Pagi dihari minggu Lika dengan senyum ramahnya menawarkan dagangannya kepada para pengunjung di kawasan wisata Tanjung An yang bertautan mesra dengan pantai Kuta Lomboq.
"Kain Tenunnya Bu," tawar Lika ramah.
Terlihat Ibu tersebut menggelengkan kepalanya tanda tak berminat. Dengan sopannya Lika beranjak pergi tanpa ada raut kecewa pada wajah manisnya.
Lika terus saja menawarkan dagangannya kepada para pengunjung yang ditemuinya dengan ramah namun belum membuahkan hasil.
Setelah puas menawarkan kain tenunnya, terlihat lambaian tangan dari seorang pengunjung yang sedang asyik duduk ditemani seorang wanita muda yang terlihat fokus menatap layar ponselnya.
Lika dengan gesitnya menghampirinya. "Mau Tenun Bu?" Lika menawarkan dagangan kepada Ibu yang memanggilnya.
"Boleh, berapaan?"
"Cuma 25 ribuan saja satu kain," jawab Lika bersemangat.
"Apa tidak bisa kurang?" Ibu itu menawar.
"Memang segitu harganya, tidak bisa dikurangi lagi, kalau di kurangi lagi hilang dong kembulannya. Pete bati telang kembulan," celoteh Lika dengan senyum cerianya.
Ibu itu menggelengkan kepalanya tak mengerti maksud gadis di hadapannya.
Lika baru sadar kalau Ibu tersebut bukan berasal dari Daerahnya. Tentu saja tidak mengerti ucapannya.
"Maaf Bu saya menggunakan bahasa saya. Maksudnya tadi mau nyari untung malah hilang modalnya," jawab Lika menjelaskan.
Ibu tersebut tertawa renyah mendengarkan penjelasan yang terdengar lucu baginya. Seorang Wanita muda yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya menoleh ke sumber suara.
"Kenapa Mommy, sepertinya senang banget?" tanya Gadis cantik yang berada di samping Wanita yang di panggil Mommy. Mendengarkan suara Wanita itu seketika perhatiannya teralih ke Wanita paruh baya itu.
"Ini nih, gadis ini lucu banget," jawab Wanita Paruh baya itu menjelaskan.
Wanita muda itu melihat ke arah Lika yang lagi sibuknya menata dagangannya.
"Jadi tidak Bu? kalau beli empat kain mendapatkan gelang ini satu," tawar Lika sambil memperlihatkan gelang dari benang di tengahnya ada tulisan Lomboq.
"Boleh deh, ini tenun yang dibuat dari tangan dengan alat tradisional bukan pabrikan, kan?" Ibu itu bertanya sambil sibuk memilih tenun yang diinginkannya.
"Iya Bu, kita menggunakan alat tradisional, kebetulan Desa saya pengrajin tenun semua." Lika menjelaskan produknya.
"Kain tenunnya kok murah?"
"Ini tenun biasa Bu, ini selimut sama sarung, kalau kain tenun yang digunakan untuk membuat baju atau yang lainnya harganya paling murah sekitar 150 ribuan tergantung jenis benang yang digunakan. Kain tenun dan kain songket akan semakin mahal tergantung kualitas benang yang dipakai, dengan pewarnaan alam, tingkat kerumitan motifnya dan juga waktu pengerjaannya. Kalau motifnya rumit dan membutuhkan waktu yang lama maka harganya pasti lumayanlah Bu." Lika menjelaskan panjang lebar tentang Kain Tenun.
"Apa Ibu berminat kain tenun sama songketnya? saya ada kok contoh-contohnya." Lika dengan gesitnya mengambil handphone-nya dari saku gamis kemudian membuka galery selanjutnya memperlihatkan koleksi tenun dan songketnya.
"Cantik-cantiknya, motifnya juga unik-unik," puji Ibu itu terus memperhatikan.
"Nah ini motif apa?" Ibu tersebut memperlihatkan tenun yang ada di Galery gawai Lika.
"Motif itu namanya motif Subahnale. Jadi motif Subahnale termasuk salah satu motif kuno yang lumayan rumit. Karena saking rumitnya para petenun berulang kali melafalkan Subhanallah, Maha Suci Allah ketika mengerjakan motif tersebut. Akhirnya diberikan nama Subahnale. Motif Subahnale merupakan motif dengan susunan geometris segi enam seperti sarang lebah dengan isian bunga lotus." Lika menjelaskan asal muasal penamaan motif tenun tersebut.
Terlihat Ibu tersebut mengangguk mengerti mendengarkan penjelasan Lika.
"Kalau berminat silahkan berkunjung ke galery saya, dilihat-lihat saja dulu siapa tahu ada yang ditaksir." Promosi Lika agar Ibu tersebut berkunjung.
"Ah mbak ini, saya sudah nenek-nenek masak iya mau naksir," sahut Ibu itu tersenyum.
"Maksudnya yang di taksir tenunnya Bu, kalau naksir cukup sama mantan pacar saja Bu." Lika menjelaskan maksud dari perkataannya. Dia tersenyum begitu menyadari Wanita paruh baya itu salah pengertian.
"Wadowh bisa gawat kalau ditahu masih naksir sama mantan pacar bisa-bisa tidak dikasik uang belanja setahun," sahut Ibu itu sembari tersenyum.
Lika terlihat bingung, memangnya ada berapa sih mantan pacar ibu ini?. Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul dalam benak Gadis Tenun itu.
"Saya saja jangankan punya mantan, pacaran saja tidak pernah tuh sampai segede gini," batin Lika melanjutkan akan pikirannya. Lika geleng-geleng kepala meratapi dirinya.
"Maksudnya saya Suaminya Ibu, kan sebelum jadi suami pernah jadi pacar, kalau sudah nikah jadinya mantan pacar." Lika menjelaskan apa maksud dari perkataannya agar Ibu tersebut mengerti dan salah faham.
"Wualaaah, salah ya?" Ibu itu kembali tertawa menampakkan barisan giginya yang putih terawat. Sembari memilih beberapa kain tenun yang diinginkannya.
Lika tersenyum mendengarkan tawa Wanita paruh baya itu. Tawa yang seakan tidak memiliki beban hidup sama sekali.
"Kain tenun ini saja." Wanita itu menyodorkan beberapa kain tenun pilihannya.
"Tidak sekalian Kaos dan mutiaranya Bu. Mutiaranya ada gelang, kalung, cincin dan anting." Lika kembali menawarkan sambil memperlihatkan barang-barangnya.
Ibu itu menanyakan harga dari mutiara tersebut. Lika menjelaskan sedetail mungkin produknya beserta harganya.
"Ini kok harganya murah, apa ini beneran mutiara asli? jangan-jangan KW lagi," tanya Ibu itu terlihat tidak yakin.
"Ah Mommy kayak kagak pernah beli mutiara saja, maklumlah mbak, mommy tahunya hanya berlian." Wanita muda yang sedari tadi diam akhirnya berkomentar juga.
Lika menggangguk tanda mengerti. Lika kemudian menjelaskan tentang mutiaranya. "Ini mutiara asli tapi jenisnya adalah jenis mutiara air tawar bentuknya sedikit lonjong tidak beraturan seperti ini. sedangkan mutiara air laut bentuknya bulat dan dihitung graman. Nah kalau yang ini baru kw, ini akan terkelupas karena berbahan dari plastik, sekilas memang mirip mutiara." Lika memperlihatkan benda tersebut. Lika menggores menggunakan pemotong kuku yang selalu dia bawa. Benda bulat tersebut terkelupas sedangkan perhiasan dari mutiara air tawar tidak terkelupas dan tidak berubah bentuknya.
"Ooooo, Ibu paham sekarang. Tadi menurut Mbak, jika kita beli kain tenun dapat gelang, kalau beli kaos ama mutiara dapat bonus apa?"
"Dapat Bros dari kulit kerang," jawab Lika bersemangat.
Mendengarkan penjelasan Lika, Ibu itu memilih beberapa Mutiara dan Kaos yang ditawarkan oleh Lika. Setelah puas memilih, beberapa Mutiara dan Kaos sudah beralih pada Tas ramah Lingkungan yang diberikan oleh Lika.
"Ini semua mbak, silahkan ditotal," ucap Wanita Paruh baya itu mengakhiri acara belanjanya.
Lika dengan gesit menghitung barang-barang yang dibeli oleh Pelanggannya sembari menyebutkan harganya agar Pelanggannya puas dan tidak merasa ditipu.
"Jadi ini totalnya, silahkan Ibu cek," ucap Lika menyodorkan Nota kepada Pelanggannya itu.
"Ibu percaya kok."
"Terima kasih atas kepercayaannya. Karena Ibu dan mbaknya sudah membeli banyak, ini saya kasik bonus permen gula aren. Saya buat sendiri kok jadi aman dan halal." Lika mempromosikan kreasinya.
" Apa permen gula aren ini di jual?" Ibu itu malah bertanya.
" Tidak Bu, untuk snack pribadi saya," jawab Lika.
" Oh gitu, ini uangnya pas, kan?" Ibu itu memberikan uang bayaran kepada Lika. Lika menerima uang tersebut dan menyerahkan barang-barang yang dibeli oleh Ibu tersebut tidak lupa juga menyerahkan bonus yang diberikan ditambah 10 buah permen gula aren.
Lika segera pamit, tidak lupa menyerahkan kartu nama. Sebelumnya mereka saling berkenalan satu sama lainnya.
Lika begitu bahagia. "Alhamdulillah ada juga yang laku, lumayan, Ibu Marisa baik banget. Tajir melintir terlihat dari apa yang dia gunakan, barang berandad semua. Memang seperti itu kalau Sultin asli tidak malu beli barang murah. Ibu Marisa Luar biasa." Lika memuji Pelanggan yang dilihatnya bukan orang sembarangan. Dia yakin Wanita itu dari kalangan Sultan.
Baru saja Lika menikmati keberuntungannya. Tanpa angin, tanpa sebab, tanpa pengumuman terlebih dahulu tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Walah remnya blong!.
Bruuuuk." Seperti itu bunyinya.
Bersambung.
Baru aja Lika menikmati keberuntungannya, tanpa angin, tanpa sebab, tanpa pengumuman terlebih dahulu tiba - tiba aja seseorang menabraknya. Walah remnya blong!
Bruuuuk." Seperti itu bunyinya.
" Astaghfirullah. Kau bisa jalan ndak? main nabrak aja, kalau jalan tuh lihat jalanannya pake mata, lihat ada orang ndak di hadapannya," omel Lika. Gadis itu sibuk memungut dagangannya yang berserakan.
Cowok yang diomelin cuek saja, berlalu dari hadapan Gadis berhijab yang tengah sibuk memungut barang dagangannya. Melirik pun tidak apalagi membantu.
" Eh kau, diam di tempat kalau tidak saya pastiin nih peluru mendarat di kepalamu. Jangan salahkan saya kalau sampai benjol ke belakang," ancam Lika berharap cowok itu menurutinya.
Lika mengambil ketapel dari kantong gamisnya, Ketapel tersebut seakan menjadi sahabat baiknya. Sahabat yang akan bersedia membantu mengganggu burung-burung yang sedang bermesraan. Ngiri dengan kebersamaan mereka yang setiap hari bertengger pada pohon mangga miliknya.
Melihat buruannya cuek saja, dengan cekatan Lika mengarahkan busur ketapelnya ke arah kepala cowok itu.
Tepat sasaran kepala cowok itu terkena Permen Gula Aren yang dijadikan peluru.
"Kena kamu, Lika dilawan," celoteh Lika bahagia setelah berhasil membuat noda pada rambut cowok itu.
Cowok itu berbalik arah, terlihat pada raut wajahnya memerah seperti samben colet ala Erni. ( Erni itu Penyanyi Lokal yang mempopulerkan lagu berjudul Sambel colet ). Dia membawa permen gula aren yang nempel di bajunya. Entah bagaimana caranya permen gula aren meluncur begitu saja jatuh ke baju Laki-laki itu padahal awalnya terkena bagian kepalanya, seharusnya gula aren itu nyangkut di rambut dan membentuk sarang burung kutilang.
"Apa rambutnya ada perosotan ya?" batin Lika terlihat bingung.
" Lu, berani-beraninya ngotorin baju gue dengan permen najis gini. Lu tau nggak .... ?"
" Enggak!" Potong Lika sambil menggeleng - gelengkan kepala.
" Siapa yang nyuruh Lu potong omongan gue," umpat Laki-laki itu tambah kesal.
"Lah tadi nanya, kan? iya saya jawab," balas Lika tak mau kalah.
"Gadis ini beraninya!" umpat Laki-laki itu.
"Lu tau gak, ini baju gue harganya mampu beli dagangan kamu yang banyaknya sekota ini, bisa ganti gak?" sambung Laki-laki itu menyombongkan diri.
" Lasingan kau yang salah kok malah sombong, saya tidak pernah nanya berapa harga kaos yang dipakai tidak penting banget. Saya cuma minta kau bertanggungjawab pada nasib dagangan saya, karena membuat dagangan saya pada kotor semua," jawab Lika datar, dia berusaha menahan diri untuk tidak emosi. "Jangan sampai kepancing ama umpannya," pikir Lika berusaha tenang.
" Berapa?" Cowok itu mengeluarkan dompetnya kemudian mengambil semua isinya eh maksudnya uangnya saja bukan termasuk kartu-kartunya.
" Kau, saya tidak minta diganti dengan uang, simpan saja uangnya saya bisa nyari sendiri." sambar Lika sebelum uang itu beralih ke tangannya atau malah dilempar seperti adengan di FTV.
"Gawah!" batin Lika.
"Saya hanya ingin kau minta maaf, itu aja tidak susah, kan?"
Bukannya meminta maaf, Laki-laki itu melemparkan uangnya kearah Lika setelah itu berlalu begitu saja. "Dasar cewek udik, palingan Lu doyan ama duit segepok." Batin tuh cowok sinis.
Cowok itu menoleh kearah Gadis berhijab. Dia menikmati pemandangan yang menerbitkan senyum devilnya. Dilihatnya Gadis berhijab yang tak lain Lika sibuk memungut satu persatu uang yang berserakan.
" Dasar cewek munafik, pakaiannya aja alim tapi hatinya gila harta juga." hatinya bersorak seakan merasa menang.
Lika berhasil mengumpulkan uang yang dilemparkan oleh pemiliknya. Dia berjalan menghampiri cowok yang tengah sibuk bermonolog.
" Saya tidak butuh uang, saya hanya butuh permintaan maaf dari anda. Nih uangnya." Lika menjelaskan kemudian menarik tangan Laki-laki kemudian menaruh uang pada tangannya yang terbuka.
" Ini uang ganti dari kata permintaan maaf gue, gue paling anti yang namanya minta maaf sama orang, alergi gue," sahut Laki-laki itu terdengar sombong.
" Ini ambil palingan Lu suka." Laki-laki itu kembali memberikannya kepada gadis berhijab yang nampak pada raut wajahnya menahan kekesalan.
Lika berusaha menyabarkan diri sembari mengelus dadanya dan beristigfar melihat kelakuan dari Laki-laki itu.
"Kalau saja saya tidak sabar orangnya mungkin sudah dari tadi saya bejet mukanya sampai halus terus saya jadikan makanan Ikan ******," bisik Lika dalam hati.
"Siapa namanya?" Lika bertanya setelah berhasil menenangkan dirinya.
"Tuh kan, ujung-ujungnya mau kenalan, Sorry ya Gue milih-milih mana cewek yang gue ajak kenalan kagak kayak Lu kampungan," jawab Laki-laki sombong itu tidak mau menyebutkan namanya.
"Dasar Laki-laki tidak punya akhlak, siapa yang ngajak kenalan. saya juga ogah kali kenalan sama andas," sahut Lika tegas.
Karena udah jenuh harus meladeni Laki-laki yang tak dikenalnya. Lika mengeluarkan jurus sedekahnya.
" Perhatian-perhatian, Inaq, Amaq semeton jari silaq pade ngumpul lek derigi, arak sedekah ekan hamba Allah, ndek mele tetaok pasengannya ( Perhatian-perhatian Ibu, Bapak, saudara silahkan berkumpul disini ada sedekah dari hamba Allah yang tidak mau ditahu namanya )." Lika membuat pengumuman. Pengumumannya tersebut membuat pengunjung pantai mengalihkan perhatian mereka. Orang-orang datang menghampiri Lika, kemudian Gadis tenun itu memberikan uang tersebut kepada mereka masing-masing satu lembar.
"Uang ini dari Laki-laki berkaos biru, berkacamata hitam yang berdiri disana, bilang makasi sama dia," ucap Lika mengarahkan mereka.
Sementara itu Laki-laki berkaos biru berkacamata hitam yang seketika itu menjadi pusat perhatian terlihat bengong dengan apa yang dilakukan Gadis berhijab. Dia tidak sadar kalau sudah dikelilingi emak-emak, adek, kakak dan cewek-cewek alay.
" Makasi Mas, boleh foto tidak?" Terlihat beberapa cewek mengambil gawai-nya kemudian berselfi ria, ada juga yang mencubitnya "Wah gantengnya, cubit ah bikin gemes." terdengar celotehan dari mereka yang terkagum-kagum dengan ketampanan Laki-laki itu.
Laki-laki itu hanya diam tak menanggapi. Dia jengah dengan situasi yang kini tengah dihadapinya.
"Nih ganti rugi saya atas kaos yang udah saya kotorin, saya minta maaf," kata Lika tulus meminta maaf karena sudah mengotori kaos mahal cowok tersebut dengan Permen Gula Arennya. "Maaf juga karena saya sedekahkan uangnya, semoga saja menjadi berkah dan diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala," lanjut Lika dengan lembutnya.
Lika meninggalkan tempat tersebut sambil menenteng barang dagangannya. Lika tidak perduli dengan Laki-laki itu yang masih saja dikerumuni semut eh salah maksudnya cewek-cewek alay. Terdengar masih saja ada yang berkata kagum kepada Laki-laki itu. kagum dengan ketampanan dan kedermawanannya, menurut mereka. Bayangkan saja Laki-laki itu mau berbagi uang kepada mereka.
Sementara itu Laki-laki berkaos biru, berkacamata hitam dengan rambut sebahu yang diikat terlihat kesal dengan aksi para wanita yang masih tidak menyerah untuk mencoba menggoda dan mengajak kenalan.
"Dasar cewek kampungan, awas saja kalau ketemu lagi gue cebur lu ke laut biar jadi santapan Nyale," umpatnya kasar. Dia segera berlalu meninggalkan kerumunan para emak - emak dan para gadis dengan cueknya.
Bersambung..
Lika Asyik menikmati Es Jeruk yang dipesannya, sesekali dia mengibas tangannya kearah wajahnya. "Panas banget," gumannya pelan. Menandakan hari menjelang siang. Lika meninggalkan warung setelah dia menghabiskan Es jeruk dan membayarnya.
Lika menuju kearah parkir, dilihatnya parkiran belum terlalu rame mungkin mereka belum mau pulang padahal hari sudah menjelang siang. Hanya beberapa orang yang terlihat meninggalkan pantai. Lika menuju motornya, dilihatnya mobil super mewah keluar dari parkiran dengan Plat B XXX yang terpampang disana. Lika melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun baru saja melangkah, langkahnya kembali terhenti ketika pandangannya menangkap sesuatu yang berkilauan. Dia jongkok sambil meletakkan tas yang berisi dagangannya diatas pasir. Lika mengambil benda yang tergeletak begitu saja diatas pasir, benda tersebut ternyata sebuah gelang. Lika mengamati gelang tersebut yang terlihat cantik.
"Masha Allah cantiknya pasti ini harganya mahal." Lika kembali mengamati gelang yang ada di tangannya dengan teliti.
"Astaghfirullah, ini kan berlian," teriak Lika kaget setelah menyadari bahwa gelang yang dipegangnya adalah gelang berlian. Terlihat tangan Lika gemetaran, dia menoleh ke kanan, ke kiri dan juga ke belakang. Lika mengamati sekelilingnya terlihat beberapa orang namun tidak memperhatikan apa yang dilakukannya.
"Aman," ucap Lika Lega.
"Pasti yang punya tidak menyadari kalau gelangnya terjatuh," guman Lika pelan takut ada yang mendengarkan. Gelang itu dimasukkan ke dalam tas tenunnya, ditempatkan di Kantong khusus agar mudah mencarinya dan tentu saja aman.
Lika segera menuju Motor maticnya. Menaruh tas besar yang berisi barang dagangannya di jok penumpang, dia mengikat menggunakan tali tambang dikaitkan ke sisi lain agar barang dagangannya aman sedangkan tas ranselnya ditaruh didepan. Lika segera melesat keluar dari parkiran.
"Semoga tidak keburu jauh." guman Lika berharap. Lika berusaha mengejar mobil mewah yang dilihatnya tadi. untungnya dia memiliki daya ingat yang kuat tanpa sengaja menghafal plat mobil mewah tadi. Lika yakin pasti gelang tersebut milik salah satu penumpangnya, karena gelang itu terjatuh tepat di dekat mobil yang dia lihat tadi.
Beberapa menit Lika melakukan pengejaran. Lika melihat mobil mewah berwarna silver memasuki area hotel. Lika segera mengarahkan motornya kearah hotel dan menuju area parkir yang berbeda dengan parkiran mobil. Lika menitipkan barang dagangannya di pos Satpam. Lika menuju kearah mobil mewah berwarna silver incarannya kemudian memotretnya.
Lika menuju kearah Loby Hotel, dilihatnya ada Pegawai Hotel yang berdiri didepan pintu masuk. Lika menghampiri untuk menanyakan perihal pemilik mobil mewah yang dilihatnya.
"Permisi, maaf Pak mau nanya, saya sedang mencari pemilik mobil silver plat B XXX, saya lihat mobil ini masuk ke area hotel ini, mungkin saja pengunjung hotel ini, Apa Bapak mengetahui siapa yang punya?" tanya Lika menyebutkan nomer Plat B tersebut sambil memperlihatkan gambar Mobil yang di difhotonya tadi.
"Saya tidak tahu, saya baru saja masuk, saya orang baru mbak," jawab Pegawai Hotel itu setelah melihat gambar mobil yang dimaksud.
"Saya tanyakan dulu sama rekan saya mungkin dia tahu," Lanjut Pegawai Hotel. Dia segera menghampiri rekannya yang berdiri tidak jauh darinya.
Rekannya tersebut memperhatikan fhoto mobil yang ada di Handphone Lika
"Ini sepertinya mobil Tuan Reynand Putra Ardiaz, pemilik Hotel," jawab Rekan Pegawai Hotel tempat Lika bertanya.
"Emangnya ada apa mbak menanyakan pemilik mobil ini?" Pegawai Hotel itu menanyakan tujuan Lika.
" Apa si Rey? siapa tadi? susah menyebutnya." tanya Lika
" Reynand Putra Ardiaz," sahut Pegawai Hotel itu memperjelas.
" Iya, nama itu, apa dia sudah menikah?" Lika malah bertanya kembali tidak menjelaskan perihal maksud kedatangannya.
" Pingin dikasik tahu pake banget atau pake tempe aja." Pegawai Hotel malah mengajak Lika bercanda. sedangkan Pegawai yang satunya hanya senyum-senyum.
" Tiang serius niki, dendek tenyak tiang bejorak. arak perlunk kance sak epean mobil niki, penting gati nih! ( Saya sedang serius, jangan ajak bercanda, ada perlu dengan pemilik mobil ini, penting? )." Lika menjawab keluar jurus sasaknya.
" hehehe." Pegawai itu cengengesan.
"Kalau masalah Tuan Reynand sudah menikah atau belum saya kurang tahu, tapi menurut gosip yang beredar Tuan Reynand masih bujang." Pegawai itu akhirnya menjelaskan.
"Sebenarnya ada apa mbak? nanya tentang Tuan Reynand." terlihat Pegawai Hotel yang satunya mulai curiga lantaran dari tadi bertanya tanpa memberikan penjelasan tentang urusannya dengan Tuan Reynand.
"Begini, saya tadi menemukan barang, barang tersebut milik perempuan karena itulah saya menanyakan itu. saya mau memastikan apakah barang tersebut milik salah satu penumpang dari Mobil yang di kendarai Laki-laki yang bernama Reynand itu." Lika menjelaskan.
"Memangnya barang apa? Bisa diserahkan pada keamanan disini," Saran Pegawai Hotel itu.
" Maaf Pak, saya tidak bisa memberitahu barang apa dan saya juga tidak bisa menyerahkan begitu saja pada petugas keamanan disini. Belum tentu mereka pemiliknya. Saya ingin memastikan terlebih dahulu biar saya tidak salah," ucap Lika menjelaskan.
"Kedua Pegawai tersebut mengerti, salah satu diantara mereka masuk ke dalam sebuah ruangan terlebih dahulu meminta Lika untuk menunggu di Loby, Lika duduk di sofa yang tersedia.
Tidak butuh lama menunggu, dari aràh ruangan yang tidak jauh dari tempat Lika duduk terlihat seorang wanita cantik yang bertubuh tinggi langsing nan seksi menghampirinya, dibelakangnya mengekor Pegawai Hotel tadi. Pegawai Hotel itu memperkenalkan Gadis Berhijab yang tak lain adalah Lika dan memberi tahu tujuannya untuk bertemu dengan pemilik mobil mewah yang berplatkan Jakarta. Setelah menjelaskan Pegawai Hotel itu kembali ke posisi kerjanya.
Lika menjelaskan kembali kepada Wanita cantik perihal dirinya yang mencari pemilik mobil mewah tersebut dan meminta untuk bertemu secara langsung. Setelah beberapa menit mereka berdua terlibat pembicaraan kemudian wanita cantik itu setuju untuk mempertemukan Lika dengan pemilik mobil mewah yang tak lain adalah bosnya sendiri pemilik Hotel Ardiaz.
Lika mengikuti langkah kaki wanita cantik, entah apa jabatannya sehingga setiap tamu yang ingin bertemu dengan pemilik hotel ini harus mengikuti kemana arahnya berjalan.
Beberapa menit kemudian sampailah mereka disebuah Bungalow yang terlihat indah dan mewah. "Oh ternyata hotel ini ada Bungalownya juga." Lika terkagum - kagum akan keindahan dan kemewahan arsitekturnya. Lika terlihat gawah ( gawah artinya hutan, bisa juga diartikan kampungan ). Lika tersadar ketika diteriaki oleh kata hatinya "Kayak tidak pernah ngeliat Bungalow aja.
"Astaghfirullah," ucap Lika beristigfar.
"Kenapa Mbak kok istigfar?" tanya wanita cantik yang ada disampingnya.
"Tidak ada apa-apa," jawab Lika kembali ke mode normal.
Terlihat Wanita cantik itu mengetuk pintu, tidak lama kemudian ada seseorang membuka pintu dan mempersilahkan wanita cantik itu untuk masuk sementara Lika disuruh menunggu di luar oleh wanita cantik itu dengan memberinya isyarat.
"Apa ada hal penting? Kalau tidak ada yang penting dan tidak ada hubungannya dengan Hotel jangan temui saya," ucap seseorang itu ketus.
Wanita cantik itu menarik nafas kasar "Belum apa-apa sudah kena semprot disinfektan. Kalimat yang ingin saya ucapkan pada kabur semua, kan?" Wanita cantik itu ngomong sendiri dalam hati.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!