Ballroom salah satu hotel bintang lima, di pusat kota Jakarta sudah mulai ramai didatangi para tamu undangan. Tempat pesta itu sudah didekorasi mewah dengan nuansa rose gold untuk pasangan raja dan ratu sehari yang akan melangsungkan resepsi pernikahan mereka.
Dari luar hotel, terlihat puluhan papan bunga turut berbahagia, mendoakan pasangan pengantin berderet memenuhi halaman sampai menuju ke pintu masuk.
Dimaklumi saja, yang memiliki hajatan hari ini bukanlah orang biasa. Keluarga Samudra, pemilik PT. Sam, perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan alat kedokteran.
Terlihat jelas di papan bunga, nama pengantin yang terpampang nyata. Firstan Samudra, putra tunggal dari Johan Samudra yang akan menikah dengan putri kenalan mereka, Frolline Gunawan.
Dari depan lobi hotel sudah terlihat antrean mobil yang menurunkan para tamu undangan untuk masuk ke tempat pesta. Tidak sampai di situ kemegahan acara pernikahan itu semakin terlihat jelas saat di depan pintu ballroom, kembali terlihat antrean para tamu yang rata-rata mengenakan setelan jas atau tuxedo hitam, dipadu dengan para kaum hawa yang mengenakan gaun malam panjang menjuntai berbagai model ataupun kebaya modern yang elegan.
Mereka antre untuk mengisi buku tamu sebelum masuk ke perhelatan mewah keluarga Samudra. Iringan orkestra di sisi kiri ballroom seolah menyambut para tamu yang pertama kali menginjakkan kaki ke dalam ruangan yang didekorasi begitu indah dengan aneka bunga bernuansa senada dengan konsep acara.
Di tengah ruangan terlihat wedding cake bertingkat yang dipesan khusus di toko kue ternama di Jakarta. Belum lagi aneka hidangan, mulai dari masakan nusantara sampai Eropa memenuhi meja-meja panjang yang tertata rapi.
Beberapa pengisi acara, tampak familier di mata para tamu undangan. Bagaimana tidak, beberapa sering seliweran di layar televisi mengisi acara hiburan. Jangan tanyakan para tamu undangannya, hampir semua dari kalangan pengusaha sukses, pejabat dan kerabat.
Tepat pukul tujuh malam, para tamu pun hampir memenuhi tempat acara. Dari tengah ballroom, seorang MC meminta waktu dari para tamu undangan, menghentikan aktivitas mengobrolnya sejenak demi menyambut keluarga pemilik acara sekaligus pasangan pengantin yang menjadi pusat perhatian malam itu.
Satu persatu, dari nama ayah, ibu dan saudara dipanggil sang master of ceremony untuk memasuki tempat pesta. Setelah sempat terhenti sejenak, si pembawa acara memanggil sang raja dan ratu sehari untuk memasuki pesta.
“Beri tepuk tangan yang meriah untuk pengantin kita malam ini ...."
Ada jeda sebelum sang MC melanjutkan kalimatnya. Suara musik pun ditiadakan untuk mendukung detik-detik yang ditunggu semua orang.
“Firstan Samudra dan ... Angella Gunawan!” pekik MC begitu pintu ballroom terbuka.
Letupan confetti bersamaan dengan tepukan meriah tamu undangan menjadi pembuka langkah pertama pasangan pengantin memasuki tempat acara. Dentingan piano yang memainkan lagu Beautiful in white mengiringi langkah raja dan ratu sehari itu menuju ke pelaminan, singgasana yang akan menjadi tempat bertakhtanya mereka selama beberapa jam ke depan.
Terdengar bisik-bisik pelan para tamu undangan di sepanjang langkah pasangan pengantin menuju pelamin. Bukan bisik mengagumi betapa tampan dan menawannya sang pengantin pria dengan setelan jas mahal rancangan desainer ternama. Bukan juga menggosipkan begitu cantiknya sang pengantin wanita yang terbalut gaun mewah bertabur berlian, rancangan desainer gaun pengantin terkenal seantero negeri ini.
Namun, mereka bingung saat nama pengantin wanita jauh berbeda dengan yang tertera di undangan ataupun papan bunga. Jelas-jelas, di undangan pernikahan tertera nama Frolline Gunawan tetapi kenapa sekarang menjadi Angella Gunawan. Meskipun masih sama-sama dari keluarga Gunawan.
Di pojok ruangan terlihat gadis cantik dengan gaun putih menjuntai, hampir seindah dan secantik pengantin wanita. Akan tetapi, raut wajahnya berbeda dengan aura di dalam ballroom.
Mungkin kalau ditelusuri, hanya gadis inilah satu-satunya yang berurai air mata di tengah euforia gemerlapnya pesta.
Yup, gadis ini sempat disebutkan namanya oleh sang MC. Dia yang berjalan di karpet merah pertama kali sebelum pasangan pengantin dan kedua pasang orang tua pengantin.
Di tengah kesendiriannya, tiba-tiba seorang lelaki tampan menghampirinya. Dengan balutan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu, sang lelaki menyapa dengan sopan.
“Selamat malam, Nona,” sapa lelaki itu. Dengan suara berat, terdengar begitu maskulin dan seksi.
Si gadis mengangkat pandangannya, sedikit heran dengan seseorang yang tidak dikenalnya mendadak menyapa. Di tengah keramaian lautan manusia yang sibuk mengobrol, sibuk mengantre prasmanan, bahkan ada yang sibuk berfoto ria, mengagumi keindahan dekorasi pesta, tetapi lelaki ini malah menyapanya sembari menggenggam segelas jus jeruk.
Tidak ada jawaban, si gadis hanya menatap sebentar kemudian menunduk kembali. Menyembunyikan kesedihannya di tengah kegembiraan acara.
“Bagaimana kalau kita jalan ke taman?” tawar sang lelaki, mencoba menggunakan cara lain untuk berkenalan.
Tangan sang lelaki menunjuk ke arah pintu kaca besar yang dibuka lebar, supaya para tamu juga bisa menikmati pesta di luar. Ada banyak prasmanan dan camilan dari menu Indonesia sampai Western tertata di sepanjang garis taman yang juga sudah didekorasi dengan konsep yang sama dengan di dalam ballroom.
Si gadis menatap keluar, dengan tangan kanan menyapu air mata yang masih menetes dengaan tisu yang memang sudah dipersiapkannya.
Berada di dalam ruangan, memandang pasangan pengantin yang sedang berbahagia hanya akan membuat lukanya semakin menganga. Mungkin sebaiknya dia menyingkir, pelan-pelan mengobati kecewanya sendiri.
“Baik ...." Suara lembut gadis cantik itu mengalun pelan di telinga. Sungguh, suaranya saja secantik wajahnya. Itulah yang dipikirkan sang lelaki.
Lelaki itu berjalan di depan dengan sang gadis mengekor di belakang sembari mengangkat gaunnya yang menjuntai ke lantai.
“Kenalkan, I’m Ditya Halim Hadinata,” ucap sang lelaki tampan itu memperkenalkan diri. Tangannya terulur ke depan, berharap mendapat sambutan hangat dari sang gadis cantik dengan balutan gaun putih.
“Frolline Gunawan,” ucap gadis itu pelan. Menyambut uluran tangan lelaki gagah, yang baru saja dikenalnya.
Ditya terkejut, bukan karena nama Frolline yang tidak familier di telinganya. Namun, nama Frolline sedang menjadi perbincangan semua orang di dalam pesta. Frolline dinantikan kehadirannya sejak acara dimulai. Bahkan nama Frolline mengisi semua papan bunga yang berbaris di sepanjang halaman hotel bersanding dengan pengantin pria, Firstan Samudra.
Ia sendiri datang ke pesta ini khusus untuk memenuhi undangan keluarga Samudra, untuk pernikahan Frolline juga. Ditya sedikit bingung, tetapi tidak berniat memperpanjang kebingungannya.
Ia terpana pada pandangan pertama, saat gadis ini melangkah masuk dengan wajah terlukanya. Untuk alasan itulah, matanya selalu mengikuti ke mana kaki Frolline melangkah. Kesempatan terbuka saat gadis berparas cantik itu memilih tempat menyendiri di tengah keramaian.
“Call me, Ditya,” ulangnya kembali.
***
To be continued
Love You All
Mohon dukungannya ya. like, komen dan rate nya.
Ditya Halim Hadinata
Putra Mahkota Halim Group, usia 35 tahun zodiak Leo. Kelahiran Australia, menghabiskan masa kecil sampai remaja di Jerman. Menyelesaikan pendidikan sarjananya di London, Inggris.
Baru dua tahun menetap kembali di Indonesia. Itu pun karena Daddy-nya yang mulai sakit-sakitan dan berencana lengser dari jabatan tertinggi di Halim Group.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ditya memilih menetap di London, mencoba peruntungan dengan memulai bisnisnya sendiri. Jauh berbeda dengan usaha keluarganya, Ditya memulai dengan sebuah restoran kecil di pinggiran kota London. Usahanya tidak sia-sia, di tahun ke delapan Ditya sudah memiliki belasan restoran yang tersebar di beberapa kota besar di Inggris.
Namun, sejak dua tahun terakhir, Ditya harus meninggalkan semua hasil jerih payahnya di London dan kembali ke Indonesia untuk mengurusi bisnis keluarganya.
Ditya adalah putra satu-satunya dari Halim Hadinata dan menjadi pewaris tunggal kerajaan bisnis Halim. Adapun dia memiliki seorang kakak perempuan dari ibu yang berbeda, Marisa Halim Hadinata.
Hubungan Ditya dengan sang kakak memburuk, ketika Marisa dicoret dari daftar pewaris keluarga Halim karena memilih menikah dengan lelaki sederhana, Johan Samudra yang berstatus karyawan biasa pada saat itu.
27 tahun berlalu. Tidak pernah ada kontak ataupun hubungan lagi di antara kakak beradik yang satu ayah beda ibu itu. Karena memang , Ditya sejak lahir menghabiskan waktu lebih banyak di luar negeri bersama mamanya. Dalam setahun, hanya satu atau dua kali saja berkunjung ke Indonesia setiap liburan sekolah.
Berbeda dengan Marisa yang sejak lahir tinggal di Indonesia. Apalagi sejak menikah, Marissa terusir dari keluarga besar Halim.
Namun, tiba-tiba beberapa minggu yang lalu. Kakaknya Marisa datang menemuinya di kantor. Memberi undangan kalau putranya, Firstan akan menikah. Dengan kata lain keponakannya, Firstan Samudra adalah keponakan dari Ditya Halim Hadinata.
Firstan Samudra
Putra tunggal dari Johan Samudra dan Marisa Halim Hadinata. Dari garis keturunan dia adalah cucu dari pemilik kerajaan bisnis Halim Hadinata. Namun, sayangnya namanya ikut tercoret dari daftar pewaris bahkan sebelum dia dilahirkan.
Umur 26 tahun, tampan dan rupawan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, First membantu papanya mengurus perusahaan, PT. Sam. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan alat-alat kesehatan.
Memiliki kekasih, Frolline Gunawan, putri bungsu dari keluarga Gunawan. Mereka berpacaran sejak Frolline duduk di kelas 12 SMA.
Setelah Frolline menyelesaikan kuliah dan sesuai dengan keinginan kedua orang tua mereka yang sudah berteman sejak dulu, ditambah mempertimbangkan usia pacaran mereka yang sudah menginjak tahun ke lima akhirnya disepakati untuk menikahkan Firstan dan Frolline, meskipun harus melangkahi kakak Frolline, Angella Gunawan yang masih betah menyendiri.
Frolline Gunawan
Putri bungsu dari keluarga Gunawan, umur 22 tahun. Cantik, energik, sedikit manja, terkadang nakal, masih ada sisi kekanak-kanakan. Kekasih Firstan Samudra, walaupun di detik terakhir mereka tidak jadi menikah. Merelakan kekasihnya menjadi suami kakaknya sendiri.
Frolline belum bekerja, dia baru saja menyelesaikan kuliahnya. Lebih banyak bermain dan bersenang-senang, sifatnya sangat bertolak belakang dengan sifat sang kakak, Angella Gunawan.
Angella Gunawan
Putri tertua dari keluarga Gunawan, umur 24 tahun. Tidak kalah cantiknya dengan Frolline, lemah lembut, pintar.
Angell bekerja di perusahaan keluarga mereka, PT Sam, menjabat sebagai wakil direktur menemani sang papa yang menduduki kursi tertinggi di perusahaan.
Berencana melanjutkan S2-nya, namun terlanjur harus menikah mendadak dengan kekasih adiknya sendiri.
***
Kebersamaan First dan Fro
Demikian sepatah dua patah pengenalan tokoh utama di novel ini.
Happy reading. Love you all
Wety. S Hartanto.
Ikuti juga novelku yang lain ya.
Istri Kecil Sang Presdir- end - Om Pram dan Kailla
Istri Sang Presdir - Om Pram dan Kailla
Menikahi Majikan Ibu - Bara dan Bella
Frolline masih saja berkutat dengan kesedihannya, tidak menanggapi ucapan lelaki tampan yang mengoceh sendiri di hadapannya. Sesekali menyeka air mata dengan punggung tangannya.
“Nona, dandananmu yang sempurna akan terlihat berantakan kalau kamu membersihkan air matamu dengan cara seperti itu,” Ditya berkomentar kembali, sembari menyodorkan sapu tangan sutera, yang tersulam inisial namanya.
Frolline menyambar saputangan putih itu dengan tidak berperasaan, menengok ke si pemiliknya pun tidak. Membersihkan cairan kental yang membuat hidungnya buntu karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Melihat bahasa tubuh dan gaya sikapnya, Ditya teringat seseorang.
Gadis si pemilik senyum manis yang menggetarkan hatinya. Namun, perasaannya hancur berkeping-keping, saat mengetahui gadis itu sudah ada pemiliknya. Sampai sekarang, ia belum bisa melupakannya. Melupakan senyuman sekaligus ketololannya. Bagaimana bisa jatuh cinta pada milik orang lain, tepatnya istri orang.
“Nona mau minum?” tawar Ditya lagi, saat melihat pelayan dengan seragam putih mondar-mandir membawa nampan berisi jus di sekitar mereka.
Ditya menghentikan salah satu pelayan dan meraih gelas berkaki berisi jus jeruk.
“Ini, Nona,” sodornya pada Frolline yang sedang membersihkan pinggiran pot semen persegi, bersiap duduk di sana.
“Panggil aku Fro saja,” pinta Fro, meraih gelas yang disodorkan padanya. Ditya tersenyum, apalagi saat melihat Frolline melepas sepatu hak tingginya. Memamerkan jemarinya yang memerah karena terlalu lama dikungkung sepatu putih keemasan yang berujung lancip.
“Yang menikah itu kakakmu?” tanya Ditya, mencoba membuka pembicaraan. Terlihat ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dekorasi taman malam ini terlihat mewah, dengan banyak lampu sorot dengan standing flower bernuansa rose gold memenuhi sepertiga taman.
Pertanyaan Ditya tidak mendapatkan jawaban, sebagai gantinya Frolline kembali menitikkan air matanya. Seperti tidak pernah habis saja air matanya. Sebentar-sebentar menetes keluar.
“First menyakitimu? Setelah acara ini berakhir, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Ditya tiba-tiba. Menggunakan cara lain untuk mendekati si gadis manis yang mengalihkan dunianya pada pandangan pertama.
Frolline mengangkat pandangan, untuk pertama kali ia menatap wajah tampan lawan bicaranya. Lelaki yang menarik, itu kesan pertamanya. Sedikit tua untuknya yang menyukai daun muda seperti di iklan teh pucuk. Mungkin lelaki ini seumur idolanya, abang Lee Min Ho yang tampan dan rupawan dari sisi mana pun melihatnya. Dari nol sampai sepuluh, Frolline akan memberinya angka delapan.
“I’m Ditya HALIM HADINATA,” ulang Ditya kembali, sengaja menegaskan kata Halim, supaya Frolline bisa menduga dengan siapa dia bicara saat ini.
Anak nakal yang berdiri di samping mama dan papamu itu, keponakanku. Firstan Samudra itu putra kakakku, Marisa Halim Hadinata,” jelas Ditya. Berharap, Frolline mau sedikit membuka diri padanya, setelah mengenal identitasnya.
Mendengar nama Firstan, Frolline kembali terguncang. Tangisnya semakin menjadi, bahkan bagian bawah matanya menghitam karena eyeliner yang luntur.
“Bagaimana kalau kita kabur dari sini?” tawar Ditya, setelah membaca situasi di pesta hanya akan membuat gadis itu semakin tertekan.
Kali ini Frolline tertegun, sesekali menatap lekat pada wajah tampan lelaki asing yang baru di kenalnya. Lelaki apa ini yang berani menawarinya kabur di perkenalan pertama. Itu yang ada di otak Frolline saat mendengarnya. Sedikit bergidik ngeri, jangan-jangan penampilan mahalnya ini buah dari menjajakan organ manusia.
“Well, kamu tentu khawatir aku akan menculikmu. Kita baru berkenalan bukan, bahkan belum ada setengah jam,” ucap Ditya.
Tanpa sengaja Frolline mengangguk. Ditya tersenyum kembali.
"Dia seperti kloningan Kailla Riadi Dirgantara."
Gadis cantik tepatnya wanita cantik istri tetangga rumahnya. Banyak hal gila dilakukannya setahun yang lalu, termasuk menjadi penguntit sampai membeli rumah di kawasan yang sama demi menjaga seorang Kailla. Ia benar-benar gila, kalau orang lain menjaga jodoh orang, ia menjaga istri orang.
“Ikut denganku. Aku akan menunjukkan padamu, kalau aku benar-benar orang yang bisa dipercaya,” lanjut Ditya, meminta Frolline mengikuti langkahnya.
Frolline menurut, saat ini ia tidak bisa melakukan apapun. Biar saja ia mengikuti apa yang ingin dilakukan si orang asing yang terlihat sok akrab dan sok kenal.
Ditya melangkah naik ke atas pelaminan sembari menebar pesonanya. Saat sang kakak melihat kehadirannya, langsung memeluknya erat.
“Ditya, kamu datang,” pekik Marisa di tengah hiruk-pikuknya pesta. Dengan kebaya modern yang menjuntai, Marisa maju dan menarik adiknya sekaligus mengenalkannya pada anak dan suaminya, termasuk pada keluarga baru mereka.
“Sayang, masih ingat adikku Ditya. Dia sudah setampan ini,” ucap Marisa pada suaminya. Terjadilah pelukan antara Ditya dan sang kakak ipar. Marisa mengenalkan Ditya pada besan mereka, keluarga Gunawan. Juga pada putra dan menantunya.
Pertemuan pertama setelah terpisah selama 27 tahun. Tentu, suaminya sudah tidak mengenali, bahkan putranya saja tidak pernah tahu akan sosok Om tampannya.
Pertemuan singkat itu sempat membuat antrean para tamu yang ingin menyalami pengantin mengular. Ditya tersenyum, mengedipkan mata pada Frolline yang menunggunya di bawah pelaminan.
“Sudah yakin kalau aku orang baik-baik?” tanya Ditya, ketika sudah berdiri di samping Frolline.
Frolline bukannya menjawab, malah menatap lekat dengan pandangan sedih pada sepasang pengantin yang berjabat tangan dengan para tamu. Air matanya kembali menetes. Apalagi saat tanpa sengaja bertemu tatap dengan Firstan, sang pengantin pria yang tampak tampan dengan balutan jas hitamnya.
First, tertegun dengan raut sedih yang hampir sama. Melihat air mata Frolline, dunianya juga hancur. Kalau bisa, ia juga akan menangis seperti kekasihnya di bawah sana. Frolline kekasihnya sejak lima tahun terakhir. Bahkan di saat ia mengucap janji suci dengan Angella, Frolline masih berstatus kekasihnya. Tidak ada kata putus, hanya ada kata “tunggu aku”.
“Ikut denganku sekarang!” ajak Ditya, memutuskan adegan menyedihkan yang membuat hatinya tersentuh.
“Kita mau ke mana?” tanya Frolline saat tangan kekar Ditya membawanya keluar ballroom, menuju ke lift. Sesekali ia menyeka kasar air mata yang turun dari matanya yang mulai membengkak.
“Kita akan mencari senyumanmu yang hilang,” sahutnya santai.
“Jalannya pelan-pelan, gaunku ini panjang,” keluh Frolline saat berulang kali ujung gaunnya terinjak hak sepatu tingginya.
“Lepaskan saja sepatumu, aku kasihan dengan kaki indahmu,” ujar Ditya.
Frolline menurut, melepaskan sepatu itu dan menentengnya di tangan. Saat keluar dari lift menuju lobi, matanya tertuju pada foto kanvas berukuran raksasa. Di mana kekasih dan kakaknya terlihat tampan dan cantik dalam balutan busana pengantin.
Tidak jauh dari foto kanvas raksasa itu, tampak sebuah meja didekorasi dengan bunga-bunga dan album foto pernikahan mempelihatkan kembali kemesraan Firstan dengan sang kakak.
Langkah kakinya terhenti. Menyentuh foto-foto yang menunjukan betapa bahagia sepasang pengantin.
“Harusnya aku yang di sana,” ucapnya lirih, kembali menangis.
“Harusnya hari ini adalah hari pernikahanku,” ucapnya lagi. Menatap deretan papan bunga yang berbaris rapi. Ya, di hari bahagianya, ia harus puas hanya dengan namanya yang memenuhi papan bunga sepanjang halaman hotel sampai ke lobi saja, selebihnya kebahagiaaan itu milik kakaknya, Angella.
Tubuhnya melorot. Ketegaran yang dijaganya sejak masuk ke ballroom runtuh saat ini juga. Duduk di lantai sembari memeluk lututnya, kembali ia menumpahkan tangisnya. Dengan kepala tertelungkup di lutut, menyembunyikan wajah menyedihkannya.
Ditya tertegun. Tidak bisa berkata-kata. Tampak ia menarik celananya, ikut berlutut di depan Frolline. Mengambil alih sepasang sepatu yang masih tergenggam erat di tangan si pemiliknya.
Terlihat dari arah pintu masuk, dua orang laki-laki mengenakan setelan jas hitam berjalan menghampiri Ditya.
“Tuan muda,” sapa keduanya hampir bersamaan.
“Di mana Matt?” tanya Ditya, mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan asistennya, sembari menyodorkan sepatu milik Frolline pada bodyguard.
“Matt menunggu di mobil,” sahut salah satunya.
“Minta Han, membawa mobil ke lobi. Aku akan pergi ke suatu tempat!” perintahnya sebelum mengalihkan kembali tatapannya pada tubuh mungil yang bergetar hebat di hadapannya.
***
To be continued
Love you all.
Terima kasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!