NovelToon NovelToon

Akhir Sebuah Cinta

BAB 01 : Masa Lalu

Halo kakak pembaca. Maaf sebelumnya karya pertamaku ini amburadul sekali, dan sekarang tahap revisi🙏jika kalian tidak suka di skip saja🤗selamat membaca dan semoga suka.

 

Archie Ravindra Winston adalah mahasiswa universitas swasta semester 5. Archie anak ketiga dari keluarga Winston. Dia pria berusia 22 tahun berwajah tampan, ramah dan berhati dingin dengan orang yang tidak ia sukai.

“Mas, Ar! Aku pulang duluan ya, “ pamit Dinda pada Archie yang sedang sibuk membereskan bukunya untuk dimasukkan kedalam tas.

“Tungguin aku, Dinda! Pulangnya bareng aku saja. Lagian arah kost kamu searah denganku.” Ucap Archie menawarkan diri pada Dinda.

“Tapi mas.” Ucap Dinda.

“Udah gak pakai tapi. Lagian juga aku tidak ada kuliah tambahan kok.” Balas Archie.

“Beneran aku gak papa nih pulangnya bareng sama mas Archie lagi?” tanya Dinda meyakinkan kembali.

“Beneran gak papa.” Balas Archie sambil tersenyum.

“Ayo” ajak Archie setelah selesai memasukkan bukunya. Kemudian mereka berjalan menuju tempat parkiran.

“Entar kalau ada yang marah-marah sama aku karena keseringan bareng mas Archie gimana? “ tanya Dinda pada Archie.

“Memangnya siapa yang berani marah-marah sama kamu?” tanya Archie sambil tersenyum.

“Hehehe… sapa tahu ada yang marah kalau tiap kali aku pulang selalu bareng sama mas Archie.” Jawab Dinda cengengesan.

“Gak akan ada yang marah sama kamu. Justru adanya aku yang kena marah sama Ayah kalau aku tidak kasih tumpangan sama kamu.” Balas Archie pada Dinda.

Dinda tersenyum senang setelah mendengar perkataan Archie.

Sedangkan dari arah berlawanan, Desi yang melihat Archie sedang berjalan dengan Dinda pun menahan marah.

“Archie, tunggu!” panggil Desi. Seketika itu, Archie dan Dinda menghentikan langkah kakinya. Keduanya langsung menoleh ke arah Desi.

“Ada apa, Desi?” tanya Archie saat Desi berada di hadapannya.

“Apa kamu ada waktu di hari weekend?” tanya Desi pada Archie.

“Maaf. Sepertinya weekend besok awal libur semester. Jadi weekend besok aku akan pulang ke kampung. “ ucap Archie pada Desi.

“Ohh...” jawab Desi.

“Oke, kalau sudah tidak ada yang ditanyakan kita berdua mau lanjut pulang. “ ucap Archie kemudian meninggalkan Desi begitu saja. Dinda pun berjalan dibelakang Archie.

Setelah itu Archie keluar dari tempat parkiran dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

 

Archie merogoh ponsel di sakunya saat ponselnya berdering berkali-kali. Archie tersenyum kecut saat melihat nama yang tertera di panggilan ponselnya Archie pun reject berkali-kali.

Archie langsung mematikan ponselnya kemudian ia letakkan di samping kursinya.

Dinda menghela nafas panjang dan menyadari kalau Archie sekarang dalam mood tak baik. Ia memberanikan diri bertanya kepada Archie.

“Boleh aku tanya?” tanya Desi pada Archie.

“Mm, mau tanya apa.” Jawab Archie.

“Sebenarnya hubungan mas Archie sama mbak Desi tuh gimana sih?” tanya Dinda pada Archie.

“Kenapa?” tanya Archie sambil melirik Dinda.

“Enggak kenapa-napa. Cuma ingin tahu saja.” Ucap Dinda.

“Mm, sebenarnya aku sama Desi hanya berteman saja dan tidak lebih dari itu.” Jawab Archie.

“Yakin hanya berteman saja?” tanya Dinda meyakinkan kembali.

“Yakinlah.” Jawab Archie dengan singkat.

“Kalau aku lihat, sepertinya mbak Desi suka sama mas Archie.” Ucap Dinda.

“Maaf! Bukan maksud aku sok pinter atau menggurui mas Archie. Sebenarnya dari dulu mbak Desi itu suka sama mas Archie. Mas Archie saja yang kurang tanggap. “ ucap Dinda.

“Sok tahu kamu, Dinda.” Ucap Archie.

“Bukan sok tahu mas. Kalau memang itu kebenarannya.” Ucap Dinda kepada Archie.

“Tadi siang pas di kantin aku mendengar sendiri kalau Desi ngomong sama Rena. Bahkan, dia mengaku di depan Rena kalau selama ini dia suka sama mas Archie dan mengaku juga kalau mas Archie dan Desi saat ini sedang berpacaran. Kalau tidak percaya mas Archie tanya aja ke Rena.“ ucap Dinda pada Archie.

Tak lama kemudian mobil Archie berhenti di depan kost Dinda.

“Terima kasih mas sudah mengantarkan ku pulang sampat kost.” Ucap Dinda lalu turun dari mobil Archie.

 

Setelah ditinggalkan begitu saja oleh Archie. Desi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia nekat akan mengatakan semua tentang perasaannya kepada Archie.

Desi memarkirkan mobilnya di basemen apartemen lalu keluar dari mobil dan berjalan dengan terburu-buru menuju lantai 20.

Desi berjalan dengan perasaan yang sedang marah hingga menyenggol seorang wanita. Desi semakin marah saat melihat wanita itu berhenti di depan pintu apartemen Archie lalu wanita itu hendak masuk.

“Maaf… “ ucap Desi dengan emosi. Desi semakin emosi saat melihat wanita itu menekan tombol pintu apartemen milik Archie.

“Anda siapa?” tanya Desi sambil menghalangi wanita itu untuk masuk ke apartemen Archie.

Wanita yang saat ini berada di depan pintu apartemen Archie itu hanya diam saja. Kedua bola matanya tak beralih dari pandangan wajah Desi.

“Perkenalkan nama saya Veli Winston pemilik apartemen ini. Anda ini siapa? Kenapa anda melarang saya untuk masuk ke apartemen saya sendiri.” Ucap Veli sambil memperkenalkan dirinya.

Desi terkejut saat wanita itu mengatakan kalau apartemen yang di tempat Archie adalah miliknya. Sedangkan menurut Desi adalah milik Archie.

“Em, maaf. Sepertinya anda salah kamar. Bukankah ini milik Archie.” Balas Desi pada Veli.

“Mungkin nona salah alamat. Dari dulu hingga saat ini apartemen ini milik Veli Winston. Klo nona tidak percaya silahkan menghubungi agen property ini.” Jawab Veli dengan memandang Desi dengan pikiran yang sulit di artikan.

“Maaf…” ucap Desi. Kemudian Desi memilih pergi dari apartemen tersebut dalam keadaan marah.

 

Libur semester telah tiba, Dhani, Veli dan Archie memilih pulang ke kampung halamannya. Terlihat ayah Winston sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya didepan pintu.

Setibanya rumah, mereka bertiga langsung memeluk ayahnya.

“Kalian bertiga pasti lelah. Mending sekarang kalian bertiga masuk ke kamar dan beristirahat.” Ucap ayah Winston. Mereka bertiga akhirnya naik ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamar masing-masing

Sore harinya, suasana rumah keluarga Winston terlihat ramai. Banyak orang yang berlalu lalang hingga membuat rasa ingin tahu Archie meronta-ronta. Apalagi saat Archie mengambil air minum di dapur ia mendengar para pelayan sedang membicarakan kalau hari ini Dhani akan dijodohkan dengan gadis pilihan ayahnya. Dia adalah Nita Indriana, gadis desa yang terlahir dari keluarga mapan dan anak dari sahabat ayahnya.

“Ayah ngadain pesta pertunangan mas Dhani sama mbak Nita?” tanya Archie kepada ayahnya. Setelah mendudukkan di sofa depan ayahnya setelah dari dapur, Archie tadi sempat mendengar orang-orang sedang membicarakan kakaknya.

“Iya! Pesta pertunangan ini sengaja tidak ayah beri tahu ke mas kamu. Ayah ingin membuat surprise untuk mas mu Dhani.” Ucap ayah Winston dengan santai.

“Ya ampun ayah! Archie gak percaya kalau ayah akan melakukan ini semua tanpa sepengetahuan mas Dhani. Archie yakin mas Dhani akan marah dan menolak perjodohan ini. Karena mas Dhani sudah memiliki kekasih yang sangat dicintainya. Bahkan, mereka berdua akan menikah setelah mereka menyelesaikan skripsinya.” Ucap Archie.

Dhani yang berdiri di tembok penyekat ruang tengah mendengarkan percakapan antara ayah dan adiknya pun terkejut.

“APA!! Ayah akan menjodohkan Dhani dengan Nita. ” Ucap Dhani dengan marah.

“Iya. Hari ini keluarga Nita akan kemari. Dan hari ini kamu akan bertunangan dengan Nita. ” jawab ayah Pras.

“Tapi Ayah. Aku sama sekali tidak pernah mencintai Nita. Kenapa ayah tidak pernah menanyakan semua ini kepada Dhani.?” tanya Dhani dengan emosi.

“Karena menurut ayah Nita itu gadis baik-baik dan dia sangat cocok dengan kamu, Dhani.” jawab ayah Winston

“Cocok dengan Dhani menurut ayah? Selama ini Dhani hanya menganggap Nita sebagai teman dan tidak lebih.” Jawab Dhani.

“Sampai kapanpun Dhani tidak mau bertunangan dengan Nita, dan sampai kapanpun Dhani hanya menganggap Nita sebagai teman saja.” Ucap Dhani semakin emosi.

“Pokoknya hari ini kamu harus bertunangan dengan Nita.” Ucap ayah Winston dengan nada tinggi.

“Dhani tidak mau ayah, karena Dhani sudah memiliki kekasih yang amat Dhani cintai.” Ucap Dhani dengan membentak.

“Plak..!!!!

“Ayah….” Ucap Archie saat melihat kakaknya tiba-tiba di tampar.

“Tampar Dhani ayah…tampar terus biar ayah puas.” Ucap Dhani sambil menempelkan tangan ayahnya di pipinya.

“Plak…!!!!

Tamparan kedua melayang di pipi kanan Dhani. Archie yang melihat kedua kalinya ayahnya menampar kakaknya pun langsung menengahi.

Perdebatan antara Dhani dan ayahnya akhirnya terdengar oleh seisi rumah. Veli langsung turun dari lantai 2 dan langsung menuju ruang tengah.

“Dasar anak tidak tau terima kasih! Kalau bukan aku yang menolong kamu dari jalanan dan membawa mu masuk kedalam keluarga Winston selamanya kamu akan menjadi anak jalanan, dan selamanya kamu tidak akan pernah menjadi orang sukses seperti sekarang ini.” Ucap ayah Winston dengan emosi.

Duarr….

Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Veli dan Archie hanya diam mematung saat mendengar dan mendapati kenyataan kalau saudara laki-laki yang di panggil mas selama ini dan sudah menjadi panutan bukanlah saudara sekandung melainkan orang lain yang di tolong oleh ayahnya.

Sedangkan Dhani syok saat mendengar dan mengetahui kebenaran. Ia pun meneteskan air mata untuk kesekian kalinya.

“Ayah akan memberimu pilihan! Pilihanmu yang akan menentukan masa depanmu sendiri.” Ucap ayah Winston dengan tegas.

“Yang pertama kamu menerima perjodohan ini dan menikah dengan Nita selamanya kamu akan menjadi keluarga Winston. Dan pilihan yang kedua jika kamu menolak perjodohan ini dan tidak mau menikahi Nita silahkan angkat kaki dari rumah ini tanpa membawa barang satupun. Dan selamanya kamu bukan keluarga Winston lagi. ” Ucap ayah Pras membelakangi Dhani.

Duarr….

Dhani pun menghela nafas panjang lalu memejamkan kedua matanya. Sedangkan Veli dan Archie pun tidak berani untuk mengutarakan apa yang ada dibenaknya saat ayahnya sedang marah seperti saat ini.

“Maafkan Dhani, Ayah! Maaf, karena Dhani tidak bisa menjadi anak yang berbakti kepada Ayah. Maaf, karena Dhani tidak bisa menuruti keinginan Ayah untuk menikahi Nita. Dan, terima kasih karena Ayah sudah menolong Dhani dari jalanan, terima kasih juga sudah memberikan kasih sayang selama ini dan sudah memberikan Dhani tempat dan pendidikan yang layak untuk Dhani. Sekali lagi Dhani meminta maaf karena sudah mengecewakan Ayah. ” Ucap Dhani sambil menangis. Kemudian berjalan mendekati Ayah Winston yang berdiri membelakanginya agar dapat memeluknya. Namun Ayah Prasetyo tak sudi untuk di peluk.

Dhani mendekati kedua adiknya.

"Maafkan aku yang sudah mengecewakan Ayah dan kalian berdua. Maafkan aku tidak bisa berbakti dan membalas kebaikan Ayah” ucap Dhani sambil menundukkan wajahnya.

Archie dan Veli hanya diam.

Tak lama kemudian Dhani memutuskan pergi meninggalkan keluarga Winston tanpa membawa barang satupun.

 

15 tahun kemudian…

Gadis cantik, ramah dan berbadan mungil itu tersenyum senang saat melihat dirinya sedang memakai seragam putih abu-abu. Ia keluar dari kamarnya sambil membawa tas sekolahnya. Ia menuruni anak tangga satu per satu sambil bersenandung ria, dia adalah Vania Ramadhani.

Sang Ibu tersenyum senang saat mendengar putrinya pagi-pagi sudah bersenandung.

“Selamat pagi Ayah, Ibu. “ sapa Vania. Kemudian mencium pipi Ayah dan Ibunya bergantian.

“Selamat pagi sayang. “ jawab Ayah dan Ibunya bergantian.

“Ayo sarapan dulu sebelum berangkat sekolah.” Ajak Ibunya pada Vania.

Kemudian Vania bergabung bersama kedua orang tuanya untuk sarapan pagi.

“Sayang! Hari ini biar Ayah sama Ibu yang antar kamu ke sekolah. “ ucap Ibunya pada Vania.

Vania mengangguk dan tersenyum senang karena ini pertama kali kedua orang tuanya mengantarkan ke sekolah.

“Iya, Bu!“ jawab Vania kemudian ia menikmati sarapannya.

Setelah selesai makan Vania membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci.

“Biarkan disitu sayang! Nanti mbak lastri yang akan mencuci.” Perintah Ibunya saat melihat Vania mencuci piring.

“Nggak papa, Bu! Lagian hanya mencuci piring.” Jawab Vania pada Ibunya yang sedang menaruh piring kotor.

“Jangan lupa susunya di minum. Tadi ibu sudah bikinkan susu coklat hangat kesukaan mu.” Balas Ibunya.

“Iya, Bu!” jawab Vania.

Selesai mencuci piring Vania kembali ke ruang tengah. Ia memakai sepatu. Setelah itu Vania di antar oleh kedua orang tuanya ke sekolah.

BAB 02 : Rumah Bunda Veli

Cahaya dan Azam sedang menunggu Vania di kelas untuk memberitahu hasil pembagian kelasnya.

Karena tak sabar, Cahaya mengajak Azam menunggu Vania di depan kelas.

“Kita balik ke kelas saja Azam." ajak Cahaya ketika melihat Vania sedang ngobrol dengan seseorang.

"Lah kenapa kita balik ke kelas. Bukankah kita akan memberitahu Vania kalau kita sekelas." balas Azam pada Cahaya.

“Tuh! Coba kamu lihat dia sedang bicara sama siapa." Ucap Cahaya sambil jarinya menunjuk ke arah Vania.

“Oh, sepertinya Vania sedang ngobrol sama kak Widia." Balas Azam pada Cahaya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara bel berdering tanda masuk kelas dan pelajaran pertama akan segera di mulai setelah itu disusul pengumuman nama-nama siswa yang disebutkan segera kumpul di aula.

“Aku masuk kelas dulu ya kak.” Pamit Vania pada Widia.

“Jangan lupa nanti siang ya?” ucap Widia.

Vania menganggukkan kepala. Mereka berdua langsung pergi ke kelas masing-masing.

Sedangkan Cahaya yang mondar-mandir tidak tenang di dalam kelas memutuskan keluar kelas, ia terkejut tiba-tiba Vania ada di hadapannya.

“Hem, sepertinya ada yang membuatmu tidak senang?" tanya Vania pada Cahaya.

Cahaya seketika itu langsung menarik tangan Vania masuk kedalam kelas. Azam yang melihat Vania pun melambaikan tangannya.

“Vania!” panggil Azam.

Vania yang melihat Azam melambaikan tangan pun membalas melambaikan tangan dengan tersenyum.

“Sudah dulu ya Aya. Aku mau cari kelas dulu.” Ucap Vania sambil melepaskan tangannya.

“Kamu pasti tidak percaya kalau kita bertiga ini sekelas.” Ucap Cahaya dengan heboh.

“Yang benar kalau kita bertiga sekelas lagi?” tanya Vania tak percaya.

“Iya, kita bertiga sekelas lagi.”Jawab Cahaya dengan girang. Sedangkan Azam hanya tersenyum saat melihat kedua sahabatnya begitu senang.

Cahaya langsung membawa Vania duduk di kursi sampingnya. Beberapa menit kemudian salah satu guru masuk kedalam kelas.

Saat jam istirahat, Cahaya dan Azam mengajak Vania pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Namun, setibanya di kantin mereka tidak mendapatkan tempat duduk.

“Hai Azam!” panggil salah satu siswa pria dengan melambaikan tangannya.

Azam yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh ke arah suara tersebut. Ia melihat salah satu teman pria melambaikan tangan ke arahnya pun membalas melambaikan tangannya.

Azam langsung membawa Cahaya dan Vania mendekat ke temannya.

"Gabung aja sama kita.” Ajak temannya. Azam pun menoleh ke arah Vania dan Cahaya untuk minta persetujuan. Cahaya dan Vania langsung mengangguk.

“Thanks ya sudah bolehin kita gabung.” Ucap Azam saat duduk bergabung. Vania dan Cahaya pun ikut duduk.

"Oh ya, kenalkan ini kak Neo ketua OSIS sekolah kita. Selain Dia jabat ketua OSIS, dia juga kapten klub basket.” Ucap Azam memperkenalkan pada Vania dan Cahaya.

“Neo… “ ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Cahaya…” jawabnya sambil membalas berjabat tangan. Sedangkan Vania hanya membalas dengan mengangguk sambil tersenyum setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.

Neo pun tersenyum saat melihat Vania. Ini pertama kalinya Neo melihat ada seorang wanita yang tidak mau berjabat tangan dengannya. Apalagi setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Vania yang masih kenyang hanya memesan jus alpukat.

"Kamu tidak makan, Vania?” tanya Neo seketika membuat Vania dan Cahaya mengangkat kepala.

“Enggak kak! Masih kenyang.” Jawab Vania dengan suara lirih.

Neo tersenyum saat mendengar panggilan kak ditunjukkan untuknya.

prok prok prok

3 kali tepukan yang di suguhkan oleh Jenar itu membuat semua siswa yang sedang makan di kantin memandang ke arahnya. Kemudian Jenar berjalan mendekati tempat Neo.

“Wah, ada pemandangan lebih indah dan menarik nih. 2 cowok dan 2 cewek sedang menikmati makan siang di kantin.” Ucap Jenar sambil tersenyum sinis.

Jenar itu kembali mencari pusat perhatian kepada Neo dan Azam. Jenar sudah terkenal suka mencari perhatian kepada semua siswa.

Vania begitu risih melihat tingkah Jenar yang sedang menggoda Neo dan Azam. Ia langsung mengajak Cahaya kembali ke kelas karena sebentar lagi jam istirahat juga akan habis.

Vania dan Cahaya langsung pergi meninggalkan Neo dan Azam yang masih ngobrol di kantin.

 

Kediaman Bunda Veli…

Sepulangnya dari sekolah, Vania mengajak Cahaya dan Azam pergi ke rumah Bunda Veli.

Tok…tok…tok

“Assalamualaikum…” ucap Vania sambil mengetuk pintu berkali-kali.

Sedangkan Cahaya dan Azam sedang asyik ngobrol sambil tertawa membuat Vania geleng-geleng kepala entah apa yang membuat keduanya tertawa hingga terbahak-bahak.

Widia yang melepas lelah sambil menyandarkan punggung di sofa mendengar suara ketukan pintu disertai salam langsung bergegas membukakan pintu.

“Biar aku saja yang membuka pintunya mbak.” Ucap Widia sambil mengeraskan suaranya.

Widia terkejut sambil tersenyum kecut saat melihat Azam dan Cahaya sedang tertawa terbahak-bahak.

“Waalaikumsalam” jawab Widia.

“Kamu ajak mereka berdua?” tanya Widia pada Vania.

Vania mengangguk.

Tak lama kemudian Widia mempersilahkan mereka bertiga masuk kedalam rumah.

“Ayo masuk! Bunda ada di dalam.” ajak Widia sambil menggandeng tangan Vania masuk ke dalam rumah. Azam dan Cahaya mengekor di belakangnya.

“Mbak Yani!” panggil Widia.

Mbak Yani yang mendengar namanya di panggil segera datang.

“Nona Widia manggil saya?” tanya Mbak Yani saat tiba di hadapannya.

“Iya Mbak. Tolong buatkan minum dan bawakan makanan ringan untuk Vania dan kedua temanya.” Pinta Widia pada Mbak Yani.

“Baik nona.” Jawab Yani dengan sopan. Lalu berjalan menuju dapur.

Widia mempersilahkan Azam dan Cahaya duduk di ruang tengah. Widia yang melihat kedekatan Azam dan Cahaya semakin tak suka.

“Aku akan memberitahu Bunda kalau kamu sudah datang.” Ucap Widia. Kemudian meninggalkan Vania dengan wajah kesal.

“Iya kak.” jawab Vania sambil mengernyitkan dahinya saat melihat wajah kakak sepupunya sangat kesal.

Setelah kepergian Widia, Vania langsung menoleh ke arah Azam dan Cahaya. Keduanya sedang tertawa terbahak-bahak.

"Hem, kalian berdua tuh ya kalau bercanda lihat tempat dong!” ucap Vania dengan kesal.

“Cahaya tuh yang sengaja membuat kak Widia cemburu.” Keluh Azam pada Vania.

"Kok malah aku yang di salahkan sih?" ucap Cahaya dengan nada kesal yang di buat-buat.

"Sudah, kalian jangan saling menyalahkan.” Ucap Vania.

"*Enggak nyangka kalau kak Widia benar-benar suka sama Azam,” batin Vania dalam hati sambil tersenyum*.

Widia kembali ke ruang tengah bersama bunda. Vania yang melihat bunda Veli langsung berdiri dan berhamburan memeluknya.

"Gimana kabar Bunda sama Ayah?” tanya Vania masih dalam posisi memeluk Bunda Veli.

"Alhamdulillah Bunda sama Ayah Soni sehat. Kabar Ayah dan Ibu kamu gimana sayang?” tanya Bunda Veli sambil mengusap punggung Veli. Kemudian Vania melonggarkan pelukannya kemudian menatap wajah bunda Veli.

“Alhamdulillah kabar Ayah sama Ibu juga sehat.” Jawab Vania sambil tersenyum.

"Kakak tinggal ganti baju dulu ya.” pamit Widia pada Vania.

Cahaya yang melihat perubahan wajah Widia pun menyadari kesalahannya. Cahaya sedikit teriak memanggil.

"Kak Widia tunggu!” panggil Cahaya. Kemudian Widia menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang.

Sedangkan Azam hanya diam melihat kepergian Widia begitu saja.

"Maafkan aku kak,” ucap Cahaya tiba-tiba.

"Maaf untuk apa?” tanya Widia pura-pura.

“Maaf sudah membuat kak Widia kesal.” Jawab Cahaya.

Widia tersenyum malu karena sudah ketahuan kalau dia kesal gara-gara Cahaya bercanda dengan Azam.

"Kamu suka ya sama, Azam?” tanya Widia tiba-tiba.

Cahaya yang mendapat pertanyaan dari Widia seketika kaget.

"Tidak kak, aku sama Azam sudah seperti saudara sendiri. Sampai kapanpun aku, Vania dan Azam selamanya akan menjadi sahabat yang selalu ada disaat kita saling membutuhkan. Aku tau kalau selama ini kak Widia suka sama Azam begitu juga Azam.” Ucap Cahaya panjang lebar.

Widia tersenyum malu saat mendengar perkataan Cahaya. Dengan malu-malu Widia menoleh ke arah Azam yang sejak tadi memandanginya.

"Terima kasih karena sudah memberitahu kalau Azam juga suka sama aku. Dan maafkan aku yang sudah sempat kesal sama kamu.” Ucap Widia.

Kemudian keduanya saling berpelukan erat. Vania dan Azam yang dari jarak jauh melihat Widia dan Cahaya sedang berpelukkan pun tersenyum senang.

 

"Hem, hari ini udaranya benar-benar panas banget, tidak seperti biasanya." ucap Vania sambil melirik sepupunya.

"Yup, bener katamu, Van. hari ini benar-benar panas banget.” ucap Azam ikut menimpali seakan-akan menyetujui ucapan Vania.

Widia dan Cahaya hanya tersenyum mendengar sindiran dari kedua sahabatnya. Widia pun langsung ikut menimpali.

"Benar-benar panas. Kalau panas begini enaknya minum es jeruk dan makannya yang pedas-pedas."

"Wah, itu ide bagus kak. Gimana kalau kita pesan via online atau kita sekarang pergi ke warung Pak Djoe." ucap Cahaya ngasal.

Vania yang mendengar perkataan Cahaya dengan antusias teriakan hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala .

"Dasar tukang palak, begitu dengar makanan otaknya langsung ke sono." ucap Vania.

'Hehehe." jawab Cahaya cengengesan.

BAB 03 : Cafe A&R

Sementara itu Archie baru saja keluar dari kamar mandi, ia menutup tubuhnya dengan melilitkan handuk di bagian tubuhnya. Tak lama kemudian Archie langsung mengeringkan rambutnya yang basah.

Archie sudah bersiap rapi, ia mengenakan kaos berkerah warna biru muda dan dipadukan dengan celana jeans terlihat lebih muda dari usianya.

Archie tiba di cafe miliknya sendiri. Ia tersenyum senang saat disambut oleh semua pegawainya. Tak lama kemudian Toni menghampiri.

"Selamat pagi, Pak.” Sapa Toni sambil membungkuk.

"Selamat pagi, Toni. “ jawab Archie.

"Gimana dengan cafe selama saya tinggal pulang kampung?” tanya Archie pada Toni.

"Alhamdulillah, Pak. Semakin hari cafe nya semakin ramai. Apalagi liburan semester sudah selesai.” Jawab Toni dengan sopan.

"Oh ya Ton. Tolong kamu bawakan semua laporan cafe dan tolong kamu taruh di ruangan saya.” Pinta Archie kemudian masuk kedalam ruangan.

Sambil menunggu Toni membawa laporan ke ruang kerjanya. Archie membuka ponsel untuk memberitahu kepada kakaknya kalau dia sudah kembali dari kampung.

 

Sementara di ruang tengah, bunda Veli mengajak Vania dan Azam pindah ke taman belakang rumah agar bebas ngobrol.

"Selamat ya. Gak nyangka kalian sudah memakai seragam putih abu-abu.” Ucap Bunda Veli pada mereka.

Tiba-tiba Widia datang sambil membawa ponsel miliknya. Cahaya mengekor di belakang Widia.

"Bunda. Om Archie ingin bicara sama Bunda.” Ucap Widia pada Bundanya.

Bunda Veli langsung menerima panggilan telepon dari Archie.

"Bunda angkat telepon dulu ya.”Ucap Bunda Veli Vania.

Setelah itu Widia dan Cahaya bergabung bersama Vania dan Azam. Mereka berempat bercerita sambil tertawa.

Sedangkan Bunda pindah ke tempat yang tidak jauh dari tempat mereka, ia langsung menerima telepon dari adiknya Archie.

"Kakak kenapa tidak angkat teleponku?” tanya Archie yang ada di seberang sana.

"Hp kakak ada di kamar." jawab Bunda Veli.

"Ramai sekali rumah kakak? Apa di rumah ada acara?” tanya Archie.

"Enggak ada. Ini di rumah kakak lagi ada Vania sama teman-temannya." jawab Bunda Veli.

"Vania anaknya mas Dhani?” tanya Archie tak percaya.

"Iya, apa kamu ingin bicara sama Vania?" tanya Bunda Veli.

Sedangkan Archie diseberang sana sedang senyum-senyum sendiri.

"Barangkali dia juga ingin bicara denganmu.” Balas Veli.

"Tidak usah kak." Jawab Archie.

"Oh ya, gimana dengan kabar Ayah, Archie? Apa beliau sehat-sehat saja?” tanya Veli.

"Alhamdulillah Ayah sehat kak! Kata Ayah kapan kakak sama mas Soni pulang ke kampung.” Ucap Archie.

"Ini kamu ada di kantor atau cafe?” tanya Veli.

"Aku lagi di cafe kak.” Balas Archie.

"Mampir ke rumah kakak buat makan malam. Widia sering nanyain kamu.” Ucap Veli.

"Aku usahakan mampir ke rumah kakak setelah menyelesaikan laporan cafe.” Jawab Archie.

"Ayolah, kapan lagi kamu ada waktu makan malam sama kita. Lagian kamu sekarang jarang ke rumah kakak, kamu sekarang lebih suka tinggal di apartemen.” Balas Veli.

"Ya sudah kalau begitu satu jam lagi aku berangkat dari cafe.” Jawab Archie.

Kemudian Archie mengakhiri panggilannya. Kemudian Bunda Veli kembali bergabung.

"Maaf, tadi Bunda tinggal ngobrol sama Om Archie.” Ucap Bunda Veli pada mereka.

"Om Archie itu adiknya Ayah Dhani dan Bunda ya?” tanya Vania pada Bundanya.

"Iya sayang, apa kamu lupa sama Om Archie?” tanya Bunda Veli pada Vania.

Vania tersenyum sambil menggelengkan kepala. Beberapa menit kemudian Mbak Yani datang sambil membawa minuman.

"Silahkan mbak mas.” Ucap Mbak Yani sambil meletakkan gelas dan kue di atas meja.

"Terima kasih Mbak Yani.” Jawab Vania, Cahaya dan Azam barengan.

"Sama-sama mbak mas.” Jawab Mbak Yani kemudian kembali ke dapur.

 

“Azam!" panggil Widia saat melihat Azam keluar dari tempat sholat.

Azam langsung memegang dadanya karena kaget. Kemudian Azam memberanikan diri memandang wajah Widia.

Jantung Azam tiba-tiba berdetak kencang. Kemudian Azam berjalan mendekat ke arah Widia.

"Kak Widia manggil saya?” tanya Azam dengan gugup.

"Iya,” jawab Widia.

"Hmm, kalau boleh tau kenapa kak Widia memanggil saya?” tanya Azam dengan gugup.

"Kamu duduk dulu, biar kita enak bicaranya,” pinta Widia sambil jarinya menunjuk sofa yang berada di depannya.

Azam langsung duduk di sofa sambil menunduk daripada berhadapan dengan Widia.

"Bisa gak saat kita bicara kamu lihat aku." ucap Widia pada Azam. Dan seketika itu Azam mengangkat wajahnya.

Saat Widia asyik berbincang-bincang dengan Azam, tiba-tiba mendengar suara bundanya memanggil agar segera turun.

Azam dan Widia akhirnya turun bersamaan hingga membuat Vania dan Cahaya yang melihat pun mengernyitkan dahinya.

"Kak, kita pulang duluan ya.” Ucap Vania.

Widia mengangguk sambil tersenyum. Kemudian ia berpesan kepada Azam.

"Azam, nanti kita lanjut lewat telepon saja ya.” Ucap Widia.

Vania dan Cahaya saling mengangkat kedua bahunya.

Mereka bertiga akhirnya pamit pulang. Azam duduk di samping Pak Tio. Sedangkan Vania dan Cahaya duduk di kursi tengah.

20 menit kemudian mobil Azam tiba didepan rumah Vania.

"Cahaya, Azam terima kasih sudah mau menemaniku main ke rumah bunda. Pak Tio terima kasih sudah mengantarkan Vania sampai rumah.” Ucap Vania sambil senyum. Kemudian turun dari mobil Azam.

"Sama-sama, Vania.” jawab Azam, Cahaya bareng.

"Sama-sama Mbak Vania.” Jawab Pak Tio.

Kemudian Pak Tio melanjutkan mobilnya menuju rumah Cahaya.

 

Setelah menyelesaikan laporan cafe miliknya Archie langsung pulang ke rumah kakaknya.

Tiba-tiba ada pesan masuk di ponselnya. Archie melihat nama si pengirim pesan pun tersenyum.

...----- Isi Pesan -----...

"Apa mas mu ini besok bisa bertemu denganmu”

"Iya mas, silahkan”

"Kira-kira jam berapa mas mu ini bisa bertemu?

“Kakak besok langsung datang ke kantor. Jamnya terserah kakak. Aku akan menunggu kakak di sana.”

Setelah selesai membalas pesan kakaknya, Archie kembali melajukan mobilnya dan tak lama kemudian ia tiba di rumah kakaknya Veli.

Begitu mendengar suara yang ia kenal, Widia berlarian turun. Ia begitu senang saat melihat kedatangan pamannya.

"Om Archie." Widia berlari lalu memeluk Archie.

Archie pun membalas pelukannya Widia.

Widia langsung mengajak Archie ke ruang keluarga ia melihat kakaknya dan kakak iparnya sedang duduk.

"Hai kak.“ sapa Archie.

"Kapan kau tiba?” tanya Veli.

"Barusan saja kak.“ jawab Archie lalu duduk di hadapan kakak iparnya.

"Sayang… tolong kamu lihat ke Mbak Yani. Untuk makan malamnya apa sudah selesai." ucap bunda Veli pada Widia.

Widia langsung beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ruang makan.

Tak lama kemudian Widia kembali ke ruang keluarga.

"Untuk makan malamnya sudah siap, Bund.” Ucap Widia memberitahu kepada bundanya.

"Ya sudah, kalau begitu kita langsung makan saja.” Ajak Veli kepada mereka semua.

Archie makan dengan lahap, semua masakan yang ada di meja makan adalah makanan kesukaannya.

"Ar, malam ini tidurlah di rumah kakak.” Pinta Veli kepada Archie. Namun Archie teringat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Flashback on

Desi memang kagum dengan sosok Archie yang suka menolong orang lain. Lama-lama Desi menaruh suka kepada Archie.

Setelah mengetahui kalau Archie kuliah satu kampus dengannya, dan wanita yang pernah bertemu di apartemen milik Archie adalah kakaknya. Desi menggunakan segala cara agar mendapatkan cintanya Archie.

Beberapa menit kemudian Desi berhasil menemukan alamat rumah Archie.

“Selamat malam, Pak! Apa saya bisa bertemu dengan pemilik rumah ini. ” Ucap Desi kepada satpamnya.

“Selamat malam juga non...”

Belum sempat menjawab tiba-tiba sebuah mobil majikannya berhenti lalu membuka jendela dan bertanya kepada satpam.

“Dia siapa, Pak?” tanya Veli.

“Dia ingin bertemu dengan pemilik rumah ini begitu Bu bilangnya.” Jawab satpam penjaga rumah Veli.

“Biarkan dia masuk, sepertinya dia sedang mencari Archie.” Balas Widia kepada satpam.

Saat ini Archie sedang membersihkan dan mengguyur tubuhnya dengan air shower. Hari ini ia begitu banyak kerjaan. Saat dia keluar dari kamar mandi.

Cekelek

Pintu kamar terbuka dari luar, Archie begitu terkejut saat mendapati Desi yang membuka pintu kamarnya.

Dan seketika itu Archie emosi dan marah karena sudah membiarkan Desi masuk ke dalam kamarnya.

Flashback of

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!