NovelToon NovelToon

MENIKAH DENGAN BOS

Bab 1

Dyah Woro Puspitarini adalah seorang gadis berumur 25 tahun. Dia hidup sederhana bersama dengan paman dan bibinya. Karena orangtuanya sudah lama meninggal karena suatu penyakit. Dia gadis yang pemalu, cekatan, sopan dan baik hati. Dia bekerja sebagai Sekretaris di Perusahaan Kontruksi.

Lilip Wahyu Nugroho adalah seorang pemilik Perusahaan Kontruksi berusia 30 tahun, dan sudah menikah. Lilip mempunyai sifat yang dingin, cuek, disiplin dan tegas. Sedangkan istrinya Widya mempunyai sifat yang glamor, suka foya-foya dan keras kepala.

Herman Budi Permono adalah seorang anggota kepolisian berusia 28 tahun. Dia orangnya ganteng, gagah dan supel. Dia adik dari Lilip Wahyu Nugroho.

------------------------------------------------------------------------

Pagi ini adalah hari Senin dimana Dyah harus berangkat bekerja seperti biasanya. Pamannya bekerja menjadi buruh pabrik di daerahnya. Sedangkan Bibinya membuka usaha Jahit di rumahnya. Waktu menunjukkan pukul 04.00 wib. Bibinya sudah bangun dan menghampiri ponakannya yang masih tertidur pulas. Bibinya mengetuk pintu kamar Dyah.

Tok...tok...tok...

" Dyah.. bangun dulu nak.. sholat shubuh dulu yuk dimasjid.." sambil terus mengetuk pintu kamar Dyah agar cepat terbangun.

" Aduh.. Bibi.. Dyah masih ngantuk nie.. Lima menit lagi Dyah turun Bi.." sambil menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

" Bibi masuk ya nak..?" langsung membuka pintu kamar Dyah untuk membangunkannya.

" Nak.. bangun donk.. udah adzan subuh ntar keburu khomad.. ayuk sudah pagi cepetan bangun, ntar keburu dipathok ayam jodohmu nak " Menarik selimut yang dipakai Dyah agar terganggu tidurnya.

" Aduh Bibiku sayang.. yang dipathok ayam itu bukan jodoh tapi rejekinya" sambil melingkarkan tangannya dipundak bibinya langsung mencium pipi bibinya.

" Cepet bersiap wudlu dulu trus pakai mukenanya kita bareng kemasjid.. Bibi tunggu dibawah " tersenyum dan berlalu keluar dari kamar Dyah.

" Paman Bibi yuk berangkat kemasjid " Paman Bibinya tersenyum sambil berjalan bersama Dyah.

Selesai sholat berjamaah dimasjid. Dyah dan Bibinya langsung pulang kerumah. Mereka berdua di dapur untuk membuat sarapan pagi. Sudah menjadi kebiasaan Dyah selalu membantu Bibinya memasak. Dyah sangat menyayangi Bibi dan Pamannya seperti orangtuanya sendiri. Kasih sayang yang mereka berikan begitu tulus kepada Dyah. Dyah sudah mereka anggap sebagai anaknya sendiri. Wajar Dyah selalu bersikap manja kepada Paman dan Bibinya. Orangtuanya meninggal semenjak Dyah masih dibangku SMP. Paman dan Bibinya yang merawatnya, karena Paman dan bibinya belum dikarunai anak. Selesai membantu Bibinya memasak. Dyah akan membantu menata masakannya dimeja makan tapi Bibinya berkata.

" Dyah.. kamu cepetan mandi dulu sana.. ntar ndak keburu berangkat kerjanya.. biar Bibi yang menyiapkannya "

" Tapi Bi... Dyah masih ingin membantu Bibi menyiapkannya " sambil menatap Bibinya dengan senyum.

" Sudah.. Biar Bibi saja.. kamu cepet mandi dan siap-siap.. selesai langsung turun kita sarapan bersama" kata Bibi sambil menyiapkan sarapannya dimeja makan.

" Siaaappp Komandan.." sambil memberi hormat kepada Bibinya lalu bergegas menuju kamarnya untuk mandi dan siap-siap bekerja.

Selesai bersiap, Dyah turun kebawah menuju meja makannya.

" Maaf Paman Bibi.. Dyah terlalu lama ya siap-siapnya ?" Dyah berkata sambil duduk didekat Bibinya.

" Tidak nak.. sekarang kita sarapan dulu.. setelah itu baru berangkat bekerja.. takut telat nyampai kantornya" kata paman sambil mengambil sarapannya yang diberikan istrinya.

" Iya Paman.. " Dyah sarapan dengan nikmatnya. Hanya suara dentingan sendok dan garpu saat sarapan.

Selesai sarapan Dyah pamit kepada Paman dan Bibinya untuk berangkat kerja. Dyah berangkat bekerja menggunakan sepeda motornya. Jarak rumah ke tempat kerjanya menempuh waktu 45 menit. Sesampainya ditempat kerja Dyah langsung absensi keberangkatannya. Dan langsung menuju ruang kerjanya.

Bab 2

Dyah meletakkan tasnya lalu menyalakan laptopnya. Untuk mengecek adanya email yang masuk di Perusahaan tempatnya bekerja. Tiba-tiba sahabatnya melempar pena dan mengenai tangannya Dyah. Dyah menatap sekilas lalu tersenyum melihat aksi jail sahabatnya itu.

" Kamu itu ngagetin aja sich Ta.. untungnya aku nggak jantungan.." Dyah mengelus dada dan mendengus kesal lalu tersenyum, akan tingkah sahabatnya itu.

" Lha habisnya kamu itu.. pagi-pagi dah sibuk aja.. sampai nggak tahu sahabatnya yang cantik ini duduk didepanmu" kata Tita sambil manyun.

" kamu tu ya.. selalu lebay dech kalo bicara.. aku sibuk karena kemarin sudah diperitah sama Pak Lilip untuk mengecek email yang masuk dan menyerahkan berkas yang diminta kemarin Ta, kamu tahu sendiri kan Pimpinan kita kalo telat laporannya mesti trus marah-marah " kata Dyah sambil mengerjakan dan menyiapkan laporannya.

" kata kamu bener juga Dyah.. yaudah aku keruangan dulu.. ntar ndak ketahuan Bos kalo aku nggosip disini bisa kena SP aku ntar.." sambil berlalu menuju ruangannya yang ada dilantai 2.

Setelah Tita berlalu, Dyah langsung kembali mengerjakan berkas-berkas yang akan diserahkan kepada Pimpinannya. Tiba-tiba ada suara sepatu memasuki ruangannya, Dyah menenggadahkan kepalanya menatap siapa yang datang, tidak disangka Pak Herman yang menghampirinya sambil menatap Dyah dan tersenyum sebelum mengatakan sapaannya.

" Halo Dyah.. apa kabar ? masih pagi kok sudah sibuk banget.. aku ganggu nggak nich? kata Pak Herman sambil duduk didepan meja kerja Dyah.

" Eeh.. Pak Herman.. alhamdulilah kabar Dyah baik dan sehat.. kabar Bapak bagaimana? Tumben Bapak masih pagi sudah kesini, apa ndak masuk tugas nich..?" tanya Dyah sambil menatap dan menanti jawaban Pak Herman.

" Kabarku alhamdulilah juga baik kok.. Saya kesini mau ketemu dengan kakakku.. Apa Kak Lilip sudah ada diruangannya?"

" Saya rasa Pak Lilip belum datang Pak.. Biasanya beliau datang jam 09.00wib.. Karena nanti akan ada pertemuan jam 10.00 gitu.. apa ada hal atau pesan yang bisa saya sampaikan kepada Beliau?" kata Dyah sambil memperhatikan wajah serius Pak Herman.

" Ahhh.. tidak usah Dyah.. ntar biar saya tunggu dirumah saja atau saya calling kakakku.."

" Dyah bolehkan saya minta nomor HP kamu?" kata Pak Herman sambil memasang wajah memohonnya.

" Aduh.. maaf Pak Herman kalo boleh tahu untuk apa ya..? kata Dyah sambil menatap serius Pak Herman.

"Untuk menghubungi kamu kalau saya ada keperluan dengan kakakku.. Biar nggak menunggu seperti ini.. Bosen tahu menunggu kayak gini" sambil memanyunkan bibirnya dan memasang wajah malas.

" Baik Pak.. kartu nama saya" sambil menyerahkan kartu namanya.

"Makasih Dyah.. kalo begitu saya permisi pulang dulu mau istirahat, sudah lelah bekerja masuk shif malam soalnya.. ntar sampaikan saja ke kakakku kalo adiknya yang tampan ini datang mencarinya ya..? kata Pak Herman sambil menaik turunkan alisnya.

" Baik Pak.. nanti saya sampaikan ke Beliau"

" Ok.. aku pulang dulu.. Bye Dyah.." menatap Dyah sambil mengerlingkan matanya kepada Dyah.

" Aduh adiknya Pak Lilip ternyata genit dan lebay juga" kata Dyah dalam hati sambil tersenyum menatap kepergiannya.

Selesai mengerjakan pekerjaannya. Dyah membereskan berkas laporan yang akan diserahkan keruangannya Pak Lilip. Dia juga tidak lupa memberikan jadwal meeting Perusahaannya selama seminggu ini. Takut terjadi tumpang tindih jadwal meeting untuk atasannya. Karena itu sudah menjadi tanggungjawab pekerjaannya. Dirasa beres Dyah langsung berjalan menuju ruangan atasannya.

Bab 3

Tok.. tok... tok....

Dyah mengetuk pintu ruangan Pak Lilip. Ada rasa takut untuk menghadap atasannya itu. Karena Pak Lilip seorang pemimpin yang dingin dan menyebalkan. Kadang kata-katanya selalu menyakitkan hati bawahannya. Tapi dilain sifat itu, Beliau termasuk Pria yang tampan serta perfect. Perpect dalam segala hal entah itu pekerjaan ataupun kehidupan pribadinya. Wajar Dyah selalu takut untuk setiap kali bertemu dengan atasannya itu. Berulang kali Dyah selalu dimarahi dan dibentak saat menyerahkan pekerjaannya. Ada-ada saja tugas yang minta direvisi, padahal menurut Dyah tidak ada yang salah tentang laporan yang dia buat. Namanya juga Pemilik Perusahaan jadi bebas nyuruh-nyuruh karyawanya. Berulang kali Dyah mengetuk pintu ruang atasannya, tapi tidak kunjung dipersilakan masuk dan tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Dyah mempunyai ide untuk mengetuk menggunakan sepatunya agar terdengar oleh atasannya itu. Sepatu sudah ada ditangannya mau diayunkan ke pintu malah pintunya terbuka. Dyah kaget dan salah tingkah.

" Kamu kenapa membawa sepatu seperti itu.. apa kamu mau memukul saya ? kata Pak Lilip sambil memasang wajah dinginnya.

" Eehhhmmm.... maa.. maa.. maaf Pak.. saya tidak bermaksud untuk memukul Bapak.. Saa..saa.. yaa mengira Bapak tidak mendengar ketukan dari saya. Lalu saya melepas sepatu saya untuk mengetuk pintu itu agar Bapak mendengarnya.." kata Dyah terbata-bata sambil menunduk malu atas kelakuannya itu.

" Saya nggak mau tahu alasan kamu..! sekarang cepat masuk.. saya tidak suka menunggu.. waktu saya sangat berharga.. !" sambil berlalu masuk dan duduk dimeja kebesarannya. Sedangkan Dyah telah masuk membuntuti atasannya dan berdiri di depannya.

" Apa kamu akan terus berdiri seperti itu..!" ucapnya sambil menatap sinis sekretarisnya itu.

Ini orang kenapa selalu saja tidak bisa manis kata-katanya. Selalu bersikap dingin dan sinis seperti itu. Apa pikir saya mau apa berlama- lama dengannya. Kalu bukan atasanku sudah aku patahkan tangannya. batin Dyah*..

" Kenapa kamu menatap saya..! Apa kamu mengataiku yang jelek-jelek.. Atau kamu suka dengan saya..? kata Pak Lilip sambil melotot memperhatikan Dyah yang tertunduk malu.

" Maaf Pak.. saya tidak mengatakan Bapak apapun kok.. " Dyah duduk didepan atasannya dengan tangan yang gemetaran takut akan dimarahi lagi dan takut akan revisi lagi.

Sudah hampir satu jam Dyah ada diruangan atasannya, menunggu peritah atasannya lagi. Merasa bosan Dyah memberanikan diri bertanya kepada atasannya itu.

" Maaf Pak Lilip.. Apa saya masih harus menunggu Bapak lebih lama lagi..? Saya sudah satu jam menunggu perintah Bapak selanjutnya.. Tapi kenapa Bapak tidak kunjung selesai dengan berkas laporan dari saya.. Apakah masih perlu direvisi Pak? Dyah berkata dengan sangat hati-hati.

" Apa kamu sudah bosen bekerja di Perusahaanku ini..? Dengan jabatan sebagai Sekretarisku.. Baru menunggu satu jam saja sudah binggung ingin segera keluar dari ruanganku..! Seharusnya kamu bersyukur Dyah bisa bertatap muka dengan saya yang mempunyai wajah yang tampan ini.." berkata dengan tangan diletakkan diatas mejanya dan menatap Dyah sambil tersenyum sinis.

" Maafkan saya Pak.. tapi saya tidak tertarik dengan Bapak.. Karena Bapak telah beristri dan Bapak lebih tua dari saya.." kata Dyah sambil menunduk takut.

" Ow.. jadi kalo saya masih lajang kamu akan tertarik padaku ya.."

Ini atasanku kenapa jadi aneh begini sich pertanyaannya. Biasanya juga dingin cuek bebek. Apa mungkin Beliau salah makan sarapannya kali ya.. Mending saya alihkan saja topik obrolannya agar tidak berkepanjangan. Sudah muak aku diruangan ini. kata Dyah dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!