Menjemput Kekasihku Di Pesantren
Masuk Pondok
Pintu ditutup dengan kasar. Di dalam kamar, seorang gadis menangis tersedu-sedu setelah ia berdebat dengan Bundanya. Jam dinding menunjukkan pukul empat tepat. Saat itulah ia harus berangkat ke TPQ. Bundanya membangunkannya dengan lembut.
Bunda
Ira...Ira bangun. Sudah waktunya berangkat sekolah Qur'an
Bukannya beranjak, ia malah pura-pura mendengkur
Aira Saffanah
Sudah disuruh pakai jilbab sekarang malah mengaji. Aku khan bakatnya menyanyi. Gimana sih.
Bunda mengadukan perihal ini kepada Ayah. Mereka pun merencanakan sesuatu yang tidak ia duga-duga. Suatu hari yang mengejutkan.
Bunda
Ira, cepetan beres-beres
Aira Saffanah
Ngapain Bun?
Bunda
Beres-beres. Mau nginep di luar kota
Ayah
Iya kak. Kamu khan sudah lama gak pernah keluar kota.
Ayah menggendong anak bungsunya, Ita
Akhirnya aku packing-packing
Aira Saffanah
Emang mau ke mana Yah?
Mobil menderu di tengah raksasa hitam memanjang di tengah kota. Ira menatap pemandangan luar.
Aira Saffanah
Udah banyak yang berubah
Ayah
Kakak nanti belajar belanja kebutuhan sehari-hari dulu ya.
Aira Saffanah
Loh, emang kenapa harus gitu Yah?
Ayah
Gak papa pengen tau aja kakak tuh mandiri atau gak
Aira Saffanah
Ah, itu mah urusan gampang
Dua jam telah mereka lalui, Ira tetap fokus pada gadget. Mobil berhenti di parkir swalayan.
Aira Saffanah
Loh, belanjanya sekarang Yah?
Ayah
Iya nih. Ayah kasih uang lima ratus ribu. Puas-puasin mau beli apa. Pikirkan cukup untuk satu bulan ke depan.
Aira Saffanah
Ayah nantang nih
Ira turun dari mobil, disusul keluarganya.
Bunda
Ayah yakin rencana kita berhasil?
Ayah
Yakin. Bunda percaya sama saya.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan...sampai matahari tenggelam di ufuk barat. Mereka mampir di suatu masjid untuk mendirikan sholat, kemudian makan malam di angkringan
Aira Saffanah
Ya ampun...ini liburan atau apa.
Ayah
Sekarang ke distro yuk. Ira mau dibeliin baju sama Bunda
Aira Saffanah
Mereka tuh punya rencana apa sih?
Ira mulai curiga. Kecurigaannya semakin kuat saat melihat distro nya.
Aira Saffanah
OMG! Baju muslimah?
Ira tidak mau turun meski sudah dibujuk berkali-kali oleh Bunda. Ayah sudah masuk ke distro.
Aira Saffanah
Bunda tuh gimana sih? Katanya mau liburan?
Malam itu juga mereka tiba di penginapan yang terletak di pesisir pantai.
Ayah
Sekarang, kamu terserah mau luapin emosimu di luar sana
Ira bergegas keluar penginapan. Ia memanfaatkan kesempatan ini unyuk cuci mata. Kemudian ia kenalan sama cowok yang duduk di atas batuan kapur menatap lurus ke deburan ombak.
Aira Saffanah
Abang kok sendirian di sini?
Rizki
Gak papa, abang emang pengen sendiri di siniTeteh juga sendiri?
Aira Saffanah
Iya. Teteh kesal bang sama orang tua teteh.
Ira menceritakan semua kejadian hari ini. Cowok yang bernama Rizki cuma senyum-senyum.
Rizki
Itu artinya orang tua teteh sayang sama teteh.
Aira Saffanah
Kok bisa bang?
Rizki
Abang pernah ngalamin yang serupa. Dan sekarang abang tahu kebaikan yang orang tua abang itu baik untuk abang. Ntar teteh tahu niat baik untuk teteh.
Aira Saffanah
Ooo..gitu ya bang.
Rizki
Teteh mau lihat sunrise?
Ira melihat arah yang ditunjuk Rizki. Keren banget. Terakhir Rizki menyodorkan selembar kertas.
Rizki
Ini buat teteh. Jangan dikasih tahu siapa-siapa ya.
Aira Saffanah
Makasih bang.
Ira kembali ke penginapan. Orang tuanya meminta Ira memakai baju muslimah plus kaos kaki. Ira menatap kaca full body yang tersedia di penginapan.
Ayah
Cantik kok. Udah ayo jalan ke mobil.
Aira Saffanah
Mau ke mana lagi?
Bunda dan Ita sudah di dalam mobil
Ira tersenyum kecut. Tiba-tiba ia teringat kata-kata cowok semalam. Semua itu demi kebaikan dia.
Ira tertegun saat mobil berhenti di pondok pesantren.
Aira Saffanah
Loh, Yah. Kok pondok pesantren sih?
Ira canggung saat turun membawa barang-barang ke dalam ruangan kelas.
Ayah
Mba, ini kalau mau masuk gimana ya?
Ukhti(Kakel)
Tanda tangan dulu pak.
Ukhti(Kakel)
Oh iya, santrinya namanya siapa ya?
Aira Saffanah
Aira Saffanah.
Bunda dan Ita menyusul. Bunda membawa barang-barang Ira.
Mba berpakaian biru dongker mengangguk—semua mba nya disebut ukhti ya–.
Ukhti(Kakel)
Asrama empat.
Ukhti(Kakel)
Bapaknya masih muda banget kayak belum punya istri.
Ukhti(Kakel)
Ibunya cantik tapi tua.
Ayah
Bun, Ayah ke masjid dulu ya.
Ira dan Bunda mengangguk. Ita dibawa Ayah karena takut mengganggu
Aira Saffanah
Bun, ngapain sih pakai bohongin segala kalau aku mau di pondokan?
Bunda
Ira...Ayahmu yang minta. Bunda hanya bisa nurut.
Mereka pun masuk ke ruangan yang dituju. Ira menyenggol-nyenggol bundanya
Aira Saffanah
Bun, banyak orang Bun.
Bunda
Namanya juga pondok.
Di sana ada beberapa santri yang duduk di teras.
Bunda
Assalamualaikum...benar ini asrama empat?
Bunda
Tolong temenin Aira yah. Dia tuh agak manja.
Bunda menyalami satu persatu anak di asrama. Ira turut menyalami mereka.
Bunda
Nah, Aira. Bunda ke depan dulu ya. Kamu baik-baik sama temanmu.
Aira-ganti panggilan yah- duduk di teras di dekat tiang, kepalanya menyender ke tiang. Aira mengamati sekeliling. Beberapa orang lalu lalang sambil ngobrol santai.
Aira Saffanah
Ya Allah, bentar lagi aku bentar lagi aku berpisah sama surgaku. Bentar lagi aku berpisah sama keluargaku.
Aira mengusap sudut matanya. Seorang santri lama menepuk pundak Aira.
Andini
Aira...ayo masuk! Di luar panas lo.
Santri lama yang lain menyoraki Andini.
Ukhti(Kakel)
Cie....Dini PDKT.
Andini
Biarin! Kalian sirik ya?
Dzakiyyah
Eh, namanya siapa?
Dzakiyyah
Oh, aku Dzakiyyah, yang ini kembaranku Shofiyyah.
Aira memandangi mereka berdua, meneliti raut muka mereka yang mirip abis. Aira baru bisa membedakan mereka saat tersenyum. Dzakiyyah punya lesung pipi.
Shofiyyah
Kamu tahu pondok ini dari mana?
Satu perbedaan lagi, suara Shofiyyah lebih bening dari Dzakiyyah.
Aira Saffanah
Dari.. Searching di browser.
Mereka mengangguk-angguk.
Dzakiyyah
Terus apa yang kamu tahu tentang pondok ini?
Aira Saffanah
Kata orang-orang sih pondok itu tempat pelarian orang-orang kurang kasih sayang, tapi aku bukan seperti mereka.
Andini
Terus, kenapa kamu mondok di sini? Cari pengalaman ya?
Aku(Aira) tersenyum, meski perasaanku tercabik-cabik.
Dzakiyyah
Ya sudah say. Ayo kita berjuang bersama-sama di sini.
Dzakiyyah mengobarkan semangatku.
Ukhti(Kakel)
Asrama empat.
Senior menjulurkan kepala ke jendela asrama.
Ukhti(Kakel)
Ada yang namanya Aira Saffanah?
Dzakiyyah mengangkat tanganku.
Ukhti(Kakel)
Orang tuanya menunggu di depan.
Tanpa komando, aku bergegas beranjak dari asrama.
Shofiyyah memakai niqobnya. Dzakiyyah memakai kaos kaki.
Dzakiyyah
Kita pergi bertiga. Sekalian mau pamit sama papa mama.
Aku mematung di depan asrama. Selang dua menit, kami berjalan beriringan ke depan.
Andini
Kalo gak ada, baso bakar.
Andini
Beneran lo ga cuma iya-iya doang.
Dzakiyyah tidak menjawab teriakan Dini. Kami sudah berada di masjid depan. Mataku memutar ke seluruh penjuru, mencari ortuku. Dzakiyyah ke kantin. Shofiyyah di samping kiriku.
Shofiyyah
Yaa udah yuk kita keliling aja.
Kami memutari tujuh kali ke masjid, kantin, dan kelas, sempat juga ke pinggir jalan. Hasilnya NIHIL. Mataku mulai berkaca-kaca.
Shofiyyah
Ke mana sih ortumu?
Pertanyaan shofiyyah untuk ke sekian kalinya.
Dzakiyyah
Belum ketemu, Ra?
Dzakiyyah batu keluar dari kantin membawa pesanan Dini dan punyanya. Aku menggeleng lemah.
Dzakiyyah
Ya sudah kita menunggu di depan sini aja yuk. Mungkin ortumu keluar sebentar.
Shofiyyah
Kiy, mamah masih di masjid?
Dzakiyyah
Loh, kok tanya aku?
Dzakiyyah
Mungkin mengisi formulir beasiswa.
Kami duduk di kantin sambil makan yang dibeli Dzakiyyah sampai habis termasuk punyanya Dini. Namun, sampai adzan dzhuhur berkumandang aku tak melihat kedua orang tuaku. Mereka tuh ke mana sih?
Dzakiyyah
Fi, Ra, sholat dulu yuk, nanti ke depan lagi.
Ajak Dzakiyyah sesaat setelah adzan. Kami beranjak pergi ke masjid.
Dzakiyyah
Sekalian ente doa sama Allah semoga ortumu cepat balik.
Saat sholat pikiranku berkecamuk.
Usai sholat, kami kembali ke depan kantin.
Shofiyyah
Ra, masa sih kamu tahu pondok ini dari searching di browser?
Shofiyyah
Juujur aja ente dipaksa mondok ya?
Aku gugup, mataku berkaca-kaca.
Dzakiyyah
Fi, dia nangis tuh, kamu sih menanyakan aneh-aneh.
Dzakiyyah menepuk pundak kembarannya.
Shofiyyah
Aneh gimana? Justru aku peduli sama dia. Aku dari awal sudah curiga.
Aku mengusap air mataku yang hampir banjir.
Shofiyyah
Afwan ya ra..kami ga bermaksud apa-apa kok.
Dzakiyyah
Ra, yuk ke tempat ukhti penjaga tamu.
Kami pun beranjak menuju meja tamu tempat ukhti-ukhti yang menyambut kedatangan kami.
Shofiyyah
Ukhti, lihat walinya Aira gak?
Ukhti(Kakel)
Hm...sejam yang lalu.
Dari dalam ruangan ukhti berjubah biru dongker keluar.
Tangan kanannya membawa sekotak makanan, sekotak camilan, dan satu botol air mineral.
Aira Saffanah
Iya, kakak tau di mana ortuku?
Ukhti(Kakel)
Tadi papa kamu menitipkan ini katanya buru-buru ada meeting mendadak di kantor.
Aira Saffanah
Jadi ayah sama bunda pulang?
Kali ini air mataku mengalir deras.
Terjawab sudah penantian ku. Mereka pulang tanpa pamit padaku dan hanya menitipkan ini ke ukhti ini.
Aisyah
Dzakiyyah...Shofiyyah...
Seorang akhwat memakai jubah merah maroon menghampiri dua teman baruku.
Dzakiyyah
Kenapa,syah teriak-teriak?
Akhwat yang bernama Aisyah tidak menjawab. Jawabannya adalah pasangan suami istri berumur empat puluhan.
mama si kembar
Ki, Fi, mamah sama papa pulang dulu ya.
Shofiyyah
Iya mah hati-hati di jalan.
Dzakiyyah
Pah, uang saku kita mana?
papa si kembar
Loh, kurang toh? Ini 100 100 ya.
Dzakiyyah
Terima kasih, Papa.
papa si kembar
Belajar yang rajin,lo.
mama si kembar
Itu siapa ki?
Dzakiyyah
Hm, ini Aira teman baru kita. Aira ini mamah aku.
Aira Saffanah
Assalamualaikum tante.
mama si kembar
Waalaikumsalam yang betah ya di pondok.
Aira Saffanah
Iya tan, semoga aira betah di sini.
mama si kembar
Ya harus betah dong.
papa si kembar
Ya sudah papa pulang dulu. Takut macet di jalan.
Dzakiyyah
Iya pa. Hati-hati.
Aku ikut mengiring kepergian orang tua kedua temanku. Ya Allah, harusnya aku mengiring kepergian ortuku. Tapi ya sudahlah, inilah takdir-Mu yang telah Engkau gariskan untukku.
Sahabat Baruku
adzan ashar berkumandang, kami kembali ke asrama empat
kami tiba di asrama disambut gerutuan dini
Dzakiyyah
lo, siomay apaan?
Andini
tu khan lupa. tadi bilang iya iya
dzakiyyah menyodorkan satu bungkus bakso bakar
Andini
lah, malah beli bakso bakar
Dzakiyyah
ya udah sih nurut aja sama yang beli😡
Shofiyyah
aduh, malah bertengkar. mau dimakan kagak nih? kalo gak aku sama aira aja yang makan
Aira Saffanah
alhamdulillah kenyang
Andini
haha..kalo sama aku terus bakal kenyang terus loh
Dzakiyyah
ayo girls, beres-beres asrama biar enak dipandang
kami bergotong royong beres-beres asrama
tak teras matahari condong ke arah barat. teet...bel berbunyi nyaring. kami diwajibkan piket pondok
aku kebagian menyapu asrama asrama pondok timur
aku mencari sapu lantai, ketemu! aku menyapu dua asrama plus terasnya
aku terkejut, temanku manjat pohon mangga. tangan kanannya menggenggam dua buah mangga.
Aisyah
ye...kok dini sih? aku aisyah
Aira Saffanah
iya...syah, ngapain naik ke situ?
Aisyah
udah nih, tangkep mangganya dihitungan ketiga, ya. Satu...dua...tiga...
hup! aku melompat. alhamdulillah, mangga²nya ketangkep
Aira Saffanah
ini boleh dimakan syah?
Aira Saffanah
(batin)lo...gimana sih?
Aisyah
haha..sekali²lah nyolong mangga pondok
Aira Saffanah
haha..boleh gitu ya?
Aisyah
ya udah sih. kamu juga mau khan?
ba'da maghrib kami mengupas mangga
Andini
woi, mangga dari mana?
Aisyah
(berbisik)mangga pondok
Andini
astaghfirullah, anti nyolong?
Aisyah
siapa suruh pelit sama santri
Andini
mangganya jatuh khan?
Aisyah
iya, sengaja dijatuhin
Aira Saffanah
udah, ini rahasia kita bertiga
Andini
weh, santri baru udah berani langgar peraturan
Aira Saffanah
la, nte juga mau khan?
adzan isya berkumandang, kami bergegas mengambil air wudhu di hammam masjid. kemudian sholat berjamaah. ba'da sholat, ngendep di masjid
Andini
ra, nilai UN mu kemarin berapa
ternyata begini rasanya pake baju muslimah, panas banget. hanya semriwing angin malam berhembus.
Aira Saffanah
(batin)bunda...aku kangen kangen rumah.
pukul 10 tepat acara ramah tamah keluarga besar pondokku usai, kami turun ke asrama masing-masing. kebetulan aku piker asrama malam ini
Ukhti(Kakel)
dini,aisyah,dzakiyyah,shofiyyah,sama aira piket
ukhti musrifah membacakan yang piket malam ini
Dzakiyyah
ya sudah, yang lain pada persiapan
yang gak piket pada wudhu atau ngobrol di luar
selesai piket aku pun persiapan sama keempat teman baruku
Andini
aira, kamu tidur deket kita yah
Aisyah
asik...begadang yuk
Shofiyyah
gak ah..takut kesiangan
Dzakiyyah
khan masih bebas peraturan
Andini
klo kamu ga mau begadang tidur aja
selesai persiapan tidur kami kembali ke asrama
Ukhti(Kakel)
ini semuanya sudah lengkap?
Dzakiyyah
sudah ukhti, kami yang piket sudah pada masuk
Ukhti(Kakel)
oke, silahkan tidur, jangan rame
Ukhti(Kakel)
dzakiyyah kamu yang tanggung jawab anak asrama ya
kami pun tidur di kasur masing-masing, ups, maksudnya kasur punya asrama, santri baru belum dapet kasur
Shofiyyah
aku mau tidur duluan
Andini
aira, cerita donk masa-masa smp kamu
Aira Saffanah
hah, smp aku
Aisyah
kamu dulu oernah pacaran gak, orangnya cakep gak, kaya gak
Aisyah
katanya tidur, kok masih ngomong
Shofiyyah
suara kalian terlalu keras tau
Dzakiyyah
ayo, ra cerita donk
Aira Saffanah
haha...gimana yah?
Aira Saffanah
aku tuh pernah deket sama laki-laki
Aira Saffanah
gak pernah pacaran
Aira Saffanah
klo orang yang kusuka ada
Aisyah
apa cowok terkece di sekolah
Aira Saffanah
klo itu aku cuma dekat doank
Ukhti(Kakel)
eh, kok malah berisik ini
Ukhti(Kakel)
dzakiyyah tolong kondisikan asramanya
Dzakiyyah
(manyun, gak kelihatan karena lampunya dimatikan)iya ukhti...
Andini
lah, malah ngantuk, lanjut cerita donk ra
Shofiyyah
tidur aja ra...biar gak kesiangan
Aisyah
kamu tuh dari tadi juga belum tidur toh
Dzakiyyah
shofiyyah memang gitu
Andini
ya udah aku tidur juga lah
Dzakiyyah
fi, selimutku mana?
Aira Saffanah
teman-teman, selamat tidur
Aira Saffanah
(menarik selimut, meneteskan air mata)
nah, itulah sekelumit kisahku pas awal-awal mondok
akhirnya aku deket sama keempat orang itu
yakni dzakiyyah,shofiyyah,dini,dan aisyah
kami teman makan dan teman istirahat
terkhusus dini,dia temen asramaku setelah santri lama lain datang. dia dekat sama kakak kelas. aku sering dicuekkin.
makanya aku sering ke masjid untuk menghibur diri
di masjid sering ketemu shofiyyah, shofiyyah menghabiskan jam istirahat siang di masjid untuk murojaah hafalan
aku yang belum punya hafalan sering minta diajarin shofiyyah
kalau dzakiyyah hobinya nongkrong di depan hammam(kamar mandi) sama anak kelasku
sedangkan aisyah, hobi manjat pohon apa saja, paling sering manjat pohon mangga, kalau siang bolong kamu cari dia, carilah di pohon, dia pasti di situ
walaupun kami punya kesenangan masing-masing, kami berkumpul pas istirahat untuk jajan bareng, dan pas makan tiga kali sehari, dengan perbedaan kami pengalamanku semakin banyak
terima kasih sudah mampir ke novelku
ditunggu kritik dan sarannya🤗
Kangen Rumah
Hari itu ketika pagi tertutup kabut, kicauan burung di dahan dan ranting pohon nangka, aku termangu di kelas.
Shofiyyah memarkirkan sandal, tangan kanannya mengapit mushaf.
Aira Saffanah
Menikmati suasana.
Shofiyyah masuk kelas, ia duduk di bangku pertama tepat di depan meja guru.
Sebentar kemudian lantunan ayat Al Qur'an terdengar sangat merdu.
Shofiyyah
(Di sela-sela mengaji)Ra, nanti kalau bel makan panggil aku.
Belum sempat menelan ludah, bel makan berbunyi.
Aira Saffanah
Fi, makan fi.
Shofiyyah
Bentar, pakai niqob dulu.
Tak berselang lama, Shofiyyah keluar. Kami berjalan beriringan ke dapur
Aira Saffanah
Fi, enak gak sih pake niqob?
Shofiyyah
Enak bagi yang suka.
Aku mencerna kalimat Shofiyyah, aku canggung, karena keempat temanku pakai niqob semua, sedangkan aku tidak, memang sih pondok gak mewajibkan pakai niqob, tapi khan rasanya gimana gitu.
Shofiyyah
Ra, ngelamun lagi. Ayo makan.
Aku terbuyar dari lamunanku. Sementara kupending dulu masalah ini.
Siang yang terik, saat aku mengangkat jemuran bareng Dini.
Andini
Ra, lipetin bajuku dong. Aku mau mandi, ntar kamu antri aku. Oke?
Aira Saffanah
Huss..kesepakatan macam apa ini?
Di pondok, biasanya saking dekatnya, jemur baju bareng, lemari bareng, dan melipat baju bareng sudah biasa.
Karena di asrama yang dicampur dari kelas tujuh sampai kelas dua belas, dan cuma Dini yang sekelas sama aku, lemarinya jejer, jadi deh apa-apa bareng.
Aku menaruh pakaianku dan Dini ke pojokan asrama, kuselesaikan kakiku.
Anak asrama lagi rame, mengobrolkan tentang penelponan dan penjengukan.
anak asrama
Ukhti...kapan sih penelponan?
Ukhti(Kakel)
Gak tau, denger-denger sih minggu depan.
anak asrama
Ih, kangen mama.
anak asrama
Kalau penjengukan ti?
Ukhti(Kakel)
Seminggu setelah penelponan.
Ukhti(Kakel)
Tapi masih diperkirakan ya. Asatidznya mau rapat lagi bicarain ini.
Aira Saffanah
Huft, kenapa seribet ini sih.
Sudah hampir dua bulan aku hidup di pondok ini. Sudah berapa liter air mata yang aku tumpahkan gara-gara kangen rumah. Aku kangen bunda...
Ukhti(Kakel)
Aira, pinjem sandal ya.
Dua puluh menit kemudian aku selesai melipat baju.
Aku berlari menuju hammam(KM).
Seminggu lagi penelponan, dua minggu lagi penjengukan, aku sudah gak sabar...😤
Malam minggu/ahad, ba'da isya waktu penelponan dibuka.
Aku duduk bersama teman-temanku di gardu
Aira Saffanah
Kalian minta telpon gak?
Aira Saffanah
Iya lah,kembar sih.
Syarat penelponan adalah sms dulu dari sabtu pagi lewat hp pondok, kecuali kalau ortu peka nelpon anaknya.
Bunyi dering hp nokia jadul lewat TOA, kemudian santri yang ditelpon dipanggil.
Yang manggil ukhti penjaga telpon di depan lab.
Ukhti(Kakel)
نداء الى أختنا....عليك بالحضور أمام المعمل
Satu persatu temanku ditelpon, mereka kembali dengan wajah sumringah.
Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, penelponan hampir ditutup, jangan-jangan...
air mataku tumpah.
Aisyah
Paling besok ditelpon.
Andini
Iya ra...sekarang persiapan aja yuk, terus tidur.
Dzakiyyah
Iya Ra...besok khan kerja bakti per area piket...
Aku kesal banget, tadi pagi pas nulis sms aku nomer pertama di antara teman-temanku. jangan-jangan aku dibuang sama mereka😱.
Ukhti(Kakel)
نداء الى أختنا أيرا
anak kelas
Aira ditelpon....
Aira Saffanah
Alhamdulillah.
Teman-temanku menyemangatiku.
Huhu...ayah, bunda...kenapa kalian baru menelponku sekarang?
Perbincangan lewat telepon.
Aira Saffanah
(Gugup)Assalamu alaikum...
Bunda
Waalaikum salam, Aira?
Aira Saffanah
Iya Bunda...ini Aira.
Aira Saffanah
Kenapa sih Bunda baru nelpon sekarang?
Aira Saffanah
Aira kira bunda gak inget Aira.
Aira Saffanah
Bunda gak sayang sama Aira.
Bunda
Gimana nak? Kamu betah mondok? Teman-temanmu baik, khan?
Aira Saffanah
Gak betah bun...aku pengen pulang.
Aira Saffanah
Bunda sih gak bilang dari awal klo aku mau dimasukin ke pondok, gak ada pemberitahuan dulu...Aira khan jadinya setengah hati di sini.
Bunda
Habis mau gimana? Bunda tuh bingung mau jaga anak Bunda.
Bunda
Apa yang bikin kamu gak betah selain itu?
Aira Saffanah
Ah, bunda ini...cuman itu doank...Aira pengen pindah Bun...
Aira Saffanah
Semester ini gak papa. plisss ya Bun...
Bunda
Loh, klo gak ada alasan Bunda ga bisa menerima. Kamu kasih alasan masuk akal dulu, biar ayah yang menimbang.
Aira Saffanah
Ayah ke mana Bun?
Bunda
Keluar kota, urusan kerjaan.
Ita
Hua...hua...Bunda takut...
Bunda
Aira, bunda tutup ya...adikmu ga bisa tidur.
Aira Saffanah
Wa'alaikumussalam.
Air mata membanjiri pipiku,segera kuusap dengan jilbab, aku menyerahkan hp ke penjaga telpon, kemudian berlari ke hammam, mengambil air wudhu.
Aira Saffanah
Ah, kenapa sih hidupku begini.
Kemudian kembali ke asrama.
Andini
Aira...kamu nangis?
Aira Saffanah
Huhu...Dini.
Andini
Kenapa Ra? Kangen yah? Itu sudah biasa. Aku pas santri baru juga gitu kok. Malah pas penelponan pertama gak ngomong apa-apa selain nangis.
Andini masuk pondok pas kelas tujuh.
Aira Saffanah
Kangen...malah cenderung jengkel.
Aira Saffanah
Aku tuh nelpon malah ga digubrisin, ortuku sibuk banget.
Andini
Ya udah, untung sudah ditelpon, udah nyempetin waktu buat anak gadisnya, mereka masih peduli sama kamu Ra...
Andini
Ayo gih minum dulu, habis tuh tidur...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!