NovelToon NovelToon

Cinta Itu Budeg

Namanya, Galang

Aluna POV

" Jadi namanya Galang? Kelas berapa dia teh, La?"

" Kelas 11 IPS 7. Kunaon sih nyari-nyari info tentang dia? Asa gak penting kata aku mah."

Lala memandangku heran ketika aku dengan gerilya meminta tolong padanya untuk mencari informasi tentang anak laki-laki cungkring yang kini sedang bergelendotan tak jelas di tiang bendera sambil memperagakan gerakan tarian aneh bersama teman-teman sekelasnya.

" Dia itu pahlawan aku tauu.." jelasku sambil memandang ke arah anak laki-laki aneh itu dari balik jendela di kelasku. Kelas 11 IPA 1. Kelas tempat berkumpulnya anak-anak kutu buku nan cerdas tapi kurang mengasyikan.

" Aneh kamu mah, anak cowok petakilan gak jelas gitu dijadiin pahlawan. Tuh liat sama kamu, ngapain dia pole dance di tiang bendera kayak gitu. Diketawain temen-temen sekelasnya lagi. Ngerakeun iih (Malu-maluin iih).." Lala kembali sewot.

" Itu bukan malu-maluin, tapi menghibur. Emangnya kelas kita? garing begini. Udah kayak tanah tandus. Gak ada suara, hening."

Aku kembali mendudukkan diriku di kursi kemudian menelungkupkan kepala.

" Kamu kenapa sih, Na. Suka sama dia ya?" tanya Lala sambil menggoyangkan pundakku.

Aku mengangkat kepala kemudian tersenyum.

" Iya kayaknya, aku mulai suka sama Galang. Gimana atuh La? Aku takut dia udah punya pacaaaar. Cari informasi yaa...pliiiss..." aku memasang puppy eyes agar Lala luluh.

" Ga usah liatin aku kayak gitu, gak ngaruh sama aku mah." protes Lala sambil melipat tangannya di depan dada.

" Serius Na..cari yang lebih baik dari dia atuh. Yang mau sama kamu tuh ngantri. Bisa pakai tiket kalau kamu mau, udah kayak orang berobat ke dokter. Banyak banget!! Ada si Ardi Ketua OSIS, Ivan anak basket yang ganteng itu, ada si Bang Satria alias Bang Sat anak kelas 12 IPA 3, ada Yoga, Rian, Anto, termasuk tuh..si Handi, yang dari tadi ngeliatin kita terus." ucap Lala sambil memberi kode padaku agar melihat Handi yang memang sering melihat padaku dan Lala dari bangku nya yang paling belakang.

" Mereka semua tuh jauh lebih baik dari si Galang. Seenggaknya otak mereka masih tetap di posisinya, gak geser kayak anak itu." Lala menjelaskan dengan berapi-api.

Aku menghela nafas berat.

" Kamu gak tau sih, dia itu beda sama anak laki kebanyakan. Dia unik, kayak barang antik. Mungkin gak bagus, gak mulus. Tapi mahaaallll.." aku menempelkan lidahku pda ujung bibir atas ketika mengatakan kata "mahal". Lala mencibir.

" Terserah kamu lah. Udah ah, kita ke perpus aja yuk mumpung masih ada waktu. Sebentar lagi Bu Wiwit masuk, aku mau pinjem buku dulu nih." Lala menarik tanganku dan akhirnya aku mengekor di belakangnya, bersemangat.

Jalan menuju perpustakaan memang melewati kelas 11 IPS 7. Kelas ini berhadapan langsung dengan podium tempat upacara. Terdapat tiang bendera tinggi di sana. Tempat Galang sedang berkumpul dan melakukan hal-hal tidak bermutu bersama teman-temannya.

Perpustakaan berada tepat beberapa ruangan setelah kelas Galang. Ini kesempatanku untuk dapat melihat Galang dari dekat. Melihat pahlawanku, si cungkring super yang tampangnya gak ganteng-ganteng amat.

Aku mensejajari langkah kaki Lala ketika akan melewati kelas Galang, dia ada disana. Masih dengan kegiatannya yang unfaedah. Ketika jarak kami semakin dekat, mata kami berserobok dan tiba-tiba senyum kecilnya tersungging padaku..

Kyaaaa...dia senyuuum..Ampun Gustiiii, nervous ginii.

Lala menarik tanganku agar berjalan lebih cepat. Entahlah, ketika Galang tersenyum padaku saat itu, rasanya hidupku jadi kayak slow video. Si mas cungkring senyum, hal yang kupikir akan mustahil terjadi.

***

" Na..iih..kenapa sih? melongo aja kayak orang kesambet." Lala menggoyang-goyangkan tanganku agar aku tersadar. Ini mulut rasanya susah mingkem, senyum secuil dari Galang terbayang terus dipelupuk mata.

" Tadi Galang senyum sama aku, La. Pegang deh, dada aku deg deg an giniiii.. Aaah Lalaaa, kumaha atuuh? Aku makin suka sama Galaaang..bbrrpbbrpp.." Lala membekap mulutku.

" Iih, kamu berisiiik !! Ini lagi di perpus Alunaa." Lala berbisik kesal di telingaku.

" Itu lihat mata Bu Alma udah kayak mau ngegelinding gara-gara melototin kita. Kamu iih malu-maluin." Aku melirik Bu Alma penjaga perpustakaan di sekolahku. Benar saja, matanya melotot penuh kearah kami. Langsung kutundukkan kepalaku merasa bersalah.

" Maaf La..kelepasan. Hihihi.."

Setelah selesai meminjam buku, kami langsung beranjak kembali ke kelas. Bel sudah berbunyi, waktu istirahat sudah habis.

***

" Nih.." Lala menyerahkan hape nya padaku ketika kita sedang berjalan beriringan untuk keluar gerbang. Waktu sekolah sudah usai.

Tanpa banyak tanya, aku melihat layar hape Lala. Ada whatsapp dari Niko, pacar Lala.

Aku membacanya.

Setau aku mah, Galang belum punya pacar. Asa gak mungkin dia punya pacar. Orangnya absurd. Setengah edan. Wkwkwkwkwk. Kenapa gituh beibi?

Aku memekik kegirangan.

" Galang belum punya pacar?? Alhamdulillah Ya Allah. Iih makasih ya tayangnya akuuu. Kamu meuni gercep gini cari info nya." Aku menjawil pipi Lala yang kini hanya mendelik kearahku. Tak habis pikir kenapa aku bisa begitu tertarik dengan Galang.

" Si Niko aja bilang kalau Galang itu absurd, Na. Setengah edan. Kamu masih mau sama dia? Aneh kamu mah.."

" Cinta datang tanpa diduga, tanpa memilih, tanpa diundang. Hanya hadir begitu saja secara tiba-tiba.. disiniiii.." Aku menunjuk dadaku. Tiba-tiba sok puitis.

" Yiiii...najong. Jijik ih dengernya. Asa muringkak bulu bujur." (kayak merinding bulu ******).

Aku tergelak mendengar ucapan Lala. Mana ada ****** berbulu. Emangnya monyet. Monyet aja pas bagian lubangnya mah kayaknya gak ada bulunya deh setau aku. Eh kenapa ini jadi ngebahas bulu dan ****** ya? Hehehe..lanjuut.

" Kamu mah gak tau sih, kalau dia gak ada saat itu kayaknya sahabat kamu yang gemesin dan bersahaja ini pasti gak akan ada disini. Entah sekarang mungkin aku lagi di rumah sakit atau mungkin juga udah lewat. Makanya, seharusnya tuh kamu berterima kasih sama Galang. Kita jadi tetep bisa jalan bareng sepulang sekolah kayak sekarang tuh berkat diaaa.." jelasku panjang kali lebar.

" Aaah lebaaaay..masa iya sampai rest in peace segala cuma karena dikejar anjing doang. Buktinya tuh dia baik-baik aja. Cuma level anehnya aja yang naik tingkat mah."

Aku terkikik. Pertemuanku dengan Galang memang aneh bin ajaib. Sudah aku bilang, Galang itu pahlawanku. Dia sempat menyelamatkanku minggu lalu dari sebuah tragedi naas yang hampir saja membuatku celaka. Tapi karena kegigihan dan keberanian dia lah, hari ini aku masih baik-baik saja. Sejak hari itu, hatiku dipenuhi rasa kagum dan suka pada Galang. Rasa suka itu tumbuh begitu cepat persis seperti tauge yang tumbuh subur mencelati hatiku. Ahelaah..perumpamaannya sama tauge. Hehehe..

Mau tahu bagaimana aksi heroiknya Galang saat itu? Simak di cerita berikutnya yaaa... 😄

I'll beat you. Gggrrrrr....

Author POV

Flashback On

Namanya Senja Khaliluna Adhinata. Tapi dia lebih senang dipanggil Aluna atau Luna saja dari pada Senja. Lebih masuk akal pikirnya. Dulu waktu pertama kali masuk SD, gurunya yang belum tahu nama panggilan Aluna di rumah memanggilnya dengan nama depannya yaitu Senja. Karena namanya rada unik, jadilan teman-temannya sering mengejeknya dengan panggilan Maghrib. Karena senja kan identik dengan waktu maghrib. Hahaha. Sejak saat itu, bila berkenalan dengan orang baru, dia akan memperkenalkan namanya Aluna atau Luna saja. Takut hal memalukan waktu SD terulang kembali.

Ayah dan Bunda nya Aluna memang terlalu puitis menamai anak-anaknya. Mungkin efek dari kedua orang tuanya sama-sama guru bahasa Indonesia di dua sekolah berbeda, jadilah nama anak-anaknya unik semua. Adiknya saja bernama Teduh Sinar Adhinata, berharap mungkin adik laki-lakinya ini akan bersifat teduh, adem, dan menaungi. Tapi ternyata nama tersebut tidak mendarah daging pada adiknya. Anak itu bandelnya bukan main, usianya baru 6 tahun. Tapi sudah memiliki geng solid di kompleknya dengan dia sebagai ketua.

Jarak antara Aluna dan Teduh cukup jauh, 9 tahun. Ayah dan Bunda memang tadinya hanya ingin punya anak satu saja. Tapi ketika menginjak usia 8 tahun, Aluna terus menerus merengek ingin punya adik gara-gara temannya semua punya adik yang lucu-lucu. Lebih parahnya lagi, entah apa yang dikatakan temannya pada Aluna. Setiap kali dia melihat Indomar*t atau Alfama*t, Aluna akan menangis dan merengek minta dibelikan adik disana. Dikira adik itu dijual di display tebus murah indomar*t kali yak?

Akhirnya kedua orang tua Aluna menyerah, mereka menuruti keinginan Aluna untuk memberinya adik. Biar tidak kesepian juga kalau mereka sudah tiada kelak. Tapiii..justru setelah Teduh ada di dunia ini, Aluna malah menyesal sudah memiliki adik seperti Teduh. Bikin rusuh seisi rumah..!! Kenyamanannya sebagai anak tunggal yang paling disayangi, musnah sudah.

***

Hari itu Aluna baru pulang sekolah, berjalan sendirian. Sahabat kentalnya Lala, sudah pulang duluan karena mau ngemall bareng Niko pacarnya. Tinggallah Aluna yang kini sedang berjalan gontai menuju rumahnya.

Biasanya ketika pulang sekolah, Luna sering naik ojek bila ada uang lebih atau angkutan umum bila uangnya pas-pasan. Nah hari ini, uang sakunya sudah habis karena harus memfotokopi kumpulan soal Matematika dari Bu Ida. Jadilah Aluna berjalan kaki menuju rumah.

Sebetulnya bisa saja Luna menerima ajakan para fansnya untuk pulang bersama. Ardi si ketua OSIS hampir tiap hari menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Atau Bang Satria, sering disingkat Bang Sat yang terkenal holang kaya karena diantar memakai mobil dengan supir pribadi nya juga tak kalah sering mengajak pulang bersama dengan alasan searah.

Melihat Aluna berjalan sendirian keluar gerbang sekolah, Bang Sat langsung inisiatif turun dari mobilnya untuk mengajaknya pulang bersama. Tapi Aluna menolak, dia risih dengan laki-laki yang mendekatinya. Mereka suka tebar pesona, sok kegantengan atau sok populer. Iiiuuuhh..Aluna benar-benar tak suka.

Matahari bersinar terik hari itu, untuk menuju rumahnya ada dua alternatif jalan yang bisa Luna pilih. Jalan raya yang gersang dan banyak asap kendaraan bermotor tapi lebih cepat sampai atau jalan komplek perumahan yang teduh karena banyak pepohonan. Hanya saja akan membuat Luna sampai di rumah 10 menit lebih lama.

Setelah menimbang semua kemungkinan dan keadaan, akhirnya Luna memilih pulang lewat jalan komplek saja. Toh dia tak harus buru-buru sampai. Udara juga sedang tidak bersahabat, panasnya gak main-main.

Luna berjalan menyusuri perumahan di komplek tersebut. Sesekali dia mengecek hapenya, takut Bunda menghubungi. Ketika tengah asyik berjalan, tiba-tiba saja sesosok makhluk ganas nan buas sedang menghadangnya dengan air liur menetes-netes. Seekor anjing hitam, bengis, galak, liuran, menyalak kearahnya.

Ggrrrrr....Guk..guk..!! Anjing itu menyalak dengan kencang, tatapan matanya mengintimidasi Aluna. Untuk beberapa detik, Aluna membeku di tempat. Tak sanggup beranjak, tak bisa berpikir.

Mulut Aluna komat-kamit tak jelas. Baca do'a sepertinya.

" Wakinaazabannaaaarrr...!" teriak Aluna sambil berbalik dan berlari sekencang mungkin. Saking paniknya, do'a yang dibacakan Aluna ternyata bukan do'a minta perlindungan tapi do'a mau makan. Terdengar dari potongan do'a yang diteriakan Aluna ketika berbalik dan berlari menghindari si anjing. Jadilah si anjing seperti dipersilahkan untuk mengejar Aluna dan menggigitnya.

I'll beat you soon. Bisik si anjing, mungkin ini anjing keturunan bule kali, ngomongnya bahasa inggris.

Aluna berlari tunggang langgang, tak menghiraukan tas nya yang terjatuh. Tak menghiraukan rambut sebahunya yang jadi acak-acakan. Tak menghiraukan juga harga dirinya yang tercecer (eh..kok apa hubungannya?). Yang penting dia harus menyelamatkan diri. Begitu pikirnya.

Tiba-tiba, entah dari arah mana. Terdengar seseorang melemparkan batu ke arah anjing gila tersebut untuk memecah perhatian si anjing sambil berteriak lantang.

" Heh..anjing kuraaap..!! Cari lawan yang sepadan sama kamu !!! Sini kejar sayaaaa.." Si anjing mengalihkan pandangannya pada pria tinggi cukring yang berteriak kencang itu. Harga diri si anjing terluka, masa iya manusia cungkring macam tulang yang dibalut kulit ini berani menantangnya? Pandangannya makin garang, dia menggeram dan menyalak dengan kuat. Seperti sedang mengumpat si pria cungkring. Sekarang si anjing beralih mengejar orang tersebut. Lebih ganas, lebih brutal. Lebih terhina.

Aluna memelankan larinya dan melihat ke belakang, kini si anjing tidak lagi mengejarnya. Dia kelelahan, nafasnya terengah-engah. Dihadapannya kini tampak seorang pemuda sedang berjuang gigih berlari kesana kemari demi tidak tergigit si anjing gila.

" Sabar brow..saya mah heureuy...(bercanda)!!!" teriak pemuda tersebut yang tampak mulai kewalahan. Dan kini dia berusaha naik ke atas pohon terdekat yang bisa dicapainya.

Guk..guk..gukk....

Guk..guk..ggrrrrr..ggrrrr...

Si anjing kembali menyalak-nyalak dan menggeram ganas ketika melihat pemuda itu berhasil naik ke atas pohon dan menunggingkan pantatnya menghina si anjing.

" Cepetan pergi..jangan diem aja. Pergi sanaa...biar saya yang alihkan anjingnyaaa...!!!" teriak pemuda itu sambil memberi isyarat agar Aluna segera pergi.

Dengan berhati-hati, Aluna menyambar tasnya yang terjatuh agak jauh dari tempatnya berdiri kemudian berlari secepat dia bisa guna menghindari si anjing yang bisa saja beralih mengejarnya lagi.

***

Sesampainya di rumah, Aluna menjatuhkan badannya dengan lemah di teras depan rumahnya. Kemudian berbaring, kelelahan.

" Kenapa kamu Na? tiduran di luar gitu. Kayak abis dikejar anjing aja, mukanya kucel amat. Bukannya salam datang teh." ucap Bunda yang ternyata sudah pulang ke rumah setelah mengajar.

" Emang udah dikejar anjing, Bun. Aasalamualaikum.." ucap Luna sambil berdiri dan mencium punggung tangan bundanya kemudian masuk ke rumah masih dengan lutut yang gemetaran.

" Waalaikumsalam...Eh seriusan ini teh? terus gimana? ada yang luka gak?" Bunda langsung khawatir. Aluna hanya mengibaskan tangannya tanda tidak terjadi apa-apa padanya tanpa menoleh sedikitpun dan langsung masuk kamar.

Mengemban Tugas Penting

Semenjak kejadian itu, Aluna diam-diam mencari tahu siapakah pemuda yang telah menolongnya? Dia harus berterima kasih.Tapi sepertinya anak itu tidak bersekolah di sekolah yang sama dengannya karena wajahnya tak familiar. Begitu pikir Aluna

Aluna memalingkan wajahnya ke arah jendela di kelasnya. Dia malas mendengarkan Pak Yanto yang sedang menjelaskan pelajaran kewarganegaraan dengan nada suara yang membuat ngantuk, padahal ini masih pelajaran pertama . Tiba-tiba, Aluna melihat seseorang yang sedang berlari di tengah lapangan karena datang terlambat. Dia terhenyak, orang itu adalah si pemuda yang sedang dicarinya, pahlawannya.

Aluna menyenggol sikut Lala. Lala menoleh padanya.

" Hem?" tanya Lala ogah-ogahan.

" Lihat itu yang lagi lari di lapangan." bisik Aluna agar tak terdengar Pak Yanto.

Lala mengikuti arahan Aluna, di lihatnya seorang pemuda sedang berlari mengelilingi lapangan. Dihukum karena kesiangan.

Gerakan lari nya aneh, terkadang dia akan berjalan engklek, berlari mundur, atau berlari beberapa langkah setelah itu goyang-goyang sebentar. Aluna membekap mulutnya menahan tawa, begitu juga Lala.

" Saha? pede pisan iih.." tanya Lala

" Itu yang pernah aku ceritain sama kamu, La. Orang yang selamatin aku waktu di kejar anjing di komplek. Aku kira dia bukan anak sini, eh tau nya satu sekolah. Namanya siapa ya? Cari tahu dong Laaa..." ucap Aluna sambil berbisik, takut terdengar oleh Pak Yanto.

" Naha aku?" tanya Lala sambil menatap Aluna dengan pandangan 'oh-why-me'.

Puppy eyes andalan Aluna keluar lagi. Lala memutar bola matanya kesal.

" Ntar aku tanya sama my beibi.." ucap Lala akhirnya.

" Makaciiiih beibiiiii..." ucap Aluna sambil mencubit pipi Lala.

" Ngapain itu Aluna sama Lala malah main cubit-cubitan??" tanya Pak Yanto mulai terganggu dengan kegiatan dua gadis belia ini.

Aluna dan Lala langsung membeku. Merasa malu karena ke-gap sama Pak Yanto.

***

Ketika waktu istirahat, Aluna dan Lala kembali mencari informasi tentang laki-laki yang berlari aneh di lapangan tadi pagi.

Lala mengajak Aluna menemui Niko, pacarnya. Kebetulan Niko anak IPS. Barangkali dia tahu sama manusia absursd yang sedang mereka cari.

" Beibi..kamu kenal sama anak cowok yang tadi pagi di hukum lari keliling lapangan karena kesiangan gak?" tanya Lala tanpa basa-basi. Aluna yang mendengar panggilan sayang mereka merasa merinding.

" Yang mana beibi? ciri-cirinya atuh.."

Lala tampak berpikir.

" Yang tinggi, kurus, gak ganteng, aneh, sok kepedean, di hukum lari keliling lapangan malah ngeksis jalan engklek sambil goyang2 kayak lagi tiktok-an." Lala menahan tawa ketika ingat lagi gaya lari si pemuda absurd.

Aluna cemberut mendengar pahlawannya direndahkan seperti itu.

Niko tertawa terpingkal-pingkal.

" Kayaknya aku tahu deh yang mana anaknya. Si Galang itu mah..manusia otak saparapat." Niko kembali tertawa. Aluna bahagia.

Akhirnya Luna tahu siapa laki-laki itu. Namanya Galang Pratama Putra.

Flashback Off

***

Setelah mengetahui nama dan status laki-laki pujaannya. Aluna makin sering mencari Galang disela-sela waktu sekolah. Tapi itu manusia satu sudah gak jauh beda sama dedemit. Antara ada dan tiada.

Kadang, pagi hari dia sudah nongkrong - nongkrong gumasep (kecakepan) sama teman - teman sekelasnya. Kadang juga Aluna tak bisa melihat batang hidungnya dari pagi sampai waktunya pulang. Entah kemana perginya.

Suatu ketika, di pagi yang cerah ceria. Aluna sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Keberadaan Galang benar - benar membuatnya selalu bersemangat untuk melangkahkan kaki ke sekolah. Pagi itu, Aluna sudah memesan ojek online karena ingin segera sampai. Biasanya, Aluna akan berangkat bersama Ayah. Tapi pagi ini ayah sedang sibuk di sekolahnya, jadi berangkat pagi-pagi sekali. Bunda juga masuk kelas pukul 9 pagi dan masih sibuk mengurus Teduh yang menolak mandi dengan alasan sayang kuman. Jadilah Aluna berangkat seorang diri.

Ojek online sudah di depan mata, dengan cekatan Aluna naik dan menepuk pundak si mamang ojek.

" Tariiiik maaaang..." sengklek juga otak si nona cantik ini. Kayaknya virus Galang sudah mulai merasuki otaknya. Hehehe.

Awalnya perjalanan berlangsung ramai lancar. Tiba - tiba..

Drrrt....buuff..buuff... pesss..dung tak ( eh sound effect yang terakhir salah. Maaf jangan emosi ya pemirsah). Motornya mogok, padahal perjalanan masih lumayan jauh.

" Yah..yah..mang, kenapa mang? tanya Aluna panik.

" Mogok neng, ini habis bensin kayaknya. Tadi lupa isi bensin sebelum narik."

Ahelaaah...Aluna mendadak kesal. Kok bisa mau cari nafkah dengan cara ngojek tapi gak siap sedia sama bensinnya. Persis seperti orang mau perang, lawan udah bawa senapan tapi si mamang malah bawa kemoceng.

" Ya udah mang, sampai sini aja. Ini ongkosnya.." Aluna memberikan uang dua lembar lima ribuan pada si mamang ojek.

" Ga usah neng, gak apa-apa. Kan belum sampai." si mamang menolak tak enak hati pada Aluna.

" Gak apa-apa. Biar mamang bisa beli bensin. Lain kali kalau mau ngojek, jangan lupa bawa kemoceng ya mang..eh bawa bensin maksudnya. Duh.." Aluna menepuk jidatnya karena salah ngomong.

Tanpa berlama-lama, dia langsung berjalan cepat menuju sekolahnya. Kalau Aluna pesan ojek online lagi, sudah tanggung. Sekolahnya tinggal satu blok. Kalau mau naik angkot juga gak ada yang lewat sekolah. Terpaksa olah raga pagi hari ini.

Sudah pukul 7 lewat 15 menit. Aluna hampir sampai di sekolahnya. Gerbang sekolah sudah akan di tutup oleh pak satpam. Aluna berteriak-teriak agar pak satpam jangan dulu menutup gerbang.

" Pak..hah..hah..Paaak..ja..ngan di thuthup duluuhh.." teriak Aluna dan wuusssshhh..Aluna dapat menyalip gerbang yang hampir tertutup rapat.

" Eeeh...neng, mau kemana neng. Sini dulu.." Aluna tak bisa berkutik. Pak satpam menggamit tangannya.

" Isi dulu nih daftar siswa yang terlambat hari ini. Kamu terlambat 15 menit. Jangan masuk dulu jam pelajaran pertama. Sekarang ayo lapor guru piket di ruang BK."

Aluna pasrah. Ini semua gara-gara mamang ojek yang tidak sedia amunisi sebelum berperang, jadilah Aluna yang jadi korbannya.

Sesampainya di ruang BK, betapa bahagianya Aluna. Ternyata bukan hanya dia yang terlambat. Ada Galang di situ sedang duduk sambil di ceramahi oleh guru BK.

Melihat ke arah Aluna, si guru piket langsung pasang tampang kesal.

" Ya Allah..aya deui ieu teh. Neneng, jam berapa ini? Kenapa baru datang? Sini cepat masuk, tah duduk disamping si Galang jagoan telat."

Aluna mendudukkan dirinya di samping Galang. Kemudian berhalu-ria. Merasa sekarang dia akan dinikahkan dengan Galang dan guru piket sebagai penghulunya. Aluna tiba-tiba tersenyum di kulum kemudian kembali ke kesadarannya.

Ya ampun, Na...jangan oleng...jangan oleng

" Kalian berdua sekarang akan Bapak hukum membersihkan gudang alat - alat olah raga di belakang podium. Rapihkan bola nya, masukan kedalam keranjang dan sapu juga lapangannya, sampai jam pelajaran pertama selesai."

" Atuh pak, lapangannya mah luas banget. Gak akan selesai sampai jam pelajaran pertama." Galang mencoba negosiasi.

" Ah..bapak gak mau tahu. Biar kalian berdua kapok. Jadi besok - besok gak akan terlambat lagi." si guru piket sudah menjatuhkan harga mati, tak bisa ditawar lagi. Kemudian menyuruh Aluna dan Galang segera melakukan hukumannya.

Entah Aluna harus merutuki nasib atau bersyukur. Hari ini dia dapat bersama dengan sang pujaan hati selama beberapa jam ke depan dan mengemban tugas penting dari sang guru piket.

Aluna mengembangkan senyumnya dan ber-yes-ria dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!