NovelToon NovelToon

Whisper Of Love Season 2

Mengawali karier Ivannia.

💌 Whisper of love season 2 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

IVANNIA DONISIUS.

Ivannia Donisius saat ini menjabat sebagai Group Head Bank di kota xx, sebuah jabatan penting yang berfokus mendukung operasional Bank di kota xx untuk memperoleh kinerja yang positif.

Group Head merupakan jabatan tertinggi di Bank Kota xx yang menduduki struktur organisasi di atas Kepala Divisi dan berada langsung di bawah Direksi. Ivannia bekerja atas usahanya bukan karena ia anak dari Aaron Donisius dan adik dari Ivander Donisius. Ivannia menerima jabatan ini karena merupakan salah satu contoh yang patut diteladani oleh seluruh Pegawai Bank di kota xx, baik dari loyalitasnya terhadap perusahaan, maupun dari pribadi Ivannia yang bersahabat dengan semua orang dan di sisi lain Ivannia sangat cerdas.

Mengawali dengan menjalani posisi sebagai Teller. Sampai lanjut dengan pendidikan S2 nya di jurusan Ekonomi sebagai bentuk keseriusannya untuk bekerja, namun beberapa waktu berselang Ivannia berhasil meraih titel S2 Ekonomi hanya dalam dua tahun. Anak ke dua dari Aaron Donisius dan Anastasia Donisius memang memiliki kepintaran yang luar biasa. Bisa di lihat dari Ivander Donisius. Ia menjabat direktur Donisius paling termuda dengan usia 23 tahun.

Seiring waktu, secara teratur karier Ivannia terus menanjak dari waktu ke waktu, yang kemudian menjadikannya sebagai Pemimpin Seksi Pelayanan Nasabah, Kepala Cabang, Kepala Divisi, dan puncaknya menduduki posisi sebagai Group Head. Beberapa prestasi pernah ditorehkan Ivannia kala menjabat sebagai Kepala Cabang. Dan jabatannya naik begitu cepat dalam usia yang tergolong muda 26 tahun.

Banyak suka duka yang harus dihadapi, yang menuntutnya untuk memilih antara urusan pribadi dengan pekerjaan. Dalam bekerja, Ivannia harus mempunyai prinsip totalitas, sehingga segala sesuatu yang menjadi tugasnya harus dikerjakan secara sungguh-sungguh alias total. Karena menurut dia, untuk menjadi orang sukses tidak bisa setengah-setengah. Untuk itulah, diakuinya urusan pribadi atau keluarga lebih banyak mengalah alias dikorbankan jika sudah di hadapkan dengan tugas pekerjaan di kantor.

Daddy nya sangat mengakui hasil usaha dan kerja keras Ivannia.

Jadi kalau ada waktu libur meski hanya satu hari di akhir pekan misalnya, benar-benar Ivannia manfaatkan untuk quality time bersama keluarga, kumpul bersama keluarga. Kepiawaian membagi waktu, diakui Ivannia menjadi tantangan tersendiri, mengingat yang super sibuk, bahkan harus pulang hingga larut malam sepertinya sudah menjadi hal yang biasa.

Berkat totalitasnya itu lah, Ivannia dapat merengkuh puncak karir tertinggi di Bank di kota xx, apalagi dia sekarang menjadi wanita satu-satunya di antara pucuk pimpinan Bank di kota xx. Bekerja di bank harus tahan banting. Pulang hingga larut malam lantaran proses hitung saldo akhir hari di bank harus diselesaikan perharinya. Belum lagi menyelesaikan proses administrasi pencairan pinjaman untuk nasabah dari yang sudah ditargetkan. Selain itu, sebagai bidang usaha penjual jasa, Ivannia berpendapat seorang pegawai bank harus selalu terlihat menyenangkan dengan senyum ceria dan hangat kepada nasabah.

Ivannia berjalan di koridor, ia di sapa beberapa karyawan bank. Ivannia memasuki ruangannya. Disambut oleh asistennya yang standby menunggunya di kursinya.

"Selamat pagi ibu Ivannia."

"Selamat pagi juga Jessica." sapa Ivannia membalasnya dengan senyuman terbaiknya.

"Maaf bu, tadi waktu saya masuk ruangan ibu. Sudah ada bunga di atas meja ibu. Sepertinya ada seseorang yang mengirim buket bunga,saya tidak berani membuangnya ibu jadi saya biarkan saja di atas meja."

"Astaga, ada bunga lagi? Sekarang buang Jessica. Saya sudah bilang jika ada kiriman bunga buang saja, gak perlu mau menunggu atau minta izin dari saya atau kasih ke orang yang benar-benar suka bunga." Bentak Ivannia dengan wajah garang.

"Maafkan saya bu, saya akan buang jika ada kiriman bunga itu lagi."

"Kau selalu mengatakan itu, tapi besok dan besok bunga itu tidak juga kau buang." Keluh Ivannia sudah terlihat kesal. "Tunggu apa lagi, BUANG!!!" Perintah Ivannia sedikit berteriak dan posisi tangannya bersedekap. Ia jengah melihat sikap Jessica, berulang kali di ingatkan sama sekali tidak mengerti juga.

Ivannia menunggu sampai wangi bunga di dalam ruangan itu benar-benar hilang. Ia menghubungi bagian OB untuk membersihkan ruangannya dan memerintahkan bagian OB untuk mengambil pengharum ruangan tipe spray yang instan dengan wangi buah-buahan.

"Semprot semua ke udara, biarkan aromanya menyebar ke dalam ruangan." Kata Ivannia menutup hidung ketika aroma bunga masih tercium ke hidungnya.

"Sudah di buang?" Kata Ivannia dengan nada ketus.

"Sudah bu, maafkan saya." ujar Jessica dengan wajah mengerucut.

"Kamu tahu, kenapa saya membenci bunga Jessica?"

"Maaf ibu, saya tidak tahu. Yang saya tahu anda memang tidak suka bunga. Apa bunga memberikan kenangan pahit ibu?"

Ivannia memicingkan matanya menatap Jessica dengan sinis. "Cih, kamu masih berani mengatakan itu." Keluh Ivannia membuang mukanya tidak suka.

"Maafkan saya bu..."

"Biar kamu tahu, aku membenci bunga itu karena apa. Sampai orang bilang aku itu alergi bunga. Tapi tidak dapat dipastikan apakah itu benar-benar alergi, atau hanya benci bunga saja. Aku hanya tidak bisa tahan dengan bau dan warna dari bunga itu. Saking tidak tahannya, Aku sampai tidak bisa makan jika sudah tercium bunga itu. Kamu mengerti?"

"Sampai seperti itu ibu?" Jesicca terbelalak.

"Jadi kau sudah mengerti?" tanya Ivannia sambil menaikkan alisnya setengah.

"Maaf.." Ucap Jessica dengan suara terendahnya.

"Kau hanya bisa mengatakan maaf, rekam dalam ingatanmu kalau ada seseorang yang memberikan bunga. Buang..!" Ketus Ivannia berdecak.

"Baik bu." Jessica hanya menundukkan kepalanya.

Ivannia duduk di ruang tunggu yang ada di luar ruangannya. Jessica kembali duduk di kursi kerjanya dengan perasaan bersalah. ekor matanya terus melirik ke arah Ivannia.

Ivannia membuka pesan notifikasi dari ponselnya. Ia tersenyum ketika Ivander mengirim pesan WhatsApp yang isinya, Ingatan Joevanka sudah kembali. Tentu itu kabar baik untuknya. Selama enam tahun, Ivannia dapat merasakan Ivander sangat tersiksa karena menahan rindu. Kini mereka akan memulai dari awal lagi. Menjalin cinta yang luar biasa. Selalu menunggu dan tetap setia mempertahankan cinta mereka.

⭐⭐⭐⭐

"Ehm.. Mario?" Sapa seorang pria memasuki sebuah club. "Apa kau mengambil gadis baru lagi, dimana Ivannia? Apa kau sudah membuangnya?" Kata seorang pria tersenyum menggoda dan mengambil duduk di sebelah Mario.

"CK..." Mario berdecak dan tersenyum smrik. sorot matanya menunjukkan kebencian yang paling dalam.

"Dude kau belum menjawab, apa kau sudah membuang Ivannia? Setelah malam itu kau di tolak untuk bercinta?" Edric menggeleng sambil terkekeh.

"Buatkan minuman, seperti biasa." Ucap Edric kepada pelayan wanita.

"Aku masih berhubungan dengannya, kurang tepat jika sekarang aku memutuskannya, aku yakin dia akan merangkak dan bersujud di kakiku. Aku masih ingin bermain-main dulu. Setelah aku menghancurkannya. Disitu lah aku akan membuangnya seperti sampah." sinis Mario.

"Percaya diri sekali kau dude, kau tidak tahu jika Ivannia mempunyai kakak yang tidak akan kasih ampun jika seorang lelaki menyakiti adiknya. Kau tidak seperti mengenal keluarga Donisius." Edric kembali mengingatkan agar Mario memikirkan ulang rencananya.

"Apa kau pikir aku takut, aku sudah bilang aku tidak takut dengan siapapun. Termaksud itu Ivander. Ivannia akan mengemis di kakiku. Lihat saja." Desis Mario tersenyum sinis.

"Apa yang membuatmu begitu membencinya? Bukankah dia sangat mencintaimu?" Kata Edric menyesap wine nya secara perlahan. "Jangan bilang kau membencinya karena kau di tolak pada malam itu Mario."

"Apa kau pikir karena itu? masih banyak wanita yang menyerahkan tubuhnya dengan suka rela di hadapanku dan bahkan lebih indah dari tubuh Ivannia." ejek Mario tersenyum kecut.

"Jadi apa yang membuatmu sakit hati sampai harus membuangnya seperti sampah?"

"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya. Suatu saat kau akan tahu Edric. Sekarang cari kan seorang wanita yang bisa melayaniku malam ini." Kata Mario dengan datar.

Pria yang berwajah dingin, dengan tatapan Mario kebanyakan datar dan tidak pernah tersenyum. Namun entah mengapa Ivannia begitu tertarik kepada Mario. Ia memutar-mutar gelasnya. Mengeluarkan bunyi gemericik es batu yang saling bertabrakan dengan dinding gelas.

"Kau mau yang seperti apa Mario?" Tanya Edric menatap sekilas ke arah Mario.

"Aku ingin dia sanggup melakukan sampai pagi."

"Hahahaha." Edric tertawa. "Kau gila Mario?"

"Jangan mengataiku seperti itu Edric. Jika aku sampai hilang kesabaran. Kau akan menyesal." sengit Mario mulai kesal.

"Cih..." Edrick berdecak dan kembali menyesap wine yang ada ditangannya. Lalu bangkit berdiri. "Tunggu di kamar yang biasa, seorang wanita akan datang menemui mu." Ucap Edric berlalu meninggalkan Mario.

Mario cois mendengkus dan sedikit menarik sudut bibirnya ke atas. Kali ini ia kembali mengirim bunga kepada Ivannia. Sampai Ivannia benar-benar gila karena memikirkan bunga. Bahkan kali ini bau bunganya lebih tajam dari sebelumnya. Seperti biasa Mario hanya bisa menatap datar dan menghembuskan napas panjang. Ia bangkit dan meninggalkan tempat club untuk menemui wanita yang di carikan Edric buatnya untuk bersenang-senang malam ini.

MARIO COIS

.

.

BERSAMBUNG

❣️ Mohon Maaf jika ada kesalahan dalam kerja Ivannia ya 🤣 ini hanya cerita saja.

❣️ Salam sehat dan terus sehat untuk kita semua. Tetap semangat 🤗🤗

.

.

💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌

💌 BERIKAN VOTEMU 💌

💌 BERIKAN BINTANGMU 💌

Gavin mengikuti Pelatihan.

💌 Whisper of love season 2 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

GAVIN AXTON

Gavin sekarang berada di Melbourne. Udara saat ini menjelang masuk musim dingin. Cuacanya bisa 0-17 derajat celcius. Gavin mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari bahan untuk melindungi tubuhnya dari cuaca dingin. Setelah itu, Gavin baru memakai kaos, kemeja, lalu jaket bertopi. Tak lupa. Sebelum keluar, Gavin harus melilit leher dengan syal. Ia kerap ‘membeku’ jika tak mengenakannya. Gavin tetap memakai beanie. Kadang-kadang, Ia juga butuh sarung tangan untuk menghindari tangan mati rasa.

Gavin sedikit berlari sambil memakai tas ranselnya. Ia menuju tempat pemberhentian bus. Gavin menghembuskan Napas dan berulang kali mengeluarkan asap dari mulutnya. Sebenarnya asap itu merupakan cairan dari hasil pengembunan karena suhu benar-benar sangat dingin. Ia terus mengejar waktu agar tidak ketinggalan bus.

Sudah empat hari ini Gavin menggunakan bus. Karena mobilnya untuk beberapa hari ini digunakan Levin, adiknya. Mengikuti bos-nya perjalanan bisnis ke keluar kota. Pagi ini Gavin sepertinya benar-benar telat keluar dari apartemennya. Gavin mendapat fasilitas gratis dari perusahaan cabang. Semua di tanggung dari biaya transport dan kesehatan. Tujuan Gavin hendak ke lokasi pelatihan. Ia harus berlari sekuat tenaga melewati dua blok untuk mencapai shelter bus route 250 dan 251. Gavin sangat berharap bus telat satu menit saja, sehingga ia tiba on time di sana. Sesuatu yang sangat diperhatikan dalam dunia profesionalisme di Australia. Benar saja Gavin ketinggalan Bus.

Huftt, Gavin membuang napasnya, benar dugaannya, setelah ia membaca ulang informasi rute dan waktu yang dipajang dekat shelter bus. Ternyata, bus pukul 08.45 pagi sudah berlalu. Terpaksa Gavin menanti yang selanjutnya, pukul 08.54, enam menit sebelum pelatihan akan di mulai.

"Astaga...Ini kesempatan besar untukku mendapat promosi yang baik, kenapa juga aku harus terlambat." Ujar Gavin mendesah panjang. Ia menendang tiang besi yang ada dihadapannya. Cara Gavin membuang rasa kesalnya. Gavin membuang napas panjang.

"Sial..." Gavin menggerutuk lagi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Tak ada yang perlu disesali toh bus nya sudah pergi. Gavin hanya bisa menunggu bus berikutnya.

Pikirannya jauh menerawang. Ia teringat kembali pada pertemuannya dengan Joevanka. Pertemuan yang tidak pernah ia lupakan dan sampai saat ini. Hubungan pertemanan mereka terjalin begitu baik. Gavin di utus perusahaan anak cabang di Australia untuk melakukan pelatihan di London selama satu minggu. Semenjak ia melakukan pelatihan, tak beberapa lama, Gavin mendapat promosi menjadi manajer di perusahaan anak cabang. Dan sekarang ia juga masih berharap mendapat promosi yang lebih baik lagi. Agar ia bisa membantu pengobatan ibunya. Sampai saat ini Gavin belum bisa melakukan operasi jantung untuk ibunya. Mengingat biaya operasi membutuhkan biaya yang banyak. Perjuangan hidup, setelah ayahnya meninggal. Gavin berusaha untuk menjadi lelaki mandiri dan memenuhi kebutuhan ibu dan dua adiknya. Berulang kali ibunya ditipu oleh orang yang tidak bertanggungjawab, membuat Gavin tidak mudah mempercayai orang lain. Dia hanya percaya atas pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Kehidupan yang menyedihkan dan membuatnya kuat sampai saat ini.

Bus yang ditunggunya tepat berhenti di hadapannya. Gavin naik dan menempelkan kartu elektronik. Lalu mengambil kursi yang masih kosong. Bus kembali berjalan. Gavin memandang ke arah jalan. Udara dingin terasa menusuk sampai ke tulangnya. Tapi hal itu sudah biasa ia rasakan. Pandangannya terus mengarah ke jalan. Ia kembali mengingat Joevanka. Wanita yang merubah dunianya, namun wanita yang tidak bisa menerima cintanya. Kini ia telah menemukan cinta sejatinya. Tidak lain adalah seorang direktur dimana ia bekerja. Lelaki yang mempunyai kekuasaan. Fakta mengejutkan, ternyata mereka saling mencintai dalam waktu cukup lama. Sungguh ia tidak berhak atas Joevanka. Ia bukan tipe lelaki brengsek yang merusak hubungan seseorang hanya karena ia mencintai. Toh Joevanka juga tidak pernah memiliki rasa untuknya. Ia tetap menganggap Gavin hanyalah sebagai kakak saja.

Tiba-tiba ia di sadarkan dari bunyi notifikasi pesan dari ponselnya. Gavin membuka ponselnya dan melihat beberapa pesan WhatsApp dari Joevanka. Ia di lamar pak direktur. Ia tersenyum, tidak tahu apa arti senyumannya itu. Apakah senyum kepahitan atau senyum bahagia. Yang jelas,hanya Gavin yang tahu.

Gavin tiba dan turun di tempat tujuan. Ia harus menekan tombol yang tersedia pada semua tiang penyangga di dalam bus. Gavin turun dari bus dan langsung berlari ke tempat dimana Gavin mengikuti pelatihan.

⭐⭐⭐⭐⭐

Amber terus mengikuti Ivannia, sahabat yang kejam. Tidak mau menjodohkannya kepada Ivander. Yang tidak lain adalah kakak dari Ivannia. Hatinya sakit setiap memikirkan lelaki ganteng itu.

"Ayolah... Vania, aku rasa masih ada kesempatanmu untuk menjodohkan aku dengan Ivander. Wajah kakak mu benar-benar mangalihkan duniaku, kau tau itu? astaga..." keluh Amber dengan wajah lesu.

"Hanya membayangkan wajah Ivander saja aku bahagia Vania. Jodohkan aku lagi ya! " Rengek Amber memohon.

"Astaga, kau masih membahas itu?" Ivannia tiba-tiba berhenti.

BRUKKK!

Amber menyambar punggung Joevanka. "Aaww..." Keluh Amber sambil mengusap dahinya.

Ivannia bersedekap memeluk tangannya di dada. Wajahnya berubah kesal. Ia memalingkan wajahnya ke arah Amber.

"Ivander sudah kembali dengan pujaan hatinya, Amber. Tidak ada kesempatan untukmu lagi. Jadi jangan tanya lagi masalah itu. Jika kau membahas itu lagi, jangan harap kau bisa datang ke kantorku. Kau mengerti! " Ancam Ivannia kembali berjalan menuju ruangannya.

Jesicca bangun dari duduknya ketika melihat bos-nya berjalan ke arahnya. "Selamat siang bu! " Sapa Jessica tersenyum ramah.

"Selamat siang Jess..." Jawab Amber memandang sekilas kepada Jessica. Sementara Ivannia terus berjalan dan memasuki ruangannya. Ia duduk di kursi empuk yang beroda empat itu.

"Aku tidak percaya, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau wanita yang pernah tinggal di rumah mu sudah hilang ingatan? Mana mungkin dia mengingat Ivander." keluh Amber langsung mengambil duduk di sofa. Ia sepertinya belum mau menyerah.

"Ingatannya sudah kembali." Jawab Ivannia menjawab ketus. Ia menatap berkas-berkas untuk ia tandatangani hari ini.

"Apa? " Mata Amber membulat sempurna. "kau serius Vania?"

"Apa aku terlihat bercanda?" Kata Ivannia menopang dagunya dengan tangannya sambil memandang Amber. "Mereka kembali menjalin hubungan. Jadi berhenti memikirkan kakakku. Oke..." Kata Ivannia kembali menatap pekerjaannya.

"Aku putus cinta.." teriak amber histeris dan seperti dibuat-buat.

"Hei... siapa yang putus cinta? Kak Ivander tidak pernah mengatakan cintanya Amber, Cih... dan kalian tidak pernah menjalin hubungan." Ujar Ivannia menggeleng.

"Kau jahat Ivannia, aku sahabatmu, dasar tega kau..." Kata Amber dengan wajah mengerucut sedih.

"Siapa yang tega, kau yang terlalu berlebihan. Sudahlah kita jangan membahas kak Ivander lagi. Aku yakin kak Ivander sudah tidak fokus bekerja karena dua wanita cantik terus membicarakannya." Ucapnya tersenyum simpul.

"Aku belum bisa terima Ivannia." Keluh Amber dengan wajah memelas.

Ivannia hanya terkekeh, Amber benar-benar mencintai Ivander. Tapi dia tidak bisa memaksa kakaknya. Walau sebelumnya, ia sudah berusaha berbagai cara untuk mempertemukan mereka. Tapi kak Ivander bertahan dengan cintanya. Kekuatan cinta dapat membuktikan semuanya. Semenjak Joevanka pergi dan mereka tidak mengungkapkan perasaan masing-masing, mereka lebih menyadari dan mudah memahami kekuatan cinta. Cinta dapat menguatkan atau melemahkan mereka. Dan sekarang terbukti, mereka bersatu kembali. Ehmm cinta adalah sesuatu yang indah. Ivannia sangat berharap hubungannya dengan Mario juga seperti kisah cinta daddy dan kakaknya Ivander.

"Vania? Kau masih berhubungan dengan Mario cois?" Tanya Amber mencairkan suasana, karena lumayan lama mereka terdiam. Ia menatap serius ke arah Ivannia.

"Ehmmm..." Ivannia menjawab dengan menggumam. Ia tidak memandang ke Amber. Dia asyik membubuhkan tanda tangan nya di atas kertas putih yang berisi pinjaman nasabah.

Ivannia mengangkat wajahnya, memandang ke arah Amber. "Sudah ribuan kali kau mengatakan itu Amber." Ucapnya dengan datar.

"Aku tidak tahu, apakah aku salah atau bukan. Dua hari yang lalu aku melihat Mario memasuki hotel bersama seorang wanita."

"Sudah lah Amber, aku bosan mendengar itu,"

"Kau begitu mencintai Mario, sampai kau tidak mempercayaiku Vania. Aku sudah berulangkali melihat Mario membawa wanita."

"Aku lebih mempercayai Mario,"

"Dasar cinta membutakan kau Vania, Huftt...suatu hari kau akan tahu kebenaran, bagaimana kekasihmu itu sebenarnya."

"Sekarang kita pulang. Kita akan shopping, untuk menghilangkan pikiran negatif mu." Kata Ivannia bangun dari duduknya setelah selesai menandatangani semua berkas yang ada di atas mejanya.

"Ayo siapa takut." Kata Amber tersenyum sambil mengambil tas. Mereka saling melempar senyum keluar bersamaan dari ruangan Ivannia.

Melihat bos-nya keluar, Jessica bangkit dan membungkukkan badannya untuk memberi hormat.

"Kau sudah bisa pulang Jesicca, tapi setelah kau membereskan mejaku."

"Baik ibu Ivannia. Selama sore! " Ucap Jessica tersenyum menahan tubuhnya tetap dengan posisi memberi hormat.

"Sampai bertemu besok Jessica." Kata Amber melambaikan tangannya.

Mereka berjalan seirama. Ke-dua wanita ini sama-sama memiliki karier yang baik. Mempunyai jabatan penting di Bank xx. Mereka selalu mengandalkan propesional. Terlihat dari langkah dan postur tubuhnya yang tegap jika berjalan namun tetap elegan. Irama hells yang sengaja ditempokan indah. Membuat kehadiran mereka di kagumi bagi siapa saja yang melihatnya terutama kaum Adam menggilai mereka. Mereka berjalan sambil melempar senyum. Persahabatan mereka bisa dikatakan semenjak mereka duduk di bangku SMA. Bagi Ivannia persahabatan adalah hubungan pertemanan yang selalu ada saat suka maupun duka. Meski pun dalam kondisi terpisah jarak. Ah..tapi mereka tidak pernah terpisah kok. Sehati, bahkan mereka bekerja di BANK yang sama namun cabangnya berbeda. Menurut Amber sendiri, Ivannia adalah seorang sahabat yang tulus. Terbukti persahabatan mereka sudah terjalin begitu lama. Walau Ivannia dikenal sangat keras kepala dan jutek.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌

💌 BERIKAN VOTEMU 💌

💌 BERIKAN BINTANGMU💌

Pertama Kali Menjadi Asisten

💌 Whisper of love season 2 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Dia di kenal ramah bahkan kelewat ramah dan dikenal humoris. Kepribadiannya yang apa adanya membuatnya tidak terlalu memusingkan pendapat orang lain yang tidak penting. Dia bisa menjalani hidupnya dengan santai dan ringan. Dia tidak suka dengan keadaan canggung karena dia sudah terbiasa santai dan apa adanya. Makanya, ketika dia bertemu dengan orang baru dia akan lebih vokal dan berani memulai pembicaraan lebih dulu. Dia adalah Halbret kepercayaan Ivander yang menjabat sebagai asisten pribadi di perusahaan Donisius.

HALBRET DOMINIK.

Di apartemen yang di fasilitasi perusahaan Donisius. Halbret terbangun dari mimpi indahnya. Ia memandang jam yang ada di atas nakas.

"Hoamm...." Halbret membuka mulutnya besar-besar lalu merenggangkan otot-ototnya. Sepersekian detik ia menghembuskan napasnya lewat mulut.

Halbret menunduk lesu. Sudah satu minggu ini ia dihadapkan dengan pekerjaan berat. Direktur Donisius sepertinya berbeda akhir-akhir ini. Ia bolak balik ke Australia dan terkadang baru saja tiba di kantor beliau sudah menghubunginya agar segera memesan tiket pesawat untuk penerbangan pagi ini menuju Australia. Mau tidak mau, ya memang harus mau. Pak direktur tidak bisa dibantah dalam hal perintah apapun itu. selidik punya selidik, akhirnya Halbret menemukan jawabannya. Pak direktur ternyata menyukai seorang wanita yang bekerja di perusahaan anak cabang di Australia.

"Huft..." Halbret melakukan ritualnya menghembuskan napasnya lewat mulut. Ia menyibak selimut dan menjatuhkan kakinya ke lantai. Ia berjalan menuju jendela menuju balkon apartemennya. Menghirup udara segar di pagi hari.

Halbret kembali mengingat pertama kali ia terpilih menjadi asisten pribadi direktur di perusahaan Donisius. Direktur Ivander sendiri yang langsung memilihnya dari ribuan pelamar kerja. Pak direktur yang pada saat itu menjabat sebagai direktur baru, langsung menunjuk ke arahnya dan langsung mengangkatnya sebagai asisten. Tentu saja membuat lelaki yang dikenal humoris itu sangat terkejut. Namun di sisi lain ia sangat bahagia dan bersyukur.

Saat awal-awal bekerja di perusahaan Donisius, ia merasa kaget karena pekerjaan asisten pribadi yang ternyata mengharuskan dirinya untuk selalu siap siaga menerima pekerjaan dari atasannya sewaktu-waktu. Belum lagi menghadapi pak direktur yang katanya habis putus cinta membuat moodnya kadang berubah-ubah. Selain itu kerjanya 24 jam 7 hari seminggu, bahkan dalam kondisi tidur pun handphone harus standby. Kadang weekend harus kerja, pulangnya pagi, kadang nggak pulang ke rumah. Dan jadi asisten juga nggak cuma ngurusin keperluan pribadi pak direktur saja, tapi mengurusi keluarga Donisius juga.

Tantangan lain yang dirasakan Halbret adalah bagaimana dirinya bisa membagi waktu untuk kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Pria yang sudah 7 tahun menjadi asisten pribadi ini terkadang merasakan 'perang' batin dan sulit menentukan prioritas antara urusan atasannya dan keluarganya. Saat itu ia sudah berjanji akan berkumpul dengan keluarganya, namun tiba-tiba pak direktur menghubunginya dan sangat membutuhkan bantuannya.

Di situ Halbret perang batin, ada acara keluarga tapi di saat yang sama pak direktur harus berangkat ke Australia hari itu juga. Jadi halbret harus handle urusannya juga. Akhirnya Halbret pasrah dan memberi pengertian ke keluarga. Selesaikan kerjaan dulu habis ikut ke acara keluarga, mau nggak mau harus seperti itu karena Halbret nggak ada pilihan. Beruntung Halbret belum ada kekasih hati. Jika itu yang terjadi. Halbret yakini dalan hitungan ke tiga. Ia langsung diputuskan pada hari itu juga.

Selain harus berhadapan dengan prioritas utama dan jam kerja yang tidak kenal waktu, kesulitan lain dirasakan Halbret karena ia bekerja dengan atasan yang selalu bekerja setiap saat. Tidak memandang lelah. Apalagi semenjak ia bekerja di perusahaan Donisius. Tidak pernah terdengar kabar olehnya, bagaimana hubungan percintaan pak direktur dengan seseorang wanita. Halbret sendiri bertanya-tanya.

"Seorang direktur tampan dan sukses tidak ada kekasih? Oh...tidak mungkin." Batin Halbret kepo sendiri.

Ada yang mengatakan jika pak direktur putus cinta dan menjadi sulit jatuh cinta. Ada juga yang mengatakan jika pak direktur adalah seorang gay. Halbret tentu saja sangat terkejut ketika mengetahui desas-desus itu. Ia tidak ingin keperjakaannya direnggut oleh seorang pria. Di samping itu ia mengingat jika pak direktur yang memilihnya sendiri. Tentu saja Halbret tak bisa membiarkan itu terjadi. Ia memberanikan diri bertanya langsung. Jika pak direktur menyukainya. Halbret akan mengundurkan diri. Ia sudah siap tidak mendapatkan tunjangan.

FLASH BACK ON

Tok tok tok

"Permisi pak." Halbret mengintip di ujung pintu.

"Hmm, masuk!" Kata Ivander sekilas lalu menunduk serius lagi dengan tabletnya.

Halbret melangkah masuk dan berdiri di hadapan pak direktur. Ia tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya, membuat Ivander mengangkat wajahnya dan menatap Halbret sambil menaikkan alisnya setengah.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan Halbret?" Tanya Ivander datar. Lalu kembali fokus menatap pekerjaannya.

"Begini pak.." Kata Halbret sedikit gugup. Ia kembali tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ivander kembali menatap Halbret dan wajahnya mengerut serius. "Aku tidak ingin mengulangi ucapanku Halbret. Jika tidak ada yang ingin kau sampaikan, kau bisa keluar! " Kata Ivander tegas.

"Apa bapak menyukaiku?" Kata-kata itu lolos ia ucapkan begitu saja. Ia menutup matanya dengan erat. Saat ini ia sangat takut jika ia membuka matanya. Pak direktur tersenyum dan mulai menggodanya. Ia sudah bersiap-siap untuk lari jika hal itu terjadi.

Namun karena tidak ada jawaban dari pak direktur, Halbret membuka matanya secara perlahan. Namun yang dilihatnya pak direktur menatapnya tajam dan siap menerkamnya saat ini.

"Apa maksudmu?" Kata Ivander dengan sangat dingin. Tatapan matanya siap menghunus jantungnya saat ini.

Melihat ekspresi pak direktur, nyali Halbret menciut. Ia tidak berani mengangkat wajahnya dan Halbret yang bisa menunduk.

"Jawab!" Suara itu menggelegar di dalam ruangan. Sampai Halbret terkejut.

"Kau tidak mau menjawab?" kata Ivander begitu marah, ia kini mengebrak meja dengan kuat. Sampai gelas kopi ikut tersentak kaget.

Disitulah Halbret sadar, bahwa ia terlalu berani mengatakan hal itu kepada pak direktur. Ia sudah menyulut emosi pak direktur.

"Maafkan saya pak, saya tidak bermaksud..."

"Apa kau mau dipecat?" Sela Ivander memotong ucapan Halbret dengan cepat. Kata-katanya begitu tegas dan matanya memancarkan kemarahan teramat sangat. "Kau keluar dari perusahaan Donisius, aku yakinkan kau akan menjadi pengangguran seumur hidup."

"Maafkan saya pak, saya hanya mendengar desas-desus bahwa anda tidak menyukai wanita dan..." Halbret menutup mulutnya, menyadari bahwa kata-kata itu tidak bisa diteruskan. Itu akan menambah bumbu kemarahan pak direktur sendiri.

"Jadi apa maumu?" Kata Ivander berusaha tenang, namun ekspresi wajahnya tidak bisa di tebak.

"Maafkan saya pak. Saya terlalu berani mengatakan itu, sementara bapak adalah seorang pria sejati." Ucapnya menunduk lesu. Kini ia pasrah dan siap di pecat.

"Hanya maaf?" Sinis Ivander menaikkan sudut bibirnya naik keatas.

"Tidak ada lagi di atas kata maaf pak. Jika ada saya sudah mengatakannya." Kata Halbret kembali.

"Saya akan maafkan kesalahanmu Halbret. Kau bersyukur karena mood ku lagi baik hari ini."

"Benarkah pak, terima kasih banyak pak." kata Halbret dengan wajah berbinar bahagia.

Ivander tersenyum smrik sambil mengangkat alisnya setengah, menatap Halbret dengan sinis. " Tapi dengan satu syarat. Satu bulan kau tidak akan menerima gajimu dan satu bulan itu juga kau harus lembur menyelesaikan proyek di kota xx." Kata Ivander menatap tajam.

Halbret terbelalak. "Tapi pak?" kata Halbret berusaha menolak syaratnya.

"Oke jika kau tidak mau. Kau dipecat dan aku akan membiarkanmu pengangguran seumur hidup. Aku yakinkan semua perusahaan tidak akan menerimamu. Kau tahu kan siapa Ivander Donisius?" sinis Ivander mengangkat tangannya yang melipat lalu menopang dagunya.

"Saya tahu pak, saya akan terima hukumannya." ujar Halbret menunduk lesu.

"Kau boleh pergi." ucap Ivander datar.

"Kalau begitu saya permisi pak." Ucap Halbret memutar tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Tunggu! " Kata Ivander menghentikan langkah Halbret.

"Ada apa pak?" Kata Halbret tersenyum, ia berharap hukumannya dicabut kembali.

Ivander tersenyum sinis." Kau belum memberi hormat Halbret." ucap Ivander memberikan pelajaran buat asistennya itu.

"Oh..maaf pak. Kalau begitu saya permisi pak." Kata Halbret membungkukkan badannya seraya memberi hormat. Ia membuka kenop pintu. Lagi-lagi Ivander menghentikannya.

"Halbret Dominik?"

Dengan cepat Halbret kembali membalikkan badannya. Berharap dan sangat berharap pak direktur bisa berbaik hati kali ini.

"Aku berharap pikiran kotormu itu bisa kau bersihkan dengan hal-hal yang positif. Persiapkan lemburmu malam ini. Asisten yang profesional, tidak seperti dirimu. Aku harap satu bulan itu, kau bisa belajar lagi. Jadikan ini pengalaman berharga untukmu. Aku tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi. Mengerti!"

"Mengerti pak." Jawab Ivander kembali menunduk kepalanya dan keluar dari ruangan pak direktur.

"Astaga Tuhan mimpi apa aku berani mengatakan itu." Ucap Halbret merutuki kebodohannya. Ia sangat malu pada dirinya. "Dasar bodoh! bodoh! " Halbret mengacak rambutnya dengan kasar.

FLASH BACK OFF

Halbret tersenyum dan malu sendiri jika mengingat hal itu. Bagaimana ia seorang pria percaya diri jika ia dicintai pak direktur.

Halbret menatap jauh dari balkon kamarnya. Ia kembali menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan-nya lagi. Kini tidak terasa ia sudah mengabdikan diri kepada perusahaan Donisius selama 7 tahun. Pengalaman luar biasa.

Tantangan utama yang sangat berperan penting dalam profesi Halbret sebagai asisten pribadi pak direktur adalah memenuhi semua permintaan yang diminta oleh sang atasan karena di sanalah kemampuannya diuji. Halbret mengaku ia hampir sebisa mungkin mengerjakan pekerjaan yang diberikannya. Bahkan terkadang timbul rasa kecewa jika tugas tersebut gagal atau tidak selesai sesuai harapannya.

Halbret terkadang menyesal kalau ia tidak bisa selesaikan kerjaan yang diminta pak direktur atau hasilnya kurang memuaskan.

Namun dari sekian banyak tugas asisten pribadi, yang dirasakan paling berat adalah penjadwalan kegiatan dimana Aspri menjadi time keeper yang mengatur jadwal kegiatan sang bos dengan detail alias bisa mengestimasi waktu. Halbret tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

.

.

BERSAMBUNG

❣️ Halbret.... Halbret.... segitunya kau menilai pak direktur 🤣🤣🤣 Beruntung hidupmu tidak selesai 🤣🤣🤣

.

.

💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌

💌 BERIKAN VOTEMU 💌

💌 BERIKAN BINTANGMU💌

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!