NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Ayana

Bab 1 Ayana Zahra

Kriiiiing.....kriiiing....

Alarm di meja kamar Ayana berbunyi keras seakan tak suka dengan kegembiraan Ayana yang sedang bermimpi indah di pagi yang cukup dingin kala itu.

Dalam mimpinya, dia bertemu dengan pria tinggi berkulit putih dengan potongan rambut undercut yang semakin menambah karismanya karena terkesan simpel dan segar. Pria itu tampak sekali Ayana kenali betul sosoknya.

"Ya ampun, mengapa ada Kak Raifan di mimpiku?" Ayana bangun dengan perasaan kaget hingga tampak keringat membanjiri keningnya.

Tak biasa-biasanya Ayana bermimpi tentang cowok, bahkan sepanjang usianya yang hampir menginjak 23 tahun itu dia tak pernah terlihat jatuh cinta atau bahkan punya keinginan untuk berpacaran.

Bukan gak laku, tapi memang Ayana selalu ingin fokus pada kuliahnya. Pukulan berat setelah Ayahnya meninggal 2 tahun silam membuat Ayana harus berpikir dua jika harus menyia-nyiakan kuliahnya demi sekadar punya pacar. 

Mungkin bagi orang lain cara berpikir Ayana tersebut terlihat kuno, namun ia selalu ingat akan perjuangan Kak Adam saat banting tulang membiayai kuliahnya. Kak Adam persis jadi orang yang paling bertanggung jawab atas Ayana dan Ibunya.

Ya…mereka memang hanya tinggal bertiga semenjak Ayah mereka wafat. Kak Adam sendiri menjadi laki-laki hebat yang bisa mengambil alih peran seorang kepala keluarga dengan sangat baik.

"Kenapa gue jadi begini. Bahkan semenjak pertemuan itu hati dan pikiran gue selalu dipenuhi semua hal tentang Reifan." Ucap Ayana yang masih dalam posisi yang sama, duduk di tempat tidurnya.

Ayana bahkan tidak menyadari jika akhirnya dia jatuh cinta untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Aneh memang, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seseorang yang terlihat playboy.

Sebenarnya apa yang spesial dalam diri Reifan hingga pintu hati Ayana terbuka lebar untuknya. Bahkan pertemuan keduanya dengan Reifan bukan momen yang menarik untuk di ingat.

"Cantik, tolong bikinkan gue kopi donk!" Ucap Raifan pada Ayana yang mungkin sedikit mengagetkan Ayana karena itu bukanlah bagian pekerjaannya sebagai anak magang di kantornya.

Ayana hanya mengangguk, seolah takut untuk menolak atau bahkan pesona Raifan yang justru mengacaukan pikirannya sehingga dia tak mampu berkata sepatah katapun.

"Ini Kak kopinya." Seru Ayana dengan menyodorkan secangkir kopi hitam kemeja kerja Raifan yang terlihat rapi hanya terdapat seperangkat komputer dan buku catatan yang tampak masih baru.

"Iya terima kasih ya cantik." Seru Raifan yang tampak masih serius memandangi komputer di depannya tanpa melirik ke arah Ayana.

"Ayana balik ke ruangan dulu." Sambung Ayana yang masih tidak rela memalingkan pandangannya pada sosok Raifan di depannya.

Bagi Ayana, ketika Raifan sudah duduk asyik memandangi komputer dan serius dengan bahasa pemrograman. Raifan tampak sekali menawan dan selalu bisa meluluhkan hatinya .

***

Ayana tampak bersemangat betul di hari kedua ia magang. Tidak hanya pekerjaan yang cocok dengan jurusan kuliahnya, tapi karena laki-laki tampan di dalam mimpinya yang perlahan mengisi kekosongan hatinya. 

Pagi itu Ayana berangkat lebih awal dari yang lainnya, dia langsung duduk rapi di meja kerja yang berada dalam divisi akunting dan tidak jauh dari ruang kerja Raifan.

Tampak malu-malu Ayana menyapa Raifan yang berjalan di depannya dengan muka cuek namun ada sedikit senyuman kecil di pipinya. Raifan salah satu cowok keren di perusahaan tersebut yang bisa dibilang banyak yang ingin menjadikannya pacar.

Sosoknya yang terlihat cuek, jail dan bahkan suka menggoda semua cewek di kantor itu tak melunturkan karismanya tersebut. Dan hal itu disadari betul oleh Ayana yang merasa jika Raifan adalah cinta pertama dalam hidupnya.

Tak disangka, pesona Raifan seolah menyihir Ayana yang tak pernah merasakan jatuh cinta, akhirnya mulai mengakui perasaannya.

Ayana perlahan memberanikan diri memanggil Raifan dan menyodori sekotak nasi goreng buatannya sendiri. "Kak Raifan, ini Ayana bawakan sarapan untuk kakak. Semoga suka yah!" Ucap Ayana pelan dengan sedikit malu-malu.

"Gak deh, kasih yang lain aja. Gue udah kenyang sarapan tadi" Tolak Raifan dengan muka datar seolah tak menyukai perhatian dari Ayana sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkannya.

"Buat aku aja sini." Saut Banu secara tiba-tiba dengan sekejap dia menyambar kotak makanan yang ada di tangan Ayana.

Ayana mengerutkan dahi dan sedikit menghela napas, dia hanya bisa pasrah jika perhatian darinya pada Raifan ditolak mentah-mentah. Nasi goreng yang dia siapkan dengan susah payah justru dimakan orang lain.

Banu terlihat masuk keruangan IT dan sengaja memamerkan kotak makanan yang dia rebut dari Ayana tadi, pada teman-temannya Banu berceloteh jika anak magang divisi akunting sangat perhatian pada dirinya dengan membawakannya makanan.

Seolah tahu dengan kebiasaan Banu yang suka membual, teman-temannya malas berkomentar banyak padanya. Tidak terkecuali dengan atasan Banu yaitu Raifan yang memang sudah mengetahui keadaan sebenarnya.

Jam menunjukan pukul 08.30 yang berarti tandanya jam kerja sudah dimulai. Semua karyawan dengan serius bekerja di mejanya masing-masing.

Ayana masih dengan rasa penasaran akan sikap Raifan yang cenderung dingin padanya itu terus saja memandangi meja kerja Raifan sampai datanglah sosok cewek cantik menghampiri Raifan.

Perasaan cemburu pada diri Ayana seketika muncul, dia bahkan dengan berani ingin menghampiri Raifan sebelum akhirnya ditahan oleh Dita.

Dita adalah teman satu divisi Ayana yang sudah lama bekerja di perusahaan tersebut dan tau betul semua hal tentang perusahaan bahkan tentang karyawan di sana.

"Lo mau ngapain Ay, jangan samperin mereka!" Larang Dita yang seolah sudah membaca gerak gerik Ayana yang telanjur jatuh cinta dengan Raifan.

Walaupun Ayana baru pertama kali merasakan jatuh cinta, nampaknya justru hal itulah yang membuatnya bucin. Bayangan akan cinta pertama yang indah dan harus dia dapatkan itu membuatnya jauh dari kata berpikir logis.

Ayana kembali duduk dengan rasa penasaran yang besar dia bertanya pada Dita, "Cewek itu siapa?" Sambil menggeser kursi mendekat pada Dita.

"Oh...itu sekretaris bos besar" Jawab Dita dengan pelan sebelum akhirnya Ayana memberondongnya lagi dengan beberapa pertanyaan yang cukup sulit untuk Dita jawab.

"Terus ada hubungan apa dengan Reifan? Sepertinya mereka dekat sekali" Tanya Ayana lagi dengan nada penasaran.

Dita enggan menjawab, dia lebih memilih menyuruh Ayana untuk kembali bekerja sebelum yang lain curiga jika keduanya sedang membicarakan Raifan dan Diandra si sekretaris cantik itu.

***

"Kak, mau makan siang bareng Ayana tidak?" Tanya Ayana yang tak sungkan menunjukan keinginannya pada Raifan dihadapan karyawan lain.

Banyak karyawan yang memandangi Ayana dengan tatapan penuh rasa heran, Ayana tampak menyadari hal tersebut akan tetapi tak membuat niatnya luntur sedikitpun.

Ada alasan tersendiri dibalik sikap kebanyakan pekerja di sana yang kaget dengan tingkah Ayana. Hal tersebut sepertinya berkaitan erat dengan si sekretaris cantik tadi.

Raifan tampak kaget dengan keberanian Ayana yang mengajaknya makan siang, namun bukan sikap Raifan yang mudah luluh begitu saja dengan seorang wanita. Raifan justru merasa benci dengan sikap Ayana yang terlalu murahan baginya.

Ada apa dengan sikap Raifan tersebut? apa yang terjadi dengan dirinya? atau bahkan dengan masa lalunya mungkin.

Nampaknya ada hal yang sangat disembunyikan rapat-rapat oleh Raifan. Seolah dia pria yang justru suka menggoda wanita, tetapi ketika ada yang sudah mulai terbawa perasaan dia justru menghindar.

Ayana tak patah arang, beberapa kali ajakannya ditolak Raifan dia justru semakin penasaran dengannya. Bahkan Ayana berbeda 180 derajat dari Ayana yang dulu dikenal.

Ayana tak lagi acuh dengan cowok, bahkan kali ini dia terkesan agresif pada sosok Raifan yang baru dikenalnya dalam hitungan bulan.

Sudah sedikit kenal sama Ayana dan Reifan?, ikuti kelanjutannya ya...

Bab 2 Idola Kampus

"Ya hallo Ay..." Sebuah jawaban dari Ralin langsung saja membuat hati Ayana merasa lega malam itu. Malam minggu yang justru membuat suasana hati Ayana gelisah tak menentu.

"Ralin lo besok ada di rumah kan?, Gue ingin curhat banyak sama lo yah?" Tanya Ayana sesaat kemudian setelah dia mendengar sambutan telepon dari Ralin.

"Iya Ada, boleh Ay besok main aja ke sini. emang ada masalah apa si, tumben lo ngebet pengan curhat" Jawab Ralin serius.

"Besok aja lah, gue mau cerita banyak dan ingin nasihat dari lo juga lin" Jawab Ayana dengan pasti. Tak banyak obrolan, mereka berdua akhirnya sepakat untuk mengakhiri telepon dan bergegas untuk segera tidur.

***

"Ayana bangun salat" Seperti biasa itu adalah teriakan ibu Ayana setiap pagi untuk membangunkan Ayana salat. Ayana bangun dan bergegas untuk mengambil air wudhu dan mengambil mukena di atas meja kamar Ayana. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, dia pergi ke sebuah ruangan di sudut ruang tamu yang memang digunakan untuk tempat salat keluarga Ayana.

Tampak di sana ada kak Adam yang sedang melantunkan beberapa ayat suci Al-Quran dengan suara yang sangat merdu seolah bisa menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Ya, kak Adam bisa dibilang sosok yang sempurna. Selain bertanggung jawab pada adiknya Ayana dan Ibunya, dia juga taat sekali beribadah.

"Sini Ay" Ajak ibu Ayana sambil memakai mukena berwarna putih dengan beberapa motif bunga sebagai hiasannya. Tanpa pikir panjang, Ayana mendekat dan memakai mukena dengan cepat sesaat kemudian. Setelah keduanya siap, kak Adam perlahan menyudahi kegiatan membaca Al-Quran kemudian mulai mengajak Ayana dan Ibunya untuk Salat.

"Cie, doanya lama bener, pasti minta pacar ya Ay?" Ledek kak Adam sesaat kemudian setelah Ayana selesai salat dan berdoa.

"Ih Kak Adam, apaan sih?" Seru Ayana berasa malu karena memang perkataan Kak Adam itu benar.

"Eh kak, dulu kakak Adam pasti bahagia sekali kan waktu jadian sama Kak Zahra. Dia kan cinta pertama kakak kan?" Tanya Ayana dengan muka serius dan menunjukan sisi antusias saat itu.

"Hah...tumben adek kakak ini nanya begitu?, lagi jatuh cinta ini sepertinya" Seru Kak Adam sambil tertawa kecil mencoba meledek Ayana.

"Ah...udah lah, Ayana ingin mandi dulu trus siap-siap ke rumah Ralin. Mau nitip salam gak nih kak buat Ralin, cie..." Seru Ayana sambil sedikit meledek Kak Adam yang tampak salah tingkah ketika Ayana menyebut nama Ralin.

Tanpa berlama-lama, Ayana bergegas ke kamar untuk mengambil handuk dan kemudian mandi. Waktu menunjukan pukul 07.00, dan saat itu Ayana sendiri sudah siap dengan penampilannya untuk pergi hingga dia tak lupa juga sarapan.

Jarak rumah antara Ayana dan Ralin bisa dibilang cukup jauh, butuh waktu 30 menit untuk bisa sampai di rumah Ralin.

"Ayana, nanti jangan lupa kue buatan ibu di bawa ya untuk Ralin" Seru Ibu Ayana yang sedari tadi di dapur sibuk dengan berbagai masakan dan olahan kue yang sepertinya menjadi hobi menyenangkan baginya.

"Cie...sayang banget sama calon mantu, Iya gak Kak Adam?" Seru Ayana mencoba meledek Ibu dan Kak Adam yang saat itu sedang menikmati sepiring nasi goreng buatan ibu.

"Hemp...ngeledek lagi nih, awas uang jajan bulan depan kakak potong nanti" Balas Kak Adam membalas sikap Ayana yang kerap meledeknya.

"Udah..udah..., Ayana kalo berangkat jangan ngebut-ngebut bawa motornya, dan kamu Adam. Apa gak ingin ikut Ayana ke rumah Ralin" Ucap Ibu sambil tertawa kecil seolah tak mau kalah dari Ayana yang sedari tadi meledek Kak Adam.

"Duh...kenapa semua jadi ngeledekin kakak si" Seru Kak Adam sambil menepuk jidatnya. Ibu dan Ayana akhirnya tertawa kompak seolah puas dengan semua tindakan mereka barusan. "Ya udah bu, Ayana pergi kerumah Ralin dulu ya" Izin Ayana sambil mencium tangan ibunya dan kemudian berkata "Pergi ya Kak, Assalamualaikum."

***

"Assalamualaikum..." Ucap salam Ayana di depan pintu rumah Ralin yang kemudian disambut Walaikum salam oleh Ralin sembari membuka pintu rumahnya. Keduanya kemudian berpelukan dengan gembiranya karena memang hampir 2 bulan tidak bertemu. Ayana dan Ralin memang sedang sibuk dengan pekerjaan di tempat magang masing-masing.

"Lin, dapat kiriman kue nih, nyokap sengaja bikin pagi-pagi karena tau kalau gue mau ke sini" Ucap Ayana sambil memberikan kantung plastik yang berisi beberapa stoples kecil berisi kue.

"Duh...nyokap loe baik banget si, entar gue telepon dah buat ucap makasih secara langsung." Jawab Ralin sembari memeluk erat kue kesukaannya hasil buatan ibunya Ayana

"Eh sepi banget rumah loe, nyokap, bokap, sama kak Nisa pada ke mana?" Tanya Ayana sembari melihat sudut demi sudut rumah Ralin.

"Nyokap sama Bokap gue lagi ke luar kota Ay, ada acara arisan keluarga gitu. Kalo Kak Nisa ada di kamarnya kok, paling lagi sibuk sama handphone dia. Eh aku buatin minum sama ambilin cemilan yah, lo langsung ke kamar gue aja." Ajak Ralin kepada Ayana sembari berjalan perlahan menuju dapur yang letaknya gak jauh dari kamar Ralin.

Ayana kemudian bergegas ke kamar Ralin yang memang berada di lantai dua rumahnya dan berdekatan dengan kamar Kak Nisa. Tanpa disengaja, Ayana yang saat itu baru saja sampai di depan pintu kamar Ralin secara terkejut mendengar Kak Nisa tertawa terbahak sendiri. Dengan rasa penasaran Ayana mencoba mengetuk pintu kamar Kak Nisa beberapa saat kemudian.

"Kak Nisa...., seneng banget si kak pagi-pagi udah tertawa lepas begitu." Seru Ayana sembari membuka pintu kamar Kak Nisa.

"Eh...Ayana, ini kakak lagi baca pesan di grup WA alumni kampus kakak yang isinya bikin ngakak." Jawab Kak Nisa sambil masih sedikit tertawa kecil seolah tak mudah dia hentikan.

"Eh...baru sadar deh, Kak Nisa bukannya alumni Kampus Perwira Mandiri yah?. Kenal sama ini gak kak?" Tanya Ayana sambil menunjukan sebuah foto di handphone Ayana yang berisi foto Raifan yang saat itu sedang Ayana taksir berat.

"Bentar...bentar, Ini bukannya Reifan anak teknik ya?, eh...iya bener-bener Reifan." Balas Kak Nisa sembari melihat dengan pasti foto di handphone yang ditunjukan Ayana.

"Kak Nisa kenal?" Jawab Ayana dengan muka penasaran. Dalam hati Ayana berharap besar jika kak Nisa tau banyak semua hal tentang Reifan.

"Iya cukup kenal si walau gak terlalu dekat, Reifan dulu Idola Kampus lho Ay. Eh ngomong-ngomong tumben nih seorang Ayana tanya soal cowok. Biasanya kalo gak buku koleksi Kak Nisa yang ditanyain, paling minta diajarin. Cie...ada apa nih." Tanya Kak Nisa sambil meledek Ayana.

Ayana cukup terkejut dan senang dengan perkataan yang dia dengar dari Kak Nisa, dia berharap banyak dari Kak Nisa untuk bisa membantunya mendapatkan cinta seorang Reifan. Di sisi lain, ada perasaan malu yang besar dalam diri Ayana pada Kak Nisa.

Selanjutnya, apakah rasa malu Ayana mampu dia hilangkan demi keinginannya untuk mendaptkan banyak informasi tentang Reifan. Apa Kak Nisa sendiri tau rahasia besar dari masa lalu Reifan, jangan bosan untuk menunggu kelanjutannya ya!. Jangan lupa like atau votenya buar author makin semangat.

Bab 3 Reifan Pradipta

Hari minggu yang cerah di bulan Juni itu tak mampu memberi semangat untuk Reifan beranjak dari tempat tidurnya. Maklum saja, semalaman memang Reifan tidak tidur, entah apa yang dilakukannya di kamarnya sampai kebiasaan ngumpul dengan teman-teman kerjanya dia tinggalkan.

Hal tersebut tampaknya menjadi kebiasaan Reifan ketika melewati malam di tanggal 12 Juni. Tampak kesedihan terpancar pada diri Reifan ketika malam itu datang. Dia mulai mudah menangis, bahkan tak segan hanya berdiam diri di kamar dalam waktu yang lama.

Harusnya kesedihan itu sudah hilang, tetapi apa mungkin rasa bersalah dalam diri Reifan yang selalu membuat dirinya tak bisa lepas dari masa lalunya. Tepat di tanggal 12 Juni itulah, Tasya yang saat itu menjadi pacar Reifan pergi meninggalkannya. Jika kepergian Tasya tersebut tidak menyisakan kesedihan, mungkin saja Reifan bisa dengan mudah melupakannya. Tasya pergi tanpa pamit dan yang membuat Reifan menyesalinya ialah tepat malam hari di tanggal 12 Juni dua tahun sebelumnya, dia mendapati kabar jika Tasya depresi berat.

Reifan sendiri tidak tahu ke mana Tasya pergi saat itu, atau bahkan Tasya sendiri yang sengaja di bawa pergi oleh keluarganya. Tepat malam harinya Reifan dapat perlakuan kasar dari paman Tasya karena keluarga besar Tasya sendiri menganggap jika apa yang terjadi dengan Tasya itu disebabkan oleh Reifan. Sedihnya lagi sejak saat itu Reifan sendiri tidak pernah tahu keadaan Tasya yang sebenarnya bagaimana.

Ada perasaan sedih, bersalah, dan marah pada diri sendiri yang Reifan selalu rasakan betul. Mungkin ada keinginan membuka hati untuk wanita lain, tetapi tampak sekali Raifan sendiri tidak sanggup untuk memulainya. Terkadang dia bersungguh-sungguh ingin mencari dan menemukan keberadaan Tasya, namun sungguh tak sedikitpun jejak yang dia temukan.

***

Ayana

Ayana masih terlihat gugup dan malu walau dalam hati yang paling dalam sangat menginginkan kak Nisa bercerita semua hal tentang Reifan. Rasa penasaran dan ingin tahu yang besar dalam diri Ayana pada akhirnya membuat dirinya penuh dengan keberanian.

"Kak Nisa, Ayana mau donk diceritain semua hal yang Kak Nisa tahu tentang Reifan, Please...kak." Bujuk Ayana pada Kak Nisa yang saat itu masih heran dengan perubahan sikap Ayana.

"Oke...Kak Nisa cerita", jawab Kak Nisa ingin memulai bercerita sebelum akhirnya datanglah Ralin mengetuk pintu dan kemudian berseloroh. "Gua carin lo Ay, gak taunya lo ke sini. Pada ngomongin apaan si kalian berdua?, jadi penasaran nih!" Celetuk Ralin sembari mengambil bantal di tempat tidur Kak Nisa dan menaruhnya di pangkuan dan memasang muka penasaran pada Ayana dan Kak Nisa.

Kak Nisa dan Ayana saling memandang seolah sama-sama memberi kode sebelum akhirnya Ayana memberanikan diri untuk meminta Kak Nisa bercerita semua hal yang ia ketahui tentang Raifan. "Oke kak...cerita langsung aja, Gak apa-apa ada Ralin juga, tapi lo jangan ngeledek gue ya lin?" Ucap Ayana pada Kak Nisa sembari memberi peringatan kecil pada Ralin untuk tidak meledeknya karena rasa ingin tahunya pada cowok yang baru di kenalnya yaitu Raifan.

"Iya...gue janji deh, udah kak Nisa buruan cerita aja" Jawab Ralin yang sebenarnya juga penasaran siapa sosok cowok yang berhasil membuat Ayana jatuh cinta. Tak berapa lama Kak Nisa sendiri bercerita semua hal yang dia ketahui tentang Reifan.

"Setau Kak Nisa, si Reifan termasuk salah satu cowok terpopuler di kampus. Dulu Reifan ini bisa dibilang cakep, baik, pinter, supel, pandai bicara, bahkan bisa dekat dengan siapa pun hingga kerap membuat cewek-cewek di kampusnya merasa baper dengan pesonanya. Dia menjadi idola di kampus dari semester awal lho. Tetapi anehnya dari Reifan, gak ada satu orangpun yang akhirnya dia pilih menjadi pacar." Terang Kak Nisa

"Sampai akhirnya semua berubah ketika dia bertemu Tasya. Saat itu angkatan kakak termasuk Reifan sendiri sedang sibuk-sibuknya skripsi di semester akhir. Gosipnya di kampus yang santer kakak dengar si. Si Reifan itu naksir berat sama Tasya yang pada saat itu masih mahasiswi baru di kampus. Banyak orang yang bilang kalau Tasya itu awalnya gak suka sama Reifan dan benci banget. Tetapi kayaknya usaha keras Reifan berhasil buat Tasya luluh hingga jadian. Kabar terakhir yang kakak dengar waktu itu soal Tasya yang terpaksa pindah keluar negeri karena depresi. Semenjak itu Reifan sendiri jarang terlihat di kampus, dan terakhir kakak lihat Reifan ketika dirinya di wisuda. Itupun hanya sebentar karena sepertinya dia tampak masih sedih dengan kepergian Tasya. Semenjak saat itu banyak gosip buruk tentang Reifan sendiri." Ungkap Kak Nisa yang masih serius bercerita.

"Yang kak Nisa salut dari Reifan ini si, ia tampak tidak peduli dengan gosip yang ada. Bahkan sampai sekarangpun di grup wa alumni kampus juga dia masih bersikap seperti biasa. Cuma itu, yang kakak dengar si Reifan sendiri tidak pernah terlihat mempunyai pacar selain Tasya. Kakak sendiri juga gak tau lagi gosip terbaru dari Reifan, soalnya akhir-akhir ini jarang sekali komentar di grup alumni kampus.

Sepenggal cerita tentang Reifan dari Kak Nisa tersebut seolah semakin membuat penasaran Ayana. Namun Ayana sendiri merasa jika perjuangannya untuk mendapatkan orang pertama yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta itu masih panjang dan harus lebih keras lagi. Lamunan Ayana semakin jauh hingga pada akhirnya dia merasa kaget dengan suara keras Ralin mengagetkannya.

"Ayanaaa...kok jadi melamun si?" Tanya Ralin sembari menepuk kedua bahu Ayana seolah membangunkannya dari lamunan panjang Ayana sendiri. Seketika itu Ayana kaget hingga kemudian refleks menyebut nama Reifan di depan Ralin dan Kak Nita. Mendengar apa yang diucapkan Ayana, Ralin dan Kak Nita sontak tertawa dan meledek Ayana.

Heran, Ayana sendiri tampak biasa saja dan tidak menunjukan sedikitpun rasa malu pada Kak Nisa dan Ralin. Rasa cintanya pada Reifan benar-benar sudah mengubah Ayana, dulu Ayana yang memang malu ketika berbicara soal cowok apalagi mencoba mendekat kini seolah penuh keberanian demi mendapatkan cinta Reifan. Hal tersebut bisa saja membawa pengaruh yang baik jika memang Ayana sendiri bisa mengontrol dirinya. Pesona Reifan memang mampu membuat Ayana berubah.

"Oya...Ay, sebenarnya apa si yang membuat lo bucin banget sama si Reifan Reifan itu, kayak ge mana si orangnya?" Tanya Ralin dengan penuh rasa penasaran pada sosok Reifan yang memang belum pernah dia ketahui orangnya.

"Emm...ge mana ya, susah deh kalo dijelasin sebenarnya." Jawab Ayana semakin membuat penasaran Ralin dan termasuk juga Kak Nisa.

"Wajar si kalo Ayana suka, dulu aja waktu di kampus banyak yang naksir Reifan. Tetapi pesan Kak Nisa, kamu harus hati-hati ya Ay sama Reifan. Bukan apa-apa si, gosip terakhir tentang Reifan bisa dibilang gak enak banget didengar. Jangan sampai lo kenapa-kenapa" Pesan kak Nisa pada Ayana mencoba mengingatkan Ayana.

"Mungkin juga Reifan sudah berubah kak?, dan buat lo Ayana. Gue tunggu banget cerita lengkap lo kenapa bisa jatuh cinta sama Reifan. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi kalo lo masih anggap gue sahabat." Ancam Ralin yang masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Ayana. Atau Ralin sendiri juga merasa khawatir jika kelak terjadi apa-apa dengan Ayana.

Jika kamu juga penasaran ingin mendengar cerita langsung dari Ayana tentang awal mula dia bisa jatuh cinta pada Reifan, kasih like dan vote dulu donk!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!