Pradana adalah laki - laki yang berkulit putih bersih dengan postur tubuh yang ideal seperti atlet. Pradana lahir dan di besar kan dari keluarga yang terpandang dan kaya raya.
Samantha Nuraskia Mandala adalah gadis yang di cintai Pradana. Mandala kawan kuliah Pradana di kampus yang sama.
Yasinta adalah gadis yang di jodohkan oleh ke dua orang tua Pradana. Galuh adalah putri tunggal dari pengusaha ternama di kota itu. Orang tua Galuh adalah rekan bisnis dari orang tua Pradana.
Yuliana adalah sahabat dekat Yasinta Orang nya ceria dan suka menghibur.
Andre adalah sahabat dekat Pradana dari masa kuliahnya. Orangnya supel dan mudah bergaul.
Wardhana adalah adik dari Pradana. Memiliki karakter yang keras dan mandiri.
Pak Brata dan Bu Sisca adalah kedua orang tua Pradana dan Wardhana.
Pak Didik dan Bu Titik adalah orang tua dari Yasinta.
Di rumah Pradana. Di sebuah rumah yang cukup luas dan mewah dengan pekarangan yang cukup luas. Taman yang tertata rapi dengan rumput hijau yang di biarkan terbentang bunga - bunga yang berwarna warni,menambah kesan rindang dan asri rumah yang berlantai tiga itu. Ada ayunan yang sengaja di letakkan di pinggir taman dengan meja bulat dari batu dan kursinya. Rumah itu seperti sudah terkonsep dengan rapi oleh tangan - tangan trampil yang merawatnya. Di depan rumah itu ada pos jaga yang sengaja di buat untuk keamanan rumah mewah itu.
Pak Brata adalah ayah dari Pradana. Istrinya masih terbilang muda dengan nama Sisca. Pradana memanggil nama orang tua nya dengan sebutan Papi Mami.
Di ruang tengah itu mereka sedang duduk bersama membicarakan hal serius. Wardhana adik kandung Pradana pun ikut bergabung duduk di sana. Pak Brata memiliki dua anak dan semua nya laki - laki,yaitu Pradana dan Wardhana. Harapan untuk meneruskan estafet kepemimpinan di perusahaan nya sudah terwujud dengan hadirnya anak laki-laki di perkawinan nya dengan Sisca.
" Prada! Besok malam kita ada pertemuan dengan keluarga Pak Didik. Anak perempuan nya bernama Yasinta. Dialah yang akan menjadi calon istri mu nanti." cerita Pak Brata.
" Pi! Bisakah aku menolak perjodohan karena bisnis ini Pi?" ucap Pradana.
" Kamu pikirkan baik-baik! Perusahaan kita akan berkembang lebih pesat dengan pernikahan ini. Papi harap kamu bisa memahami perjodohan ini." kata Pak Brata sambil meminum secangkir teh di depan nya.
" Kamu kenalan dulu dengan Yasinta. Siapa tahu,kamu tertarik dan menyukainya." ucap Bu Sisca.
" Mi! Sebenarnya, mas Pradana sudah memiliki kekasih Mi!" sahut Wardhana.
Pradana yang mendengar Wardhana menyampaikan bahwa ia sudah punya pacar, matanya tiba-tiba membelalak. Tangannya menoyor kepala adiknya itu.
" Eh? Mas Pradana! Bukankah benar mas Pradana sudah punya pacar? Kalau tidak salah namanya Mandala." ucap Wardhana.
" Papi dan Mami berharap,kamu harus meninggalkan cewek - cewek yang kamu sukai. Fokuslah dengan gadis yang di jodohkan dengan kamu!" ucap Pak Brata.
" Hah? Kenapa seperti itu Pi? Kasihan pacarnya mas Pradana donk!" sahut Wardhana.
" Pokoknya, mami juga tidak mau tahu! Keluarga kita harus memiliki calon mantu dari keluarga yang setara dengan keluarga kita." ucap Bu Sisca.
" Mas! Mas Pradana tidak protes dengan perjodohan ini?" tanya Wardhana.
" Bukankah protes pun,tidak ada gunanya?" ucap Pradana.
" Baguslah kalau kamu sudah tahu, Pradana!" ucap Pak Brata.
" Jangan lupa besok jam 19.00 kamu sudah siap - siap ke rumah Pak Didik untuk makan malam bersama." kata Bu Sisca sambil tersenyum dan membelai rambut Pradana.
" Eh jangan lupa! Penampilan kamu harus lebih menarik lagi Pradana!" tambah Bu Siska.
Pradana dan Wardhana mulai meninggalkan ruang tengah itu,ke ruang fitness. Pradana dengan sangat emosional memukul samsak yang berdiri mematung tidak bersalah. Samsak yang berbentuk orang - orang an itu di hajar Pradana sampai goyang - goyang ke kanan dan kekiri. Wardhana yang melihat abangnya sangat emosional,jadi bergidik sendiri.
" Mas Prada! Apakah perjodohan ini juga akan aku alami? Sia - sia saja kalau aku saat ini mengejar gebetanku jika suatu hari tidak menjadi istriku." cerita Wardhana.
" Kejar saja! Orang yang kamu cintai. Siapa tahu dia tetap menjadi istrimu kelak." ucap Pradana memberi semangat adiknya.
" Bagaimana dengan mbak Mandala? Apakah Mas Pradana akan meninggalkan nya?" tanya Wardhana menyelidik.
" Tentu saja tidak! Cinta adalah keinginan. Keinginanku hanya dengan Mandala. Jika ada wanita lain yang berusaha menggoyahkan hatiku, itu tidak akan pernah mungkin." ucap Prada.
" Wow! Kok seperti di roman - roman picisan cinta mas ini." sahut Wardhana.
" Hahahaha!" Pradana tiba - tiba tertawa.
" Ya Tuhan! Betapa senangnya lihat mas tertawa. Itu artinya, mas Pradana tidak berhenti untuk mengejar mimpi indah bersama mbak Mandala bukan?" ucap Wardhana.
" Tentu saja! Aku akan terus berjalan mengejar mimpi indah itu bersama Mandala." ucap Pradana.
" Ah aku salut dengan mas Pradana!" sahut Wardhana.
" Mas! Apa yang mas Pradana sukai dari mbak Mandala." tanya Wardhana sambil memainkan barbel.
" Semuanya aku suka!" jawab Pradana sambil memukul samsak di depannya.
" Contohnya?" tanya Wardhana lagi.
" Dia wanita sederhana!" jawab Pradana.
" Ah! Banyak wanita sederhana di dunia ini, kenapa harus memilih mbak Mandala?" tanya Wardhana.
Bola mata Pradana langsung membulat mendengar ucapan adiknya itu.
" Hah? Karena hati ku sudah di curi oleh Mandala." ucap Pradana.
" Hebat yah! mbak Mandala bisa mencuri hati mbak Prada. Padahal penjagaan di rumah ini sudahlah sangat ketat." ucap Wardhana tersenyum.
" Kamu ini!" sahut Pradana sambil menoyor kepala Wardhana.
Pradana masih menendang samsak yang tidak bersalah itu. Sesekali tangannya memukul - mukul samsak itu. Emosi nya sudah mulai reda dengan keringat yang mulai bercucuran.
Wardhana dan Pradana melakukan aktivitas olahraga di ruangan itu.
" Eh? Halo!" sapa Pradana setelah bunyi panggilan masuk di ponselnya ia angkat.
" Lagi ngapain?" sapa seseorang di yang menghubungi Pradana. Suara itu adalah suara wanita yang sangat di kenalnya. Dia adalah kekasih Pradana yang bernama Mandala.
" Lagi olahraga!" jawab Pradana lalu menghentikan aktivitasnya dan duduk di kursi yang di letakkan di ruangan itu.
" Aku ganggu yah?" tanya Mandala.
" Oh ho! Tentu tidak donk!" sahut Pradana.
" Hehe! Sudah makan?" tanya Mandala.
" Hem belum yang ke dua." jawab Pradana.
" Kamu sudah makan belum?" tanya Pradana.
" Belum! Aku mau mengajak kamu makan mie ayam di luar. Itu kalau kamu tidak sibuk lho bang!" kata Mandala.
" Ya ampun! Mie Ayam? Tidak ada makanan yang lebih enak lagi apa?" sahut Pradana.
" Eh? Aku sih mau mie ayam. Kamu ingin makan apa bang?" tanya Mandala dengan suara lembut.
" Eh! Aku asal dengan kamu makan apa saja jadi enak." kata Pradana mulai menahan selera yang di inginkan nya.
" Hehe! Aku tahu, selera aku dengan kamu berbeda Bang! Jadi kamu sebenarnya ingin makan apa? Kita bisa makan makanan kesukaan kamu!" kata Mandala.
" Enggaklah! Aku juga mau mie ayam kok." kata Pradana.
" Abang! Kalau begitu aku tidak jadi makan mie ayam deh!" ucap Mandala.
" Lho kenapa?" tanya Pradana.
" Aku mau makan, makanan yang ingin kamu makan malam ini." ucap Mandala.
" Ya ampun ribut sekali! Bahas menu makanan saja!" sahut Wardhana dengan suara keras.
Alhasil dapat cubitan dari Pradana.
" Eh siapa bang!" tanya Mandala.
" Wardhana! Adikku!" jawab Pradana.
" Jadi? Bisa ke rumah tidak?" tanya Mandala.
" Tentu bisa donk!" ucap Pradana.
" Samantha!" panggil Pradana.
" Iya! Ada apa?" tanya Mandala.
" Eh! Gak jadi!" ucap Pradana.
" Ada apa bang? Ada yang mau di bicarakan?" tanya Mandala.
" Eh? Tidak! Aku Otw yah! Tunggu aku!" ucap Pradana.
" Oke! Aku tunggu ya bang!" sahut Mandala.
Di rumah Mandala, Pradana sudah duduk di teras depan rumah. Rumah yang cukup sederhana dengan tiga kamar untuk tidur dan ruang tamu itu terkesan rapi. Dengan sedikit pekarangan rumah yang muat satu mobil jika harus parkir ke dalam.
Pradana menatap wajah Mandala tak berkedip. Di perhatikan muka gadis dihadapannya itu dengan sangat teliti. Apakah ia sanggup meninggalkan Mandala, untuk menikah dengan wanita yang di jodohkan oleh kedua orangtuanya. Mandala mulai malu - malu di perhatikan terus oleh Pradana.
" Kamu ngapain lihat aku melulu?" ucap Mandala sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
" Kamu semakin hari semakin cantik,Manda!" kata Pradana yang matanya masih menatap dengan tajam ke arah Mandala.
" Iya aku tahu aku cantik! Tapi lihat nya jangan gitu kali dong!" sahut Mandala malu.
" Sebenarnya, wajah kamu itu wajah susah!" ucap Pradana sambil tersenyum.
" Hem????????" keluh Mandala sambil mengerutkan dahinya dengan mulut manyun.
" Iya! Wajah kamu susah untuk dilupakan!" ucap Pradana tersenyum puas menggoda Mandala.
" Auh ah! Kamu ini bisa saja merayu!" sahut Mandala.
" Hehehe." Pradana hanya terkekeh melihat reaksi Mandala yang mulai merah merona pipinya.
" Kamu tidak capek?" tanya Mandala yang berusaha membalas rayuan Pradana.
" Capek kenapa?" ujar Pradana.
" Kamu selalu berlari - lari dalam pikiran aku." jawab Mandala sambil tertawa geli.
Pradana dengan cepat mencubit pinggang Mandala.
" Ih jangan curang dong! Tadi aku juga gak mencubit kamu loh!" ucap Mandala.
" Kamu mulai nakal sekarang!" ujar Pradana.
" Aku nakalnya hanya dengan kamu saja, Prada!" sahut Mandala.
" Iya! Awas kalau nakal dengan cowok lain!" ancam Pradana sambil menoel hidung Mandala.
" Manda!" panggil Pradana sambil menggeser duduknya lebih dekat.
" Iya! Ada apa?" sahut Manda mulai mengamati wajah Pradana yang mulai dekat dengan wajah lembutnya.
Pradana dengan cepat menyerobot bibir mungil Manda. Mata Manda melotot dan terpaku melihat wajah Pradana.
" Kamu!" ucap Manda dan mulai terlihat rona memerah wajahnya.
Inilah rindu.
Dimana rindu yang berteriak temu. Namun waktu tak kunjung setuju. Aku diam pada kata yang tak sempat terdengar. Aku termenung memikirkan rindu yang menggunung. Dimana rindu yang selalu membakar hingga membuat ku terkapar. Aku melempar tawa pada nasib yang membuat aku tenggelam pada hampa. Kamu tahu? Rindu ini berat. Seberat kangen-kangenan kepada rindu. Tapi tahukah kamu obyek kangenku. Tiada tahu bahwa aku sedang rindu. Sejujurnya aku ingin mendekap kehadiran mu. Bukan terdekat oleh kehadiran mu.
" Manda!" panggil Pradana pelan.
" Iya!" sahut Manda lirih.
" Kita menikah yuk!" ajak Pradana dengan serius.
Manda hanya menatap ke arah Pradana. Menelanjangi wajah ganteng Pradana. Mencari keseriusan di balik ucapan nya.
" Aku sangat serius, Manda! Kamu mau kan,menikah dengan aku?" tanya Pradana.
" Pradana! Aku seorang wanita. Tentu saja aku akan merasakan kebahagiaan jika ada seorang laki-laki dan laki-laki itu sangat aku cintai mengajak menikah dengan aku." ucap Manda serius.
" Jadi kamu mau menikah dengan ku Manda?" tanya Pradana lagi.
Manda hanya mengangguk kan kepalanya pelan tanda setuju.
" Lalu, apa yang akan kamu lakukan Pradana?" tanya Manda.
" Kita kawin lari!" ucap Manda.
Manda terkejut dengan Kata - kata Pradana.
" Kenapa kawin lari?" tanya Manda berusaha menyelidik Pradana.
Pradana mulai memperlihatkan wajah sedihnya. Dia menunduk dan belum bisa menjelaskan perihal perjodohan nya.
" Karena aku, sebentar lagi akan menikah dengan orang lain. Dijodohkan oleh orangtuaku. Mau tidak mau, aku harus mengikuti kemauan mereka. Mereka sudah lama membuat kesepakatan bisnis, dan didalamnya ada perjodohan dengan kami." cerita Pradana dengan wajah sedih.
" Pradana! Kalau memang itu pilihan dan kehendak orang tua mu. Tidak salahnya jika kamu berusaha mengenal wanita itu. Siapa tahu kamu cocok dan bisa dengan cepat tertarik dengan wanita itu. Lalu muncul benih - benih cinta di antara kalian berdua." ucap Manda tanpa ada keraguan.
Pradana menatap wajah Manda. Dia tidak percaya jika Manda bisa mengeluarkan kata - kata seperti itu.
" Manda! Kamu sangat tega bicara seperti itu. Aku dari dulu sampai sekarang hanya menginginkan kamu, agar bisa menjadi istriku. Menjadi pendamping hidupku. Aku hanya menyukai dan menyayangi kamu, Manda." kata Pradana.
" Kita jalani saja sesuai rencana orang tua mu. Aku pun tidak menginginkan, kamu menderita karena memilih aku. Jalan hidup mu masih panjang. Dan kita tidak tahu kedepan nya bagaimna." ucap Manda.
" Tapi, bolehkah aku merindukan kamu, Manda? Aku masih menyayangi kamu. Bolehkah aku menjumpai kamu? Aku tidak akan sanggup menanggung kerinduan jika tidak bertemu denganmu." ucap Pradana.
" Kita lihat saja nanti, Pradana. Lambat laun pasti kamu menyukai wanita pilihan orang tua kamu." jawab Manda sambil berlalu meninggalkan Pradana.
Pradana hanya diam dan tak berusaha mengejar Manda. Hatinya penuh dengan dilema. Pikirannya kacau dengan perjodohan dari orang tuanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!