Sepi. Hanya suara detak jantung yang hanya bisa di dengar oleh masing masing pemiliknya. Suasa mencekam. Aura ketakutan dan ke gugupan terpancar jelas di ruang X IPS C.
Seorang Siswi bernama Annisa Meylin Cyla bisa di panggil Nisa tampak gugup memegang dadanya berusaha menetralkan detak jantung nya.
"Ayolah ini hanya masa orientasi peserta didik baru tingkat SMA, jadi ini bukan yang pertama kalinya kenapa harus begini sih " batin Nisa.
ini hanya perkenalan biasa, So apa yang harus di takutkan? imbuh nya lagi.
Semua siswa siswi terdiam. pandangan matanya fokus tertuju pada lelaki di depan kelas yang sedang memperkenalkan dirinya. Yang di pandang pun balas tersenyum.
Senyum itu masih mengembang. Terbingkai pada wajah berbentuk oval dalam alas wajah berwarna putih.
Tampan. satu kata itu cukup untuk menggambarkan kesempurnaan makhluk di depan sana. Azam Farinha Yuswi. Ya itu lah namanyaa manis. semanis dirinya dengan kedua gingsul di kiri kanan sudut bibirnya.
Pandangan mata Azam kini beralih ke bangku pojok kiri belakang. Hatiku berbunga karenanya. Bagaimana tidak sepasang mata hitam pekat itu memandang ku. Ya Tuhan hati ku meleleh karenanya.
"Eh liat deh tuh cowok kok liatin gue yah" bisik Nisa pada teman satu bangku nya.
Yola hanya membalas dengan senyuman tipis, mungkin masih canggung untuk mengobrol dengan Nisa makhluk yang baru di jumpainya beberapa saat yang lalu.
"Ya Ampun cakep banget" tambah Nisa. Ia berdecak kagum melihat pemandangan di depannya.
"Emmmmm" ucap Yola lirih, Ia masih ragu apakah Nisa baru saja mengajaknya bicara atau sedang mengagumi lelaki di depan kelas sana. meskipun lirih ternyata masih bisa di tangkap oleh indera pendengaran Nisa.
Nisa menatap tajam sahabat baru nya. Hanya itu? yang jika di tulis hanya E dan M. Singkat. Padat. Dan tidak jelas fikir Nisa.
Ia merasa kesal dengan sikap Yola yang mengacuhkannya. Nisa yang tidak puas dengan jawaban Yola kembali menyahut
"Lo tuh yah nyebelin tau nggak. Gue ngajakin lo ngobrol bukan nyanyi, nggak perlu intro dulu hmm hmm hmm deh" gerutu Nisha sebal.
"Eh maaf kirain lo lagi ngomong sendiri" elak Yola salah tingkah.
"Lo kira gue gila? please deh Lola mana ada orang gila secantik gue" balas Nisa sewot.
"Lola?"
"iyah nama lo Lola kan?" sahut Nisa polos. Ups Nisa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya tanpa sadar Ia keceplosan salah menyebut nama .
"Lo bisa baca kan? Y.O.L.A" tegas Yola sambil mengeja name tagnya.
" Mata lo masih normal kan?" cecarnya lagi. Tak lupa dengan tatapan mata yang ingin menerkam Nisa. Sedangkan Nisa hanya tersenyum kikuk tanpa rasa bersalah.
Keduanya pun terdiam. Kembali fokus mendengarkan Azam yang sibuk menanggapi pertanyaan dari teman temannya yang kepo tentang dirinya.
Kebisuan itu tak berlangsung lama. Nisa yang cerewet tak bisa menahan dirinya untuk tidak bersuara.
"Lo punya kaca nggak" Tanya Nisa
Yola yang masih kesal dengan Nisa pun mejawab dengan cuek "nggak"
Nisa pun cemberut. Cuek amat buk Batin Nisa .
"Duh gimana dong? Muka gue biasa aja kan nggak berantakan? udah cantik juga kan?" Nisa melirik Yola meminta kepastian.
"Iya"
"serius? pake banget nggak?" ujar Nisa sekali lagi menyakinkan.
"Enggak juga sih. Masih cantikan gue kemana-mana kali" jawab Yola sombong.
Nisa hanya bisa mendengus kasar tak bisa di pungkiri sahabat baru nya memang cantik meskipun tanpa make up. Cantik natural. yang itu artinya akan menjadi saingan beratnya untuk mendapat cogan Apalagi dengan kedua lesung pipit nya menambah kesan manis.
Hanya ada 5 orang lagi yang belum memperkenalkan. Yang akan maju ke depan selanjutnya akan di tentukan oleh Azam.
"Nafilla Amalia". Suara bariton itu menggema di seluruh kelas. Sontak seisi kelas bersuit suit ria. Senyum Nisa mengempis perlahan. Dikecewakan harapan.
"Whattt? apa gue ga salah denger ? Kok dia milih Filla sih?" gerutu Nisa tak terima. Dia mengira Azam akan memilihnya karena pandangan matanya yang sejak tadi mencuri curi pandang ke arahnya. Ternyata tebakannya keliru. Nisa baru sadar di belakangnya masih ada dua makhluk asing.
"Huh sial" umpatnya kecewa.
"Makanya ga usah ke ge-er an dulu " timpal Yola melupakan bad moodnya beberapa menit yang lalu. Di gantikan dengan wajah sumringah penuh kemenangan.
"Gue kan cuma berharap aja gitu, emang apa salahnya. Lagian jadi orang tu harus PD kali" sanggah Nisa tidak terima.
" Enggak ada yang salah sama harapan tapi konsekuensinya lo harus siap kecewa apa lagi di permalukan" papar Yola menjelaskan.
"Maju..maju..maju" sorak sorai ramai terdengar. serempak memandang ke arah Filla.
"Cie yang udah di tunjuk sama cogan maju dong jangan sia siain kesempatan emas lo siapa tau ini awal kalo kalian berjodoh" kata Icha teman sebangku Filla menyemangati .
"Apaan si " filla mencubit lengan Icha pelan. Kemudiam bangkit dari duduknya maju ke depan kelas. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Entah karena malu atau malah senang.
Nisa tak berminat menanggapi. bosan menananti gilirannya yang entah sampai kapan.
Tepat di akhir Filla menyudahi perkenalannya bel tanda istirahat berbunyi.
Teet..teet.tettt..
Perkenalan di tunda. Menyisakan empat orang siswi . Icha Andala Claire. Nisa tak sengaja membaca name tag salah satu siswi di kelasnya. Nisa tersenyum kecut bertambah satu lagi saingannya .Meskipun terlihat dari tampangnya, Icha mungkin termasuk siswa pendiam. Namun wajahnya yang sedikit riasan tipis menyanggah asumsi Nisa. Ia sadar di zaman now memungkin kan orang yang mukanya saja malu malu kucinng ternyata kelakuan seperti kucing garong. bukan malu malu tapi tanpa malu.
" Mau ke kantin nggak?"
suara serak Yola sukses membuyarkan imajinasi Nisa. Nisa mengeleng lemah. Memikirkan akan banyak saingan di sekolah nya. ia tidak memikirkan hal ini saat masuk ke sekolah Elit SMA Nusa Bhakti. Yang ada di fikiran nya adalan di sini adalah sarang nya cogan berkumpul setidaknya dia bisa mendapat salah satu nya dengan begitu dia bisa cepat melupakan Aldo mantan kekasih nya.
"Serius nih?"
"iya" tolak Nisa sarkasme
Yola membisikan sesuatu. Nisa menatap tak percaya. Namun menilik dari raut wajah Yola yang seakan serius hal itu membuatnya bergidik ngeri. Mau tak mau menuruti ajakan Yola. Meskipun dalam hati kecilnya masih ragu dengan ucapan Yola.
Setiba dikantin Nisa masih diam membisu, masih mencerna perkataan Yola barusan. Akal sehatnya masih berfungsi dengan baik, jelas saja menolak pernyataan Yola. Nisa menepuk jidatnya pelan. Jelas saja hal itu hanya akal akalan Yola untuk menakut nakutinya.
apakah mungkin di zaman modern seperti ini ada hantu?.
Happy Reading All🤗..
Jan lupa like, vote, komen and rate 5 yaw..🤓
maaci😙😙
Salam sayang dari Pujas😉
Satu minggu berlalu. Masa orientasi telah selesai kini saatnya memulai pembelajaran. Jam pertama dimulai dengan mapel Sejarah. Seharusnya Pembelajaran kali ini diisi oleh Ibu Ratna, sayangnya beliau sedang ada urusan mendadak. Jadi muridnya hanya di beri tugas dan dikumpulkan pada saat akhir pembelajaran.
Azam selaku ketua kelas ia pun bertugas membagikan lembaran tugas yang tadi Bu Ratna titipkan padanya.
"kerjakan dengan benar dan jujur" ucap Azam pada Nisa.
Nisa menerimanya dengan senang hati. Meskipun dihatinya masih dongkol dengan peristiwa minggu lalu. Bagaimana tidak tatapan mata Azam tertuju padanya sedangkan yang di pilih malah Filla. Matanya ke siapa eh Hati nya buat siapa batin Nisa.
"iya" jawab Nisa cuek.
Azam pun berlalu. sebenarnya ia masih ingin menggoda Nisa tapi tatapan tak sabar dari Filla Membuatnya mengurungkan niatnnya. Kebetulan Filla duduk di belakang Nisa ditemani Icha sahabat baiknya. Mereka berasal dari SMP yang sama otomatis saat tau masuk Kelas yang sama mereka pun memutuskan untuk duduk sebangku. Hitung- hitung sebagai reuni pikirnya.
Nisa bersiap akan mengerjakan tugasnya. Namun wajahnya berubah sendu saat mengetahui ia lupa membawa pulpen kesayangannya. Ia pun berinisiatif meminjam pada Yola teman sebangkunya.
"La pinjem pulpen dong" tanya Nisa to the point. Inget time is money. Jangan buang buang waktu hanya untuk basa basi.
"Sorry gue nggak punya nis" jawab Yola yang sedikut pun tak menoleh pada Nisa. Ia khusyu' mengerjakan tugasnya.
"Terus yang lo pake apa" tanya gue kesal. Yola benar- benar menyebalkan di matanya.
"gue tau kalo ini pulpen tapi kan lagi gue pake"
"Itu sama aja lo punya" sergah Nisa memancing emosi Yola.
"udah deh gue males debat, gue emang punya tapi kan nggak mungkin gue pinjemin ke elo" jawab Yola masih bersabar.
Nisa yang telah berhasil membuat Yola marah pun senang. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk meributkan hal sepele. Tugas sejarah nya sudah menanti di depannya.
Ia pun membalik kan badannya. Memandang Icha dan Filla. Menimbang sesuatu sebelum mengeluarkan suara.
"cha pinjem pulpen dong".
Nisa memilih Icha ia ingin mengetes Icha apakah dia memang sebaik penampilannya.
"Gue punya dua si Nis tapi yang gue pake udah mau abis" Tolak Icha hati-hati.
Icha yang tadi mendengar keributan di depannya segera mencari jawaban rasional apabila Nisa meminta tolong padanya.
Semoga ini jawaban yang tepat batin Icha was was. Ia malas jika harus meladeni ocehan Nisa waktunya bisa habis jika berdebat dengan Nisa. Dari wajahnya saja sudah menguar kecerewetan yang abadi.
Bagi Icha yang irit bicara akan susah jika harus berdebat dengannya.
"Bentaran aja kali Cha". Nisa berusaha merayu. "Itu juga belum abis kan?" imbuhnya.
"Iya tau. Tapi sebagai makhluk ekonomi gue juga harus hemat Nis" jawab icha sekenanya. Tangannya sibuk menuangkan jawaban dalam otaknya.
"lu tuh ya pelit amat sih"
"Ini lagi masa penghematan. Bukan Pelit" Icha menjawab gusar.
"Beda tipis lah" Sindir gue halus.
Tak ada reaksi dari Icha
"Selain makhluk ekonomi kita juga makhluk sosial ga bisa hidup sendiri. Gue lagi butuh bantuan masa lo ga mau nolongin gue"
" iya juga yah..tapi emm gimana dong.." Icha mulai ragu
" Dan lo juga tau dong sesama muslim kita harus tolong menolong gue lagi susah lo harus bantu"
Icha pun mengalah mengambil pulpen dari kotak pensil nya.
"Eiits tapi kalo lo susah gue tinggalin deh" papar Nisa seenak jidatnya. Kemudian berbalik badan urusannya telah selesai.
" Parasit lo " bentak Icha kesal .
"Udah sabar aja" Filla berusaha menengahi. Sepertinya sahabatnya itu tak akan menang melawan Nisa si ratu crewet.
"Nanti klo istirahat jangan lupa beli" Icha mengalah. lebih baik dia mengingatkan Nisha.
" Iya bawel. Cuma minjem pulpen aja rempong"
"Yaelah pulpen aja lo minjem nggak modal banget"
"Tapi kan tadi lo ngajarin kalo harus hemat jadi kayaknya nanti gue ga bisa beli deh. pinjem lo aja deh" ucap Nisa tanpa dosa.
"Nisaaaa" Teriak Icha. Ia benar benar dibuat emosi dengan Nisa.
Filla hanya menggeleng gelengkan kepalanya tak biasanya ia mendengar sahabatnya berbicara dengan nada tinggi. Ia semakin kagum dengan Nisa yang pasalnya terkenal karena kepintarannya, bukan hanya juara kelas tapi ia juga yakin jika ada lomba memancing emosi pasti Nisa juga juaranya.
Nisa tertawa puas. Tak peduli dengan wajah masam Icha. Ia melanjutkan aktivitasnya. Waktunya terbuang sia sia 20 menit.
Yola yang sedang asyik bercermin tiba tiba termenung. Menatap pantulan dirinya dengan prihatin. kemudian menatap Nisa Intens. Ia tak bisa membayangkan masa depannya yang duduk dengan Nisa. Seminggu saja sudah membuatnya emosinya naik drastis. apalagi selama satu tahun bisa bisa darah tingginya akan naik. Lalu jika dua tahun atau tiga tahun bagaimana? bisa stress gue batin Yola ngeri.
Yola menghembuskan nafasnya kasar tak bisa membayangkan apa yang terjadi.
"Aww" Yola menjerit kecil. Nisa baru saja menepuk pipinya bahkan bisa di bilang menamparnya.
" lo kenapa liatin gue kayak gitu? gue jijik tau nggak"
" Mana ada gue liatin lo?"sanggah Yola. Ia tak mungkin menceritakan apa ada di benaknya. Itu sama saja mencari mati.
"Jangan liatin gue kayak gitu lagi nanti lo bisa naksir sama gue" oceh Nisa.
"Amit amit gue naksir lo. Selera gue ga serendah itu juga kali" timpal Yola tak mau kalah.
Nisa memicingkan matanya.
"Maksud lo?"
"Lo tu bukan tipe gue. Gue mah cari yang lemah lembut, perhatian, bukan yang bobrok kek lo" seru Yola membayangkan Azam, lelaki idamannya.
"Dih gue juga ga mau kali sama lo. Gue kan masih normal"
Yola terdiam. kehabisan kata kata. Pusing harus menanggapi apa lagi. Dan lebih pusing lagi saat tau dari 25 soal yang di berikan Bu Ratna ia baru mengerjakan 20 soal. 5 soal itu essay. jelas itu tak mudah. jawabannya yang dibutuhkan pasti harus padat dan jelas. Bukan singkat.
Nisa tau Yola kesal padanya. Hal itu justru membuatnya puas .Belum lagi saat melihat expresi frustasi Yola saat membaca soal esaay tugasnya. Ada kesenangan tersendiri saat melihatnya.
"Mau nyontek nggak?" tawar Nisa tanpa menyaringnya. Ia tak tega melihat Yola yang memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Seakan akan soal essay itu adalah beban terberatnya.
Walaupun Nisa biang onar tapi dia juga tak tega melihat temannya kesusahan. Nisha juga masih punya hati meskipun hati nya pernah di buang oleh seseorang, bersyukur ia bisa memungutnya kembali. Andai saja jika tidak mungkin dia tak akan bisa sebaik ini.
Yola menatap Nisa hendak menolak namun sayang jika tawaran sefantastis ini disia siakan. Toh energinya sudah terkuras habis saat berdebat dengannya tadi.
"Thanks" ucap Yola lirih. Ia senang sekaligus malu. Kemudian memgumpulkan hasilnya pekerjaan nya kepada Azzam.
"Ok. Jangan lupa nanti istirahat lo traktir gue"
deg
Yola mengurutkan keningnya.
"Di dunia ini nggak ada yang gratis Yola sayang" ucap nisa lembut.
"Sialan lo". Yola pun sadar telah di bodohi Nisa.
Nisa tertawa keras
" bukannya lo minggu lalu juga ngebodohi gue lo bilang kalo kelas ini berhantu. Sekarang impas kan?" jelas Nisa panjang lebar.
Yola sadar dirinya sedang main main dengan siapa sekarang. Nisa memang licik.
06.40
5 menit lagi pintu gerbang sekolah akan di tutup. Sekolah Nisa merupakan salah satu sekolah yang menggalakkan literasi membaca. Jadi 15 menit sebelum pembelajaran dimulai akan digunakan untuk membaca para siswa siswi di sekolah tersebut.
" Ya ampun kok sepi banget si" Nisa tersenyum kecut membayangkan dirinya saat di ruang lobi sekolah harus berhadapan dengan guru piket.
Nisa berjalan kaki 600 meter ke utara dari jalan raya menuju sekolahnya.
Jaraknya kini tinggal 100 meter. Dilihatnya banyak orang berkerumun di balik pintu gerbang. Ia menyeringai jahat. Ternyata tidak hanya dirinya yang bernasib sial hari ini.
06.55.
Masih ada waktu 5 menit sebelum pintu gerbang kembali dibuka. Nyatanya 5 menit seperti 5 abad rasanya. Dari pada menunggu tidak jelas Nisa pun mengambil kaca dari saku bajunya.
"Cantik" pujinya sendiri. Tiba tiba sekelebat bayangan Yola melintas.
"Aaargh" wajah cantik Yola sangat berbahaya untuknya. mungkin akan menjadi saingan berat untuknya atau bahkan malah menjadi sahabat baiknya? entah lah. Nisa masih mengatur siasat untuk mendekati Yola. Dia berharap dengan menjadi sahabat baik tak ada persaingan kecantikan di antaranya. Semua bisa dibicarakan dengan damai tanpa perlu kebencian dan dendam di antaranya.
****
Sesampainya didepan kelas
Baru saja nisa menghembuskan nafas lega telah berhasil melewati guru piketnya hari ini, Bu Reni, guru yang mengajar Matematika namun lebih terkenal sebagai guru killer dari pada guru mata pelajaran matematika.
Nisa ragu hendak mengetuk pintu kelasnya. Berharap semoga guru yang mengajar di kelasnya belum masuk.
Nisa membuka pintu kelasnya perlahan dilihatnya Bu Mia senyum-senyum melihat kedatangan Nisa. Meskipun murid baru Nisa sudah Berkali kali terlambat hal ini sukses membuatnya terkenal dan di hafali guru guru.
Bu Mia masih tersenyum melihat wajah salah tingkah milik Nisa. Ternyata gosip yang menyebar di ruang guru itu benar batin Bu Mia. Bagaimana mungkin saat masih menyandang status murid baru Nisa sudah berani datang terlambat. Bahkan sudah 4 hari berturut turut.
" Permisi Bu" ucap Nisa ramah.
"Maaf Bu saya terlambat" lanjut nisa lagi. Menunggu jawaban dari Bu Mia. Namun tak ada reaksi apa pun hanya senyum terpampang di wajahnya.
"Bolehkah saya mengikuti mata pelajaran Ibu?" tanya Nisa hati hati. Ia berharap harap cemas. sudah tiga hari Nisa dipermalukan oleh keterlambatannya. Menjadi bahan lelucon di kelasnya.
Bu Mia kemudian mengangguk. Baginya yang tidak memiliki anak melihat wajah Nisa yang ketakutan sungguh menggemaskan dimatanya. Hal itu membuatnya tidak tega untuk memarahinya.
"Lain kali jangan terlambat lagi yah. Silahkan duduk".
"Baik Bu. Terimakasih".
Nisa bersyukur dia berjanji semoga kedepannya tidak terlambat lagi.
Namun benaknya tak habis pikir apa yang membuat Bu Mia tak marah. Mungkin Bu Mia sudah bosan dengan Alasan gue atau mungkin udah tau alesan yang bakal gue kasih. Ya kali lo telat hampir tiap hari Nis udah hafal kali alesan lo yang itu itu mulu batin Nisa sendiri.
Ah sudahla toh semuanya sudah berlalu.
Pelajaran kembali dimulai dengan tenang.
" Telat lagi" tanya Yola
"Nggak perlu gue jawabkan La?"
"Lo tuh kenapa sih telat mulu. Heran deh gue"
"Lo tuh yang kenapa udah tau gue terlambat masih aja tanya tanya" jawab Nisa malas menanggapi Yola, baginya sia sia. Itu hanya pertanyaan retoris.
"iya gue tau lo terlambat tapi alesannya apa? kenapa setiap hari sih" Yola mulai jengah dengan sikap Nisa. Temannya itu susah sekali diingatkan.
"Aduh la. Lo itu kepo apa beneran care sih sama gue. Emak gue aja santai aja tuh pas gue pamit mo berangkat" cecarnya.
"Tapi.."
Belum selesai Yola melanjutkan kalimatnya tatapan galak milik Bu Mia sukses membungkam mulutnya.
Nisa tersenyum senang percakapan telah usai. Matanya mendadak melotot merasakan cubitan pedas dilengannya. Ia menoleh ke samping, pandangannya beradu pada Yola.
Yola menaikan alisnya. Memberi Nisa kode. Yola masih menuntut jawaban dari Nisa.
Nisa mengangkat kedua bahunya malas menanggapi.
drt..drt..Hp Bu Mia bergetar pelan menandakan panggilan masuk. Ia pun berpamitan ke pada anak didiknya hendak menjawab panggilan teleponnya.
Ketegangan di kelas pun menyurut seiring keluarnya Bu Mia.
Kesempatan ini digunakan Nisa untuk menyalin materi yang tertinggal.
"Lo tau gak gue udah nungguin lo dari tadi" seru Yola. Dia berharap Nisa mau memperhatikannya.
"Tau"
"Tau dari mana?" ungkap Yola penasaran.
"Kan elo yang barusan ngomong lupa?"
Yola mendengus kasar. Semula ia hendak curhat dengan Nisa namun melihat kelakuan sahabatnya yang tingkat cueknya seratus derajad dia memilih mengurungkan niatnya
"Lo liat kan gue lagi ngapain?" Nisa menjelaskan sebenarnya tak tega melihat Yola yang mendadak muram. Namun dia juga harus menyalin materi yang tertinggal.
peka dikit dong La
"Nih gue udah selesai makasi"
Yola menerima bukunya.
" Tadi gue khawatir sama lo Nis kirain lo nggak berangkat. abisnya lo telat parah banget"
"udah deh nggak perlu dibahas"
"Kalo mau curhat mah bilang aja ga perlu basa basi " celetuk azam dia bisa menebak fikiran Yola. kebetulan dia duduk di depan meja Yola dan Nisa.
Yola menoleh kedepan "sok tau banget lo bang"
Meski di akui dalam hati kecilnya yang dikatakan Azam adalah benar.
"Tapi benerkan?" Sanggah Azam yang masih di posisi duduknya matanya masih sibuk mempelajari catatannya tadi pagi.
Yola diam.
Nisa yang mulai peka mengelus pundak sahabatnya. "Jadi bener?"
Yola mengangguk tak berani bersuara takut Azam mendengarnya hal itu bisa membuatnya besar kepala.
"Tadi malem mama gue telepon dia bilang kalo gue bakal punya adek. Gue syok Nis. Gue aja masih butuh banyak biaya. Gue kan mau kuliah" paparnya.
"Yaelah cuma curhat begituan" Nisa menggelengkan kepalanya. Curhatan yang tak bermutu.
"Mau lo punya adek apa engga kalo emang udah rezeki lo kuliah pasti bakal ada jalannya" jawab Nisa santai
"Tapi gue nggak mau.."
Yola mengalihkan pandangannya dari Nisa. Dilihatnya Azam bertopang dagu ikut mendengarkan curhatannya. Konsentrasinya terusik.
"Lo tuh kurang kerjaan banget sih Zam. Ngapain liatin gue" .
tak hanya mulutnya yang bicara. Tangannya pun mulai beraksi mencubiti badan Azam.
"Aww sakit La, maaf deh maaf" Seru Azam berusaha memohon.
Yola tak menggubris Azam emosinya sudah dipucuk ubun ubun.
"Udah la maafin aja kasin tuh Azam" lerai Nisa. Yola pun menurut.
"Awas aja kalo berani ganggu lagi". Yola mengepalkan tangannya. kemudian melanjutkan ceritanya.
"Gue belum siap aja. Apa lagi mereka kan jarang pulang. sibuk dengan bisnis klo gue punya adek mereka juga pasti tambah sibuk ngurusin adek gue. Terus kapan dong ada waktu buat gue"
Azam mengangguk anggukan kepalanya. Posisi duduknya berada didepan meja Nisa hal itu membuatnya dengan jelas mendengar curhatan Yola.
"Azzammm" suara Yola terdengar nyaring.
"Lo tuh yah dikasi hati malah minta jantung" rutuknya. Yola berdiri hendak menyerang Azam. Namun tangannya ditarik Nisa.
"Lepasin Nis"
"Udah la. nggak perlu diperbesar. Lo mau cari perhatian apa gimana? "
Yola mengedarkan pandangnya keseluruh kelas. Membenarkan perkataan Nisa. Semua mata mengarah padanya.
"****" Umpat Yola geram. Moodnya benar benar hancur berantakan.
Dibalik buku sosiologi yang dbacanya, sebenarnya Nisa juga memperhatikan pertengkaran Yola dengan Azam. Hatinya tersenyum kecil. Ingatannya kembali pada Aldo mantan kekasihnya sewaktu SMP. Kedekatan mereka berawal dari pertengkaran kecil. Saling membenci namun diam diam menaruh rasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!