi mama nya.

"Ganti baju sana terus mandi. Masakan mama belum selesai." Ucap mama nya sambil mengaduk masakannya.

"Ay! Ay! Captain." Kata Eric menaruh tangan kanannya di dahi memberi hormat pada mama nya.

Mama Eric menggelengkan kepalanya melihat kelakuan konyol putra bungsunya.

.

.

.

Usai makan malam, Eric kembali ke kamarnya. Dia mengambil ponselnya dan membuka chat grup whatsapp dan tertawa nyaring menggema dalam kamarnya. Dia membaca isi chat grup kelasnya. Yang di bahas semua tidak penting dan receh.

Bersyukur tidak ada satupun guru yang join di grup kelas mereka. Kalau ada, sudah di pastikan mereka semua akan di hukum. Saat dia ingin menyimpan ponselnya tiba-tiba satu pesan masuk ke ponselnya.

David:

Lo dimana? Kumpul kuy.

 

:Eric Raharsya

Gue dirumah. Mager gue.

 

David:

Dasar lo anak mami.

 

:Eric Raharsya

Serah lo dah

 

Eric kemudian membaringkan tubuhnya dan menaruh ponselnya di sebelah bantalnya. Lambat laun akhirnya matanya terpejam menjemput alam mimpinya.

***

Suara dentuman musik terasa memekakkan telinga. Tapi tidak membuat orang-orang di dalamnya menjauh. Mereka malah semakin di hanyutkan dan meliuk-liukan tubuh mereka di lantai dansa.

Daniel, Ardi, dan David sedang berkumpul saat ini di sebuah ruang VVIP di klub tersebut. Seorang pelayan datang membawa minuman pesanan mereka.

"Lo sudah hubungin Eric?" Tanya Ardi pada David.

"Sudah. Dia malas katanya." Kata David sambil menuangkan minuman kemudian meneguknya.

"Lo kaya kagak tau dia aja. Dia kalau ada mama nya di rumah, dia gak bakal kemana-mana. Dia maunya cuman bermanja sama mama nya." Ucap Daniel.

"Eh eh gue heran deh." Kata Ardi.

"Kenapa?"

"Lo pada kagak aneh apa melihat Eric sama Bella gak pernah akur."

"Entahlah. Gue malah senang lihat mereka kayak gitu. Lucu tau." Ucap David sambil tertawa.

"Padahal Bella itu cantik."

Daniel mengangguk setuju sambil memberi jempolnya ke atas ke arah Ardi.

"Bener kata lo. Coba dia rubah penampilannya jadi feminim, gue yakin banyak yang naksir ama dia."

Malam itu mereka habiskan di klub. Hanya mereka bertiga. Sambil menikmati minuman beralkohol yang sudah menjadi favorit mereka setiap kali datang ke klub.

***

Pagi ini Eric bangun dengan semangat. Pasalnya mama nya akan membuat nasi goreng special kesukaannya. Biasanya dia selalu di bangunkan mama nya. Tapi tidak kali ini. Dia bergegas bangun dari tempat tidur dan mandi. Setelah semuanya siap dia mengambil tasnya dan turun ke bawah.

"Pagi mah, Eric tampan datang." Sapa Eric dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Tidak lupa dia memberikan kecupan selamat pagi untuk mama nya tercinta.

"Masih tampan gue juga." Celetuk Edo

"Masih tampan gue dari lo bedua." Eno juga menimpali sambil mencomot roti di atas meja lalu duduk di sebelah Edo.

"Hooekk." Eric dan Edo pura-pura muntah mendengar perkataan Eno yang kemudian di akhiri dengan tawa.

"Kalian ini setiap pagi ada-ada aja ulahnya." Mama nya hanya menggelengkan kepala melihat bagaimana serunya setiap pagi mereka di warnai dengan tingkah konyol anak-anaknya.

"Papa mana mah?" Tanya Eno yang heran karena tidak biasanya papa mereka tidak sarapan bersama.

"Papa lagi gak enak badan. Tadi sudah mama panggil dokter Fadli untuk datang kesini." Ucap mama Eric sambil menyiapkan sarapan untuk ketiga putranya.

Selesai sarapan Eric dan kedua kakaknya menjenguk papa mereka yang sedang sakit di kamar. Setelah itu mereka pergi ke tujuan mereka masing-masing.

.

.

.

Eric baru sampai sekolahnya. Ketika dia keluar dari mobil hendak menutup pintunya, muka Eric berubah kesal. Karena mobilnya ternyata berada di samping mobil Bella.

"Lihat mobilnya aja gue kesal. Apa lagi lihat pemiliknya." Eric menendang ban mobil Bella sambil menggerutu tidak jelas.

"Aaaauuuu." Ringis Eric karena merasa kakinya sakit setelah menendang ban mobil Bella.

"Dasar! Mobil sama pemiliknya sama-sama bikin bad mood." Gerutu Eric sambil melangkahkan kakinya menuju kelas.

Sampai di kelas dia langsung mengambil tempatnya di sebelah David.

"Lo kenapa? Pagi-pagi muka kaya baju gak di setrika." Ledek Ardi.

Eric hanya mendengus kesal mendengar ledekan Ardi.

Bel tanda masuk berbunyi. Tidak lama muncul Pak Nicko guru fisika yang paling di takuti oleh seluruh murid. Tak terkecuali Eric, Daniel, David, dan Ardi.

Saat beliau masuk suasana kelas yang tadinya riuh seketika hening. Ibarat kertas jatuh mungkin suaranya akan terdengar.

Sebelum memulai pelajarannya, seperti biasa Pak Nicko akan melihat satu persatu siswanya dari balik kacamata minus nya. Matanya memindai apabila dia dapati siswa melanggar aturan kelasnya, siap-siap menerima hukuman berat darinya. Tidak peduli dia perempuan.

Setelah yakin kalau semua sudah taat dan tertib, Pak Nicko memulai pelajarannya dengan menjelaskan materi dari A sampai Z. Di akhir pelajaran beliau memberi tugas kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang siswa.

Sialnya Eric satu kelompok dengan Bella. Sehingga Eric melayangkan protesnya pada Pak Nicko.

"Pak, saya boleh usul. Saya tidak mau satu kelompok dengan Bella." Ujar Eric sambil menatap tidak suka ke arah Bella.

"Usul saya terima. Tapi nilai fisika kamu nol." Ujar Pak Nicko tegas.

"Tapi Pak–." Lanjut Eric.

"Terima atau nol." Pak Nicko memberikan pilihan yang mutlak harus di terima.

"Baik Pak saya terima." Ujar Eric dengan lesu.

Terdengar suara kekehan mengejek Eric dari ujung kelas. Siapa lagi kalau bukan Bella. Membuat Eric semakin ingin memusnahkan Bella dari dunia ini.

"Lo harusnya bersyukur bisa satu kelompok sama Bella." Bisik Daniel.

Eric memalingkan wajahnya ke samping dan melototkan matanya pada Daniel.

"Kenapa? Yang gue bilang gak salah. Lo tau sendiri Bella paling jago fisika di kelas kita." Ucap Daniel jaga-jaga takut dapat serangan dari Eric dengan menjauhkan sedikit dirinya ke belakang Ardi.

"Gue tunggu lo di rumah gue besok jam 3 sore." Ucap Bella yang tiba-tiba muncul di depan mereka.

"Emang lo siapa seenaknya lo nyuruh gue." Ujar Eric tidak terima.

"Ya terserah elo. Kalo gue sih gak masalah lo datang apa gak. Karena gue bisa pastikan yang bakal rugi elo bukan gue." Setelah mengatakannya Bella langsung pergi dari sana menuju kantin sambil senyum mengejek Eric.

"Dia benar-benar bikin gue jadi muak liat muka dia." Eric menghempaskan tasnya ke atas meja.

"Ya Gusti!" David terjengkang ke belakang karena kaget. Hingga membuat Ardi dan Daniel tertawa terbahak.

David bangkit berdiri dan kembali duduk di kursi sambil melototkan matanya ke arah Daniel dan Ardi yang menertawakannya.

***

Eric sudah rapi dengan pakaian casualnya dengan menenteng tas di bahunya. Sesuai dengan kata-kata Bella kemarin, dengan sangat terpaksa Eric harus datang mengerjakan tugas fisika ke rumah Bella.

"Kamu mau kemana sayang?" Kebetulan mama Eric keluar dari kamar kala melihat putra bungsunya sudah hampir berada di ambang pintu.

"Eric kerja kelompok dulu ma di rumah temen." Ujar Eric yang seketika berbalik untuk salim dengan mama nya.

"Eric pergi dulu ma."

"Hati-hati di jalan." Pesan mama nya.

Di dalam mobil Eric berkirim pesan pada Bella untuk meminta alamat rumahnya. Setelah mendapat balasan, Eric melajukan mobilnya.

.

.

.

"Gue kira lo gak bakal datang." Ucap Bella sambil tersenyum miring kala membuka pintu rumahnya untuk Eric.

"Gak usah mulai deh. Gue malas debat sama lo." Ujar Eric dengan wajah malasnya.

"Tapi gue suka debat sama lo." Kata Bella sambil menaik turunkan alisnya.

Eric hanya memutar bola matanya malas. Dia sungguh malas berdebat dengan cewek bar-bar menurut Eric. Apalagi dia sekarang berada di rumahnya. Lebih baik cari aman, pikir Eric.

"Lo duduk aja dulu. Gue ke belakang bentar." Bella meninggalkan Eric di ruang tamu. Dia ke dapur untuk membuat minuman dan menyiapkan cake yang barusan selesai dia buat sebelum Eric datang.

Sambil menunggu Bella datang, mata Eric menjelajahi setiap sudut rumah Bella di ruang tamu. Rumah Bella sangat nyaman dan bersih. Sama seperti di rumah nya, pikir Eric.

Dia melihat beberapa foto yang terpajang di sana. Dan yang menarik perhatian Eric adalah foto Bella memakai baju karate dengan sabuk hitam sambil memegang medali emas di tangan kanannya dan tersenyum.

"Cantik." Gumam Eric tanpa sadar.

Dia tidak menyangka kalau Bella jago bela diri. Pantas saja dia jadi cewek tomboy, pikir Eric lagi.

"Ekhem."

Dehem seseorang di belakang Eric. Dia pun menoleh dan mendapati Bella sedang berdiri di belakangnya sambil membawa minuman dan juga kue di tangannya.

"Yang asli lebih cantik dari pada di foto." Ujar Bella dengan pede nya.

Sontak membuat Eric tertawa mendengar kepedean Bella dan menoyor dahi Bella pelan.

"Masih cantikan kucing gue di rumah dari pada elo." Kata Eric tersenyum mengejek.

"Serah lo Bambank." Kata Bella malas.

"Iya dong Munorah." Eric membalas perkataan Bella.

Keduanya saling pandang dan melotot karena kesal dengan panggilan nama masing-masing yang tiba-tiba muncul di kepala mereka.

"Ini jadi ga ngerjain tugasnya?" Tanya Eric

"Soal kita bagi jadi dua. Soal ada 10. Artinya masing-masing kita ngerjain 5 soal. Setelah itu kita cek ulang hasil jawabannya."

Eric mulai mengerjakan soal yang menjadi bagiannya sesuai dengan contoh di bukunya. Soal kali ini cukup sulit bagi Eric karena membahas tentang gelombang mekanik, gelombang bunyi, dan optik fisis.

"Ah Gue capek." Ujar Eric menghempaskan pulpen di atas bukunya.

"Minum dulu. Kuenya juga di makan. Tadi gue sempetin bikin buat lo." Kata Bella tanpa mengalihkan atensi dari soal yang di kerjakannya.

Sambil menikmati minumannya, Eric memperhatikan Bella yang sedang fokus mengerjakan soal. Tiba-tiba saja Bella menghentikan aktivitasnya kala merasakan ujung bibirnya di sentuh oleh jari telunjuk milik Eric.

Deg

🌼🌼🌼🌼🌼

Gimana menurut kalian guys???

Masih mau lanjut???😊

Singa Betina

Deg

Jantung Bella terasa berhenti seketika. Entah karena dia gugup atau karena sentuhan jari Eric. Tatapan mata mereka saling beradu cukup lama. Seakan tersadar Bella menjauhkan wajahnya dari tangan Eric.

"Lo apa-apaan sih asal sentuh muka gue. Tangan lo banyak kumannya." Ujar Bella untuk menghilangkan degup jantungnya mulai berpacu cepat.

Ini adalah pertama kalinya laki-laki lain selain papa nya yang berani menyentuhnya. Dan perbuatan Eric tadi hampir saja membuat dunia Bella terbalik andai saja dia tidak mampu mengontrol keadaan.

"Enak aja bilang tangan gue penuh kuman." Eric mendengus sebal.

"Emang kapan lo cuci tangan? Gak ada kan." Serang Bella.

"Elo juga makan berantakan gitu. Lo cewek atau bukan sih?." Bella menimpuk kepala Eric dengan buku di tangannya.

"Lo pikir gue gak normal apa?"

"Ya kali aja. Lo lihat aja gimana penampilan lo sudah kaya cewek gak jelas." Ucap Eric sambil mengusap kepalanya yang lumayan sakit karena timpukan Bella.

"Bilang sekali lagi gue gak jelas, gue laporin lo ke KOMNAS perempuan. Biar lo di penjara." Ancam Bella dengan nada kesal.

"Tega amat lo ama gue." Ujar Eric sedikit was-was. Takut juga kalau cewek bar-bar ini sungguh-sungguh melaporkannya. Tamatlah riwayatnya, pikir Eric. Padahal Bella hanya menakutinya saja.

"Gue sudah selesai. Punya lo gimana?" Tanya Bella.

"Masih ada 2 soal lagi. Lo tiduran aja dulu." Jawab Eric sambil tangan nya sibuk menulis di bukunya.

Bella naik ke atas sofa lalu membaringkan dirinya. Dia membuka aplikasi instagram di ponselnya. Lama kelamaan akhirnya Bella tertidur dengan masih menggenggam ponselnya.

Eric berbalik hendak memanggil nama Bella tapi di urungkannya saat melihat wajah damai Bella yang sedang tidur lelap.

"Lo kalau tidur cantiknya kelihatan. Tapi kalau sudah bangun bukan cantik yang kelihatan tapi singa betina yang mengamuk." Eric terkekeh pelan. Takut kalau tiba-tiba singa betina di depannya bangun dan menerkamnya.

Eric memperhatikan seluruh wajah Bella secara detail. Cukup lama Eric memandang wajah Bella di selingi senyum yang mengembang di wajahnya.

"Sebenarnya lo cantik Bel..walaupun lo sangat nyebelin buat gue." Gumam Eric pelan.

Bisa di katakan Bella adalah musuh bebuyutan nya Eric sejak pertama kali masuk SMA Harapan Bangsa. Ada-ada saja yang mereka ributkan. Bahkan hal sepele yang tidak seharusnya jadi masalah, akan menjadi masalah buat mereka berdua. Kalau bukan Eric yang menggangu Bella, maka Bella yang akan mengganggu Eric.

Dia ingin pulang tapi tidak nyaman meninggalkan Bella sendirian. Jadi dia menunggu sampai Bella bangun, barulah dia pulang, pikirnya.

Cuaca di luar sangat berangin. Langit juga terlihat mendung. Tidak lama lagi sepertinya akan hujan. Tapi Eric tidak nyaman membangunkan Bella yang sangat nyenyak tidurnya. Eric mengirim pesan pada mama nya kalau dia masih di rumah temannya dan akan pulang terlambat.

Eric melihat jam di tangannya sudah sangat sore sekali, jam setengah 6. Langit sudah sangat gelap. Tiba-tiba saja bunyi guntur dan kilat bersahutan di luar. Hujan deras mengguyur. Membuat Eric mengalihkan atensi nya karena mendengar teriakan dari dalam.

"Mamaaaaaaaaa Bella takut!!" Eric melihat Bella meringkuk di ujung sofa sambil memeluk kedua lututnya. Tubuhnya gemetaran. Bella juga menangis.

"Bell, woi lo kenapa bisa gemetaran gini?" Eric mendekati Bella karena dia khawatir melihat Bella terlihat sangat ketakutan.

Bella tidak menjawab. Dia masih menangis ketakutan. Bunyi petir menyambar membuat Bella spontan memeluk erat tubuh Eric.

Deg

Jantung Eric serasa sedang di pompa dan rasanya seperti ingin meledak. Dia tidak tahu apakah dia terkejut karena pelukan Bella tiba-tiba atau jantungnya yang sedang bermasalah.

Eric hanya diam mematung. Dia tidak membalas pelukan Bella. Dia bingung harus bagaimana.

"Jangan tinggalin gue. Gue takut." Kata Bella di sela isak tangisnya.

"i–iya gue di sini gak kemana-mana." Ujar Eric canggung.

Eric merasa kesulitan bernafas karena ini pertama kalinya dia dipeluk seorang perempuan selain mama nya. Bunyi petir menyambar lagi di tambah tiba-tiba listrik padam.

"Huaa! gue takut." Bella semakin mempererat pelukannya. Eric memberanikan dirinya menyentuh punggung Bella untuk menenangkannya.

"J-jangan Takut. Gue di sini. Lilin di mana biar gue nyalain." Eric ingin melepaskan pelukan Bella tapi tidak bisa. Bergerak saja dia susah.

"Gak. Lo tetap di sini. Gue gak mau sendirian." Tubuh Bella gemetaran.

Eric hanya bisa mendesah pasrah karena Bella tidak mau melepaskan pelukannya.

"Terus kita harus gelap-gelapan gitu?"

Tanya Eric.

Bella diam tidak menjawab.

"Ok ok . Gue tetap di sini sampai listrik nyala lagi." Ujar Eric pasrah.

Kemudian dia mengambil ponselnya lalu menyalakan senter di ponselnya dan meletakkannya di atas meja.

Eric membelai lembut kepala Bella agar merasa nyaman. Eric pun membalas memeluk Bella. Dan itu membuat Bella terasa sedikit lebih tenang. Dia semakin membenamkan wajahnya di dada Eric. Entahlah dalam suasana seperti ini rasanya Bella tidak ingin melepaskan pelukannya.

Dia memang memiliki trauma pada masa kecilnya saat mendengar bunyi guntur dan kilat. Itu akan membuatnya gemetar ketakutan karena ada kejadian di masa lalu saudara sepupunya meninggal di tempat karena di sambar petir tepat di depan matanya. Itulah yang membuat dia merasa sangat ketakutan.

Dia mencium wangi tubuh Eric. Sama halnya dengan Eric, tiba-tiba saja dia juga merasakan nyaman dengan posisi mereka saat ini. Tanpa sadar Eric semakin mempererat pelukannya dan mencium puncak kepala Bella. Entah lah wangi dari shampoo rambut Bella mengundangnya untuk mencium rambut Bella.

Bella terkesiap saat merasakan kecupan di puncak kepalanya. Eric juga baru menyadari perbuatannya. Seketika tubuh Eric menegang. Perlahan Bella ingin melepaskan pelukannya, tapi Eric menahannya.

"Biar seperti ini dulu." Ujar Eric gugup.

"Kenapa?" Tanya Bella heran dan mendongak menatap Eric. Di bawah pencahayaan yang minim, Eric juga menunduk menatap Mata Bella. Lalu turun menatap bibir Bella.

"Astaga bibir singa betina sangat menggoda gue." Ucap Eric dalam hati.

Sekuat tenaga dia berusaha untuk menahan hasratnya. Tapi tatapan Bella seolah meminta penjelasan padanya. Sedangkan bibirnya..bibirnya singa betina itu..aaaaahhh menggoda banget, batin Eric. Entah dorongan darimana, Eric mempertemukan bibir mereka.

Mata Bella membulat sempurna karena mendapat serangan tiba-tiba dari Eric.

Eric mulai menggerakkan bibirnya mencium bibir Bella dengan lembut. Bella yang awalnya ingin menolak akhirnya memejamkan matanya dan membalas ciuman Eric. Cukup lama bibir mereka bertautan hingga listrik menyala membuat keduanya melepaskan pagutan mereka.

Eric dan Bella sama-sama memalingkan wajah. Ciuman ini adalah first kiss mereka berdua. Suasana yang tadinya romantis berubah menjadi canggung. Eric duduk dalam diam begitu juga Bella. Eric berusaha keras menormalkan laju degup jantunganya, begitu juga Bella.

Suara pintu terbuka membuat perhatian keduanya mengarah pada satu objek.

"Maafkan mamah sayang terlambat pulang." Ujar mamah Bella.

Menyadari kalau Bella tidak sendiri, mamahnya lalu mengalihkan pandangannya pada Eric.

"Kamu..?"

"Saya Eric tante. Saya di sini karena mengerjakan tugas kelompok fisika berdua sama Bella." Ujar Eric dengan sopan.

Mamah Bella lalu tersenyum "Syukur lah ada kamu menemani Bella saat ada petir tadi. Seandainya kamu gak ada Bella pasti sangat ketakutan."

"Iya tante. Kalau gitu saya permisi dulu. Sudah malam." Pamit Eric pada mamah Bella.

"Bell, antar teman kamu ke depan." Ujar mamah Bella.

Bella mengangguk dan berjalan keluar mengikuti Eric dari belakang.

"Gue pulang dulu." Eric ingin langsung masuk ke dalam mobilnya tapi kemudian berbalik lagi dan mendekati Bella.

"Singa betina. Gue suka bibir lo, manis." Bisik Eric sambil mengacak rambut Bella lalu beranjak dari sana sambil tersenyum jahil dan masuk kedalam mobilnya.

Bella melototkan matanya dan menghentakkan kedua kakinya dengan kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!