Beberapa tahun kemudian
"Ra, ganteng loh ra alex. Nih."
Ari yang sekarang sudah lebih tinggi dari ara, mengubes,
mengacak-ngacak rambut kakaknya yang sekarang lebih pendek darinya. Ari
memberikan foto alex, yang dijodohkan dengan ara.
"gue masih mau sekolah ri, gak perduli ganteng kek kaya kek." ara membuang fotonya.
yang akhirnya dipungut oleh riri, "terus perusahaan papa gimana kak?
perjodohan ini demi perusahaan papa kan kak? kalau kakak gak mau, riri
gak apa-apa. Kasian papa kak, nanti papa jadi susah, papa sama mama jadi
sedih, riri gak bisa lihat mereka sedih."
Ara langsung mengambil foto dari tangan riri, riri masih kelas tiga
smp, tapi tubuhnya hampir sepadan dengan ara dan dia mau dijodohkan,
menikah dengan alex, yang bahkan sudah memiliki anak.
"gak ada, ini urusan kakak sama papa sama mama, kalian harus fokus
sekolah. Nanti kakak ketemu sama aelxnya dulu. Anak-anak kecil gak usah
ikut campur."
Ara membawa fotonya dan masuk ke kamarnya. Memikirkan permintaan papa dan mamanya.
Ara ingat bagaimana mereka memohon, bahkan pada anaknya sendiri, mereka harus memohon.
(Ari, Ara dan Riri)
***
Ketika itu Lala dan Dimas memanggil ara untuk bicara berdua. Ara yang
sedang mengerjakan tugas, menghentikannya dan menemui sang papa, juga
mamanya.
"kak, papa mau ngomong sesuatu. Papa sama mama mau minta tolong kamu."
Ara mengkerutkan kening, terdengar serius, "kalau ara bisa, pasti ara bantu kok ma, pa." jawab ara mantap.
"harusnya kamu bisa bantu papa sih, ra. Untuk menyelamatkan perusahaan papa."
"perusahaan papa, kenapa?"
"kemarin kita ketipu banyak, perusahaan langsung down, kita butuh
sokongan dana ra, kita butuh perusahaan besar untuk mau kerja sama dan
tanam modal ke kita."
"terus, yang bisa ara bantu."
"menikahlah dengan alex, dia bilang dia mau membantu perusahaan kita dengan syarat kamu mau menikah dengannya."
Dimas menunjukan foto alex, dengan seorang anak laki-lakinya.
"anak ini siapanya alex pa? alex yang orang tuanya kerjasama sama papa dulu kan? yang desain mobil dan motor itu."
"iya. Itu anak tidak sahnya alex, papa gak tau pasti ceritanya, tapi
mungkin karena alex tinggal diluar, jadi dia terlalu bebas."
Lala langsung mengambilnya, dan marah-marah ke dimas, "mas, kamu gak
bilang sama aku alex kayak gitu. Aku kira dia pria baik-baik."
Lala menatap ara, "gak usah ra, gak usah nikah sama dia, dia aja
punya anak karena pergaulan bebas. Gak usah ra, biar kita jatuh miskin."
"Alex pasti baik ma, buktinya dia jujur kekita, kalau itu anak tidak sahnya. Karena dia gak mau bohongin ara. Iya kan?" Dimas.
lala dan ara terdiam, iya minimal alex jujur. Tapi memiliki anak
diluar nikah itu, terlihat sangat tidak baik dalam pandangan mereka.
***
Selamat bertemu cerita ara, mulai besok. Tapi perkenalan dulu,
awalnya. Jangan bingung ya. Boleh tanya dan kalau bisa mungkin saya
jawab. hihiii
awal kisah ara akan dimulai..
semoga bisa menghibur.Hai ini di up ulang, kisah manis ara dan alex dengan bukunya sendiri, nanti
bakalan ada momen ara dan alex yang ngebesarin si kembar dan bagaimana mereka
bisa kehilangan ali. Stay tune ya
kakak-kakak sayang... Semoga gak kecewa sama beberapa part tambahan disini.
Soalnya pengen aja misahin buku mereka sendiri.
Silakan baca dulu season 1 nya kak, kalau bingung cerita ini.
TERPAKSA MENIKAHI DUDA MUDA lala-dimas. cek profil kak
foto hanya pemanis ya guyss...
Ara menatap foto yang mama dan papanya berikan. Ara mengurung diri di
kamar setelah berdebat dengan kedua adiknya dan juga orang tuanya itu.
Ara sebenarnya gak mau dijodohkan, Ara masih sangat ingin sekolah bukan
menikah.
Semua orang sudah kumpul untuk makan malam, kecuali Ara. Riri dan Ari
melirik kursi ara, yang biasanya selalu bertiga, ini kurang satu,
rasanya aneh.
"Ma, riri panggil kak ara ya buat turun makan malam." Riri menawarkan diri untuk memanggil sang kakak.
"Iya, makasih ya, Ri." kata Lala, lega, mereka benar-benar saling
menyayangi dan memperhatikan satu sama lain. Lala kembali melayani
dimas, mengambilkan makan malam untuk dimas.
"Ma, pa, ara beneran harus nikah sama si alex itu. Dia aja udah punya
anak, udah gede lagi anaknya." Ari juga ikut kepikiran, Sebenarnya juga
tak ingin masa depan sang kakak hancur.
Mereka diam di meja makan, dimas mencoba menjelaskan juga mencari
jalan tengahnya. Lala pun akhirnyan ikut duduk, mungkin memang ini harus
dibahas sama-sama, toh anak-anaknya sudah besar, mereka bisa ikut andil
mengambil keputusan yang mereka pikir mungkin bisa jadi terbaik dan
menjadi solusi untuk semuanya. Terlebih Ara.
"Kalau misah ara gak mau, ya gak apa-apa, papa gak maksa. Asal kamu
siap gak sekolah? kamu sama Riri sama ara mungkin juga bakalan putus
sekolah. Kalian juga harus kerja, papa cuma ada perusahaan gak ada usaha
lain, kalau pun mulai dari awal susah, ri." kata dimas pada ari. Ari
hanya diam, bingung juga mau jawab apa.
Ari menjedanya, dengan memakan makan malamnya. "kalau emang harus
begitu, ya... ya udah pa, kasian ara. Tuh orang ngapain sih punya anak
segede itu, kalau aja enggak, kan lebih baik." ari asal jawab saja.
***
"Kak, makan malam yuk. Mama, papa sama kak ari udah nunggu dibawah."
Riri baru sampai dikamar kakaknya ara, tadinya riri akan langsung
masuk saja, tapi ternyata pintunya di kunci, biasanya sih gak di kunci.
Ini di kunci, Riri mengetuk pintu kamar ara.
"Kakak gak ikut makan malam dulu ri, lagi gak nafsu." teriak ara dari kamar.
Ara itu cukup keras kepala, kalau sudah memutuskan tak bisa diganggu gugat. Riri hanya bisa mengikuti maunya sang kakak.
"ya udah kak, kalau kakak gak makan malam, riri juga gak makan deh."
Riri punya penyakit mag, kalau telat makan dikit aja, bisa langsung
sakit perutnya. Ara tak tega, dia langsung beranjak dari tempat tidurnya
dan langsung membukakan pintu.
"Kakak makan, yuk." Ara langsung menangkup wajah kecil adiknya yang berdiri didepan pintu. Riri langsung tersenyum.
"yuk kak."
Ara merangkul riri dan berjalan bersama, turun ke ruang makan. Lala,
dimas, ari yang melihat riri berhasil membujuk ara turun, untuk makan
malam tersenyum menyambut mereka.
"ara pendek, duduk sini." Ari melambaikan tangan pada ara, yang tepat
duduknya disamping kiri sang papa, tepat disebelah papanya.
"resek lo, mentang-mentang udah lebih tinggi dari gue sekarang." ara
langsung mengeplak kepala ari dari belakang. Eh, ara lakukan lagi, dari
depan kebelakang. "biar tetep pinter adek gue yang jangkung."
Lala dan dimas senang, mereka memang sering bercanda keterlaluan.
Tapi setidaknya itu yang membuat ara tersenyum dalam keadaan seperti
ini.
"Ra, ari sudah memutuskan, papa, mama, mungkin juga riri bakalan setuju sama keputusan ini."
Ara yang baru duduk langsung diam, mencoba mensinkronkan pembicaraan mereka pada ara.
"Kita gak apa-apa hidup susah, kita akan berusaha sebaik mungkin. Kamu bisa tetap sekolah dan adik-adik kamu juga."
"yakin pa bisa? biaya kampus kan mahal banget." ara dengan cuek balik
bertanya pada sang papa, dia dengan santainya mengambil makanannya,
tapi malah ara berikan untuk riri.
"makan ri, nanti mag kamu kambuh." kata ara pada riri. Riri hanya tersenyum menatap kakak yang paling dia sayang.
"kak, dengerin papa." riri menatap dengan tatapan memohon.
"aku gak mau kalian susah, dan itu karena aku. Udah lah, kita makan dulu, nanti nafsu makan aku ilang."
"iya, kita makan dulu." lala sejak tadi menahan air matanya, menatap
anak tertuanya, dari tatapan mata dan pembicaraan ara, lala tau ara
sudah mengambil keoutusan, dan itu yang terbaik untuk semua orang.
Tapi seperti permintaan ara, lala tak ingin yang lain membahasnya
dulu. Lala menghentikan pembahasan itu dan meminta semua menikmati
masakannya.
'Mama bangga sama kamu ra.'Lala menatap aranya yang mencoba tegar dan menikmati makan malam itu.
'Semoga, Alex yang terbaik buat kamu ra, bagaimana pun masa lalunya
dulu.' Lala tak henti menatap aranya dan mendoakannya dalam hati.
'Mama baru ngerasain, ada di posisi bu lek dulu ra, yang harus
memaksa mama untuk menikah dengan papa kamu, bedanya papa kamu orang
baik-baik, alex? semoga baik. Mama doain yang terbaik untuk kamu
sayang.'
lala terus menyesali keputusannya, harusnya lala menentang keras
perjodohan itu, tapi masa depan ara sendiri, riri dan ari taruhannya.
Lala juga tak bisa berbuat apapun.
***
***Lala\, akhirnya ngerasain dong ya pusingnya jadi orang tua.
Khawatir sama anaknya. cie yang udah jadi orang tua... kayak bu lek
dulu, kamu bakalan tau la, gimana perasaan bu lek dulu, semuanya. Satu
persatu....
hihi...\, semangat lala***!!!
"Ma, kita berangkat ya."
Setelah menyelesaikan sarapannya, Ara, Ari dan Riri pamit pada lala
dan dimas, bergantian mencium tangan mereka. Kalau Ara dan Riri suka
sekali mencium pipi lala kalau mau pergi.
"Ri, jagain cewek-cewek ya." kata lala pada ari yang sudah jalan lebih dulu.
"Siap ma." Teriak Ari sambil jalan.
Mereka belum diperbolehkan bawa mobil, jadi ada supir yang khusus
untuk mengantar ketiganya. Sekolah mereka itu masih dalam lingkungan
yang sama. Riri dikelas satu sekolah menengah pertama, Ari dikelas satu
sekolah menengah atas dan Ara di kelas tiganya. Sekolah yang besar dan
mewah.
"Hai ra,"
Sesampainya mobio yang mengantar mereka berhenti didepan sekolah, ada
dua orang laki-laki yang langsung menyambut ara, bahkan merangkul ara
yang baru turun dari mobil.
"tangan-tangan." Ari yang baru turun langsung mendekati mereka, mengeplak tangan mereka untuk menjauh dari ara.
"ya elah, Ri. Kita udah biasa kali." Eki membela diri.
"iya ri, kayak kita orang asing aja sih." imbuh Niko.
Dari kecil, sampai mereka dewsa, keduanya selalu bersama dengan Ara,
bahkan Niko sampai nangis, meminta orang tuanya untuk menyekolahkan satu
sekolah dengan Ara. Dimana pun Ara sekolah ya Niko harus sekolah
disana. Kalau Eki, jelas, dia sahabat dimas. Malah dimas yang ikut
rekomendasi sekolah yang bagus, ya tempat Eki sekolah, jadi Ara dan Eki
tak pernah terpisahkan.
"pagi kak Eki, kak Niko." sapa riri yang keluar dari mobil paling akhir.
"pagi Riri cantik." tandas keduanya, ngegombal sama riri. Tapi riri memang cantik sih.
Ara yang biasanya crewet, ngoceh, akan membalas rangkulan keduanya,
hari ini berubah tiga ratus enam puluh derajat, dia jadi pendiam. Ara
hanya berjalan melewati keduanya, melangkah mendahului mereka.
"Kakak kalian kenapa? tumben pendiem?" Eki melirik Ari dan Riri.
"Kakak mau dijodohin, untuk menolong perusahaan papa." Jelas ari, keluar begitu saja.
"Cowoknya udah punya anak kak, usianya tujuh tahun. Katanya sih dari
hubungan gelap gitu." imbuh riri, berharap mereka bisa menghibur atau
memberikan solusi pada kakaknya, ara.
"Kalian tenang aja, biar kita hibur tuh anak, kita cari solusi sama-sama ya Ko, buat riri."
Eki langsung merangkul niko dan mengajak niko menyusul ara yang sudah berjalan cukup jauh dari mereka.
"semoga aja mereka bisa bantu." ari
"atau mereka bisa hibur kakak." Riri.
Ari masuk ke kelasnya, begitu juga dengan Riri yang masuk ke kelasnya. Sementara eki dan niko sibuk mengejar ara.
"Ra, pulang sekolah jalan yuk. Kemana aja gitu."
"boleh."
Ara langsung bersemangat, kalau udah soal jalan-jalan. Setelah
selesai sekolah, ara mengirim pesan pada Ari dan Riri, kalau dia pergi
dengan Eki dan Niko. Mereka jalan keliling mall dan berfoto.
(gambar hanya pemanis ya guys. Ara-Eki-Niko)
"Ra, kita bisa bantu apa?" Eki.
Ara yang sejak tadi lupa dan happy-happy aja langsung kesal menatap keduanya.
"Gak usah ikut campur, itu urusan gue."
Ara langsung berdiri dan pergi meninggalkan keduanya.
"Gue gak rela lo nikah sama om duda itu, Ra. Karena gue cinta sama lo." Eki.
Langkah Ara tertahan, dia berbalik dan menatap eki tak percaya.
"eki, lo gilak. Dari awal kita sahabatan kita kan udah berkomitmen gak ada yang boleh saling cinta."
"Ya tapi gue cinta sama lo, Ra."
"Lupain perasaan lo. Gue bakalan nikah sama om duda yang lo sebut.
ok, pembicaraan kita berakhir disini. Buang jauh-jauh perasaan lo ke
gue, Ki."
"lo juga, ko. Jangan pernah sekali-kali lo cinta sama gue. Kita cuma sahabat."
"tapi gue juga cinta sama lo, Ra. Gue bisa minta tolong papa buat bantuin perusahaan lo."
"hah?"
Ara terkejut, dia tak tau banyak tentang Niko dan keluarganya. Tapi
sepertinya dari ucapan Niko dia juga anak orang kaya, pasti juga Niko
gak main-main sama ucapannya. Apa Ara terima bantuan Niko aja?
***
Wahhh... wahhh wahh
ara bakalan minta tolong siapa yahhh
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!