Buku harian yang kupegang sejak tiga hari ini, tak pernah kubuka sedikit pun. Dan hari ini ku putuskan untuk membuka lembarannya dengan harapan bahwa ada jawaban dari sebuah pertanyaan yang mungkin hanya si pemilik buku merah ini yang memilikinya. Dan aku mulai membacanya.
BOHONG
Aku terbangun dari mimpi ku kemarin malam
Si terang tanpa sinar
Aku bingung karena sebuah kehampaan
Si gelap yang memiliki sinar
Bukan aku tak sadar
Bukan aku tak ingin sadar
Jemari ini sudah lelah
Bukan hanya sekedar lelah
Aku hanya bisa diam dan terus diam
Berkata sesuai keadaan mereka
Karena aku terlalu layu untuk berkembang
Karena aku terlalu takut untuk berjuang
Benar ini benar palsu
Benar ini benar salah
Meski aku bukan sebuah pembenaran
Tetapi aku adalah kebenaran
“Bohong” itu judulnya, aku terkejut ketika lembaran pertama yang ku buka tentang sebuah puisi yang membuatku menerka-nerka apa maksudnya, apakah ini tentang sesuatu kebohongan si penulis atau mereka yang dimaksudkan atau kebohongan tentang diriku. Aku harus membaca selanjutnya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang ada.
Buku ini sangat mempesona menurut ku, tulisan tangan si penulis benar terlihat lembut. Aku seperti melihat sosok penulis dalam tulisan tangannya. Halus dan lembut begitulah gambaran penulis di benak ku saat ini. Ingin ku melihat rupa aslinya dan mengetahui siapa pemilik buku merah tanpa nama ini dan menanyakan langsung pada nya tentang semuanya.
Semakin ku buka lembarannya, semakin jelas bagaimana perasaan duka di dalam lembaran awal ini. Begitu banyak puisi-puisi tentang keadaan lara, begitu sakit ketika membacanya. Apakah ini perasaan si penulis sebenarnya, apakah ini rasa dari jawaban yang ku cari, begitu pilu dan menyedihkan. Ingin rasanya tidak membuka lembaran yang lain, karena aku takut jika tulisan ini akan menimbulkan luka yang semakin perih, tetapi aku harus membacanya, karena semua jawabannya ada disini.
APAKAH INI DOSA ?
Aku memukau semua penglihatan
Berkilau sangat indah,kata mata yang memandang
Aku memancarkan belas kasih dalam peluk kan
Tenang menyejukkan, untuk para pengiba
Aku tahu ini salah dan selalu salah
Tapi aku terperangkap di antara semua jerat
Tak bisa keluar karena aku yang membuat jerat
Katanya, awal yang ku buat adalah sebuah dosa
Apakah aku berdosa ?
Itu yang selalu mereka katakan
Dan aku selalu mengatakan bahwa yang kulakukan adalah dosa
Tapi aku bukanlah pendosa
Semua ini hanyalah ilusi yang aku ciptakan
Untuk dirinya yang menimbulkan duka di balut suka
Pendosa, kata-kata itu telah menusuk relung hati ku, menyakitkan tapi benar adanya, apakah akulah pendosanya bukan si penulis dan mengapa semakin aku membacanya bukan jawaban yang kutemukan tetapi pertanyaan lainnya. Apakah buku ini jawabannya, atau buku ini lah pertanyaannya dan aku masih sangat bingung, bagaimana ini, aku sudah tidak tahan lagi dengan semuanya, tetapi aku harus tetap membaca buku ini sampai selesai.
Aku buka kembali lembaran berikutnya, isinya masih seputar puisi dan ini lebih hampa terasa. Semakin ku baca semakin hampa. Apakah perasaan hampa ini masalah dari semuanya, dan aku hanya bisa menemukan pertanyaan lagi. Kubuka dan ku baca lagi lembar per lembar dan aku menemukan tulisan tapi bukan berbetuk puisi melainkan sebuah surat dari si penulis untuk dia yang membuat air mata ku jatuh ketika membaca namanya, yaitu Ghandi.
Untuk Ghandi
Salam dari aku yang selalu menunggu.
Dengan ini aku sampaikan bahwa tidak ada lagi diam ku untuk semua kata yang kamu berikan kepada Mila. Aku sudah cukup meminta maaf atas segala dosa yang telah kalian perbuat. Benar Mila tak berdosa tapi dia menjadi pendosa karena kamu telah membawa jerat ku padanya.
Aku tidak bisa memutus jerat ini, terlalu banyak yang terjerat Ghandi. Setiap malam aku menangis karena Mila selalu mencari ku, meminta pertanggung jawaban dari jerat yang ku buat, sedangkan kamu pergi menyebar jerat ku tanpa berpikir bahwa aku sudah terlalu lelah untuk ikut dalam permainan mu. Kita akhiri semuanya Ghandi, hanya kita berdua yang bisa mengakhirinya, karena Mila bukan siapa-siapa.
Dan aku ingin mengakuinya Ghandi
Dan kamu juga harus mengakui bahwa kita berbeda
Kenapa ada nama Ghandi di surat ini, siapakah Ghandi yang di maksud, apakah Ghandi yang ku kenal atau Ghandi yang tak pernah kukenal. Dan siapa mila?, kenapa terlalu banyak pertanyaan yang ku temukan. Dan kata-kata pendosa itu terulang lagi, membuat air mataku semakin deras. Apa yang ingin disampaikan penulis tentang semua pertanyaanku. Dan nama Ghandi yang muncul kembali setelah dua tahun lalu pergi meninggalkan ku tanpa menjawab semua pertanyaan tentang awal dari semuanya.
Tuhan tolong aku, aku tak tau kenapa aku selalu terjebak dalam bayang-bayang semua pertanyaan ini dan itu. Apa yang harus kulakukan dan kenapa aku merasa bahwa aku adalah pendosanya. Aku harus menguatkan diriku untuk membaca buku ini semuanya, karena mereka tak akan membiarkan aku tahu jawabannya.
Semakin ku berpindah halaman, semakin banyak nama Ghandi dan Mila di dalamnya, semakin banyak kisah tentang mereka bertiga, kisah si penulis tentang harapan pada Ghandi dan tentang kisah harapan Ghandi pada Mila. Tapi tulisan ini bukan tentang kisah cinta segitiga, karena hanya si penulis dan Ghandi yang memiliki kisah tersebut, sedang kan Mila pemeran utama di kisah lainnya yang hanya sekedar numpang lewat dalam kisah mereka berdua.
Aku ingin jujur bahwa sosok Ghandi yang di ceritakan penulis sangat indah sekali, berbeda dengan Ghandi ku yang telah pergi, sosok Ghandi ku jauh lebih kelam. Tapi kenapa ketika aku membaca nama Ghandi yang terlintas di pikiran ku hanya Ghandi ku dan membuat air mata ku jatuh karena mengingatnya kembali.
Untuk Mila
Salam dari aku yang selalu berpura-pura
Mila, apa kabar ?, pertanyaan itu tak pernah ku sampaikan kepada mu mil. Aku benar pengecut karena terlalu jauh melihat mu. Aku pernah memutuskan bahwa ingin lebih dekat melihat mu, tapi tidak bisa, karena Ghandi selalu hadir diantara kita.
Mil bagiku kamu salah, dan aku kebenarannya. Tetapi kenapa aku yang merasa bersalah padahal kata maaf tak pernah terucap dari mu untuk ku. Mil aku sudah lelah dengan lingkaran jerat ini. Aku ingin memutuskannya mil. Aku ingin kamu kembali pada kisah mu dan jadi pemeran utamanya, tapi Ghandi tak pernah ingin bukan, karena kamu memiliki harapannya mil.
Sekarang sudah terlambat mil, semuanya sudah terlambat mil.
Aku memutuskan untuk berhenti
Apa yang ingin penulis sampaikan dalam buku ini. Kenapa dia ingin berhenti, apa yang telah penulis perbuat, sehingga aku harus mencari jawaban atas pertanyaanku dalam bukunya. Sejauh ini tidak ada kisah ku didalam buku ini, aku hanya orang lain yang membaca kisah orang lain demi mencari jawaban dari kisah ku sendiri. Ini tidak bisa ku lanjutkan, karena semakin ku baca akan semakin menyedihkan dan aku takut ketika luka dalam buku ini membuka terlalu dalam luka ku yang telah lama ku sembunyikan.
Ku tutup kembali buku merah ini, dan seperti biasa aku hanya bisa termenung dan memikirkan apa jawabannya. Pertanyaan yang terus ada di kepalaku dan selalu menuntun ku untuk mencari kebenarannya. Tapi bagaimanapun aku sudah berusaha dan aku sudah lelah. Apakah aku harus menyerah saja atau tetap mencari jawaban yang tak pernah ada. Tapi mama inginkan ku untuk membaca buku merah ini sampai selesai, karena jawabannya ada didalam buku itu. Ku putuskan untuk kembali membuka buku merah ini. Aku hanya berharap segera menemukan jawabannya.
Untuk diriku
Untuk diriku
Untuk diriku
Dari diriku yang tak pernah menjadi diriku
Selamat malam untuk diriku, terima kasih telah membantu ku untuk berusaha memutus jerat ini. Memutus semua yang telah ku usahakan selama ini. Aku tahu diriku akan sakit,aku tahu diri ku akan sirna, tapi aku percaya diriku selalu berharap bahwa diriku tetap ingat tentang kita telah berjuang untuk berubah. Ingat ketika hanya diriku yang berani menentangnya. Benar menentang dirinya yang telah lama mengambil alih semuanya, karena ingin menyingkirkan ku.
Pada halaman-halaman selanjutnya aku bisa merasakan bahwa penulis telah sangat berjuang, begitu banyak tulisan-tulisan yang menggambarkan bagaimana penulis menggambarkan tentang perjuangannya, meskipun penulis tidak menceritakan apa sebenarnya permasalahannya. Aku semakin penasaran dengan siapa sosok penulis buku merah ini. Aku merasakan bagaimana penulis ingin sekali di dengar tetapi tak bisa bersuara, dan aku memahami bagaimana perasaan yang sama, perasaan yang saat ini sedang kurasakan. Disaat semua orang tahu dan merahasiakan jawaban-jawaban itu dari ku.
Membaca buku ini benar-benar menyita waktu ku. Tapi tetap saja aku ingin menyelesaikannya. Semakin ku buka lembar per lembar, aku sadar bahwa penulis sangat kesepian, bahwa penulis sangat merindukan Ghandi Nya, sama dengan ku yang merindukan Ghandi ku. Tulisan-tulisan berikutnya menceritakan bagaimana perasaan penulis pada Ghandi yang tak pernah Ghandi dengar dan perasaan itu pun sama dengan ku tentang perasaan ku ketika Ghandi ku pergi dan tak pernah kembali. Ingin rasanya ku memeluk Ghandi hari ini, meskipun hanya bayangnya.
Begitu indah rasanya ketika penulis menceritakan bagaiman kisahnya yang di mulai ketika bertemu Ghandi. Bagaimana perasaan itu tumbuh sejak awal dan akhirnya tak pernah hilang dari diri penulis. Ghandi mengubah semua hidupnya yang tak pernah berharap kepada apapun dan siapapun, tapi setelah Ghandi datang penulis hanya memiliki satu harapan yaitu Ghandi.
Ghandi
Kisah yang aku tulis ini adalah kisah kita berdua, sebelum aku membuat jerat. Kisah yang dimana aku muncul menjadi pemerah utamanya, sebelum kamu mengganti ku dengan pemeran utama kisah lain yang hanya sekedar menjadi pemeran pendukung di kisah kita Ghandi.
Aku terima sekarang posisiku asal kamu tetap menjadi harapanku. Tapi kenapa semuanya berubah ketika kamu tau, aku dan dia tetap ingin menjadi pemeran utama di kisah ini. Aku sadar bahwa kisah kita, adalah kisah yang kamu balut luka. Tapi bahagia pernah kita rasa meski hanya semenit yang selalu kamu lupakan.
Maafkan aku Ghandi, karena aku akan mengakhiri kisah kita semua, hanya aku, aku dan aku. Karena aku tetap menjadikan mu harapan ku.
Aku semakin penasaran tentang kisah mereka tapi masih belum kutemukan, apakah kisahnya ada di halaman belakang atau tidak pernah dituliskan. Aku terus membaca buku ini sampai aku sadar bahwa ada sebuah puisi yang sama persis dengan puisi yang di tulis Ghandi ku untuk ku yang tertempel di dinding kamarku.
Aku Pergi
Kamu adalah yang terindah
Tak pernah ku lepas walau hanya dalam bayangan
Kamu selalu aku abadikan
Meski hanya sebuah nama
Aku tau bahwa kamu ingin aku selalu ada
Tapi aku tak cukup kuat menerimanya
Aku tau bahwa kamu ingin kita selalu bersama
Tapi aku tak cukup kuat menggenggamnya
Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan
Karena aku telah pergi dari semua yang kamu inginkan
Aku pergi tak akan kembali
Karena aku berjanji bahwa aku tetap menjadi sebuah bayanganmu
Kenapa puisi ini sama dengan yang diberikan Ghandi untuk ku, apakah Ghandi nya dan Ghandi ku adalah orang yang sama, dan siapa penulis ini apakah aku kenal dengannya, siapa dia. Jawabanku belum juga terjawab tetapi ada pertanyaan yang lebih membuatku penasaran karena di di halaman selanjutnya ada sebuah surat dengan nama yang sangat familiar untuk ku, yaitu nama ku.
Untuk Selena,
Dari ku yang hanya ingin berbagi rasa pada mu
Aku tau kamu pasti bertanya-tanya tentang siapa aku, dan mengapa aku tau kamu, siapa mila dan mengapa ada nama Ghandi mu di buku ini. Jika kamu sudah membuka buku ini aku yakin kamu pasti sedang mencari jawaban tentang pertanyaanmu selama ini.
Terima kasih telah menjadi kisah ku, kamu adalah satu pemeran utama dalam kisah ku, kamu terkadang protagonis, kamu terkadang antagonis. Bagiku kita sama saja. Maaf kalau kisah yang ku tulis di awal adalah perasaan pilu yang sebenarnya dan di halaman selajutnya kamu akan terus bertanya-tanya.
Percayalah selena aku akan memberitahukan semua jawaban tentang pertanyaan mu dalam buku merah ini dan kamu akan tahu siapa aku.
Salam manis dari ku untuk diri mu.
Begitu banyak yang aku tidak ketahui, sebenarnya apa yang terjadi selama ini, apa yang terjadi antara aku dan si penulis. Dan bagaimana kisah kami dengan Ghandi dan apakah aku mengenal Mila. Ini terlalu berat bagiku, kenapa semua orang yang aku kenal sekarang merahasiakannya pada ku.
Aku menutup kembali buku ini, kepala ku sudah sangat pusing, aku sudah lelah untuk mencerna tulisan-tulisan di buku ini. Aku memperhatikan kembali buku ini, membolak baliknya, dan aku terkejut melihat tulisan yang ada di sampul belakang, sebuah identitas yang membuat ku menangis sangat kencang.
Buku Harian Selena Untuk Selena
Selepas Ghandi ku pergi
***
Hari ini adalah tanggal dimana Ghandi pergi selamanya dari ku dan tak pernah kembali, dan hari ini juga tanggal dimana aku tak mengenal satu orang pun, karena yang ku ingat hanya Ghandi ku
"Ma, kakak sudah sadar ma".
Begitulah yang terdengar saat membuka mata ku hari ini. Suara yang terdengar riang dengan bercampur perasaan haru.
"Sayang, kamu udah sadar" seorang wanita paruh baya menangis menghampiri ku, dia tersenyum dengan sangat haru, aku pun bisa merasakannya.
Dan disinilah aku sekarang, tepat berada di kamar rumah sakit. Belum bisa berbicara, hanya bisa melirik. Ku Pandangi ketiga wajah yang tepat berada di atas ku. Tidak tahu itu wajah siapa, tapi mereka terasa sangat dekat dengan ku.
"Kita masih perlu pemeriksaan kembali, tetapi aku bersyukur selena sudah sadar, semoga dia bisa pulih secepatnya Buk Sinta" begitulah kata wanita yang berada di samping kanan ku yang jelas terlihat dari penampilannya bahwa dia adalah seorang dokter.
"Terima kasih yah Dokter Ambar" wanita tersebut memandangi ku dengan penuh suka cita, begitupun dengan wanita muda di sampingnya yang menurut perkiraan ku usianya sekitar 17 tahun.
Tapi satu hal yang membuatku bingung, siapa mereka ? Apakah mereka mengenal ku? Dan siapa aku ?.
***
Aku terbangun tanpa mengetahui siapa diri ku, berdasarkan diagnosa terjadi benturan yang kuat di kepala ku akibat kecelakaan yang aku alami setahun yang lalu, sehingga hal tersebut membuat ku koma selama satu tahun dan tentunya melupakan diriku, keluarga ku dan masa lalu ku, tapi ada satu hal yang tetap ada di kepala ku sebuah nama dan sebuah wajah yaitu "Ghandi".
Wanita paruh baya itu ternyata adalah mama ku yang bernama "Sinta" dan wanita muda itu adalah adikku yang bernama "Kayla", berdasarkan cerita mereka kami hidup bertiga tanpa seorang sosok papa yang sudah meninggal disaat Kayla berusia 6 tahun, sungguh tragis tapi kata mereka mama tetap tegar sehingga dapat menghidupi kami dengan sangat berkecukupan, aku pun menyetujui label sukses yang disematkan kepada mama, terlihat dari kamar rumah sakit yang VIP dan rumah ini pun terlihat sangat indah dan mewah.
"Kak, nanti aku tunjukkan foto-foto kita dulu biar kakak ingat tentang kita semua" Kayla memeluk ku dengan sangat manja, aku tahu bahwa dia sangat menyayangi ku dari cara dia memelukku, dan aku hanya bisa tersenyum melihat nya.
"Kamu tahu Ghandi ?" tanya ku pada Kayla penasaran. Kayla melepaskan pelukannya pada ku, terlihat raut wajahnya yang gelisah seperti ada hal yang di sembunyi kan.
"Tau kak, tapi aku mau nunjukin foto kita dulu yah" Kayla kemudian pergi dengan menimbulkan pertanyaan pada ku.
Aku belum pernah menyebut nama Ghandi sejak aku membuka mata di rumah sakit dan sampai hari ini. Tapi sepertinya pertanyaan ku akan segera terjawab, lebih baik aku melihat isi kamar ini yang mereka bilang ini adalah kamar ku, mungkin aku bisa mengingat diriku yang sebenarnya.
Kamar yang sangat nyaman dengan interior bergaya prancis dengan warna putih susu mendominasi, wangi dan pastinya selalu di bersihkan, karena aku tidak melihat sedikitpun debu disini.
"Kak" Kayla masuk dengan membawa begitu banyak album foto, terlihat sekali dia ingin menunjukkan nya pada ku, dengan semangat dia menceritakan setiap cerita di foto-foto yang dia bawa, terkadang aku tertawa dengan ceritanya yang terdengar sangat lucu.
"Kamu belum bawa semua foto kita yah, foto kita sama papa dulu dimana ?" Kayla kemudian terdiam dan aku menatapnya dengan penuh tanya.
"Habis terbakar" mama masuk dengan membawa beberapa album foto yang lainnya. Aku hanya bisa mengangguk. Dan melanjutkan melihat foto-foto tersebut.
"Kamu jangan memaksakan diri yah sayang, mama gak mau kamu kenapa-kenapa lagi jadi apapun yang terjadi kamu gak perlu ingat semuanya, kamu hidup saja udah buat mama bahagia" mama memeluk ku erat, terasa hangat pelukannya, dan dari suara jantungnya aku merasakan kesedihan yang sangat luar biasa, aku pikir mama masih trauma dengan kecelakaan ku, karena mereka berdua sekarang yang mengingatnya bahkan aku sendiripun tidak.
"Ma, Ghandi itu siapa?" mama melepaskan pelukannya dengan raut wajah yang terkejutnya, kemudian dia memelukku lagi dengan sangat erat.
Setiap malam aku selalu memimpikan wajah yang sama, yaitu Ghandi. Mama dan Kayla belum memberikan ku penjelasan yang jelas mengenai Ghandi. Wajah nya selalu membayangi ku. Aku sungguh penasaran dengannya. Dimana dan Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan Ghandi.
"Kak" Kayla mengetuk pintu kamar ku dengan pelan.
"Masuk" kata ku pelan.
"Hmmmm" Kayla menunjukkan ekspresi bingungnya kepada ku, terlihat bahwa dia ingin memberi tahu aku tentang suatu hal
"Kenapa ?" tanya ku penasaran.
"Mas Ghandi kak" kata Kayla pelan.
Aku terkejut, bahwa Kayla menyebut nama Ghandi, tetapi setidaknya dia bisa meringankan rasa penasaran ku.
"Mas Ghandi udah meninggal 1 tahun lalu kak, tepat ketika kakak kecelakaan dulu" Kayla berbicara dengan menahan tangis yang hampir jatuh dari matanya.
Aku terkejut mendengarnya, selama ini Ghandi selalu muncul dalam mimpi dan pikiran ku, dan tanpa ku sangka aku menangis mendengar kenyataan Ghandi telah meninggal, terasa sangat sakit dan sesak di dada ini, aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi bahkan aku tidak mengenal siapa Ghandi.
"Ini kak" Kayla memberiku album foto yang berwarna merah dan di bagian cover foto tersebut tertulis Selena dan Ghandi.
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis. Ku buka album foto tersebut dan ku lihat foto yang jelas mengungkapkan aku dan Ghandi berteman sejak kecil. Album tersebut penuh berisi kenangan aku dan Ghandi ketika kecil sampai kami dewasa.
"Ghandi sahabat aku ?" tanyaku pada Kayla.
"Bukan hanya sahabat kak, tapi pacar kakak" jawan Kayla yang masih menahan tangis nya.
Kayla menunjukkan ku sebuah ruangan kecil yang ada di dalam kamar ku, sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku. Kemudian Kayla mengambil sebuah map yang berisi beberapa kertas.
"Satu tahun lalu ketika kakak dirumah sakit, aku yang selalu beresin kamar kakak, jadi aku lihat awalnya puisi puisi ini kakak tempel didinding kakak, tapi kenapa puisi puisi kakak malah berserakan di lantai jadi aku kumpulin lagi, aku udah baca semuanya kak, dan puisi ini dari Mas Ghandi kak" Kayla memberikan map kertas itu kepada ku.
"Kak, jangan bilang mama yah kak aku ngasih tau kakak, karena mama takut kakak akan sakit lagi karena tau kabar Mas Ghandi" Pinta Kayla pada ku.
"Ia, tapi kenapa kamu mau ngasih tau semuanya sama kakak?". Tanya ku penasaran.
"Aku takut kakak kenapa-kenapa, tapi aku lebih takut membuat kakak menderita karena kakak selalu di bayangi rasa ingin tahu tentang Mas Ghandi, aku rasa dengan kakak tahu yang sebenarnya bisa membuat beban kakak hilang" Kayla masih dengan air mata yang tertahan. Aku langsung memeluk adikku itu, perasaan tulusnya kepadaku dan aku sangat berterima kasih kepadanya.
"Terima Kasih yah sayang, kakak janji gak akan buat kamu khawatir, tapi kamu janji mau bantuin kakak kan, untuk bantuin mengembalikan ingatan kakak lagi" ku peluk erat adik ku itu. Air mata Kayla yang sudah tertahan akhirnya jatuh juga.
"Ia kak, aku janji" Kata Kayla yang sudah menangis lepas di pelukan ku.
***
Aku mulai membaca satu persatu puisi yang di tulis Ghandi, terasa bahwa dia sangat romantis, terkadang aku tersenyum dan terkadang aku menangis membacanya, dan sepertinya aku tahu bahwa dia adalah orang yang berharga bagi ku, rasa kehilangannya terasa sangat menyakitkan.
Sekarang aku memutuskan untuk menemukan siapa Ghandi ku untuk menemukan siapa Aku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!