NovelToon NovelToon

Delayed Love

Akhirnya aku menemukanmu

Aku, Axel Bariton akhirnya menetap di Indonesia setelah berkeliling dunia di seluruh negara Asia. Di usiaku yang sudah bulat berkepala tiga, aku memilih untuk beristirahat dan menetap di satu negara untuk memantau semua bisnis peninggalan ayahku yang berada di Asia yang menjadi wilayahku.

Adikku memantau bisnis peninggalan ayahku yang berada di Eropa. Adikku tetap menjalankan bisnis narkoba ayahku tetapi aku memutuskan untuk meninggalkan dunia narkoba.

Darius Bariton adikku memiliki karakter wajah yang lebih lembut tetapi berkarakter lebih tangguh dan hatinya lebih tahan banting daripada aku. Aku yang berwajah lebih garang memiliki karakter yang lebih sensitif dan memiliki hati yang rapuh. Karena itulah, aku merasa tidak cocok bergelut di dunia narkoba peninggalan ayahku.

Dunia narkoba adalah dunia yang membesarkan kami berdua. The Bariton's. Tetapi hanya adikku saja yang mampu meneruskan bisnis narkoba peninggalannya ayah.

Darius Bariton

Axel Bariton

Aku terus mencari wanita impianku di dalam petualanganku berkeliling dunia sembari memperluas kerajaan bisnisku, tetapi belum menemukan wanita impianku sampai detik ini juga.

Aku berganti ganti asisten pribadi karena, aku sering berkeliling dunia, jadi banyak asisten pribadiku yang mengundurkan diri setelah mereka menikah. Akhirnya aku bertemu dan berjodoh dengan seorang laki laki muda yang cukup polos dan bisa dipercaya, dia berumur dua puluh lima tahun sama dengan umurnya adikku. Laki laki muda itu bernama Sammy Raharja.

Dia sudah bekerja denganku selama beberapa bulan belakangan ini dan kinerjanya sangat bagus. Dia bahkan bersumpah akan menikah setelah melihat aku menikah, hidup bahagia selama lamanya, sumpahnya itu membuat aku merasa tersentuh akan ketulusan hatinya. Maka aku hadiahi dia sebuah rumah yang cukup besar di kawasan elit.

"Tuan, anda ingin ke mana dulu, sebelum kita menuju ke lokasi proyek pembangunan hotel baru, anda?" ucapannya Sammy membuyarkan lamunanku.

"Kita ke pantai dulu Sam. Aku pengen menghirup udara segar pantai di sini. Aku juga ingin melepas penat untuk memandang pantai, sebentar saja" ucapku.

Sammy pun meluluskan permintaanku. Dia memarkirkan mobil sport kesayanganku yang berwarna merah menyala dan aku kasih nama light thunder, di sebuah pantai yang cukup terkenal di pulau B.

Sammy duluan turun dari light thunder-ku.

Sammy Raharja

Aku melangkah turun dari mobil dan Sammy langsung berucap sembari memberikan ponsel yang khusus aku pakai untuk urusan bisnisku "nona Alexa May menelepon"

Aku menghela napas panjang dan menerima ponsel yang disodorkan Sammy "ya, ada apa?" kekesalan terdengar di nada bicaraku.

"Ada apa kamu bilang? katakan kamu di mana sekarang ini? kenapa tiba tiba menghilang tanpa pamit ke aku, kamu anggap apa aku ini, hanya teman tidur kamu, hanya mainan kamu............."

Klik

Aku matikan langsung sambungan teleponnya Alexa May. Alexa May adalah wanitaku selama dua tahun ini. Bagaimanapun juga, aku seorang laki laki normal dan membutuhkan seorang wanita untuk sekadar melampiaskan kebutuhan dari seorang pria. Aku tidak pernah mencintainya. Sama seperti semua wanitaku yang sebelum sebelumnya, aku hanya butuh mereka untuk menemaniku tidur. Aku juga tidak berniat untuk menikahinya.

Alexa May

Alexa May melihat lukisan wanita impianku yang aku pajang di atas ranjang mewahku. lukisan yang aku buat cukup besar sehingga setiap aku memasuki kamarku maka aku bisa langsung memandanginya dengan sangat puas. Alexa May cemburu pada lukisan itu dan sering protes ke aku, dia bahkan sering merayuku untuk menurunkan lukisan itu dan membuangnya. Tetapi dia tidak pernah mengucapkan kata turunkan dan buang lukisan itu lagi, setelah aku meremas wajah cantiknya dengan tanganku dan aku berkata kalau akan meninggalkannya jika dia terus protes soal lukisan itu.

Aku merasa bahwa lukisan itu sangatlah berharga, bahkan lebih berharga daripada nyawaku sendiri. Gila memang, tapi itulah aku.

Alexa May bahkan menyumpahiku "kamu tidak akan pernah bertemu dengannya di kehidupan nyata!! tidak akan pernah!!" ucap Alexa May waktu itu penuh kegeraman.

Aku menyerahkan ponsel bisnisku ke Sammy, kemudian melangkah menuju ke pinggiran pantai. Deburan ombak selalu terdengar manis di telingaku. Sammy berdiri di sebelahku dan diam membeku.

Aku menatap birunya air yang serasi dengan warna langitnya. Entah kenapa pemandangan seperti itu, bisa membuatku merasa sangat bahagia. Aku seolah mendapati ayahku berada dekat sekali denganku saat ini. Ayahku sangat menyukai pantai sama sepertiku.

Aku kemudian memutuskan untuk sekadar berjalan jalan di pinggir pantai. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru, itu sudah menjadi kebiasaanku, di manapun aku berada, untuk mencoba mencari sosok wanita impianku.

Sammy berucap "tuan, saya doakan saat ini anda bisa bertemu dengan wanita pujaan anda, tuan"

Aku menoleh ke Sammy dan hanya bisa tersenyum. Terkadang rasa pesimis itu hadir di relung hatiku tapi bukan Axel Bariton namanya jika menyerah sebelum mendapatkan apa yang menjadi impiannya.

"Tuan, maaf kalau saya lancang bertanya tetapi rasa penasaran saya ini sudah saya pendam begitu lama dan saya begitu ingin menanyakannya kepada anda saat ini juga" kata Sammy.

"Katakan Sam!" ucapku.

"Bagaimana anda bisa mendapatkan penglihatan itu? wanita yang menjadi idola anda selama ini, wanita impian anda?" tanya Sammy.

"Aku mendapatkan visi itu sepertinya sudah lama tetapi anganku tentang wanita itu semakin jelas ketika aku berumur dua puluh tahun dan aku langsung melukisnya. Aku takut kehilangan bayangan dia yang hanya ada di dalam anganku jika aku tidak segera melukisnya. Setidaknya aku memiliki dia secara nyata walaupun hanya berupa lukisan"

Aku dan Sam terus melangkah menyusuri pantai nan indah yang ada di pulau B. Keharuman dan kesegaran udara pantai selalu membuat aku merasa tenang dan nyaman.

Aku sangat menyukai pantai, itulah kenapa sebelum aku memutuskan untuk menetap di Indonesia, aku membangun sebuah istana di dekat pantai di kota J. Jauh dari pusat kota memang, tapi aku menyukainya dan tidak menjadi masalah jika aku harus melakukan perjalanan lebih dari dua jam bolak balik, jika aku harus ke pusat kota untuk menghadiri rapat direksi.

Aku bekerja di dalam istanaku itu, semua peralatan canggih untuk menunjang Bisnisku terpasang rapi di dalam ruang kerjaku yang cukup luas yang dikelilingi kaca tembus pandang dan menghadap ke pantai. Aku memiliki seekor anjing yang bernama Goldy karena warna bulunya coklat keemasan jadi kuberi nama Goldy. Selain Sam, Goldy adalah sahabat terdekatku saat ini.

Alexa May bisa dekat dengan Goldy dan menyayangi binatang, itulah yang membuat kami menjadi dekat dan dia menganggap aku sebagai kekasihnya sedangkan aku hanya menganggapnya sebagai teman tidurku di malam hari. Aku bertemu dan mengenal Alexa May di sebuah taman tidak jauh dari istanaku ketika aku mengajak Goldy joging.

Selama dua tahun ini hanya Alexa May, wanita yang berada di dalam hidupku.

Tiba tiba, aku menghentikan langkahku dan menatap satu spot yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku tertegun menatap seorang wanita yang mirip sekali dengan wanita impianku.

Dia sedang tertawa renyah dan begitu...........cantik.

Sammy menoleh ke arahku dan langsung mengikuti arah pandangku. Kemudian Sammy berucap "akhirnya anda menemukannya, tuan"

Hatiku terasa sesak karena rasa bahagia yang aku rasakan begitu membuncah dan jantungku bertalu-talu tidak beraturan ketika menatap senyuman dari wanita itu.

Aku hanya bisa mematung dan terus memandanginya dari jarak kurang lebih tiga meter.

"Tuan, kenapa anda tidak mendekatinya? menyapanya dan berkenalan dengannya? kenapa anda hanya diam mematung seperti ini, tuan?"

Aku memegang bahu Sammy dengan sangat kuat "aku malu Sam, apa yang harus aku lakukan? a...a...aku akhirnya bertemu dengannya, setelah sepuluh tahun aku mencarinya, akhirnya aku menemukannya Sam" tanpa aku sadari aku memekik kegirangan dan tersenyum lebar seperti seorang anak kecil ketika melihat sepotong es krim di depannya.

"Saya ikut bahagia tuan. Sekarang mendekatlah ke sana tuan, coba sapa dia!" kata Sammy.

Tetapi yang terjadi adalah, aku berbalik badan dan hendak pergi meninggalkan tempat itu dan berucap "kamu saja yang menemuinya Sam, tanyakan namanya dan tanyakan alamat rumahnya!"

"Tapi, tuan? kenapa saya? bukankah lebih baik kalau anda sendiri yang melakukannya?"

"Shit! Sam lakukan perintahku! aku tidak bisa berkata kata saat ini, aku malu Sam, kecantikannya sekarang ini benar benar nyata berada di depanku, tidak jauh dariku dan itu membuatku Kelu, aku malu" aku tetap memunggungi wanita impianku itu. Aku takut kalau aku terlalu lama memandanginya maka aku akan menjadi lemah tak berdaya dan tidak mampu untuk berdiri lagi.

Sammy akhirnya berucap "baik tuan, saya akan ke sana dan menanyakan siapa namanya dan di mana dia tinggal, saya permisi tuan"

"Hmm" ucapku singkat.

"Axel, dimana nyali kamu? kenapa kamu menjadi selemah ini hanya untuk Seorang wanita. Come on, Axel! don't be so silly!" ("Ayolah Axel! jangan konyol!") gumamku sendiri untuk menyemangati diriku sendiri. Tetapi tetap saja aku masih belum berani berbalik badan untuk kembali menatap wanita pujaan hatiku itu alih alih aku melangkah lebar menuju ke parkiran mobil dan masuk ke light thunder-ku.

Aku menunggu Sammy dengan berdebar debar dan penuh harapan.

Beberapa menit kemudian Sammy masuk ke dalam mobil dan langsung memprotesku

"kenapa tuan malah masuk ke dalam mobil? saya pikir tuan hilang"

"Siapa namanya?" tanyaku dengan tidak sabar.

"Namanya Nayara Mahesa, umurnya dua puluh tahun, tapi tuan.........."

"Tapi apa?" tanyaku dengan nada mendesak.

"Dia sudah mempunyai tunangan, dia datang dengan tunangannya tadi. Untung saja tunangannya masih antre di kedai makanan kalau tidak, kami bisa baku hantam karena kesalahpahaman"

"Kamu dapatkan alamatnya?" tanyaku tanpa mempedulikan kata tunangan.

"Saya akan mencarinya di medsos karena saya takut ketahuan tunangannya maka saya buru buru pergi meninggalkannya tuan" jawab Sammy.

"Nayara Mahesa nama yang bagus, ayok kita ke proyek Sam!"

"Baik tuan!"

Dan aku pun meninggalkan wanitaku. Tapi.hanya untuk sesaat. Aku akan menata hatiku terlebih dahulu, sehingga siap untuk bertemu dengannya lagi, tanpa rasa.malu. Ya, dia hanya tercipta untukku, Di kesempatan berikutnya, aku akan memilikinya bagaimanapun caranya.

"Terus cari info tentang Nayara Mahesa, Sam!"

"Baik, tuan"

Keluarga Mahesa

Nayara Mahesa adalah anak pertama dari bapak Reza Mahesa. Ibunya Nayara meninggal dunia ketika Nayara berumur dua tahun karena penyakit kanker rahim dan satu tahun kemudian papanya menikah lagi. Dari pernikahan keduanya papanya Nayara memiliki seorang putra yang bernama Allen Mahesa. Umur Allen hanya terpaut tiga tahun lebih beberapa bulan, dari Nayara.

Allen berumur tujuh belas tahun dan beberapa Minggu yang lalu, baru saja merayakan sweet seventeen secara besar besaran di sebuah restoran mewah. Padahal dulu, sewaktu Nayara berumur tujuh belas tahun tidak ada ucapan selamat ulang tahun dari mama tiri, adik tirinya bahkan, dari papa kandungnya sendiri. Hanya Devon kekasihnya yang memberikan ucapan selamat, kado berupa jam tangan cantik, dan perayaan kecil kecilan di pinggir pantai. Devon membeli kue kecil, memasang lilin di atasnya, menyuruh Nayara untuk make a wish, kemudian memakan kue itu bersama sama. Momen yang sangat indah dan membuat Nayara semakin mencintai Devon.

Allen Mahesa

Mama tirinya Nayara tidak menyayangi Nayara dan memperlakukan Nayara berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Allen. Allen begitu dimanja dan disayanginya tetapi terhadap Nayara dia selalu sinis dan galak.

Papanya Nayara yang selalu sibuk di kantor dan selalu pulang larut malam, tidak pernah mengambil pusing dan mempedulikan perbedaan kasih sayang yang diberikan oleh istrinya itu kepada Nayara.

Nayara telah lulus Sekolah Menengah Kejuruan jurusan pariwisata. Nayara ketika masih duduk di bangku SMK, sudah bisa mencari uang sendiri dengan menjadi tour guide. Uangnya dia kumpulkan karena, dia mempunyai impian suatu saat nanti bisa hidup mandiri lepas dari mama dan papanya.

Putri dari Reza Mahesa itu memutuskan tidak melanjutkan kuliah karena mama tirinya tidak bersedia menguliahkannya dan papanya menyetujui begitu saja keputusan dari istri cantiknya itu. Nayara sekali lagi hanya bisa menurut dan pasrah. Dan akhirnya Nayara melanjutkan pekerjaannya sebagai tour guide untuk mencari tambahan uang dan untuk mengisi waktu luangnya.

Nayara mengenal kekasihnya di pantai, kekasihnya itu juga seorang tour guide lebih tua tiga tahun dari Nayara dan sangat dewasa pemikirannya, sangat mencintai dan menyayanginya.

Mereka kemudian memutuskan untuk bertunangan ala ala anak remaja seumuran mereka yang tengah dimabuk cinta. Nayara bertekad kalau seumur hidupnya dia hanya akan mencintai Devon Buana.

Devon Buana

Nayara membukakan pintu untuk Allen, adik laki lakinya itu kembali pulang malam dan dalam keadaan mabuk padahal masih duduk di bangku SMA. Sejak merayakan ulang tahun yang ketujuh belas, beberapa Minggu yang lalu, Allen berubah drastis, jadi sering pulang malam dalam keadaan mabuk.

"Kamu pulang malam lagi, dan bau kamu, bau alkohol pekat sekali, bikin kakak mual, nih" Nayara memapah tubuh adiknya dan melangkah menuju ke kamar adiknya. Nayara membaringkan adiknya di atas tempat tidur dan melepaskan sepatu adiknya.

"Dek? kami sebenarnya dari mana? kenapa sering banget pulang malam dan mabuk akhir akhir ini?"

Tetapi yang ditanya hanya diam dan mendengkur.

Nayara menghela napas panjang kemudian menyelimuti tubuh adik laki lakinya yang beda ibu dengannya itu dengan penuh kasih sayang.

Nayara sangat menyayangi Allen begitu juga Allen. Sebenarnya Allen pun begitu menyayangi kakaknya cuma takut untuk menunjukkannya ke Nayara, Allen merasa malas kalau mamanya mengomel ketika Allen menunjukkan sedikit saja rasa sayang dia untuk kakaknya. Itulah kenapa Allen kemudian menjadi acuh tak acuh terhadap kakaknya.

Nayara kemudian mematikan lampu kamarnya Allen, melangkah keluar dari kamarnya Allen dan menutup pintunya.

Nayara kemudian masuk kembali ke kamarnya.

"Allen, semoga kamu bisa berubah dan mau mendengarkan nasehat kakak untuk tidak lagi keluyuran malam dan mabuk mabukan" Nayara bergumam sendiri sembari berbaring dan menatap langit langit kamarnya.

Nayara kemudian meraih foto mama.kamdungnya "ma, doakan Nayara untuk bisa bertahan, bersabar dan selalu kuat, hidup di rumah ini. Nayara sebenarnya sudah tidak betah hidup di rumah ini, ma. Papa tidak pernah peduli dengan Nayara, papa hanya peduli dengan pekerjaan, istri dan putra kesayangannya. Papa lupa kalau papa juga memiliki Nayara. Mama baru Nayara pun, tidak pernah sedikitpun menyayangi Nayara" tanpa Nayara sadari, air mata menetes di atas bingkai foto mama kandungnya itu.

"Ma, kadang Nayara pengen ikut mama naik ke Sorga, Nayara lelah menjalani hidup seperti ini. Tapi Tuhan belum bersedia untuk membawa Nayara bertemu dengan mama. Nayara sangat merindukan mama" Nayara kemudian memeluk erat foto mamanya dan menangis terisak.

Nayara menghentikan tangisnya ketika mendengar pintu rumahnya kembali diketuk oleh seseorang "itu pasti papa" Nayara kemudian bangun dan melangkah ke ruang depan untuk membukakan pintu.

Papanya Nayara melangkah masuk dan Nayara kembali mengunci pintunya.

"Mama kamu mana?" papanya Nayara berucap sembari melangkah ke kamarnya.

"Mama sudah tidur, pa" jawab Nayara.

"Lalu adik kamu?"

"Allen juga sudah tidur"

Kemudian papanya melangkah menuju ke kamarnya meninggalkan Nayara.

Nayara begitu ingin disapa, dibelai rambutnya, dan diajak duduk sebentar untuk mengobrol oleh papanya. Tetapi itu hanyalah impian belaka bagi seorang Nayara.

Nayara akhirnya melangkah gontai kembali ke kamarnya.

"Apakah aku harus katakan ke mama dan papa soal Allen yang sudah satu Minggu ini selalu pulang malam dalam keadaan mabuk?" gumam Nayara sembari menatap langit langit kamarnya.

Gadis cantik keturunan Mahesa itu, kembali memeluk bingkai foto mama kandungnya dan berusaha untuk memejamkan mata menuju ke alam mimpi dan berharap semoga di alam mimpi, dia menemukan kebahagiaan.

Devon masih berada di dalam sebuah apartemen mewah milik seorang wanita yang umurnya separuh lebih tua darinya, mereka habis bercinta dengan buasnya. Mereka sebenarnya berjanji untuk tidak bertemu lagi satu sama lain, tapi takdir berkata lain. Wanita itu merupakan istri dari seorang pengusaha kaya raya dan merasa kesepian di pulau B. Suaminya yang melakukan ekspansi besar besaran untuk bisnisnya, hanya sibuk meeting dan memantau bisnisnya di lapangan, tanpa menyadari kalau istrinya itu kesepian dan merasa bosan ketika harus mendampinginya meeting ke sana kemari. Wanita itu sangat seksi dan cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluh tahun. Anggun dan elegan, dia bernama Berlian, sesuai dengan namanya dia berkilau bak berlian di mata seorang remaja seperti Devon.

Awal perjumpaan Berlian dengan Devon beberapa hari yang lalu.........................

Di jamuan makan yang mewah seperti biasanya Berlian dipaksa suaminya untuk mendampinginya tetapi Berlian menolak pergi dengan alasan sedang PMS, merasa pusing dan lemas. Akhirnya suaminya itu pun pergi sendiri, meninggalkan Berlian di dalam kamar apartemen super mewahnya.

Beberapa menit setelah kepergian suaminya, Berlian pun keluar dari dari apartemen itu dan langsung meluncurkan mobilnya ke pantai.

Langit nampak indah di senja yang temaram, Berlian langsung membuka dressnya melempar asal di atas pasir putih pantai nan indah itu, lalu berenang untuk melepas segala penat dan kejenuhan selama menjalani lima belas tahun pernikahannya tanpa cinta.

Setelah puas bermain air dan berenang, cewek seksi nan cantik itu berjalan dengan gemulai di pinggir pantai, menggelar kain pantainya kemudian dia berbaring di atasnya, memakai kacamata hitam super mahalnya dan menatap langit.

Devon memandang Berlian dari kejauhan. Devon langsung terpikat akan keseksian dan kecantikannya Berlian dalam balutan pakaian renang two pieces-nya yang berwarna hitam.

Devon kemudian mendekati Berlian yang tengah berbaring di atas pasir beralaskan kain pantai.

"Hai?" sapa Devon dengan nada menggantung.

Berlian menoleh dan mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang menyapanya. Berlian melihat seorang cowok muda lumayan tampan berdiri di sampingnya "hai" Berlian menyapa balik dan kembali menatap langit

"Emm, sebentar lagi gelap, apakah tidak berbahaya bagi seorang wanita berada sendirian di pantai, seperti ini?"

"Kenapa, kau mau menemaniku?" tanya Berlian tanpa basa basi.

Devon kemudian duduk di sampingnya Berlian "aku Devon, ayahku pemilik salah satu restoran di pantai ini, dan aku seorang tour guide, mahasiswa sastra Inggris"

Berlian tetap menatap langit dan berucap "aku Berlian"

"Apakah kamu tersesat? apa kamu perlu tour guide?" Devon merasa nyaman mengobrol dengan Berlian yang terkesan santai, oleh sebab itu dia pun menggunakan bahasa tidak formal kepada Berlian.

"Berapa?" tanya Berlian sambil melepas kacamatanya dan menoleh ke Devon.

"Gratis, aku kasih gratis. Anggap saja promo dan bonus untuk perkenalan kita"

"Oke" Berlian kemudian mengulurkan tangannya ke Devon sebagai kode supaya Devon membantunya untuk bangun.

Devon memegang tangannya Berlian dan membantunya untuk bangun. Ada sensasi aneh yang Devon rasakan ketika dia menyentuh tangan wanita yang sangat seksi yang kini berdiri di depannya.

Berlian kemudian mengenakan kembali dressnya di depan Devon dan mengajak Devon meninggalkan pantai untuk masuk ke dalam mobil sedan merahnya yang super mahal.

"Oke, kita mau ke mana?" tanya Berlian sembari mengemudikan mobilnya.

"Mau ke museum?"

"Aku sudah ke sana kemarin" jawab Berlian.

"Mau ke bangunan bersejarah atau candi?"

"Aku juga sudah pernah ke sana" Berlian terkekeh geli dan melirik Devon.

"Semua sudah pernah, lalu kenapa kamu menyetujui permintaanku untuk menjadi tour guide kamu?"

"Berapa umur kamu, kamu masih bocah ingusan sepertinya" Berlian mengusap kasar rambut cepaknya Devon.

Devon mendengus kesal dan berucap "jangan mengusap kepalaku, kau perlakukan aku seperti anak kecil! aku juga bukan bocah ingusan, beberapa bulan lagi umurku dua puluh tiga"

"Hahahahaha, umur dua puluh tiga saja bangga" Berlian menghentikan mobilnya di depan sebuah galeri lukisan.

Devon kembali mendengus kesal, tapi Berlian tidak menggubrisnya alih alih turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam galeri.

Devon langsung turun dari mobil dan berlari menyusul langkahnya Berlian "kau suka seenaknya seperti ini ya?"

Berlian menoleh ke Devon dan mengulas senyum cantiknya.

Shit! Devon mengumpat di dalam hatinya ketika melihat senyum cantik dan seksi miliknya Berlian.

Mereka kemudian melihat lihat lukisan.

Devon memberanikan diri untuk bertanya "kau sudah tahu umurku, sekarang katakan berapa umurmu?"

"Tebak saja bocah!" kata Berlian dengan santainya sambil berdiri di depan sebuah lukisan indah, seorang wanita tengah menatap langit senja dengan posisi membelakangi pengamatnya. Berlian melihat nama pelukisnya, Axel B.

"Jangan panggil aku bocah! aku hampir dua puluh tiga tahun"

"Cih! hampir dua puluh tiga tahun saja bangga"

Devon kembali meradang karena berulangkali dianggap anak kecil oleh wanita itu. Kemudian Devon menarik pinggang Berlian dengan tangan kirinya dan menangkup pipinya Berlian dengan tangan kanannya. Devon lalu mencium singkat bibir sensualnya Berlian. "Anak dua puluh tiga tahun bisa melakukan segala hal" ucap Devon setelah melepaskan ciumannya.

Berlian tersenyum menggoda "apa saja itu? aku penasaran nih"

"Ajak aku ke rumah kamu, maka akan aku tunjukkan" Devon menyeringai.

"Jangan ke rumahku, kita ke hotel saja"

Mereka akhirnya menuju ke hotel. Berlian yang membayar kamar hotelnya. Dan di kamar itu mereka mulai berciuman dengan sangat liar, dan bercinta dengan sangat indah. Pengalaman pertama bagi Devon dan terasa begitu memabukkan.

Pertemuan kedua

"Apa alasan kamu ke orang tuamu, kamu belum pulang selarut ini?" tanya Berlian ke Devon sembari memainkan jemari berkutek merah darahmya, di atas dada Devon.

"Aku mengirim pesan text ke ponsel papaku kalau aku lembur malam ini, ada klien istimewa" kata Devon dengan polosnya.

Berlian tertawa lepas "Mama kamu ke mana kok kirim pesan textnya ke papa kamu?"

"Mamaku sudah meninggal sejak aku masih SD" kata Devon.

Devon kemudian mencium pundaknya Berlian dan berucap "aku punya pacar"

Berlian berputar badan dan kini menghadap ke Devon "memangnya.cuma kamu yang punya hubungan"

"Hah? kita berdua selingkuh berarti?" Devon kemudian bangun dan memakai kembali baju dan celana panjangnya.

Berlian masih berada di dalam selimut dalam keadaan polos dan tersenyum menatap Devon "kenapa hah? kamu menyesalinya?"

Devon duduk di kursi sofa dan berucap "aku hanya merasa takut kalau kita akan menyakiti pasangan kita"

Berlian membalut tubuh polosnya dengan selimut kemudian duduk di atas tempat tidur "sudah terlanjur"

"Jangan katakan kepada siapapun dan jangan sampai pasangan kita tahu" kata Devon.

"Hahahaha, kamu terlihat imut kalau panik. Lucu kesannya, aku diceramahi sama anak bau kencur kayak kamu saat ini, hahahahaha"

"Aku sudah hampir dua puluh tiga. Jangan bilang aku anak bau kencur?" Devon mendengus kesal.

Berlian tersenyum dan mengangkat kedua bahunya.

"Kamu seksi" ucap Devon dan pandangannya tidak pernah lepas dari sosoknya Berlian yang terlihat begitu matang, cantik, sensual dan seksi di mata Devon.

Berlian hanya melemparkan senyum cantiknya ke arah Devon.

"Menurut kamu? aku bagaimana?" tanya Devon.

"Kamu tampan dan berapa aku harus membayarmu?" Berlian tersenyum ke Devon.

"Aku bukan cowok seperti itu, aku tulus melakukannya sama kamu" kata Devon dan menghela napas panjang untuk kembali berkata "Aku akan pulang, ini sudah jam sebelas malam, papa pasti sedang menungguku saat ini"

"Tunggu, jangan temui aku lagi! ini pertama dan terakhir bagi kita" kata Berlian tegas.

Devon hanya bisa tersenyum dan pergi meninggalkan kamar hotel itu.

Hotel The Bariton miliknya Axel Bariton tampak ramai malam ini, ada acara pernikahan di sana. Seperti biasanya, Axel Bariton hanya mengawasi dari kantor sekaligus tempat tinggalnya selama di pulau B, di lantai paling atas dari hotel tersebut.

Sam datang tergopoh gopoh menemui tuan besarnya "tuan, dia ada di sini"

"Siapa?" tanya Axel dan langsung menautkan alisnya.

"Nayara Mahesa, tuan. Dia akan tampil sebagai wedding singer malam ini"

Axel langsung berdiri dari kursi besar berkepala singa yang merupakan singgasananya.

"Ayok kita turun!"

Axel dan Sam akhirnya sampai di lantai bawah dan memasuki ruangan resepsi dari kliennya. Semua karyawannya langsung menundukkan wajah mereka ketika Axel melangkah melewati mereka. Axel kemudian memilih tempat duduk yang strategis sehingga dia bisa melihat dengan jelas wanita impiannya, yang bernama Nayara Mahesa.

"Tuan mau minum apa?" tanya salah satu pelayannya.

"Seperti biasa, pakai perasan lemon jangan lupa, dan satu potong es batu!"

"Baik tuan, akan saya siapkan"

Tidak begitu lama pelayannya datang menghadap.kembali dan memberikan minuman pesanannya Axel.

Sam yang tidak berani minum minuman keras menyesap cangkir kopinya yang less sugar.

Nayara kemudian naik ke panggung dan mulai bernyanyi ketika mempelai berdua mulai berjalan bergandengan tangan menuju ke pelaminan. Axel menikmati suara emasnya Nayara sambil memejamkan mata kemudian bertanya ke Sam "apa dia seorang penyanyi, Sam?"

Sam yang tengah berdiri di sampingnya Axel menjawab "bukan, tuan"

"Tapi dia memiliki suara yang sangat indah. Bagaimana keluarganya? kau sudah selidiki dia?"

"Sudah tuan. Dia putri dari tuan Reza Mahendra, salah satu manajer dari hotel tuan yang berada di dekat pantai S" jawab Sam"

"Terus?"

"Dia bekerja di kantor tour and travel tuan sebagai tour guide, dia baru saja lulus dari SMK jurusan pariwisata"

"Apa dia punya saudara?"

"Punya tuan. Dia punya seorang adik laki laki yang bernama Allen. Adiknya masih duduk di bangku SMA kelas sepuluh"

"Apa dia miskin? seharusnya tidak, kan? aku tahu berapa gaji manajer hotelku, cukup layak untuk hidup nyaman tapi kenapa dia tidak melanjutkan kuliah? dan bekerja serabutan seperti ini?"

"Sebenarnya Reza Herlambang cukup mapan, dia bekerja di hotelnya tuan sebagai manajer dan istrinya bekerja di sebuah bank swasta, lumayan mapan sebenarnya, bahkan mereka memiliki tiga buah mobil, untuk Reza, istrinya dan anak laki laki mereka. Walaupun mobil second tapi punya tiga mobil itu berarti hidup mereka cukup mapan"

"Kenapa Nayara tidak mendapatkan mobil dan tidak kuliah?"

"Nah itu tuan, saya masih belum menyelidiki lebih jauh, heeee. Besok saya akan cari info tentang Nayara lagi, tuan"

"Dia naik apa ke sini?" tanya Axel.

"Setahu saya naik ojek, tuan"

"Acara ini selesai jam berapa?" Axel membuka mata dan menoleh ke Sam.

"Jam sebelas, tuan"

"Dia punya tunangan, kan? kenapa tunangannya tidak mengantar dan menjemput dia?"

"Saya tidak tahu, tuan"

"Selesai acara nanti, antarkan dia pulang! Sangat berbahaya bagi seorang gadis naik ojek jam sebelas malam" Axel berkata sembari menenggak habis minumannya.

"Tuan ikut kan?"

Axel menoleh lagi ke Sam "emm, aku masih malu Sam. Kamu sendiri aja yang mengantarnya pulang"

Di saat Axel berdiri dan hendak melangkah meninggalkan acara resepsi itu, tiba tiba dia melihat Nayara digoda seorang pria.

Axel langsung mengeraskan bibirnya dan melangkah lebar menuju ke mejanya Nayara.

"Lepaskan tangan kamu darinya!" Axel berkata ke cowok yang menggoda Nayara dan berdiri membelakangi Nayara sehingga Nayara tidak bisa melihat wajahnya Axel.

"Anda siapa?" tanya cowok itu.

"Kamu akan lari terbirit birit kalau kamu tahu siapa dia" bisik Sam di telinga cowok itu.

Cowok itu kemudian melepaskan tangannya dan pergi meninggalkan mejanya Nayara.

Axel berkata lirih dan masih membelakangi Nayara "Sam, jaga dia!" Axel kemudian melangkah pergi meninggalkan Sam dan Nayara.

"Kamu yang tadi di pantai, kan?" tanya Nayara.

"Iya benar" Sam tersenyum ramah ke Nayara.

"Terima kasih banyak sudah menolongku dari gangguan cowok tadi"

"Yang menolong anda bos saya, nona"

"Kenapa pakai bahasa formal?" tanya Nayara heran "sepertinya umur kita tidak beda jauh"

Ya, karena anda adalah calon nyonya besar saya, nona. Batin Sam.

"Aaaa, heee, saya terbiasa berbahasa formal kepada siapapun"

"Ooooo" Nayara tersenyum kembali ke Sam.

Memang cantik nona ini. Pantas saja kalau tuan Axel tidak bisa berpaling dan terus mencarinya di seluruh pelosok negeri. Batin Sam.

"Maaf nona, apa anda sudah selesai? kalau sudah, mari saya antarkan pulang, sebagai layanan dari hotel kami, nona"

"Benarkah? ada layanan semacam ini? Bagus juga, hotel ini, baiklah, aku akan tenang jika kamu yang mengantarku pulang. Teima kasih" Nayara kemudian berdiri dan tersenyum.

"Aah iya nona, mari lewat sini" Sam berkata dengan sangat sopan dan ramah.

Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di dalam mobil dan menuju ke rumahnya Nayara.

"Anda kuliah nona?" Sam mencoba berbasa basi.

"Tidak"

"Kenapa?" tanya Sam.

"Mamaku tidak mau menguliahkanku" nada sedih terdengar di suara merdunya Nayara.

"Kenapa?"

"Karena aku bukan anak kandungnya, mama kandungku sudah lama meninggal sejak aku masih kecil lalu papa menikah lagi"

"Saya ikut prihatin, nona" kata Sam tulus.

"Terima kasih"

"Lalu kenapa papa anda tidak menguliahkan anda?" Sam kembali melempar pertanyaan ke Nayara.

Nayara menghela napas dan berucap "papa sangat mencintai istri cantiknya dan selalu mengikuti apa yang menjadi kemauan dari istrinya itu"

"Maafkan saya, kalau terlalu banyak bertanya dan mengganggu anda"

"Tidak apa apa, Nayara merasa lega bisa berbagi cerita dengan kak.......?"

"Sam, panggil saja, Sam! tidak usah pakai kak, heeee"

"Baiklah Sam" kata Nayara.

Kalau nanti tuan dengar anda memanggil saya kakak, saya bisa kehilangan pekerjaan saya, nona. Batin Sam.

"Anda punya tunangan, bukan?" tanya Sam.

"Iya, aku sudah bilang kan tadi siang"

"Kenapa tunangan anda tidak mengantar dan menjemput anda malam ini?"

"Oooo, dia ada lembur. Harus menjemput tamu di bandara dan mencarikan hotel. Kami bekerja sebagai tour guide di kantor yang sama"

"Oooo"

"Stop! kita sudah sampai" kata Nayara.

Sam kemudian menghentikan laju mobil yang dia kendarai lalu bergegas keluar dan berlari untuk membukakan pintunya Nayara.

Nayara tersenyum dan berkata "terima kasih"

Nayara pun melangkah masuk ke pekarangan rumah papanya dan Sam kembali masuk ke mobil.

Mama tirinya Nayara yang biasanya sudah tertidur pulas, kini berdiri di teras rumah sambil bersedekap.

"Dari mana saja kau? anak gadis kelayapan malam malam begini"

"Naya kan tadi sudah minta ijin sama papa dan mama kalau sore ini, Naya ada pekerjaan sebagai wedding singer di hotel Bariton dan mama kan sudah mengijinkan tadi"

"Masak sih?" mama tirinya nampak malu karena tiba tiba ingat, memang dia sendiri yang telah mengijinkan Nayara pergi tadi.

Nayara hanya bisa menghela napas panjang menahan kesal.

"Siapa tadi?"

"Oooo, dia pegawai hotel Bariton yang bertugas mengantar jemput klien mereka"

"Lalu adik kamu mana?"

"Hah? Allen tidak pergi sama aku, ma"

"Aku mengijinkan kamu pergi, aku pikir kamu perginya sama Allen, hadeeeh gimana sih kamu, jadi kakak aja nggak becus. Nggak bisa jaga adik kamu sendiri, cih!" mama tirinya Nayara mulai mengomel.

Nayara hanya diam membisu.

Mama tirinya Nayara kemudian masuk ke dalam rumah dan mulai mencari ponselnya. Nayara mengikuti langkah mamanya dan masuk ke dalam rumah.

Berkali kali mama tirinya Nayara memencet nomor ponselnya Allen tapi Allen tidak menjawabnya. Semakin paniklah dia.

"Kamu cari Allen, cepat! malah bengong"

"Tapi ke mana, ma? dan naik apa?"

Mama tirinya Nayara meraup kasar wajah cantiknya dan berucap "oke kita cari bersama sama, naik mobilnya mama"

Saat mereka hendak melangkah keluar dari rumah mereka, Allen masuk dengan baju kusut dan beruntungnya Allen tidak mabuk saat itu.

Mamanya langsung memekik kegirangan dan memeluk Allen "dari mana kamu?"

Allen melepaskan diri dari pelukan mamanya dan melangkah meninggalkan mamanya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mamanya.

"Kamu lihat apa?! masuk ke kamar kamu sana! Allen sudah pulang" kata mama tirinya Nayara ke Nayara.

Nayara kemudian melangkah menuju ke kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!