Denisa Febilla menatap gerimis kecil diluar sana seolah mewakili hati nya yang sedang menangis. Dingin diluar sana seolah menggambarkan kedinginan hatinya. Sekuat tenaga berusaha menahan air mata yang dengan sukarela mengalir tanpa kompromi.
Sejauh ini menempuh perjalanan di awal keberangkatan ke kota Semarang dengan penuh percaya diri, sukacita dan kerinduan. Kini dirinya dihadapkan pada luka dan kecewa.
Rayend laki laki yang sudah empat tahun ini menjadi tambatan hatinya, ternyata tega mengkhianati cinta nya. Niatnya jauh ke Semarang untuk memberikan Surprise di hari ulang tahunnya malah membuatnya mengetahui siapa Rayend sesungguhnya.
Bayangan kejadian satu jam yang lalu masih sangat membekas dipikiran Denisa.
Mendatangi Apartemen Rayend dengan membawa kue tart kecil lengkap dengan lilin nya. Dengan percaya diri mengetuk pintu.
Tak lama pintu itu dibuka oleh seorang wanita cantik dan sangat muda. Berkulit putih bersih, berbadan langsing. Mengenakan baju tidur satin dan terlihat perut yang membuncit. Denisa terpaku menatap Perempuan itu. Sejenak keterkejutan menguasai Denisa.
" Mau cari siapa kak?" sapa wanita itu ramah
" Hmmm." Denisa hanya bisa mengeluarkan kata itu sambil terlihat linglung
" Siapa yang bertamu sayang?" terdengar suara dari dalam. Ya.. suara yang sangat Denisa kenal. Suara milik Rayend kekasihnya.
Sejenak Denisa menarik nafas dan berkata "Maaf sepertinya saya salah unit"
Denisa tersenyum pahit dan meninggalkan pintu kamar tersebut. Menunggu lift dan turun ke bawah. Jantung Denisa berdebar kencang. Siapakah wanita hamil yg dipanggil "sayang" oleh Rayend.
Segala perasaan bercampur aduk memenuhi kepala Denisa, Nafas nya terasa tersengal, Denisa merasakan kaki nya lemas dan dia menyandarkan diri di dinding lift yang membawanya turun. Ingin Rasanya saat itu juga naik kembali memunculkan diri dihadapan Rayend dan meminta penjelasan.
Tapi Denisa berfikir untuk tidak mengambil cara itu. Masih berharap semua tidak seperti yang dipikirkan saat ini. Keluar dari lift Denisa membuang kue kecil ke tempat sampah. Denisa lalu mencari kopi shop dan memasukinya. Dan disinilah dia saat ini menatap gerimis ditemani kopi kesukaan nya dan mencoba berfikiran jernih.
Telfon ya.. aku harus menelfon Rayend.
Denisa mengambil ponsel dari dalam tas dan menelfon Rayend. Tersambung tapi tidak diangkat. Tiga kali Denisa mencobanya tapi tidak diangkat. Denisa menyesap kopi perlahan sambil berusaha meredakan kegelisahan nya. Lima menit kemudian notifikasi hp nya berbunyi. Dari Rayend
" I'will call you in 15 minutes"
Denisa meletakkan hp nya. Tangannya memijat keningnya pelan. Memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Larut dalam lamunan akhirnya layar hp nya menyala. Nama Rayend disana.
"Halo Denisa, ada apa telpon aku pagi sekali?"
" Hhmm , Selamat ulang tahun ya, Panjang umur ,sehat selalu semua yang terbaik untukmu dan makin sayang Sama aku" Denisa berusaha berkata seperti tidak terjadi sesuatu.
" Terima kasih ya, aku jadi kangen kamu. Kapan ya kita bisa ketemu lagi. Aku sudah lama ga dapat event ke Jakarta, Andai kamu bisa kesini. Aku pasti bahagia sekali"
"Oh ya.. maaf ..kamu kan juga tau aku ga bisa ninggalin kerjaan" Denisa berbohong
" Ya tidak apa, aku ngerti kesibukanmu. Ya sudah, aku sudah mau jalan, mau nyetir kendaraan, masih mau lanjut ngobrol atau nanti aku call kamu lagi?"
" Matikan saja, bahaya nyetir sambil telpon. Aku juga bersiap mau kerja. kamu hati hati ya"
" Baik.. Bye.. Love u"
Denisa langsung mematikan sambungan telpon tanpa menjawab kata kata Rayend seperti biasa. Denisa masih enggan beranjak walau langit sudah terlihat lebih terang dan hangat karena matahari sudah memunculkan diri walau malu malu.
Denisa merasa bingung harus melakukan apa dan pergi kemana. Terlalu buntu pemikirannya. Akhirnya dia keluar dari kopi shop dan melangkah tak tentu arah.
Masih di komplek apartemen Rayend langkah Denisa terhenti disebuah taman kecil. Karena hari Sabtu ada beberapa orang berjalan berjalan atau berolahraga kecil di area taman. Denisa duduk disalah satu bangku taman itu.
Masih belum bisa berpikir, Denisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sampai terdengar suara wanita menegurnya.
" Kakak yang tadi ketuk pintu unit apartemen aku kan?"
Denisa kaget dan gugup. Lalu berusaha menguasai keadaan dan tersenyum " Iya.. maaf ya tadi salah unit "
" Memangnya mau ke unit berapa kak?" wanita ramah ini melanjutkan perbincangan.
" Saya mau kelantai 18 atau 19. Tempat teman saya. Saya lupa, karena mau kasih surprise akhirnya saya menerka saja. Dan akhirnya salah" Denisa terkekeh pelan mencoba se wajar mungkin " Maaf tadi jadi mengganggu kamu ya."
" Tidak apa apa kak"
" Oh ya kamu sedang hamil?"
Wanita muda cantik dan ramah itu menjawab "Iya kak. sudah 5 bulan. Anak pertama'
" Wow kamu pasti bahagia sekali"
" Begitulah kak, lama sekali nunggu anak ini hadir. Setelah menikah 5 tahun baru dia berkenan ada di rahim saya" jawabnya sambil tersipu. Denisa terkaget dalam hati 5 tahun. Sedangkan dia dan Rayend menjalin hubungan empat tahun. Berarti...
" Tetapi kamu sungguh masih muda sekali. tapi sudah lima tahun menikah" ada sedikit rasa tak percaya dalam hati Denisa
" Iya Kak aku nikah muda, 17 tahun "
"Ohh Ngomong ngomong kamu sendirian? suaminya mana?
" Sedang bekerja kak. Baru aja berangkat"
" Oh kamu lagi sendirian, aku temani jalan sebentar ya. Kebetulan lagi ga ada kerjaan"
" Lho kakak sudah bertemu teman yang ulang tahun tadi? aku liat kue kecil seperti kakak mau kasih surprise, sebetulnya aku kaget kak. Kebetulan hari ini suamiku juga ulang tahun. Tadi sempat berfikir aneh tapi.. " celoteh wanita itu.
" Temen aku perempuan. Dan dia tinggal sendiri. Maka nya ketika liat kamu, langsung aku tau kalau aku salah kamar" Denisa menjawab cepat.
"Tapi kakak sudah ketemu temen kakak?"
" Tidak, dia sedang menginap bersama pacarnya ditempat lain. Maka nya aku disuruh nunggu dia jadi daripada bengong sendirian di taman. Mending Kan ada kamu buat temen ngobrol"
Wanita itu tersenyum manis.. yaa.. wajahnya sangat manis dan menarik. Denisa terus berbincang sambil terus mengingat apa yang dia bicarakan dengan wanita itu. Sambil terus menahan sesak dan cemburu. Berusaha tahu lebih banyak informasi yang mungkin dia butuhkan untuk menghadapi Rayend nanti.
Tak lupa juga Denisa meminta foto selfi berdua dalam berbagai pose imut berdua dengan Merish nama istri Rayend. Denisa meminta bertukar no ponsel tapi kebetulan Merish tidak membawa ponselnya. Jadi hanya Denisa menyimpan no hp Merish. Dan berjanji untuk berkomunikasi dikemudian hari.
Setelah berpisah hati Denisa merasa gamang. Kalau benar Merish dan Rayend sudah menikah 5 tahun berarti saat ini posisinya lah yang jadi perebut suami orang. Denisa menahan nafas. Entah kenyataan ini baik atau buruk dia tidak bisa menilainya saat ini. Denisa akan menginap 1 malam lagi di kota Semarang, besok malam baru dia akan kembali ke kota Jakarta dengan menggunakan kereta.
Denisa masih tidak tau langkah apa yang harus dilakukan. Posisinya mendadak berbalik menjadi orang ketiga diantara Rayend dan Merish istrinya. Denisa tak berani membayangkan apa jadinya tadi jikalau dia langsung menerobos kamar itu dan mempertanyakan semua ke Rayend.
Masih tidak tau apa yang harus dilakukan akhirnya Denisa memesan taksi online untuk menuju ke mall terdekat dari lokasi apartemen Rayend.
Ketika sampai disana waktu masih menunjukan jam 11 siang. Denisa melangkah keliling mall tanpa tujuan pasti hanya sekedar untuk melonggarkan pemikirannya yang suntuk. Sampai waktu menunjukkan pukul 12 lebih baru Denisa memasuki sebuah restoran Jepang karena perutnya meminta di isi.
Setelah memesan dengan sabar menunggu pesanannya datang, Denisa duduk sambil menunduk menautkan jari jarinya sendiri. Sambil sesekali menyusut air mata di sudut mata nya. Pikirannya melayang layang ke masa lalu dan akan seperti apa kedepannya. Mengikuti kebohongan Rayend atau apa. Denisa menggeleng kan kepalanya. Membenamkan wajahnya di lipatan tangannya diatas meja.
" Kak Nisa.. ya ampun kita ketemu lagi disini."
Dan suara ramah itu terdengar kembali ditelinga Denisa dan... Deg.. Seketika jantung Denisa terasa terhenti sejenak. Denisa gugup mengangkat wajahnya dan berdiri menyembunyikan tangan nya yang gemetar dibelakang tubuhnya. Mencoba sebisa mungkin menahan seluruh perasaannya. Merish.. ya Merish sedang menghampirinya sambil tangannya menggandeng Rayend yang wajahnya tak kalah terkejut.
" Hai Merish" Denisa meringis kenapa dunia terasa sempit saat ini bisa bisanya sampai dua kali bisa bertemu seperti ini dan kali ini bersama Rayend. Denisa belum siap untuk itu tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi. Mencoba memaksakan sebuah senyum walau hatinya terasa hancur dan bercampur aduk.
" Sayang, ini kak Nisa yang aku ceritakan tadi, yang tadi pagi nyasar ketuk pintu unit kita dan temani aku jalan jalan di taman, kak Nisa kenalkan ini suamiku" Rayend mengulurkan tangan nya. Yang pasti Rayend tidak berfikir kalau Nisa itu adalah Denisa karena nama panggilan nya Denisa atau Sasa
" Salam kenal ". ucap Denisa sewajar mungkin, sementara Rayend hanya mengangguk dengan kaku
" Kakak sendirian lagi. Gabung kita aja ya kak kita cuma berdua. Kita cerita nya mau birthday Lunch kak. Lagi ulang tahun si kesayanganku ini " Merish berkata dengan riang sambil bergelayut manja di lengan Rayend ketika menyebut kata kesayanganku.
" Hmm kalau lagi birthday Lunch berdua nanti yang ada aku ganggu kalau ikut gabung " Denisa mencoba menolak sambil melirik ke arah Rayend
" Engga kok kak,, engga ganggu, iya kan sayang? " Merish meminta persetujuan Rayend
" Ya.. Gabung saja" sepertinya Rayend tidak dapat menemukan alasan untuk menolaknya
" Tenang kak, tidak bakal ganggu. Nanti malam masih ada birthday dinner yang pasti cuma berduaan saja, kalau sekarang boleh lah rame rame" kebahagiaan tampak jelas di wajah Merish.
" Aku sudah pesan makanan. Kalian pesan saja langsung " Denisa berusaha sewajar mungkin walau hatinya bagai tertusuk ribuan duri. Pengendalian diri Denisa begitu hebat. Bukan tanpa alasan karena dalam hal ini Denisa dihadapkan pada kenyataan bahwa dia lah orang ketiga dalam pernikahan Rayend dan Merish.
Saat ini Merish duduk tepat didepannya Dan Rayend disisinya. Dan dapat dipastikan acara makan itu berlangsung dengan amat canggung untuk Denisa dan Rayend , Tak sekalipun Denisa mampu menatap Rayend. Hatinya terlalu pedih. Bisa menahan air mata saja sudah sangat bagus. Hanya celoteh riang Merish yang sesekali dijawab oleh Rayend dan Denisa. Setelah acara makan dengan kecanggungan itu selesai Rayend yang membayar tagihan dan mereka pamit lebih dulu.
Saat Rayend sedang membayar di kasir notifikasi hp Denisa berbunyi. Chat dari Rayend
" Tunggu aku sebentar disini, Aku akan antar Merish sampai ke mobil dan please kita harus bicara"
Denisa enggan menjawab tapi akhirnya dia memilih menunggu. Karena mungkin ini saat yang tepat untuk bicara. Setelah 15 menit mengantar Merish akhirnya Rayend muncul dihadapan Denisa.
" Kenapa ga diantar sampai rumah , istri kesayangan mu yang sedang hamil.. Apa kamu ga khaw... "
"Denisa..... maafkan aku..". Potong Rayend sambil menatap Denisa dengan penuh penyesalan.
" Kenapa kamu tega membohongiku selama ini oh.. terbalik , kenapa kamu tega mengkhianati Merish sejauh ini " Hati Denisa terasa hampa dan sudah tak bisa menahan air mata nya. Rayend hanya bisa memandang Denisa dengan penuh penyesalan.
"Apa salahku.. Apa salah Merish.. Apa kami berdua begitu layak diperlakukan seperti ini ?. Masih beruntung aku tidak langsung marah-marah ketika pertama bertemu Merish di apartemen mu. Hingga Merish tak perlu tau kebobrokan suami tersayang nya.. Dan tidak tau bakal malu seperti apa diriku kalau sampai aku melakukannya " suara Denisa terdengar bergetar diantara derai air matanya. Rayend hanya menunduk tangan nya terkepal diatas meja.
" Ceritanya panjang.. aku tidak akan berkelit kalau semua salahku. Tapi yang terjadi saat ini adalah aku benar benar tidak bisa meninggalkan Merish dia sedang hamil"
" Aku pun tidak akan pernah menyuruh kamu meninggalkan Merish walau dia sedang tidak hamil sekalipun. Bahkan kamu menikah lebih dulu dengannya sebelum memulai denganku. Moral ku tak serendah itu" Denisa mengucapkan dengan tajam dan sinis. " Jauh perjalanan ku kesini. Ternyata yang aku lihat kenyataan seperti ini. Mau sampai kapan kamu membohongi kami? "
" Denisa... Semua salahku.. Maafkan aku yang tidak jujur dari awal. Semua rumit dan sulit. Sangat rumit, sangat sulit. Aku sampai dititik yang selama ini ku takutkan. Tapi percayalah cuma kamu yang aku sayangi dan aku cintai "
Denisa memandang sinis ke Rayend.
" Simpan saja semua rasa hatimu untuk dirimu sendiri. Aku sudah tidak bisa mempercayai apapun ucapan yang keluar dari mulutmu. Jangan hubungi aku lagi. Hubungan kita selesai sampai disini. Dimasa depan ku mohon. Jangan kamu ulangi kelakuan burukmu ini lagi "
Selesai mengatakan itu Denisa beranjak pergi. Rayend hanya menunduk di tempat semula sambil memijit keningnya. Jauh di lubuk hatinya menangis melihat kesedihan Denisa. Tapi posisi nya saat ini tidak memungkinkan untuk mengejar Denisa dan menjelaskan semua.
Rayend sangat mengerti sifat Denisa . Saat ini Denisa tidak butuh penjelasan apapun. Dan walaupun sudah dijelaskan sekalipun Rayend tetap tidak bisa memberikan harapan kalau akan kembali bersama Denisa. Yang utama saat ini buat Rayend adalah menjaga Merish dan bayinya. Walau Merish bukan mengandung anak Rayend sekalipun. Hati lembut Rayend tak mungkin membiarkan Merish depresi dan membahayakan nyawanya dan bayinya.
Bagi Rayend itu lebih penting dari sekedar mengorbankan hatinya dan hati Denisa. Rayend mengusap air mata nya. Rayend percaya suatu hari nanti dia akan memberi tahukan hal yang sebenarnya terjadi. Dan rayend maupun Denisa tidak menyadari ada sepasang mata yang tampak sangat tertarik memperhatikan pembicaraan mereka. Dan sepasang mata lagi mengamati dari kejauhan .
Setelah meninggalkan Rayend, Denisa melangkah keluar mall tersebut dan memesan taksi online untuk ke stasiun kereta Tawang Semarang. Dengan penuh kekalutan akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Jakarta malam ini juga. Karena sepertinya tidak ada alasan untuk tetap tinggal disini sampai besok malam seperti rencana semula.
Mencoba memesan tiket online tapi untuk perjalanan dihari yang sama dan tinggal beberapa jam lagi sepertinya harus langsung pesan di stasiun keberangkatan. Untunglah masih ada kursi tersisa tiket kelas bisnis untuk perjalanan nanti malam. Waktu masih menunjukan pukul 3 sore. Kereta nya masih akan berangkat jam 7 malam.
Denisa memilih untuk tetap menunggu diruang tunggu stasiun Tawang. Memilih tempat duduk dipojok dan menyembunyikan wajahnya di balik sweater hodie nya. Tangan Denisa memeluk tas punggung yang dibawa nya. Tanpa terasa air mata kembali menetes. Hubungan 4 tahun bersama Rayend yang dia pikir adalah akan menjadi pelabuhan terakhir hati nya ternyata harus kandas juga.
Kesetiaan yang selalu dijaga untuk nya bahkan dibalas penghianatan. Denisa tak sedikit pun berminat bertanya atau pun mendengarkan alasan Rayend melakukan semua ini. Hanya dengan dia mengaku bersalah cukup lah bagi Denisa untuk mengakhiri semuanya. Sangat tak mungkin Denisa mau memaksa Rayend meninggalkan Merish hanya untuk dirinya. Lagi pula Denisa tidak akan pernah bisa mentolerir keadaan ini. Entah alasan apapun yang namanya menduakan cinta adalah hal yang fatal. Yang tak akan bisa Denisa terima. Jadi apapun alasannya tak akan bisa membuat hatinya tetap memiliki rasa yang sama untuk nya.
Namun bagaimanapun keadaan mendadak ini sangat membuat hatinya menjadi sangat pedih mengingat semua perjalanan yang telah dilalui bersama Rayend. Karena sesungguhnya dibalik ini semua Rayend adalah lelaki baik yang sangat mengerti Denisa. Kebaikannya hatinya, kelembutan nya, kepeduliannya, rasa empati yang tinggi terhadap siapapun bahkan sudah dapat dirasakan Denisa jauh sebelum mereka sepakat menjalani hubungan yang lebih dalam.
Rayend sosok yang begitu sempurna Dimata Denisa. Jika telah selama itu menikah Denisa semakin tak mengerti apa motif dari Rayend selama ini menjadikannya seorang kekasih. Apakah ****? tentu bukan, hubungan Denisa dan Rayend adalah hubungan sehat. Tanpa hubungan seksual yang dilarang walau usia Denisa dan Rayend masuk ke usia dewasa.
Atau uang? juga bukan, Rayend punya pekerjaan bagus begitupun Denisa, Sejauh ini tak ada urusan apapun yang mengindikasi hal itu. Lalu apa motifnya? Entah lah, Apakah ini juga alasan Rayend selalu menjaga nya dengan baik ketika sedang berdua.
Tak pernah sekalipun Rayend mengajaknya berhubungan intim. Walau sebelum nya mereka sering bermalam sekamar berdua ketika saling berkunjung ke kota masing masing. Paling jauh Rayend dan Denisa berciuman. Tak lebih dari itu tanpa mengarah ke hubungan seksual dewasa.
Kemana selama ini Rayend menyembunyikan keberadaan Merish karena setiap Denisa datang mengunjungi nya ke Semarang. Dan selalu menginap di apartemen Rayend. Tak pernah sekalipun melihat tanda tanda Rayend tinggal bersama wanita. Atau ketika Rayend mengunjungi nya ke Jakarta pun tak pernah ada gelagat aneh sebagai mana lelaki yang sedang berselingkuh. Denisa bahkan bebas menelpon Rayend kapan pun waktu nya.
Dan ternyata istri Rayend jauh lebih muda dari Denisa yang tahun ini berusia 27 tahun dan Rayend sendiri berusia 29 tahun. Apakah dia tak tertarik pada Denisa karena sebenarnya telah beristri dan istrinya jauh lebih muda cantik dan menarik. Berpuluh pertanyaan dan pemikiran menari dibenak Denisa, ia pun memukul pelan ke kepalanya. Berharap bisa sejenak menghilangkan bermacam pikiran tentang Rayend.
Saat ini jelas sudah harus melangkah melupakan segala kisah indahnya. Walau Denisa yakin tak akan semudah itu melupakan namun tak ada pilihan lain. Matanya sudah begitu merah dan sembab. Hari makin beranjak sore, langit yang mendung mendadak menurunkan hujan lebat. Dalam dingin Denisa mengusap usap tangan nya. Merasa perutnya berbunyi menagih untuk diisi. Tadi dia serasa tidak sanggup menelan makanan ketika makan bersama Rayend dan Merish. Bagaimana bisa makan didepan pemandangan yang menyakitkan mata dan hati. Walau sebenarnya Denisa jago makan apalagi kalau lagi stres.
Setelah Mengusap usap mata dan wajahnya perlahan Denisa berdiri dengan malas. Menatap jam besar didinding stasiun yang menunjukkan pukul 17.30. Diluar masih hujan, mata Denisa berkeliling mencari kedai makanan. Denisa lalu memesan nasi dengan 2 potong ayam goreng, kentang goreng, burger dan tak lupa minuman bersoda. Yah begitulah Denisa yang selalu meningkat nafsu makan ketika sedang sedih atau stres. Aneh bukan. Kali ini Denisa yakin akan sanggup menghabiskan semua makanan yang dia pesan.
Selesai dengan urusan perutnya Denisa ke toilet . Memandang wajahnya pada kaca . Terlihat wajah yang layu dan tak bersemangat. Denisa membuka keran air membasuh wajahnya yang lesu. Setelah itu Denisa kembali melangkah ke ruang tunggu. Kurang dari satu jam lagi kereta akan berangkat dan hujan angin masih turun dengan lebatnya. Denisa yang tidak tahan udara dingin semakin merasa tak nyaman.
Hanya bisa duduk sambil menautkan tangannya didepan dada. Jam keberangkatan semakin dekat dan penumpang dipersilahkan naik kereta. Denisa pun naik dan mencari nomer tempat duduknya. Dan Denisa mendapat tempat duduk di pinggir dekat kaca memandang hujan yang masih turun dengan derasnya. Tak terasa hujan mungkin sudah turun dua jam lebih.
Dan kereta berangkat tepat waktu tanpa terkendala hujan yang masih deras. Perlahan kereta mulai bergerak meninggalkan kota Semarang. Denisa mengucapkan selamat tinggal untuk kota yang mungkin dikemudian hari akan selalu dihindarinya. Walau pun berurusan dengan pekerjaan sekali pun. Membawa semua kenangan manis nya yang berakhir dengan kepahitan.
Malam ini lumayan banyak penumpang di gerbong itu hanya saja kursi di samping Denisa tak terisi. Membuat Denisa nyaman termenung sendiri dengan hati yang kelam. Saat ini dia harus merelakan semua. Walau sulit pada akhirnya kenyataan memanglah mengharuskan dia saat ini harus mulai melupakan Rayend. Kembali Denisa menangis dan menangis dalam kesendirian dan larut dalam kesedihannya. Sampai tiba tiba kereta perlahan berhenti dan ruangan menjadi gelap. Kepanikan melanda disekitar Denisa.
Semua penumpang berdiri dalam panik dan berusaha mencari tau apa yang terjadi. Tak lama petugas kereta berjalan dari gerbong ke gerbong menginformasikan kalau ada gerbong yang terkendala masalah kelistrikan. Denisa kembali duduk menunggu dalam kegelapan. Sambil cemas menunggu perbaikan dengan kesabaran.
Setelah lumayan lama berhenti dan gelap, kru kereta menginformasikan kalau seluruh penumpang di gerbong yang Denisa tempati untuk pindah duduk ke gerbong di depannya. Denisa pun segera mengambil tas bawaan nya dan bersiap melangkah untuk pindah Gerbong.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!