NovelToon NovelToon

Do You Remember?

Naira Putri.

Apakah aku salah jika mengharapkanmu untuk kembali...

Apakah aku salah jika menunggumu...

salahkan jika aku berharap kau mencintaiku...

Baru saja kita berbagi cerita...

Canda tawa kita yang selalu ku ingat...

Yang bisa aku lakukan hanyalah menunggumu...

Aku selalu datang kak...

Datang dimana tempat terkahir aku melihatmu...

Aku selalu berharap bisa menjadi orang pertama...

Orang pertama yang melihatmu muncul kembali...

Aku benar benar merindukanmu...

Dan tanpa aku sadari, aku telah jatuh cinta padamu...

Jatuh cinta meskipun kau tidak berada disisiku...

Apakah kamu merasakan hal yang sama?...

Merasa mencintaiku juga...

Kak.. aku menyayangimu, mencintaimu, selalu...

 

Angin sore hari sangat sejuk membuat hatiku begitu damai, aku berdiri menikmati angin dikala senja datang dengan hujan yang sedikit deras. Aku selalu mengharapkan sebuah keajaiban datang, datang dengan membawamu dihadapanku. Aku sangat ingin memelukmu, aku ingin mengatakan bahwa aku tidak pernah lelah menunggumu.

"Akan kah kamu kembali kak, jika kejadian 15 tahun yang lalu aku mencegahmu pergi. Aku tidak akan kehilanganmu, aku tidak perlu mengharapmu untuk kembali." ucapku yang selalu berharap dia kembali, terkadang aku akan menangis jika merasakan rindu yang teramat padanya.

Tahun ini beda dengan beberapa tahun yang lalu, 4 bulan yang lalu adalah hari dimana aku telah mendapatkan gelar sarjana. Aku telah berusaha untuk menjadi orang yang berguna, bukan hanya keluarga bahkan teman temanku selalu mendukung ku. Usiaku sekarang 22 tahun, tidak ada harapan apapun disetiap tahunya. Setiap tahun berganti, harapanku tetap menunggu dia kembali.

Malam ini adalah malam yang indah untuk menikmati kotaku yang sangat indah dimalam hari, aku berjalan menikmati kota yang telah diguyur hujan beberapa jam yang lalu.

Semasa kuliah aku menjadi siswa terbaik dan berprestasi di Universitas Jakarta, aku menjadi orang yang paling dikagumi oleh teman temanku. Menurut mereka bukan hanya cantik dan baik, tapi aku juga sangat cerdas dan pintar membuat siapapun iri. Banyak juga yang bilang sifatku menurun pada kedua orang tuaku, kenapa tidak aku adalah anak mereka dan itu wajar.

"Ukhh dingin sekali.." ucapku duduk disebuah bangku taman, aku merasa dingin ketika udara malam membuat kulitku menggigil. Entah aku ini salah atau tidak pergi malam malam sendirian, hanya membawa tas kecil berisi hp dan dompet. Bahkan memakai jaket saja tidak, hanya memakai kaos biasa dengan celana sepanjang lutut.

Saat aku sedang memejamkan mata untuk merasakan dingin, tiba tiba saja tubuhku menjadi hangat. Dengan cepat aku membuka mata, aku melihat sebuah jas yang menghangatkan tubuhku. Karena terkejut aku berdiri dari dudukku, aku melihat tidak ada siapapun disana.

"Nara aku disini!"

Suara seseorang mengejutkanku, Nara. Hanya dia yang memanggilku Nara, suara yang asing tidak membuatku percaya bahwa dia yang datang. Dengan cepat aku berbalik badan untuk melihat yang bicara, alangkah terkejutnya aku ketika melihat seorang pria yang berdiri dihadapanku.

entah kenapa aku merasa itu adalah kak Anan, tidak mungkin dia disini. Tapi aku sangat yakin pria itu adalah dia, perlahan aku mendekat kearahnya. Saat tepat dihadapannya antara percaya tidak percaya dengan menatap matanya aku melihat itu dia.

"Ini aku!" ucapnya, aku meneteskan air mata tapi dia menyeka airmata dipipiku.

"Kak Anan, kamu kak Anan?" ucapku memegang kedua pipinya, pria itu tersenyum dan mengangguk.

"Iya ini aku, aku kembali." ucapnya yang membuatku sangat senang dan langsung memeluknya.

"Aku merindukanmu, sangat rindu padamu kak. Kenapa kamu meninggalkan aku, kenapa kak." ucap menangis dalam pelukannya, ia hanya membalas pelukanku tidak mengatakan apapun.

"Berjanjilah tidak akan meninggalkanku lagi?" ucap ku, kak Anan melepas pelukan itu dia menyeka air mata ku.

"Aku janji, tidak akan pergi lagi." ucapnya membuatku bahagia, aku tersenyum padanya.

"Ayo kita temui papa Vano, tante Amelia sangat merindukanmu. Mereka pasti senang bertemu denganmu, ayo..." ucapku senang langsung menarik tangannya.

Karena senang, aku tidak melihat langkahku. Jalan yang licin karena hujan membuatku tergelincir dan tidak bisa menopang diriku sendiri. Aku terjatuh dan tidak sempat berpegangan pada kak Anan.

"Akhh!!!" teriakku menutup mata.

\*Bugh..

Bugh\*..

Aku terjatuh dan merasakan sakit pada punggung ku, saat aku membuka mata semuanya berubah. Aku melihat sekelilingnya tidak tampak seperti jalan malam itu, tapi seperti ruangan yang tidak asing untukku.

"Anak gadis baru bangun, katanya mau cari pekerjaan!" ucap seorang wanita sedikit serak membuatku sadar, dia adalah ibuku dan ruangan ini adalah kamarku. Lebih tepatnya semuanya hanya mimpi, dia hanya hadir dimimpiku. Ada perasaan kesal dihatiku, karena lagi lagi aku mimpi kehadirannya.

"Naira malah melamun, ayo mandi dan sarapan. Papamu sudah mencarimu dari tadi, kamu jatuh lagi ya.." ucap ibuku dengan membuka gorden jendela dikamarku, membuatku bangun dan duduk diatas kasur.

"Iya ma, tadi aku mimpi tapi bangun bangun malah jatuh dari kasur!" ucapku sedikit malas, ibuku mengelus kepalaku.

"Yasudah cepat mandi, semuanya sudah siap sarapan." ucapnya lembut, aku pun membalas itu dengan senyuman.

"Iya ma." balasku dengan melangkah kearah kamar mandi, perasaan kesal masih menyelimuti hatiku karena mimpi itu. Anehnya aku tidak bisa mengingat wajahnya, aku tidak bisa melihat wajahnya lagi. aku merasakan itu sangat nyata, bahkan aku merasakan sentuhannya ditanganku.

setelah beberapa menit aku selsai dari kamar mandi, hari ini ada interview disebuah perusahaan. Aku memakai pakaian yang sangat sederhana dan polesan make up natural tidak terlalu mencolok. Aku keluar dari kamar untuk menemui yang lain, terlihat semua orang sudah duduk diruang makan.

"Pagi semuanya?" ucap ku menyapa semuanya tersenyum melihatku.

"Jadi mau cari kerja sekarang?" tanya Riana, aku mengangguk dan duduk disampingnya.

"Oke semoga berhasil, jangan lupa traktir aku nanti." ucapnya lagi tersenyum, kami pun bertos. Riana dan aku sudah seperti seorang sahabat, dia segalanya untukku begitupun sebaliknya.

"Kenapa sih mau cari kerja, kerja ditempat papa kan enak." ucap ibuku menyodorkan sepiring sarapan padaku, aku pun menerima itu dan tersenyum.

"Iya kamu bisa kerja sama aku, lagian disana aku juga butuh sekretaris." saut kak Bagas, aku hanya bisa tersenyum.

"Ya kan kakak disana jadi wakil papa, kakak cari sekretaris aja jangan aku." sautku singkat, Riana melihatku lalu melihat Kak Bagas.

"Jangankan cari sekretaris, kakak harus cari istri dulu. Siapa tahu nanti istrimu jadi sekretarismu." celetuk Riana, semua orang tertawa disana termasuk aku.

"Atau cari sekretaris dulu Rin, nanti sekretarisnya jadi istrinya." timpalku lagi, kali ini aku dan Riana tertawa puas berhasil membuat Kak Bagas kesal.

"Kalian jahat sekali meledekku, kalian tidak ingat bahwa aku yang mengurus kalian saat kecil." ucap Kak Bagas berpura pura sedih, tidak membuat kami diam. Aku dan Riana semakin tertawa.

"Sudah sudah. nanti buat Riana saja kerja dengan Bagas." ucap om Riyan, Riana malah terdiam dan batuk.

"Tapi Riana gak tertarik pa, Riana kan mau jadi guru." ucap Riana dengan senyum menunjukan gigi.

"Naira bilang sama papa, kenapa kamu tidak mau kerja dengan papa atau papa Vano?" kali ini pertanyaan papaku dengan serius.

"Pa Naira ingin mandiri, Naira gak pengen kerja sama papa karena akan membuat perbedaan antara Naira dan karyawan lain. Naira pengen merasakan jadi karyawan terus menjadi terbaik dan bertanggung jawab atas kerja keras Naira sendiri. Bukan karena Naira ini anak papa atau pun papa Vano, Naira tidak mau di istimewa karena status Naira." jelasku, aku harap papa menyetujui itu. Melihat semuanya tersenyum, aku yakin mereka semua setuju.

"Wahh!!! Naira hebat, Naira semakin dewasa dan tidak manja." aku terkejut dengan suara kak Bagas dengan tepuk tangan, seperti anak kecil.

"Naira dewasa, kenapa kamu tambah kecil kak!" celetuk Riana membuat kak Bagas kesal lagi.

"Kamu benar benar adik yang jahat!" ucapnya kesal, aku hanya tertawa pelan.

"Ya sudah kami semua selalu mendukung keputusan kalian, apapun yang baik untuk kalian kami selalu mendukung." ucap om Riyan membuatku senang.

"Naira kalau sudah seperti itu, papa terima keputusan kamu. Kalau butuh apapun datang pada papa." ucap papa tersenyum, aku pun mengangguk dan tersenyum.

"Bagas hari ini ada rapat, kamu yang pergi ya.." ucap papa lagi pada kak Bagas

"Iya om, nanti Bagas yang urus." saut kak Bagas dengan tegas.

Ya, kak Bagas bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan papa. Papa sangat percaya padanya, kak Bagas pun bertanggung jawab dan tidak pernah mengecewakan papa. Kami juga suka sekali menggodanya, apalagi masalah mengejek tentang mempunyai istri.

Kalau Riana dia sedikit centil, tapi cantiknya tidak kalah denganku. Menurutku Riana itu sangat cantik, tapi semua orang dirumah bilang aku lebih cantik dari Riana, bahkan Riana mengakui itu. Riana bercita cita menjadi guru, dan dosen seperti om Riyan, Riana berbeda dariku. Kalau aku lebih keinginan dibidang perkantoran , kalau Riana lebih suka dengan persoalan mengajar.

Itulah keluargaku, yang harmonis. Rumah menjadi menyenangkan, damai dan juga nyaman. Meskipun kami dari keluarga yang bisa dibilang kaya, tapi kami tidak pernah menunjukkan itu. Kami selalu bersifat mandiri dan tidak terlalu mewah dalam hidup.

\*

Hari ini adalah hari dimana aku harus interview kerja, aku tidak ingin terlambat dihari pertama aku harus menunjukkan kesan yang baik. Seperti biasa aku pergi dengan mang Didin, setelah sampai di perusahaan itu mang Didin kusuruh untuk pulang.

Aku mendengar perusahaan yang aku datangi adalah perusahaan baru, dengan kehebatan direktur itu membuat perusahaan barunya menjadi trending topik no 1 dalam waktu satu bulan saja.

Dua bulan lalu aku mendengar bahwa perusahaan itu membutuhkan sekretaris untuk direkturnya, aku beranikan diri untuk mengirim surat lamaran kerjaku. Aku juga tidak terlalu berharap, tapi tidak kusangka mereka mengirim pesan pada email ku untuk datang interview.

Aku mulai masuk perusahaan itu, terlihat sangat besar dan indah didalam. Serasa seperti perusahaan yang aku impikan, tapi itu cita cita seorang anak kecil dulu. Benar saja orang bilang, perusahaan itu tidak menerima orang biasa untuk bekerja.

"apa ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang wanita, aku tersenyum.

"Ini saya dipanggil untuk interview, dimana ya itu?" tanyaku, wanita itu memeriksa surat yang bawa.

"Iya nona silahkan naik kelantai 5, anda bisa menunggu nama anda untuk dipanggil." ucap wanita itu dengan sopan dan ramah.

"Iya terima kasih." ucapku tersenyum lalu aku pergi dari sana.

Aku menunggu lift terbuka, terlihat beberapa orang sangat ramah dan saling bertegur sapa. Aku pikir sangat menyenangkan bekerja disini, tidak terlalu menegangkan. Lift terbuka dan aku siap naik pada lantai yang dikatakan wanita itu, sampai dilantai lima terlihat beberapa wanita dengan pakaian cantik lebih tepatnya seksi.

Aku pikir mereka adalah sama sepertiku, menunggu namanya dipanggil untuk interview. Aku duduk disamping seorang wanita, terlihat wanita itu sedang dandan. Aku duduk merasakan sangat gugup, karena ini untuk pertama kalinya aku melakukan interview.

"Naira Putri!"

"Saya?"

"Giliranmu!"

Ucap orang itu membuatku menjadi sangat tegang, aku meremas surat yang aku pegang di dadaku.

"Naira Putri!"

"Eh iya?"

"Kenapa melamun, giliranmu ayo ikuti aku." ucapnya, aku pun mengangguk pelan dan melangkah mengikutinya.

"Huftt... Jangan gugup Naira, semangat!" gumamku pelan,

"Yang sopan ya!" ucap lembut orang yang membawaku, aku mengangguk pelan.

Aku berhadapan dengan seseorang yang duduk membelakangiku, teertera nama diatas meja itu, Wakil Direktur

"Perkenalkan nama saya Naira Putri, umur saya 22 tahun. Saya lulusan universitas Jakarta, jurusan management." ucapku dengan lancar, Syukurlah.

"aku sudah membaca CV mu, kamu sangat berprestasi ternyata." ucap seorang pria lalu berbalik menatapku, aku sedikit takut dan memaksa untuk tersenyum.

"iya pak terima kasih." jawabku sopan.

"baru lulus?" tanya lagi, aku pun mengangguk sopan.

"iya pak, saya baru lulus beberapa bulan yang lalu." ucapku sopan.

"oh iya perkenalkan nama saya Johan, saya adalah wakil direktur." kami pun bersalaman.

"terima kasih sudah menempatkan diri untuk datang tepat waktu." ucapnya, aku tetap tersenyum.

"iya pak, terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk datang."

"baiklah perusahaan kami akan mengirim pesan pada emailmu, kamu bisa menunggu keputusan dari kami, berdoa lah." ucapnya aku pun lega mendengar itu, memang belum seberapa lega.

"terima kasih pak, kalau begitu saya permisi." ucapku lalu keluar dari ruangan itu.

Aku segera keluar dari perusahaan itu dan pulang kerumah untuk menunggu kabar dari mereka, aku berharap mereka menerimaku untuk bergabung di perusahaan mereka.

\*

**jangan lupa like, komen dan vote kalian😍**

 

Sekretaris.

Keesokan harinya Naira sedang duduk santai dirumahnya, ia fokus didepan laptopnya. Naira membuka tutup situs emailnya, ia sangat berharap agar perusahaan itu menerimanya bergabung. Kara melihat Naira yang sedang gelisah, ia pun mencoba untuk mendekati putrinya itu.

"Jadi, sudah diterima?" tanya Kara, Naira menggelengkan kepala.

"Belum dihubungi pa, Naira gak sabar rasanya!" saut Naira, Kara tertawa mengelus kepala Naira.

"Sabar dong, Memangnya dimana sih?" tanya Kara, Naira meletakkan laptopnya diatas meja.

"Di perusahaan baru, perusahaan Tama's." saut Naira, Kara tampak berpikir.

"Oh perusahaan itu, kemarin papa rapat bareng perusahaan itu. Menarik sih." saut Kara, Naira sangat penasaran seperti apa perusahaan itu.

"Pa gimana presdir nya, katanya galak ya?" tanya Naira, Kara menggelengkan kepala.

"Papa gak ketemu presdir nya, papa ketemu wakilnya." saut Kara, Naira hanya terdiam.

"Soalnya mereka bilang, presdir mereka ada di London jadi yang datang hanya diwakilkan." ucap Kara lagi, Naira hanya mengangguk.

Terlihat Riana datang menghampiri Naira, Kara berpamitan pada mereka untuk pergi. Riana menghempaskan tubuhnya duduk disebelah Naira, Naira hanya duduk menatap langit langit.

"Kamu kenapa?" tanya Riana, Naira hanya menggelengkan kepala.

"Masih mengharapkan dia?" tanya Riana, Naira pun menatapnya

"Kenapa sih terus berharap, bagaimana kalau dia tidak pernah kembali?" ucap Riana lagi.

" dia pasti kembali, dia berjanji kepadaku akan segera kembali." saut Naira.

"Lalu kapan dia kembali, sudah 15 tahun kamu menunggunya. Apa dia kembali, tidak kan!" ucap Riana lagi, Naira sangat kesal.

"Kamu menyebalkan!" ucap Naira melempar bantal sofa.

"Kamu yang menyebalkan!" saut Riana melempar bantal juga, saat Naira ingin membalas terdapat notif masuk dari laptopnya.

Naira langsung melihat notif email tersebut, terlihat dari perusahaan Tama's.

"Mama!" teriak Naira mengejutkan Riana, bukan hanya Riana tapi semua orang juga terkejut.

"Kau ini kenapa?" tanya Riana memegangi telinganya, terlihat Nadia dan Risa datang.

"Kamu kenapa, kenapa berteriak?" tanya Nadia, Naira menutup mulutnya.

"Mama! Mereka menerimaku, mereka menyuruhkan untuk mulai bekerja besok!!" ucap Naira berlari kearah Nadia dan memeluknya, Riana melihat laptop Naira dan membaca pesan itu.

"Wah iya benar, kamu hebat!!" ucap Riana menunjukan laptopnya pada Nadia, Naira dan Riana berpelukan girang.

"Aku senang, aku sangat senang." ucap Naira,

"Aku juga ikut senang, semangat ya!!" saut Riana, Naira mengangguk.

"Kalian ini, aku pikir ada apa!" ucap Risa lalu pergi dari sana, Naira dan Riana hanya tertawa.

"Aku akan pergi sekarang!" ucap Naira, Riana mengikuti langkah Naira.

"Mau kemana?" tanya Riana, Naira tersenyum.

"Mau kerumah papa Vano, mau bilang kalau aku dapat pekerjaan." saut Naira

"Aku ikut ya?" ucap Riana, Naira pun mengangguk.

Mereka masuk dalam kamar mereka masing masing, mereka bersiap diri untuk pergi kerumah Vano.

Setelah keluar dari kamar mandi, Naira berdiri dihadapan cermin menyisir rambutnya. Naira melihat kalung yang ia pakai, ia tersenyum dan mencium kalung itu.

"Aku selalu memakainya kak, aku merindukanmu." ucap Naira melihat cermin, satu butir air mata menetes dipipinya.

"(Tok tok tok) Naira ayo, nanti kesorean!" panggil Riana diluar pintu, Naira pun cepat cepat memakai baju dan menyahut tas kexil berisi hp dan dompet nya.

"(Ceklik) iya ini sudah siap kok, ayo!" ucap Naira, Riana pun mengangguk.

Perjalan skip...

Mereka sampai dirumah Vano, mereka turun dari mobil dan langsung masuk kerumah itu. Terlihat Amelia terkejut saat melihat mereka, Naira langsung memeluk Amelia.

"Tante, apa kabar?" tanya Naira memeluk Amelia.

"Tante baik, kenapa kalian disini?" tanya Amelia tersenyum, dengan memeluk Riana juga.

"Dimana sikecil nakal?" tanya Riana, karena tidak melihat Nanda.

"Oh Nanda pergi bersama papanya, lalu kalian kenapa disini?" ucap Amelia dan bertanya lagi. saat mendengar nama Nanda, Naira mengingat Adnan, karena nama Nanda sendiri diambil dari nama kebalikan Adnan.

"Hei malah melamun!" ucap Amelia menyadarkan Naira dari lamunannya, Naira tersenyum dan memegang tangan Amelia.

"Tante Naira kesini untuk mengatakan, Naira diterima kerja ditempat yang Naira kasih tahu tante." ucap Naira, Amelia tersenyum lebar.

"Benarkah, apa Nairaku diterima?" ucap Amelia, Naira mengangguk senang.

"Iya tante, dia diterima!" ucap Riana, Amelia sangat bahagia mendengar itu. Amelia memeluk Naira karena senang,

"Selamat sayang, tante juga sangat senang!" ucap Amelia, mereka bertiga tertawa bersama.

"Tante minta papa Vano pergi kerumah ya, kita makan malam bersama." ucap Naira, Riana pun mengangguk.

"Iya benar, sudah lama aku tidak menggoda sikecil nakal." saut Riana, mereka pun tertawa.

"Baiklah nanti tante akan bilang, yasudah ayo duduk dulu. Tante akan buatkan makanan untuk kalian, kalian ini semakin besar saja." ucap Amelia melangkah pergi kedapur.

Naira dan Riana berfoto bersama, lalu mereka menyebarkan pada akun sosial media mereka. Naira melihat foto Adnan kecil diatas meja, Naira tersenyum melihat itu.

"Ayo pergi belanja hari ini?" ucap Riana, Naira meletakkan foto itu.

"Tidak, aku harus menyiapkan diri untuk besok." balas Naira, Riana terlihat kecewa.

"Menyebalkan, ya sudah aku akan pergi sendiri." ucap Riana berdiri dari duduknya.

"hai jangan pulang malam, nanti om Riyan cariin kamu!" ucap Naira, Riana mengambil tasnya.

"iya ga lama kok, tenang aja. Tante, Riana pergi dulu ya. Riana ada urusan!" ucap Riana, Amelia datang membawa beberapa cemilan.

"Eh mau kemana, disini dulu mari mengobrol." ucap Amelia, Riana mencium tangan Amelia dan pipinya.

"Nanti malam saja, Riana pergi ya. Dadah tante, dadah Naira." ucap Riana melambaikan tangan, Naira dan Amelia pun melambaikan tangan.

"Anak itu pasti mau belanja!" ucap Amelia menghampiri Naira, Naira tertawa dan mengangguk.

Naira menikmati teh yang dibuat oleh Amelia, Amelia menatap wajah Naira dan tersenyum. Naira sadar saat diperhatikan, ia pun menoleh kearah Amelia.

"Tante kenapa?" tanya Naira, Amelia menggelengkan kepala dan tersenyum.

"Gak kok, tante gak papa. Tante cuman ga nyangka aja waktu berjalan begitu cepat, dulu tante ingat saat bertemu kamu di mall. Kamu sangat kecil dan nakal, tapi sekarang kamu sudah dewasa dan pintar. Mana cantik lagi, hehe..." saut Amelia mengelus kepala Naira, Naira tersenyum.

"Iya tante, Naira juga berpikir gitu. Gak nyangka waktu berjalan begitu cepat, Naira tambah dewasa dan semakin lebih harus bertanggung jawab." ucap Naira tersenyum, Amelia melihat ke arah kalung yang dipakai Naira. Amelia pernah melihat kalung itu, iapun memegang kalung itu.

"Cantik sekali, dari mana kamu dapat?" ucap Amelia, Naira mengingat saat Adnan memberikan kalung itu.

"Orang istimewa yang kasih!" ucap Naira senyum, Amelia tahu siapa orang itu.

"Adnan?" Naira terkejut dengan perkataan Amelia, ia pun mengalihkan pandangan nya ke arah lain.

"Tante kok tahu?" tanya Naira, Amelia tersenyum.

"Dulu tante pernah liat dia merakit sesuatu dikamarnya, saat tante menghampirinya tante liat dia sedang tertidur. Saat itu tante lihat kalung ini, tante juga berpikir kalung ini pasti dikasih ke kamu." jelas Amelia, Naira melihat wajah sendu Amelia saat menyebut nama Adnan.

"Tante jangan sedih, sampai sekarang Naira juga berharap kalau kak Anan pasti kembali. Jika dia kembali aku akan marah padanya, aku tidak akan bicara padanya juga." saut Naira, Amelia tertawa.

"Sepertinya dia melupakan kita!" ucap Amelia, Naira menatap Amelia. Naira tidak percaya saat Amelia mengatakan itu, bahkan sekian lama Naira menunggu ia tidak pernah berpikir seperti itu.

"Tidak, tidak mungkin dia melupakan kita." saut Naira, Amelia tersenyum dan mengangguk.

****

Keesokan harinya Naira berangkat ke kantor lebih awal, ia tidak percaya sekarang menjadi karyawan disana. Naira melihat seorang wanita berjalan kearahnya, Naira tersenyum dengan itu.

"Hai, kamu Naira ya?" tanya wanita itu, Naira tersenyum dan mengangguk.

"Iya?" ucap Nadia.

"Namaku Siska, mari ikut aku. Aku akan menunjukkan dimana kamu akan bekerja." saut wanita bernama Siska.

"Oh jadi anda nona Siska yang kemarin ya?" ucap Naira, Siska tersenyum.

"Iya, jangan terlalu sungkan. Aku adalah sekretaris pak johan, jadi jika kamu butuh apapun bilang aja." ucap Siska, Naira mengangguk dan mengikuti langkah Siska.

"dihari pertama aku kerja, aku beruntung dapat teman sepertimu." ucap Naira, Siska tersenyum.

"benarkah, baiklah mungkin kita akan jadi partner kerja yang baik!" ucap Siska, Naira mengangguk.

"Nah ini adalah meja kerjamu, dan disitu meja kerjaku. Jika butuh bantuan panggil saja aku." ucap Siska, Naira melihat ruangan itu cukup besar. Naira berpikir dia akan menjadi karyawan tapi kenapa menggunakan ruang kerja sebagus itu.

"Tapi aku kan baru, kenapa harus disini?" tanya Naira,

"Kamu kan ditugaskan untuk menjadi sekretaris untuk pak presdir, tentu saja kamu ditempatkan disini. Disana adalah ruang kerja pak presdir nanti, dia bisa melihatmu kapanpun dan kamu juga bisa melihatnya. Ruangan ini khusus sekretaris." jelas Siska, Naira terkejut saat dirinya menjabat sebagai sekretaris apalagi untuk direktur utama mereka.

"Kamu kenapa?" tanya Sisk karena melihat Naira terdiam.

"Hm.. Tidak apa, kenapa aku jadi sekretaris ya?" tanya Naira, Siska tersenyum.

"Hm.. Mungkin karena prestasimu yang bagus, kemarin pak Johan memberikan CV mu pada pak presdir langsung. Terus aku disuruh buat pesan penerimaanmu!" ucap Siska duduk di mejanya, Naira meletakkan tasnya.

"Aku takut, katanya pak presdir nya sangat angkuh trus dingin lagi. Gimana aku mulai kerja dengannya?" ucap Naira, Siska malah tertawa.

"Kamu ini jangan percaya sama omongan orang, pak presdir itu sangat baik sebenarnya. Hanya saja sifatnya yang ambisius jadi gitu deh, dia tinggal di London dan jadi orang sukses disana." ucap Siska mengagumi sosok direkturnya.

"Oh, gitu ya. Jadi dia akan kesini?" tanya Naira lagi, Siska mengangguk.

"Iya karena itu kami menyiapkan sekretaris sepertimu untuknya, kamu harus memperlihatkan upaya kerjamu. tapi untuk sekarang kamu masih santai sih, karena pak presdir akan kembali dalam waktu 2 bulan kedepan. Jadi kamu bantu bantu aku aja, biar dapat pengalaman!" saut Siska, Naira pun mengangguk.

"Oh iya lagi, siapa nama presdir nya?" tanya Naira, Siska berdiri dari duduknya.

"Namanya itu A..."

Kring kring kring...

Belum selesai menjawab Siska mendapat telfon seseorang, Siska segera mengangkat telfon itu. Sedangkan Naira menunggu Siska sampai selesai menelfon. Beberapa menit kemudian Siska selesai menelfon, ia membawa sebuah berkas.

"eh Nai aku pergi dulu ya, kamu baik baik disini. nanti kita bicara lagi, oke?" ucap Siska, Naira mengangguk.

"iya sis!" ucapnya, Siska melangkah pergi dari ruangan itu meninggalkan Naira sendiri.

"em.. ini suatu keberuntungan atau kerugian ya, sudahlah yang penting sekarang harus tunjukkan tanggung jawabku." ucap Naira memberi semangat pada dirinya sendiri.

Kring kring kring...

Naira terkejut saat telfon Siska berdering, perlahan dia mengangkat telfon itu dengan hati hati.

"halo, ada yang bisa saya bantu?" ucap Naira mengangkat telfon.

"Naira bantu aku ya, aku ada dilantai 5."

"oh Siska, oke tunggu ya.." ucap Naira lalu menutup telfon, Naira segera berdiri merapikan pakaiannya dan segera keluar untuk membantu Siska yang menelfonnya butuh bantuan.

***

jangan lupa like, dan komen kalian😍

Pekerjaan.

dua bulan berlalu, Naira bekerja dengan sangat baik. semua rekan kerjanya menyukainya, bukan hanya dari kecerdasan dan kepintarannya tapi juga dengan kecantikannya. Naira dikenal sangat baik dikantor itu, dia selalu membantu orang jika membutuhkan bantuannya.

jika tidak ada pekerjaan Naira hanya duduk, dan melihat lihat ruangannya. hari ini Naira sedang duduk dengan tidak semangat di mejanya, Siska tersenyum saat melihat Naira.

"kamu kenapa?" tanya Siska, Naira mendongakkan kepala.

"aku sangat bosan, kenapa aku tidak ada pekerjaan. padahal hampir dua bulan, pekerjaanku hanya membantumu dan membantu yang lain!" saut Naira lalu menundukkan kepala lagi, Siska tertawa dan duduk didepan Naira.

"kamu ini aneh, kan enak gak ada pekerjaan tapi gajimu masih tetap berjalan. benarkan?" ucap Siska, Naira mendongakkan kepala lagi.

"gaji buta dong?" saut Naira, Siska semakin tertawa.

"kamu kan membantuku, tentu bukan gaji buta. lagi pula kamu perlu bersiap mulai sekarang!" ucap Siska lagi, Naira menegakkan tubuhnya karena penasaran dengan apa yang Siska katakan.

"kenapa, lagi pula aku sudah siap dari dulu." saut Naira, Siska tersenyum.

"bersiaplah, pekerjaanmu akan dimulai bersama pak direktur!" saut Siska, Naira terkejut dengan itu. tiba tiba saja Naira merasa takut, ada rasa takut dalam hatinya.

"eh serius, kapan?" tanya Naira, Siska memeriksa komputernya.

"besok lusa!" singkat Siska, Naira semakin penasaran.

"ihh,, yang jelas dong Siska!!" rengek Naira, Siska tertawa.

"besok lusa pak direktur datang, kamu harus bersiap. dia tidak pernah suka pada orang malas, gimana kalau pak direktur liat kamu malas kayak tadi, gimana tu..." ucap Siska menggoda Naira, Naira kesal dengan itu.

"haduh.. kamu jangan nakutin aku dong, aku kan gak malas hanya gak ada pekerjaan saja!" saut Naira yang ketakutan, Siska tertawa dengan itu.

"hahaha... aku hanya bercanda, ayo ikut aku." ucap Siska berdiri, Naira pun mengikutinya.

"mau kemana?" tanya Naira, mereka mulai masuk kedalam lift.

"ada berkas yang diperlukan pak Johan, kamu bisa membantuku kan?." ucap Siska, Naira menatapnya.

"kenapa aku, kamu harus mengambil sendiri dong. itukan pekerjaanmu!" saut Naira dengan ketus. Siska terkejut dengan perkataan Naira, karena Naira tidak biasanya menolak apalagi dengan kasar seperti itu.

"hm.. iya maaf, kamu boleh kembali kok!" saut Siska pelan. Naira tertawa dengan itu, Naira hanya ingin menggoda Siska.

"haha, maaf ya aku hanya bercanda. kenapa kamu tidak marah?" ucap Naira merangkul Siska, Siska kesal dengan itu.

"ya emang kan ini pekerjaanku, maaf ya aku tidak akan minta lagi." saut Siska, Naira merasa bersalah karena telah menyinggung Siska.

"Siska maafin aku, aku gak niat gitu kok. aku hanya bercanda, aku bersumpah. maafkan aku, jangan gitu ya. kamu bisa kok minta bantuanku kapanpun, aku pasti bantu." ucap Naira bersalah, Siska menahan tawa karena berhasil menggoda Naira balik.

"haha.. aku geli melihatmu, ayo cepat!" ucap Siska tertawa dan keluar dari lift, Naira kesal karena sadar Siska hanya menggodanya.

"Siska!!" teriak Naira berjalan cepat, Siska meledeknya dari jauh.

sejak hari pertama mereka telah berteman, mereka menjadi akrab karena pekerjaan yang selalu membuat mereka bersama. Naira dengan senang hati selalu membantu Siska, karena menurutnya untuk pengalaman kerja. begitupun Siska dengan senang hati, mengajarkan Naira tentang pekerjaan yang akan dilakukan oleh Naira.

tidak terasa hari semakin sore, Naira dan Siska asik bekerja sampai tidak ingat waktu. Siska melihat jam ditangannya, sudah menunjukkan waktu pulang. Siska melihat Naira yang fokus membolak balikkan berkas yang ia berikan, Siska berencana menggodanya.

kring kring kring...

telfon Naira berbunyi, Naira yang fokus tidak melihat telfon itu dan langsung mengangkatnya. Siska menahan tawa dengan itu, ia kembali menutup telfon nya.

"ada apa?" tanya Siska, Naira menoleh.

"aku tidak tahu, jangan ganggu ah. aku sedang fokus!" saut Naira, Siska hanya mengangguk dan menahan tawa. Siska kembali menelfonnya lagi, dia berusaha menahan tawa.

"halo siapa ini, kenapa hanya diam!" kesal Naira, Siska langsung tertawa dengan itu. Naira mendengar suara Siska yang tertawa di telfon, Naira menutup telfon dan berjalan kearah meja Siska.

"Siska kamu kok gangguin aku!" ucap Naira kesal, Siska terus tertawa.

"haduh aku sampai menangis mendengarnya, maafkan aku. kamu sih terlalu serius, jadi aku tertawa." ucap Siska disela tawanya, Naira semakin kesal.

"kamu.. (tok tok tok)"

setelah mendengar suara ketukan pintu, Naira tidak meneruskan perkataannya. bahkan Siska menghentikan tawanya, dan berdiri. terlihat Johan datang menghampiri mereka, Naira dan Siska memberikan hormat.

"selamat sore pak!" ucap Naira dan Siska bersamaan, Johan tersenyum.

"selamat sore, sepertinya kalian sedang santai." Naira dan Siska tersenyum.

"kalian boleh pulang lebih awal hari ini." saut Johan, mereka berdua terkejut.

"maaf pak, tapi kenapa. apa ada sesuatu, kami bisa membantu!" ucap Siska, Naira mengangguk kuat.

"tidak perlu, presdir akan datang besok. harinya di maju kan, saya sudah menyuruh karyawan yang lain pulang. jadi kalian juga pulang, siapkan diri kalian untuk menyambut presdir. untukmu Naira, pekerjaanmu akan dimulai besok." tegas Johan, Naira mengangguk pelan.

"jadi itu saja, hati hati saat pulang. selamat sore!" ucap Johan lalu pergi dari sana, Siska melihat wajah Naira yang berubah tegang.

"ayo pulang, jangan tegang dong!" ucap Siska, Naira mengangguk lalu membersihkan mejanya.

mereka keluar dari ruangan, mereka berjalan menuju lift. mereka menjadi perhatian beberapa karyawan yang belum pulang, Naira merasa tidak enak saat menjadi perhatian.

"ada apa?" tanya Siska, Naira menggelengkan kepala.

"tidak apa, aku sudah bekerja selama 2 bulan. tapi mereka masih saja melihatku seperti itu!" saut Naira, mereka menunggu lift terbuka.

"mereka sudah mendengar Presdir datang, jadi dia ingin melihat reaksimu ketakutan atau tidak!" ucap Siska tertawa, Naira hanya kesal melihat Siska tertawa.

setelah keluar dari lift Naira mencoba menghubungi mang Didin, tapi tidak ada respon. Naira terus mencoba menghubunginya, Siska menggelengkan kepala.

"sudahlah, ayo naik mobilku!" ucap Siska, Naira menoleh dan tersenyum.

"tidak biasanya supirku seperti ini!" saut Naira, Siska langsung menarik tangan Naira.

"sudahlah, ayo kuantar pulang. biar aku tahu rumahmu, biarkan temanmu ini yang mengantar ya?." ucap Siska, Naira tersenyum dan mengiyakan permintaan Siska.

setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai dirumah besar milik Kara. saat masuk kedalam gerbang seorang satpam membukakan pagar itu, dan menunduk hormat pada Naira. Siska bingung dengan itu, pasalanya tidak pernah tahu temannya itu anak orang kaya.

"ayo masuk dulu, jangan sungkan!" ucap Naira, Siska tersenyum dan berjalan dibelakang Naira.

Naira membawa Siska kedalam rumahnya, Siska melihat rumah itu cukup besar. Siska melihat sekelilingnya, terdapat foto keluarga pada tembok terpajang berukuran besar. Naira mencari cari keberadaan semua orang, tapi hanya melihat prt di dapur.

"mbak, dimana mama dan tante?" tanya Naira mengambil air minum, prt itu menoleh kearah Naira.

"eh non Naira sudah pulang. nyonya Nadia masih dirumah sakit, kalau nyonya Risa sedang pergi dengan non Riana!" ucap prt itu, Naira hanya mengangguk. Naira mengambil beberapa minuman, tapi dicegah oleh prtnya.

"non ada tamu ya, sini biar mbak aja yang bawa. non duduk aja nemenin temen non." ucap prt itu,

"baiklah, minuman dingin aja ya mbak. oh iya sama beberapa cemilan deh, sekalian hehe..." saut Naira.

"siap non!"

Naira menghampiri Siska yang sedang melihat beberapa foto diruang tamu, Naira datang tanpa bersuara.

"wah anak ini manis sekali!" gumam Siska, Naira melihat Siska sedang memegang foto kecilnya.

"tentu, aku sangat manis dari dulu." saut Naira, Siska terkejut dengan itu.

"kamu ini, membuatku terkejut saja!" saut Siska meletakkan foto itu, Naira tertawa lalu duduk disofa diikuti Siska.

"Nai kenapa rumah sebesar ini ga ada penghuninya sih?" tanya Siska, Naira sibuk dengan hp nya.

"ada kok, cuman lagi gak ada dirumah semua." saut Naira, Siska melihat sebuah foto di dinding.

"sepertinya kalian dari keluarga kaya, benarkah?" Naira mengangguk.

"aku pernah melihatnya!" ucap Siska menunjuk salah satu foto, Naira melihat kearah yang ditunjuk Siska.

"oh itu kakak tertuaku, Bagas." jawab Naira, Siska menatap Naira.

"serius?" Naira mengangguk.

"KR Group's" ucap Naira, Siska hanya mengangguk mengerti.

"aku pernah bertemu dengannya, rapat dua bulan lalu. aku gak menyangka dia kakakmu, tapi aku heran!" ucap Siska terhenti ketika seorang prt datang menyerahkan minum, dan beberapa cemilan.

"terima kasih mbak, heran kenapa Siska?" tanya Naira, Siska meminum minumannya.

"kenapa cari pekerjaan, kenapa tidak bekerja ditempat keluargamu saja?." tanya Siska, Naira tersenyum lagi.

"hehe pengen yang beda aja, udah minumlah. anggap rumah sendiri." saut Naira, Siska pun memakan cemilan yang disuguhkan. saat menikmati itu, Siska tertuju pada kalung yang dipakai oleh Naira.

"eh bagus, beli dimana?" tanya Siska, Naira menyentuh kalung yang ia pakai.

"tidak beli, seseorang membuatkannya khusus untukku." ucap Naira tersenyum, Siska menyentuh kalung itu. saat itu Siska melihat sebuah nama tertera disana, Nara & Anan.

"Anan?" ucap Siska, Naira mengangguk.

"iya, Kak Anan!" saut Naira tersenyum, Siska penasaran dengan siapa Anan itu.

"siapa dia?" tanya Siska lagi, Naira menunjuk foto yang ada di dinding. Naira menunjuk foto Adnan kecil yang bergandengan dengan nya dulu.

"teman masa kecilku!" saut Naira,

"pasti ada cerita dibalik kalung itu?" tanya Siska, Naira mengangguk.

"ada!"

"sepertinya menarik, coba ceritakan!" ucap Siska senang, Naira terkejut dengan itu.

"tidak sekarang, akan aku ceritakan lain kali!" saut Naira, Siska kesal dengan itu.

belum Siska menjawab lagi, hp nya berdering. Siska sedikit menjauh untuk mengangkat telfon, Naira masih dengan pikirannya melihat kalungnya.

"Nai aku pulang dulu ya, ada perlu." ucap Siska mengambil tasnya, Naira berdiri mengikuti langkah Siska.

"hm.. iya hati hati ya, terima kasih." ucap Naira, Siska mengangguk didalam mobilnya.

"tidak ada kata terima kasih dan maaf dalam persahabatan, jadi santai saja!" ucap Siska, Naira tersenyum dan mengangguk.

"jangan lupa ya, besok harus cerita!" ucap Siska lagi.

"iya iya, akan aku ceritakan besok." saut Naira, Siska tersenyum lalu pergi dari rumah Naira. Naira menunggu sampai mobil Siska sudah pergi jauh, dalam hatinya ia sangat senang memiliki teman seperti Siska bahkan dirinya sudah dianggap sahabat oleh Siska.

***

melihat rumahnya sepi, Naira berniat untuk pergi jalan jalan saja. Naira mengeluarkan mobil miliknya, ia berniat untuk naik mobil sendiri saja tanpa disupiri.

"pak, nanti kalau papa datang bilang saya sedang belanja ya!" ucap Naira pada satpam disana.

"siap non, hati hati ya!" Naira mengangguk lalu keluar dari rumahnya, melajukan mobilnya dengan perlahan.

Naira masuk dalam sebuah supermarket terbesar dikota, Naira mengambil troli dan mulai memilih yang akan ia beli, Naira berhenti disebuah rak berisi kebutuhan wanita.

"kenapa tidak ada yang aku cari, dimana ya.." ucap Naira melihat satu persatu barang disana, sampai dia menemukan sesuatu yang ia cari.

"kamu yang aku cari, tapi kenapa tinggi sekali." ucap Naira lagi, ia merasa kecil saat barang yang ia butuhkan tidak sampai ia capai.

Naira melihat sekeliling tapi tidak melihat orang yang bisa membantunya. Naira sangat malu jika meminta tolong pada seorang pria, bahkan pegawai disana kebanyakan seorang pria. Naira berusaha menggapai apa yang ia inginkan, meskipun berjinjit Naira terus berusaha.

"ayo sedikit lagi, karena itu... mama.. se...lalu bilang.. minum susu.. agar tinggi... tapi kamu... gak mau minum Naira, sekarang... lihatlah kamu sangat.. pendek." ucap Naira disela selanya berusaha menggapai

setelah beberapa menit Naira menggapainya, Naira berhasil menyentuh itu. Naira segera menarik barang itu, tapi sayang kakinya tergelincir. hingga membuat beberapa barang lainnya terjatuh, Naira terkejut dengan itu.

"akhh gawat!" ucap Naira memungut satu persatu barang yang berserakan, barang yang dibutuhkan Naira telah dapat tapi benda itu berguling hingga berhenti pada kaki seorang pria. Naira terkejut dengan itu, ia sangat merasa malu saat pria itu mengambil benda itu.

"milikmu?" ucap pria itu, Naira mengangguk pelan.

"iya, itu milikku." saut Naira lalu mengambil benda itu, dengan cepat Naira mendorong trolinya. tapi sayang roda troli itu mengenai kaki pria itu, hingga pria itu kesakitan.

"akhh!!" teriak pria itu, Naira terkejut dengan itu.

"maafkan aku, aku benar benar minta maaf." ucap Naira, pria itu meringis kesakitan.

"tidak apa, jangan khawatir." ucap pria itu, Naira sangat merasa bersalah. pria itu hendak pergi, tapi ia berjalan tidak benar.

"akan kubantu!" ucap Naira menawarkan bantuan, pria itu menerima bantuan itu. Naira membawa pria itu, ia mendudukan pria itu dikursi depan supermarket itu.

"tunggu sebentar, aku akan kembali." ucap Naira, ia masuk ke dalam supermarket untuk membayar semua belanjaannya. dengan segera Naira keluar dari supermarket, tapi ia tidak melihat pria itu.

"eh kemana dia?" tanya Naira melihat sekelilingnya, tapi tidak melihat pria itu.

"pasti sudah pergi, ya sudahlah!" ucap Naira, lalu pergi mengambil mobilnya. Naira masih saja melihat sekelilingnya, tapi pria itu tetap tidak ditemukan.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!