NovelToon NovelToon

POSESIF

1| Violet

Main Cast :

- Carl Walt, 27 Tahun

- Annastasie Serilda, 25 Tahun

- Rachel Aldine, 26 Tahun

Support Cast :

- Maximus Ellio, 26 Tahun

- Darelano, 24 Tahun

- Bella Lamiah, 22 Tahun

- Allena Dagmar, 24 Tahun

(n); Other cast akan muncul seiring berjalannya cerita ya^^

.

.

.

...You can run from the world that holds You back but You will not be able to run from my sincere love pursuit only for You...

...-Bee Unknown-...

.

.

.

.

••••••

Valencia— Kota dengan desain futuristik yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai destinasi tujuan para pelancong dunia. Diantaranya; Palacio de Las Artes Reina Sofia, L Umbracle serta El Oceanografico.

Dan fasilitas lain seperti teater dan tempat pelatihan seni bagi para musisi untuk berkumpul juga ada disana.

Gedung-gedung yang dibangun tinggi menambah kesan luar biasa pada kota sebelah timur dari negara Spanyol tersebut.

Dan dari kejauhan, terlihat seorang pria berjas abu-abu dengan tampilan rambut mode hair up baru saja berjalan keluar dari sebuah gedung setinggi duapuluh lima lantai, diiringi empat orang pria bertubuh besar dibelakangnya serta pria lain dengan tampilan yang tak jauh berbeda dengannya, masuk ke dalam mobil porsche berwarna hitam mengkilat yang begitu mewah.

Mereka yang disana menunduk, memberikan hormat pada pria yang dipanggil; Senor Walt.

Sebelum mobil melaju membelah jalanan kota Valencia, sebuah perintah terdengar sangat jelas dan tak terbantahkan dari arah kursi belakang, "Kita mampir ke Mercado Central. Ku dengar ada toko cup cake yang enak disana." Sebuah perintah mutlak yang nyaris membuat dua orang didalam sana tertawa keras mendengarnya. Beruntung hanya nyaris. Jika tidak, Mereka akan tahu akibatnya setelah itu.

Tanpa bertanya lagi, mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Valencia yang tampak lengang menuju tempat tujuan.

Hening.

Sebab Presiden Direktur Mereka yang dikenal dengan workaholic tersebut nyatanya masih sibuk dengan ponselnya untuk membalas beberapa email masuk kendati ini sudah jam diluar kantor .

Berulang kali Darelano— orang kepercayaan sekaligus sahabat dekatnya, terlihat sedang mencuri pandang ke arahnya.

"Kau ingin mengatakan sesuatu padaku, Dae?" Mata Carl masih sibuk menatap ke arah ponselnya tapi tingkat kepekaan pria itu tak dapat diremehkan begitu saja. Carl bisa merasakan bahwa Darelano ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Katakan Dae!"

Darelano menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bertingkah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah, "Tidak ada, Senor. Hanya saja kenapa Kita harus membeli cup cake di Mercado Central? Jika Anda mau, Saya bisa meminta Maid untuk membuatnya."

Lima detik mengisi keheningan disana. Sebelum suara tegas itu kembali terdengar.

"Hanya ingin saja." Sebuah alasan tak masuk akal untuk seorang Carl Walt; Presiden Direktur Walt Corporation—pengusaha muda yang memiliki pabrik tembakau terbesar di Asia, salah satunya di Indonesia, juga pengusaha properti yang sukses di daratan Eropa dengan tiga ribu empat ratus pegawai yang berdiri dibawah sayapnya— sedang mengidam sebuah cup cake; Makanan manis berwarna-warni dengan taburan topping diatasnya?

Ya, tak ada yang salah dengar. Makanan manis yang hampir seluruh orang didunia menyukainya bahkan seorang Carl Walt juga menyukainya. Benar-benar luar biasa.

Selain menjadi pengusaha muda yang sukses, Carl juga memiliki paras yang tampan bak Dewa Aprodhite. Tak heran, jika para wanita tergila-gila dengannya. Tapi tak ada satu pun dari para wanita tersebut mampu membuat dinding pembatas di hatinya runtuh. Mereka yang dengan suka rela datang pada Carl hanya dijadikan sebagai pelampiasan dan kesenangan Carl dalam satu malam sebab Ia tak pernah menggunakan hatinya ketika mengencani Mereka.

Seingat Darelano, terakhir kali Bosnya menjalin cinta dengan seorang wanita cantik berasal dari Italia; Rachel Aldine.

Tidak ada yang tahu penyebab berakhirnya hubungan Mereka tapi yang pasti, hubungan Mereka berakhir dengan cara yang tidak baik.

••••••

Sepanjang perjalanan diselimuti keheningan, akhirnya Mereka sampai ditempat tujuan.

"Ellio's Cup Cake Store"

Mobil telah berhenti tepat di depan pintu toko. Sang sopir tergopoh keluar untuk segera membuka pintu mobil agar Presiden Direktur Mereka bisa segera keluar.

Toko dengan desain interior yang sederhana dengan dominasi warna white-gold menambah kesan klasik pada toko ini.

Di dalamnya ada lima pasang kursi dan meja berwarna putih di tata dengan jarak yang tak terlalu jauh tapi tak juga terlalu dekat mengingat ukuran bangunan ini tidak sebesar bangunan toko kue yang ada di pusat kota. Tapi tempatnya cukup nyaman sebab disana terdapat beberapa lemari kaca transparan yang di isi dengan berbagai bentuk cup cake dengan bermacam warna yang menggoda mata siapa pun untuk tertarik membelinya.

Alih-alih terlihat seperti toko, tempat ini lebih mirip seperti mini cafe menurut Carl.

Pintu toko terbuka, menampilkan pria jelmaan Dewa Aprodhite tersebut melangkah masuk ke dalam dengan dua orang pria bertubuh besar berjaga di depan pintu.

Tak heran jika Carl mendapatkan penjagaan yang begitu ketat bak seorang pemimpin negara sebab beberapa kali ada yang berusaha mencoba melakukan percobaan pembunuhan pada Presiden Direktur Walt tersebut. Kebanyakan dari Mereka adalah rival bisnisnya. Alasannya; Mereka tak terima dengan penolakan kerja sama dan masih banyak lagi alasan-alasan tak masuk akal yang Carl dengar.

Dan penjagaan ketat harus dilakukan untuk memastikan bahwa sang pewaris Walt Corporation tetap baik-baik saja dari para musuh yang mengincar nyawanya.

Dengan langkah setenang air, Carl duduk disalah satu kursi bertuliskan angka 4. Pandangannya menelisik ke arah sekitar ruangan. Dan berhenti tepat pada seorang gadis muda yang baru saja keluar dari balik meja bertuliskan "Cashier Here"

Gadis itu— Annastasie Serilda, terlihat tergesa untuk menghampiri pelanggan yang baru masuk ke dalam toko. Tak lupa Ia juga membawa sebuah note kecil serta daftar buku menu toko.

"Silahkan, Senor. Anda ingin memesan apa?"

Cantik.

Kata pertama yang Ia sematkan di dalam hatinya untuk gadis yang sejak tadi hanya menundukkan wajahnya ke bawah. Entah apa yang menarik dari lantai itu ketimbang menatap ke arahnya.

Masih tertarik untuk membuat gadis didepannya ini supaya mendongak menatap wajahnya, "Black coffee and 2 cup cake without topping and—" Ada jeda beberapa detik disana, membuat Anna mau tak mau harus menatap ke arah pria itu, "Tatap mata orang yang sedang mengajakmu bicara, Senorita! Kau membuatku tersinggung dengan sikapmu."

Alibinya. Padahal Carl hanya ingin melihat wajah cantik dari gadis berambut cokelat tersebut yang entah sejak tadi sangat menarik perhatiannya.

Saat kedua mata Mereka bertemu, Carl semakin terpesona dengan sepasang obsidian violet yang memancar begitu teduh kini menatap ke arahnya. Carl merasa, gadis didepannya ini ketakutan saat mendengar ucapannya yang penuh dengan ancaman. Terbukti dari tangannya yang sedikit gemetar.

"M-maafkan Saya, Senor. Saya tidak bermaksud membuat Anda tersinggung tapi—" Telunjuk Anna mengarah pada kertas yang menempel di dinding dan bertuliskan; 'Jangan menatap ke arah wajah tamu VVIP yang datang!'

Hampir saja Carl berteriak mengumpat ketika Ia membaca tulisan tersebut.

Pikirnya, peraturan macam apa yang dibuat oleh pemilik toko? Justru pelanggan akan marah jika pegawai disini bersikap demikian.

Rasanya, Anna ingin menangis ketika Carl hanya bungkam dengan tatapan tajam mengarah padanya, Ia tak pernah di tatap seperti ini, ngomong-ngomong.

Arogansi dari pria ini tak terbantahkan. Dalam hati, Anna terus merapalkan doa supaya ini cepat selesai. Dan pria ini segera pergi dari sini.

Setelah Carl membiarkan Anna pergi, matanya beralih menatap ke arah Darelano yang sejak tadi diam memperhatikannya.

"Bagaimana menurutmu, Dae?"

Darelano berdehem sebentar, "Anda tertarik dengan gadis itu, Senor?" Ia bertanya sangat hati-hati, takut pria itu memberikan respon diluar dugaan nantinya.

Tapi asumsinya salah, mendengar kalimat yang baru saja muncul dari bibir Darelano, membuat Carl terkekeh kecil.

"Entahlah! Ku pikir Dia bukan gadis biasa seperti Mereka yang mengejarku."

Dan Darelano menyimpulkan bahwa Bosnya ini sedang jatuh cinta pada gadis pemilik obsidian violet tersebut. Terakhir kali Bosnya menatap seseorang seperti itu terjadi enam tahun lalu.

"Aku harap kali ini Kau menemukan cinta sejatimu yang sesungguhnya, Senor."

••••••

- Senor : Tuan (dalam bahasa Spanyol)

- Senorita/Senora : Nona Muda/Nyonya

- Mercado Sentral adalah pasar umum yang letaknya di seberang Llotja de la Seda dan gereja Juanes di tengah Valencia; merupakan karya utama dari Art Nouveau

2| Miss

...Angin berhembus membawaku ke tempat dimana Dirimu berada. Merasa resah sebab rindu tak dapat ditahan ingin segera bertemu pada candu baru yang begitu mempesona...

...[POSESIF - Bee]...

.

.

.

.

••••••

"Senor Walt sedang tidak ada ditempatnya Senor Dae."

Seorang wanita dengan balutan blazer hitam dan rok selutut berwarna senada— Caroline Walner, memberitahu tentang keberadaan sang Presiden Direktur yang entah pergi kemana sejak satu jam yang lalu.

Sedang Darelano tampak berpikir, ini masih pagi dan kemana Bosnya itu pergi?

Kemudian pria itu berjalan menghampiri Caroline yang masih berdiri di balik meja bertuliskan; 'Sekretaris Walner' untuk melanjutkan pertanyaannya, "Kemana Presdir pergi?"

"Saya tidak tahu Senor tapi Presdir meminta Saya untuk membatalkan semua rapat hari ini dan mengatur ulang jadwal untuk besok." Caroline menjelaskan dengan sangat jelas, membuat Darelano mengangguk paham.

Darelano bergumam sendiri, "Tak biasanya Senor seperti ini?" Tanpa menyadari kernyitan bingung dari wajah Caroline yang menunggu perintah darinya, "Ah maaf! Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu, Caroline. Aku pergi."

Presiden Direktur Mereka di kenal dengan workaholicnya tapi lihatlah sekarang? Pria itu justru menghilang begitu saja dan membatalkan rapat penting senilai jutaan dollar.

Membuat Darelano di rundung kekhawatiran karena pria itu membiarkan Dirinya pergi seorang diri tanpa pengawal yang mendampinginya.

Bukan Carl tak mampu menjaga dirinya dengan baik namun mengingat begitu banyak musuh yang berusaha untuk menghancurkannya, membuat Darelano harus memasang badan untuk melindungi pewaris tunggal Walt Corporation dari Mereka yang berusaha mengincarnya.

Setelah perbincangannya dengan sang sekertaris selesai, Darelano segera bergegas pergi sembari tangannya sibuk memainkan benda persegi miliknya. Berusaha menghubungi Carl untuk menanyakan keberadaan pria itu.

Lama menunggu, hingga di dering ke empat pria Walt baru mengangkat panggilan darinya.

Hembusan nafas lega terdengar dari bibir Darelano ketika pria itu mengatakan..

"Aku sedang berada di toko Ellio untuk sarapan." Terdengar suara dari seberang sana.

Tanpa basa-basi, Darelano segera melajukan kendaraannya menuju Mercado Central tempat toko itu berada.

"Saya akan segera kesana, Senor."

Dan panggilan di tutup secara sepihak oleh Carl.

••••••

Carl terlihat sangat tenang menikmati hidangan yang tersaji di depannya. Sudah satu jam lebih sejak kedatangannya disini, Carl enggan untuk beranjak pergi dari sana. Ia sangat betah berlama-lama disini untuk memandangi gadisnya.

Sebuah klaim tanpa seizin pemiliknya, Carl berikan untuk gadis yang Ia ketahui bernama Annastasie Serilda yang kini sedang sibuk menulis sebuah laporan penjualan disana.

Bahkan hanya dengan menggunakan apron bermotif floral serta rambut di ikat kuda saja— kecantikan gadis itu terlihat luar biasa, sangat natural. Fokusnya bukan hanya pada wajah si gadis, tapi juga pada bibir tipis berwarna pink tersebut. Mengundang hasrat ingin memiliki gadis itu sepenuhnya semakin besar.

"Shit! Jantungku berdebar hanya karena melihatnya berdiri disana." Batinnya mengumpat dengan keras.

Sibuk melamun dan memikirkan Anna disana, Carl tersentak kaget saat salah satu rekan Anna datang untuk menawari Dirinya kembali. Berpikir bahwa pria itu mungkin sangat menyukai cup cake buatan toko ini.

Dengan sopan, Allena memberikan buku menu yang berada ditangannya pada Carl. "Apa Anda ingin menambah pesanan lagi, Senor?" Carl melirik sekilas ke arah gadis di sebelahnya. Raut kecewa terlihat jelas di wajahnya tapi berhasil Ia tutupi dengan sebuah deheman pelan.

Matanya kembali melihat ke arah meja kasir. Mencari pemilik obsidian violet yang sejak tadi merebut seluruh atensinya untuk terfokus padanya. Tapi gadis itu sudah tidak ada.

"Dimana Dia?"

Sebuah penekan di akhir kalimat, menjadi ucapannya yang mutlak ketika Carl sudah mendekret seseorang sebagai miliknya.

Allena mengernyit bingung, "Eh, maaf Senor?"

"Gadis itu— maksudku Anna. Dimana Dia?" Nada jengkel terdengar sangat kentara dari bibir plum milik Carl. Bukan salah Allena jika gadis itu merasa kebingungan dengan pertanyaannya

Salahkan saja pertanyaan Carl yang terdengar ambigu saat menyebut kata Dia.

Matanya kembali melihat ke arah kasir. Memastikan bahwa gadisnya ada disana, namun Ia tak menemukan siapa pun, membuat desahan nafas kecewa terdengar dari bibirnya.

"Oh Anna sedang keluar membeli bahan kue yang habis di supermarket, Senor."

Kembali Carl menatap ke arah sekelilingnya.

"Aku tak melihatnya keluar lewat pintu itu?" Jari telunjuknya mengarah pada pintu keluar di seberang sana.

"Dia lewat pintu samping toko ini, Senor." Jelas gadis itu dengan senyum tulus padanya.

Kemudian, pria lain dengan penampilan yang sama formalnya dengan Carl, datang dengan nafas tersengal seperti habis mengikuti lomba lari maraton saja.

"Maaf Saya terlambat, Senor. Jalanan macet." Sebuah alasan klasik yang terucap mengundang decihan remeh dari pria yang Ia panggil Senor tersebut.

"Sejak kapan Valencia menjadi kota macet dengan durasi hampir dua jam lebih lima belas detik, Senor Dae? Apa Aku harus membuatkan sebuah jalan tol khusus untukmu supaya Kau bisa datang tepat waktu?"

Sebuah ancaman sekaligus sindiran di layangkan oleh Presiden Direktur Walt. Jika sudah begini, Darelano tak bisa mengelak tentang alasannya datang terlambat menemuinya. Pria itu harus berkata jujur jika masih menyayangi tubuhnya sendiri.

Lalu yang terjadi selanjutnya adalah; "Maaf Senor! Tapi Bianca mencari Anda dan mengacau disana saat Caroline mengatakan bahwa Anda sedang pergi." Bisiknya pelan.

Carl diam.

Tak memberi respon apa pun atas kelakuan lancang yang dilakukan oleh salah satu bonekanya. Tapi jika di teliti lagi, tepatnya di bawah meja sana, tangannya sudah membentuk sebuah kepalan yang kapan saja siap untuk melayangkan pukulan pada siapa pun yang membuatnya merasa terganggu.

Pikirnya, berani sekali wanita itu datang dan mengacau di perusahaannya sementara Ia tak disana?

Hanya karena Mereka pernah melewatkan malam bersama, bukan berarti Bianca bisa bebas datang untuk menganggu hidupnya kapan pun wanita itu mau.

"Kita kembali ke kantor." Kalimat selanjutnya yang Darelano dengar setelah melewati jeda yang cukup panjang.

Tak lupa, Carl membayar semua tagihan pesanan yang tadi sempat Ia nikmati dan membungkus beberapa cup cake untuk dibawanya pulang.

Sebelum benar-benar pergi, Carl memastikan apakah gadis itu sudah kembali dari acara— belanja bahan kue di supermarket!

Namun, meski jarum panjang jam menunjuk pada menit ke tujuh, Anna tak kunjung muncul di hadapannya.

Hatinya kecewa harus pergi tanpa melihat wajah cantik nan polos itu sebagai ucapan perpisahan sementaranya.

Dan Carl berjanji akan kembali datang keesokan harinya.

••••••

Musim dingin di pertengahan bulan Desember. Jalanan kota Valencia tertutup oleh kiloan salju putih yang menumpuk di sepanjang bahu jalan.

Baju tebal, kaos kaki serta syal— Menjadi pelengkap yang tepat saat musim ini tiba.

Anna sedang menatap butiran salju yang turun melalui jendela kaca kamarnya. Gadis itu juga terlihat memegang secangkir coklat panas di tangannya.

Suara dari deritan pintu kamar, membuat Anna menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang datang.

Disana— Allena berjalan menghampirinya juga membawa secangkir kopi panas yang masih mengepulkan asapnya ke udara. Aroma kafein menggoda indera penciuman Anna untuk meminumnya juga.

Tapi sayang, Anna tak bisa minum kopi jika sudah malam hari; itu membuatnya terjaga hingga pagi, ngomong-ngomong.

"Kau belum tidur?"

Sebuah basa-basi sebagai sapaan untuk memulai obrolan selanjutnya.

Anna mengangguk, "Hm, seperti yang Kau lihat." Kembali suara seruputan dari bibir tipis milik Anna terdengar saat Ia meminum coklatnya lagi.

Mereka sama-sama berdiri di depan jendela kaca full body yang menghubungkan langsung dengan taman yang ada di samping flat— tempat Mereka tinggal.

Keduanya memiliki pikiran masing-masing. Berusaha menerawang apa yang akan terjadi di kehidupan masa depan nantinya.

"Tadi Senor Walt menunggumu saat Kau pergi ke Supermarket." Kalimat Allena yang baru saja terucap mengundang kernyitan di dahi si cantik bermata violet.

Siapa Senor Walt itu? Untuk apa Ia mencarinya?

Allena menoleh ke samping, menatap Anna dengan penuh keyakinan, "Sepertinya Dia menyukaimu, Anna."

Sebuah asumsi yang tak pasti datang dari bibir gadis yang telah menjadi sahabat sekaligus rekan kerjanya selama beberapa tahun ini. Obsidian violet itu menggelap. Jelas bahwa Anna sedang marah. Gadis itu terlalu menutup diri jika ini perihal tentang cinta.

Lalu Ia mendengus, sebelum akhirnya duduk dan meletakkan cangkir coklatnya diatas nakas.

"Siapa Senor Walt? Apa Kami berdua pernah bertemu?"

Demi Tuhan!

Bagaimana bisa seseorang yang Allena sebut sebagai sahabatnya tidak mengetahui eksistensi dari pengusaha muda kaya yang terkenal di daratan Eropa-Asia?

Apa Anna sedang bercanda?

"Kau sungguh tidak tahu siapa Senor Carl Walt itu?" Masih tak percaya, Allena kembali bertanya, "Serius Kau tidak tahu, Anna?"

Dan Anna menggeleng cepat. Bibir tipisnya mencebik ketika Allena terus mengulang pertanyaannya lagi.

"Siapa Dia hingga Aku harus tahu? Itu tidak penting, Al!" Desisnya tak suka.

"Tunggu disini dan jangan pergi kemana pun."

Menghilang-lah Ia di balik pintu berwarna pink dengan ukiran bunga mawar tersebut.

••••••

Dekret (n); sebuah keputusan atau perintah

3| Long Time No See

Allena kembali ke kamar Anna dengan membawa serta ponselnya.

Mulai menunjukkan satu-persatu deretan foto milik Carl Walt yang di muat paling depan di halaman pencarian orang-orang paling berpengaruh yang ada di Eropa.

Meski tak minat, violet milik Anna tetap memandang ke arah beberapa artikel yang di muat disana seperti; 'Pengusaha sukses pemilik perusahaan properti terbaik di Eropa— Carl Walt' serta ada lagi berita yang memuat 'Pewaris tunggal Walt Corporation dari kerajaan bisnis tembakau terbesar di seluruh Asia'

Gadis itu merotasikan bola matanya, merasa jengah ketika Allena terus menunjukkan beberapa foto serta artikel yang memuat tentang kesuksesan pria Walt tersebut.

"Cukup!" Sebuah kalimat tegas pemungkas rasa kagum Allena yang berlebihan pada Carl, membuat gadis itu bungkam, "Ini sudah malam Allena. Aku mengantuk. Selamat malam."

Dengan lembut, Anna menarik selimut yang berada di bawah kakinya. Merebahkan tubuhnya untuk berbaring. Dan mengatur temperatur pada penghangat ruangan. Ia mencoba memejamkan mata— berpura-pura tidur agar Allena pergi.

Hembusan nafas kecewa terdengar dari bibir yang lebih muda. Allena membenarkan posisi selimut Anna agar sahabatnya tidak merasa kedinginan. Dan mematikan lampu tidur yang berada di atas nakas. Sebelum pergi, satu kalimat terakhir yang keluar dari bibir Allena; "Aku tidak ingin memaksamu untuk menerima kehadiran Senor Walt tapi cobalah untuk membuka hatimu kembali, Anna."

••••••

Suara dentuman musik di De Night Club mengalun keras, membuat lautan manusia yang berkumpul di lantai dansa bergerak mengikuti alunan lagu dari musik yang telah di putar oleh sang Dish Jokey.

Aroma alcohol serta kepulan asap nikotin yang membumbung tinggi menjadi pelengkap sempurna di dalam sana.

Kendati suasana sangat ramai, tak membuat wanita yang sedang duduk sendiri di kursi Bar merasa terganggu.

"Berikan Crown Ambassador Reserve lagi untukku! Tenggorokan terasa kering." Perintahnya pada salah seorang bartender pria di depannya.

Ini hari pertamanya di Valencia, sudah lama sejak enam tahun lalu Ia tak datang berkunjung.

Dengan sekali teguk, Ia mampu menghabiskan tiga gelas sekaligus.

Kepalanya terasa pening, berkali-kali wanita itu memukul pelan untuk meredakan rasa pusing di kepalanya akibat terlalu banyak minum.

Wanita itu— Rachel Aldine, mulai merasa sedikit kehilangan kesadarannya. Ia berjalan dengan langkah sempoyongan, membelah kerumunan manusia yang sedang asyik menikmati alunan musik club yang terdengar memekakan telinga.

Beberapa tangan nakal mencoba untuk menyentuh tubuhnya namun dengan cepat, Ia menepis kasar tangan-tangan tersebut.

"Jangan menyentuhku, Brengsek!!! Dasar menjijikkan!" Segala umpatan dan sumpah serapah Ia layangkan pada Mereka yang kini menatapnya dengan pandangan remeh.

Lalu Rachel segera pergi dari sana. Mengabaikan Mereka yang tidak terima dengan hinaan yang wanita itu ucapkan.

Salah seorang dari Mereka mencekal lengan Rachel dan membawanya menuju sebuah ruangan under VVIP.

Dengan sekuat tenaga, Rachel mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria tersebut dengan cara; mencakar, mendorong bahkan menendang pusat tubuh pria kurang ajar yang sedang menghimpit tubuhnya ke dinding.

Meski sedang mabuk, Rachel berhasil melarikan diri dari pria tua yang saat ini terlihat sedang menahan sakit di bagian pusat tubuhnya setelah mendapatkan dua kali tendangan dari Rachel.

Ia segera meninggalkan club kemudian berjalan menuju tempat parkir VVIP dengan nafas tersengal lalu mulai mengendarai Bugatti putih miliknya untuk membelah jalanan kota Valencia yang mulai sepi.

Matanya melirik ke arah jam rolex yang melingkari pergelangan tangannya.

Sudah dini hari.

Rasa pusing di kepalanya sudah tak separah tadi sebab adrenalin yang baru saja menguras tenaganya membuat Rachel lupa jika Dirinya setengah mabuk sebelum berkelahi dengan pria kurang ajar tadi.

••••••

Suara ketukan sepatu fantofel terdengar menggema di lorong Mansion Walt.

Pria jangkung dengan paras bak aprodhite yang datang dengan selusin pengawal bertubuh besar di belakangnya sedang berjalan dengan tatapan mata setajam katana membuat barisan para Maid yang menyambut kedatangannya menunduk, tak berani mendongak walau sekedar meliriknya.

Aura menegangkan mulai terasa saat Darelano berjalan tergesa untuk menemui panggilan Bos Besarnya.

Bahkan Ia hampir terjatuh saat kakinya tak sengaja menyandung anak tangga.

"Dia datang!" Kata Carl sesaat setelah Darelano masuk ke dalam ruang kerjanya

Mereka yang ada di ruangan itu saling menatap satu sama lain. Dan berpikir Dia yang dimaksud oleh Bosnya itu siapa?

Semua orang menunggu kalimat selanjutnya yang akan Presiden Direktur Mereka katakan,tapi Carl hanya terus mengulang kalimat "Dia datang!" Berulang kali sampai semua orang merasa bingung dengannya.

Dan sebuah kalimat penuh perintah; "Keluar!" Menjadi selanjutnya yang terucap dari bibir plum milik pria jangkung tersebut.

Ragu. Darelano berpikir bahwa Dia yang dimaksud adalah gadis bermata violet yang bekerja di toko Ellio tapi jika asumsinya benar, untuk apa Carl terlihat cemas?

Keheningan menyelimuti dua orang yang sibuk bergelut dengan pikiran masing - masing. Menyelami setiap kejadian yang sedang terjadi.

Carl terus memandangi gelas yang berisi sampanye di tangannya tanpa suara. Membuat Darelano nyaris mengerang frustasi di depan pria tersebut.

Pria Walt mendecih, mengingat pertemuannya dengan seseorang beberapa jam yang lalu— seseorang yang Ia benci. Saat Carl akan menemui rekan kerjanya di sebuah restauran yang tak jauh dari kantornya.

Pagi ini Carl memiliki jadwal pertemuan dengan salah satu rekan bisnisnya yang berasal dari Kanada— Mr. Frederic namanya.

Carl datang bersama sekretarisnya. Mereka masuk ke dalam dengan Caroline berada di belakangnya. Saat mata Carl sibuk menatap layar ponselnya untuk memeriksa grafik saham perusahaan, tiba-tiba seorang wanita cantik menabrak bahunya dan membuat ponsel milik Carl jatuh terlempar ke lantai.

Rachel Aldine— Wanita yang tak sengaja bertemu dengannya disini.

Mereka berhenti saling memandang dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Caroline merasa bingung dengan situasi yang sedang terjadi.

Kemudian setengah berbisik, Caroline berkata; "Maaf Senor tapi Senor Frederic sudah menunggu Anda di dalam."

Setelah itu, Carl pergi begitu saja di susul dengan Caroline di belakangnya.

"Long time no see Baby.."

••••••

Khawatir. Perasaan itu yang saat ini ada dalam benak Darelano setelah mendengar ucapan Carl tadi. Ia bergegas mengumpulkan semua orang yang bekerja di Mansion Walt. Memerintahkan Mereka untuk waspada dengan sesuatu yang akan terjadi.

Semua berkumpul di lapangan udara Arion, Tim Blue menunggu intruksi dari Darelano sebagai Ketua Tim Mereka. "Perketat penjagaan disini! Pastikan tidak ada orang luar yang bertemu dengan Big Bos sementara waktu! Laporkan padaku jika ada yang mencurigakan!! Dan—" Mereka yang disana mendengarkan dengan serius, mata Darelano menukik tajam ke arah Tim Blue; "Jika Kalian lengah maka Aku sendiri yang akan memecat Kalian dengan cara tidak hormat, Kalian mengerti?" Tak apa menggunakan sedikit ancaman untuk Mereka. Darelano tak ingin sesuatu yang buruk kembali terjadi pada Presiden Direktur Mereka.

Salah seorang Tim mengangkat tangan untuk bertanya, "Pardon, Senor! Kelompok mana yang membuat ulah kali ini?"

Sebuah seringaian terukir jelas disana.

"Una loba peligrosa."

Well, meski bukan dari kelompok berbahaya yang akan Mereka hadapi, tapi melindungi pewaris Walt Corporation menjadi kewajiban Mereka yang mengabdikan hidupnya pada Arion; nama Carl dalam kelompok bawah tanah.

Mengingat kejadian enam tahun lalu yang hampir menewaskan Carl membuat Darelano bergidik ngeri. Dan Ia telah bersumpah akan selalu menjadi perisai utama bagi Carl apa pun yang terjadi nantinya.

"Demi pengabdian Saya pada Senor Walt, Saya berjanji akan melindungi Anda, Senor."

••••••

Lima mobil porsche berwarna hitam terpakir rapi di depan sebuah bangunan; toko kue Ellio. Masing - masing orang yang berada di dalam sana keluar dan berjejer rapi menunggu penumpang mobil baris depan keluar.

Salah seorang dari pria bertubuh besar disana maju untuk membuka pintu mobil sang Tuan. Kepalanya menunduk penuh hormat.

Orang - orang yang tak sengaja melewatinya, memandang dengan rasa kagum pada sosok aprodhite yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan begitu angkuh dan dingin. Jangan lupakan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, menambah kadar ketampanan pria yang menjadi Dewanya para wanita pemuja visual dan materi.

Sosok itu adalah Carl Walt.

Matanya memicing di balik kaca mata hitam yang Ia kenakan, memandang remeh pada setiap mata yang menatapnya dengan tatapan memuja.

Sebelum masuk ke dalam toko, Darelano sempat mengatakan bahwa tempat itu telah di kosongkan sebelum Carl datang kesini.

"Kerja bagus, Dae!" Ia menepuk bahu Darelano, merasa puas dengan hasil kerjanya.

"Silahkan, Senor."

Carl masuk dan mendapati gadis yang begitu Ia rindukan sedang sibuk menyusun kue di atas rak kaca di pojok sana.

Ia terkekeh ketika melihat gadisnya berjinjit saat tubuh mungil itu tak sampai untuk meletakkan cup cake di rak paling atas.

Langkah kakinya yang senyap membuat Anna tak tahu jika tepat di belakangnya, Carl sudah berdiri disana.

Demi Tuhan!

Anna berjingkat kaget saat Ia merasakan hembusan nafas hangat bearoma mint menyapa sekitaran tengkuknya.

Dan mendapati seorang pria jangkung sedang berdiri di belakangnya.

Pria itu menunjukkan smirk yang begitu menggoda, "Butuh bantuan, Senorita?" Begitu kata yang meluncur dari bibir plum yang sejak tadi membuatnya tidak fokus.

Masih tercengang. Anna tak menyadari jika Mereka tak sendiri disini.

Ada pria lain yang sedang berdiri memandang ke arah adegan romantis yang Anna lakukan bersama Carl.

Reflek— Ia mendorong pria di hadapannya dengan sekali dorongan kuat hingga tubuh Carl terjerembab ke belakang, membuat Darelano dengan sigap memeganginya lalu menatap tajam ke arah Anna.

"Jaga sikapmu, Senorita! Kau tak tahu dengan siapa Kau bersikap, huh?" Darelano mendesis marah.

Tubuh mungil di depannya bergemetar ketika sebuah ancaman terdengar— lagi, "M-maafkan Saya, Senor. Itu hanya mekanisme dari reflek Saya ketika terkejut." Violetnya menunduk tak berani menatap ke arah Carl yang hanya tersenyum melihat tingkahnya yang terlihat menggemaskan seperti anak anjing.

"Tapi Kau—" Darelano sudah terlihat akan memberi pelajaran pada gadis cilik di depannya namun urung sebab suara sang diktator terdengar menginterupsi.

"Hentikan, Dae! Jangan membuat Senora Walt bergetar ketakutan!"

Damn!!!

Gila. Sebuah dekret yang mengklaim Dirinya dengan mengganti marga yang telah di sematkan oleh mendiang Ayah dan Ibunya sejak kecil.

"Dasar pria sinting."

••••••

- Arion (n); makhluk mitologi Yunani berbentuk kuda abadi, anak dari Poseidon dan Demeter— yang mampu berbicara bahasa manusia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!