Selalu seperti itu, jika lupa menyalakan alarm pasti akan terlambat bersiap pergi bekerja. Kali ini memang jam kerjanya jauh lebih pagi karna ia harus ikut atasannya ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Sudah menjadi makanan sehari-hari jika harus mendapatkan omelan dari atasannya, tapi sikapnya yang cuek, teguran-teguran itu hanya akan berlalu ditelinganya.
Dialah Memayu Hara, yang kerap disapa Mayu, gadis umur 22 tahun yang berprofesi sebagai perawat yang kini bekerja sebagai asisten dokter ternama di Jakarta. Bukan hal yang mudah menjadi seorang asisten dokter, apalagi atasannya ini tergolong orang yang sibuk, disiplin, pekerja keras, dan bukan type orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain dengan mudah, jadi terang saja saat Mayu melakukan kesalahan maka seluruh omelan akan menghujam dirinya bertubi-tubi.
Ia bergegas membersihkan tubuhnya, meskipun dengan gaya mandi kilat dan entahlah mungkin dia lupa memakai sabun, tak apa, kali ini dia bisa mengandalkan parfum, semua persiapan dengan buru-buru, entah rapi atau tidak ia hanya membayangkan omelan atasannya saja, sembari memoleskan mascara dibulu matanya, sembari pula mata pojoknya melirik ponsel yang rupanya sudah berdering berpuluh-puluh kali.
Maklum saja, hari ini ada seminar yang harus atasannya hadiri diluar kota, sebenarnya lebih asik bekerja dirumah sakit, tapi karna tawaran menjadi asisten dokter ini gajinya bisa dibilang lumayan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dikampung dan menyekolahkan adik semata wayangnya jadi Mayu lebih memilih tawaran ini.
“sabar sis, elah.. paling ngomel doang, nggak sampe dipecat” celoteh Dewi teman satu asramanya, benar dia tinggal di asrama yang kusus disediakan untuk karyawan Klinik Spesialis milik atasannya.
Mayu tidak menggubris sama sekali, segera ia beranjak memakai sepatu, kejadian lain entah bagaimana ia lupa meninggalkan pasangan sepatu ternyamannya disuatu tempat sehingga menyebabkan ia harus mencari sepatu yang lain.
“memakan waktu saja” tukas Mayu dan mempercepat langkahnya sembari memainkan ponsel, mencari-cari nama dikontaknya.
“Mayu cepat! Sudah ditunggu Babe!” suara ngapak pak Andi terdengar jelas dari balik pagar besi bangunan Asrama yang ia tempati.
Babe, entah dari mana asal muasal nama itu, nama sebutan untuk dr.Hanan, atasannya, mungkin karna beliau lebih seperti ayah untuk para karyawannya. Terdengar kurang sopan, tapi dr.Hanan terlihat senang dan biasa saja saat diluar jam kerja para karyawan memanggilnya, Babe.
“baru aja, saya mau nelpon pak Andi” tukas Mayu seraya membonceng motor pak Andi dan menuju Klinik.
Hari ini sangat melelahkan, serasa ingin kembali memaki-maki atasannya jika marah kepada orang tua tidak menyalahi norma, seperti tidak ada capeknya dr.Hanan mengomel sepanjang perjalanan. Mayu hanya bisa pasrah, untung saja acara sudah selesai, dan mereka sampai diruangan tepat waktu. Entah apa yang akan terjadi kalau-kalau terlambat, mungkin jika masih hidup satu abad tidak akan cukup untuk dr.Hanan mengomel, tapi tak apalah, menjadi dokter memang sudah sepatutnya disiplin waktu, Mayu hanya perlu patuh pada aturan dr.Hanan.
“Mayu, ponsel kamu itu sudah harus diganti, saya yakin ponsel kamu sudah rusak makanya tidak nyala saat kamu pasang Alarm” tukas dokter Hanan, atasannya. Kadang dr.Hanan ini bisa menjadi sangat galak tapi sering juga tiba-tiba baik sendiri.
Mayu hanya bisa nyengir, ia berdalih ponselnya eror, padahal jelas-jelas ia yang lupa memasang Alarm, karena dia baru saja patroli menjaga seseorang yang membuatnya tidak tidur semalaman, bahkan menyebabkan sepatu kesayangannya hilang sebelah.
🌷🌷🌷🌷
Ditempat lain.
“sudah membaca kabar dari Andra?” tanya kassandra kepada suaminya yang baru saja pulang dari kantor.
Reynan hanya menggelengkan kepala dan mulai meletakan tas kerjanya dimeja. Andra adalah sahabat Kassandra dari kecil, meskipun mereka dekat hanya sebagai sahabat, Reynan sedikit tidak suka, tapi apalah, istrinya selalu bisa membuatnya mengerti.
“Andra mau opening bisnisnya dibandung loh sayang, dia ngundang kita buat dateng, kamu bisa nggak kalo minggu depan luangin waktu buat dateng?”
Reynan masih terdiam, entah apa yang ada difikirannya, dia hanya sedang bosan membahas apapun sejak semalam.
“Rey, kamu nggak lagi sakit kan?” Kassandra mendekati suaminya.
Reynan menghela nafas, melempar senyum manjanya kepada kassandra, ”bisa minta tolong peluk aku sebentar?"
Kassandra berjalan mendekati suaminya dan memeluk suami manjanya. Reynan bukan type laki-laki yang romantis, tapi reynan tahu caranya memperlakukan wanitanya dengan indah.
“aku tidak punya apa-apa saat ini kecuali kamu”
Kassandra tersenyum, dia merasa sangat dihargai walaupun delapan tahun sudah pernikahannya, dia dan Reynan belum juga dikaruniai keturunan, tapi keluarga dan suami tidak pernah mempermasalahkan itu, bahkan Reynan sama sekali tidak berubah walaupun tiga tahun ini suaminya tau bahwa kassandra benar-benar tidak bisa memberikannya keturunan, tapi tetap aja dalam hati Kassandra, ia merasa gagal menjadi istri.
“sayang, bilang sama Andra dia perlu properti apa aja tinggal hubungin sekretaris Fahda, biar dari perusahaan yang nyiapin semua, itung-itung kita jadi sponsor, hahaha”
“serius? Terimakasih sayang” kassandra menghujani puluhan ciuman kepada suaminya.
Reynan terbilang pengusaha muda yang sukses merintis usahanya dari nol dibidang properti tanpa bantuan ayahnya yang notabenenya termasuk pengusaha batu bara sukses. Ia merintis karirnya dari kuliah hingga sekarang perusahaannya sudah memiliki cabang dibeberapa daerah.
Reynan selalu menjadi kebanggaan keluarganya, selain anak tunggal, Reynan juga cucu tunggal dari keluarganya, entah bagaimana ujungnya nanti jika ayah dan ibunya benar-benar sudah menuntutnya untuk memperoleh keturunan, reynan hanya tidak sanggup meninggalkan wanitanya saat ini, dia hanya ingin bersama Kassandra untuk selamanya, setelah apa yang sudah mereka lalui untuk terus saling menguatkan satu sama lain, dengan apa jika bukan dengan kesetiaan dan cinta.
Entah kenapa fikirannya mulai kacau tiga tahun terakhir ini, saat dokter benar-benar mengabarkan jika kassandra lah yang kandungannya kering yang menyebabkan mereka tidak memperoleh keturunan, sebenarnya hanya mereka berdua yang tau. Tapi tidak sekarang, dr.Meca (istri dr,Hanan) tanpa sengaja memberitahukan ini kepada Martha (ibu Reynan).
Awalnya tidak mengapa, tapi Reynan merasa dia harus menjaga istrinya dan memutuskan untuk meninggalkan rumah orang tuanya dan tinggal dirumah sendiri yang ia beli dari hasil kerja kerasnya. Dia hanya tidak ingin jika suatu saat ayah atau ibunya mengatakan kekecewaannya kepada Kassandra, Reynan berfikir cukup kepada reynan saja keluh kesah itu mereka lontarkan, jangan kepada Kassandra. Hati Kassandra sangat berharga, Reynan benar-benar ingin menjaga wanitanya dengan seluruh hidupnya.
Tapi Kassandra bukan anak kecil, dia wanita dewasa yang sudah berkeluarga, selalu terbesit dihati dan fikirannya, bagaimana mungkin keadaan akan selalu seperti ini, Reynan laki-laki normal, sepandai apapun ia menyimpan keinginannya untuk menjadi seorang ayah didepan kassandra, mata Reynan tidak bisa berbohong.
Beberapa kali Kassandra mencoba menguji kesetiaan suaminya, mengenalkan dengan wanita pilihannya, bahkan sempat mencoba menjodohkan Reynan dengan Fahda sekretarisnya dikantor tanpa Reynan tau. Tapi ia merasa menjadi sangat jahat pada dirinya sendiri dan keluarganya, membiarkan orang yang kita cintai bersama dengan orang lain terasa sangat amat menyakitkan, entah lakon apa yang sedang ia ciptakan dirumah tangganya, Kassandra hanya ingin suaminya bahagia tanpa harus meninggalkannya, sulit memang, tapi Kassandra merasa harus ada yang berkorban. Semua usahanya sia-sia saja, hati Reynan sangat lembut, cintanya sangat besar hanya untuk Kassandra.
..............
#Terimakasih sudah membaca karya pertamaku, jangan lupa like, komen, vote ya 🥰🥰🥰
Terimakasih banyak.
Hari ini Mayu baru saja menyelesaikan tugasnya, merapihkan beberapa berkas diruang kerja dr.Hanan, pikirannya melayang entah kemana, selalu saja dia dihantui rasa bersalah walaupun tidak selamanya perasaannya menjadi salah, bukan suatu hal yang penting menurutnya.
Dia masih fokus bekerja diusia yang seharusnya sudah mulai mencari tambatan hidup, dia merasa ibunya masih sangat membutuhkannya, dia sudah sepantasnya bersyukur bisa bekerja dengan dr.Hanan, walaupun pemarah tapi dr.Hanan sudah seperti ayahnya sendiri, bahkan sesekali dr.Hanan menggodanya untuk menjodohkannya dengan anak laki-lakinya yang kebetulan seorang dokter juga.
Tapi Mayu selalu merasa tak pantas, dan ia selalu menganggap itu hanya sekedar lelucon.
“Apalah gue jika harus bersanding dengan seorang dokter, apakah tidak akan menurunkan derajat keluarga mereka. Tapi kenapa gue jadi mikir sejauh ini? Lama-lama baper gue kalo dr.Hanan bahas perjodohan nggak lucu ini”
“Ngarep kan,lo?” tukas Dewi mengagetkan.
“Apaan deh, nggak lah, cantik sama baik juga nggak cukup Wi jadi mantunya Babe”
“Yang penting kan Babe ngasih restu, masalah cocok nggak nya mah belakangan”
“Kenapa jadi lo yang ngerep banget sih biar hayalan gue kewujud”
“Nah loh, lo ngayal juga kan, hahha”
“Ya dikit,hahahha”
“Parah lo! Tapi nggak masalah,May. Gue doain, kali aja beneran kan rejeki nomplok dapet cowok ganteng, seorang dokter, bokap nyokapnya dokter, tajir lagi hahaha, kapan lagi ya nggak? hahahha”
Mayu menanggapi temannya itu dengan senyuman mringis memperlihatkan gigi rapihnya yang berjejer. Karna baik dan cantik saja tidak cukup. Mayu hanya fokus bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya.
“Sudah selesai, may?”
Suara dr.Hanan terdengar dari balik pintu.
“Sudah,dok” jawab Mayu gelagapan, entah dr.Hanan mendengar percakapan tidak pentingnya itu atau tidak.
”Hari ini kamu bantu jaga di Poliklinik saja ya, pasien hari ini kayaknya banyak yang datang”
“Baik dok, asal jangan disuruh ngetik aja” sahut Mayu, keceplosan. Dewi buru-buru menyikunya.
"Apa?"
"Nggak dok, maaf" Selain menjadi Asisten dokter, pekerjaannya akhir-akhir ini nambah, karna dr.Hanan sedang menyelesaikan skripsi untuk studi Hukumnya, walaupun sudah menjadi dokter spesialis ternyata belum cukup juga jika tidak dibekali dengan pengetahuan hukum, alhasil Mayu sering lembur untuk membantu dr.Hanan mengetik skripsinya.
“Oh ya, nanti sore jangan lupa siapkan ruangan buat pak Irfan Samodra, dia mau datang selepas jam kantor sama anaknya”
“Baik dok”
Mayu dan Dewi segera pergi meninggalkan ruangan dan menuju keruang poliklinik spesialis. Klinik spesialis tempatnya bekerja cukup ramai, dia selalu membantu devisi bagian manapun yang sekiranya sedang ramai, selain menyukai profesinya dia juga harus rajin mengasah ketrampilannya sebagai perawat, karna menjadi asisten dokter justru dia jarang berhadapan dengan pasien, kecuali disituasi tertentu, makanya setiap jamnya longgar dia sempatkan untuk membantu di IGD, kadangkala di ruang Radiologi atau Lab bahkan apotek untuk sekedar menambah pengetahuannya saja.
Pak Samodra dan anaknya ternyata datang lebih awal dari yang sudah direncanakan, mereka segera menemui dr.Hanan dan berbincang diruangan.
Sebagai dokter keluarga, mereka sudah sangat akrab bahkan seperti saudara sendiri, Pak Samodra adalah sahabat kecil dr.Hanan, dan ayah dari dr.Hanan adalah dokter pribadi ayahnya Pak Samodra, dan kakek dr.Hanan juka dokter pribadi kakeknya pak Samodra, jadi dr.Hanan adalah dokter pribadi di tiga garis keturunan keluarga Samodra.
Pak samodra kerap datang bukan untuk berobat, ia sering datang hanya untuk makan bersama atau sekedar mengobrol saja.
“Saya sudah cukup tua, makanya penyakit-penyakit mulai apel ketubuh saya” tukas pak Samodra membuat dr.Hanan tertawa kecil.
“Diusia ini kita hanya perlu hati-hati dalam banyak hal” tukas dr.Hanan.
“Kita selalu hati-hati, tapi kalau sedang ingat saja, kalau lupa ya mohon maklum saja” lagi-lagi pak samodra membuat semua orang tertawa.
“Saya merasa berat menerima kenyataan ini, Han” pak samodra mulai memelankan suaranya.
Pak samodra sudah divonis olek dokter bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium 4, berbagai pengobatan sudah ia jalani, tapi hasilnya tetap saja nihil.
Reynan mulai merasa ada sesuatu yang menyambar hatinya, melayangkan tangannya dengan lembut pada punggung papanya itu.
Pak Samodra meninggikan bibirnya, menatap anak semata wayangnya, ”mungkin obatnya bisa saja sesuatu dari Reynan yang sepesial buat papa”
Reynan mengerjap, tidak ingin berdebat, hanya membalas dengan senyum.
“Kamu gimana rey?” Tiba-tiba dr.Hanan bertanya.
“Ya beginilah Reynan, berulang kali saya bilang, saya akan sembuh kalau hadiah yang saya nanti sudah launcing” sahut pak samodra.
Reynan memilih diam, dia tahu pembahasannya akan mengarah pasa Kassandra, “Pah..”
“Rey, semua orang tahu, Papa anak tunggal, kamu juga anak tunggal Papa, kalau kamu nggak ngasih keluarga keturunan itu nggak lucu dong”
“Pah, kasih dong Rey kesempatan” Reynan mulai melakukan pembelaan, sebenarnya sudah malas jika sudah debat seperti ini.
“Rey, jelas Kassandra nggak akan bisa ngasih kamu keturunan”
“Cukup pah! Jangan mojokin Kassandra terus dong pah, ini terjadi bukan atas kemauan dia, dia nggak bersalah, dan Rey nggak bisa..” reynan menghela nafasnya, dia mengalihkan pandangannya kepada Mayu, dia merasa ada yang tak perlu mendengar percakapannya.
“Maaf, saya keluar sebentar” Mayu segera berlalu dari ruangan itu.
Sebenarnya dia tidak ingin tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mendengar sepenggal percakapan mereka, Mayu menjadi paham betapa sulitnya menjadi sosok Reynan.
🌷🌷🌷
Setelah mengantar ayahnya chek up, Reynan bergegas pulang kerumah, rumah tampak sepi, bagaimana tidak, rumah sebesar itu hanya ia tempati bersama istri, dua orang sopir dan 4 orang asisten rumah tangga, tidak ada yang meramaikan suasana rumah. Reynan masuk kerumah dan mendapati Kassandra sedang merapihkan bajunya kedalam koper.
“sayang, kamu mau kemana?” tanya Reynan gugup.
“tadi mama datang” jawab Kassandra santai.
“Mama ngomong apa sama kamu? Kamu nggak dengerin omongan mama kan?” Reynan mendadak panik, entah kenapa fikirannya sudah terlampau jauh.
“Ya dengerin lah sayang, masa enggak, Mama dateng ngasih tau besok mau ada acara arisan dirumah, Mama pengen aku bantuin bikin-bikin kue gitu, katanya bosen kalau harus pesan-pesan terus. Jadi mama nyuruh aku nginep” jawab Kassandra sambil melayangkan senyum cantiknya kepada Reynan.
Entah kenapa perasaan Reynan tiba-tiba tidak enak, “terus aku gimana?”
Kassandra Menyerngitkan keningnya membentuk garis-garis menanggapi suaminya,”Mau ikut?”
“semalem doang kan?”
Kassandra mendekati suaminya, melepaskan dasi yang masih melingkar rapih disana, ”Kamu bisa telfon mama dan bilang kalau istrimu ini tidak boleh semalam saja pergi kerumah mertuanya”
Reynan menggenggam kedua tangan lembut itu, menciumnya penuh penghargaan, “nggak lah sayang, bisa panjang urusannya”
Kassandra tergelak tawanya.
Reynan memutuskan untuk memperbolehkan Kassandra pergi kerumah orang tuanya, ingin sekali ia menemani istrinya, tapi pekerjaannya harus selesai malam ini, dan besok pagi harus bersiap meeting.
Akhir-akhir ini Reynan semakin terpikirkan oleh omongan Mama dan Papanya, padahal selama ini bahkan Mama dan Papanya tak pernah mempermasalahkan keadaan pernikahannya yang belum dikaruniai seorang anak, Reynan merasa hampa, dirinya seperti diambang dua pilihan yang rumit, meskipun sering kali ia berfikir untuk mencoba berpaling dari Kassandra, tapi hatinya tak cukup kuat, cintanya terlampau hebat, Kassandra wanita baik, pengertian dan belum pernah melukai hatinya sejauh ini, dia juga wanita yang ia nikahi dengan dasar rasa sayang dan cinta. Reynan sangat menghormati istrinya, apa yang keluarga kecilnya alami bukanlah kesalahan Kassandra. Tapi tak dipungkiri, dia juga butuh seorang anak, penerusnya, pelipur hatinya. Dia hampa, benar-benar merasa sepi.
................
#Terimakasih sudah membaca karya pertamaku, jangan lupa like, komen, vote ya 🥰🥰🥰
Terimakasih banyak.
"Pak, sore ini mau langsung pulang kerumah atau mau mampir kemana dulu?” tanya Yudi, sopir pribadi Reynan.
Hari ini sangat melelahkan, setelah pertemuannya dengan kolega bisnis yang sangat menguras pikirannya. Sesekali Reynan memandangi ponselnya yang belum ada pesan balasan masuk satupun dari istrinya, mungkin ia sangat sibuk diacara Mama.
“Pak?” Tukas Yudi meminta jawaban.
Reynan tergelak, ”Pulang saja Yud”
“Baik pak"
Ponsel Reynan berbunyi.
Mama
“Hallo, ma?”
“Rey, mama kirim makanan buat kamu sama Kassandra, Kassandra Hpnya nggak aktif, bilangin Kassandra jangan terlalu banyak makan pedas-pedas jadi nggak diare mendadak, untung aja Budhe Titi nggak sibuk, jadi Mamah bisa minta bantuin buat bikinin kue” suara Mamahnya begitu lantang diponsel Reynan.
“Kassandra sakit Mah?”
“Iya, makanya dia nggak dateng, kamu gimana sih Rey, Kassandra sakit aja kamu nggak tahu, harus selalu baik sama istri loh Rey, jangan cuek, jadi cepet deh Mama dapet cucu, masa harus dijelasin juga sih Rey" Tukas Mama panjang lebar.
“Nggak dateng kerumah gimana si Ma? Jelas-jelas Kassandra pergi” Tanya Reynan, feelingnya mulai bercabang-cabang.
“Ya nggak jadi kerumah. Kan semalem langsung balik lagi kerumah kalian, gimana si kamu Rey?”
Reynan terdiam.
"Rey, are you ok?" Tanya Mama.
“Oh, Iya Ma, I'm ok” Jawab Reynan.
“Iya, jangan lupa jagain Kassandra, i love u”
Reynan mematikan Telfonnya. Jantungnya bergetar, perasaannya tak menentu.
Dari kejauhan Reynan sudah melihat mobil Kassandra terparkir dihalaman Rumahnya yang luas. Reynan segera turun, perasaannya sangat aneh, dia mencoba untuk selalu berfikir positif kepada istrinya. Saat masuk rumah, keadaan rumah memang masih sepi, ia mencoba mencari Kassandra keseluruh ruangan tapi tidak ia temukan, entah kenapa naluri positifnya berkembang menjadi sebuah amarah. Reyhan menarik kulkas dengan kasar dan mengambil air dingin disana, menuangnya kedalam gelas dan menenggaknya sekaligus, ia selalu melakukan ini pada saat kesal.
“Sayang” suara Kassandra terdengar dari balik kamar kecil dekat dapur “Kamu sudah pulang?”
Reynan mendekat, ”Kamu” Reynan menghela nafas, ia memegangi wajah istrinya yang memerah, suhunya terasa sangat panas,”kamu kenapa?”
“Harusnya aku yang tanya, kamu kenapa? Wajahnya tampak buruk, kamu marah sama aku?”
Reynan menghela nafas, “Nggak penting, kamu sakit?”
“Aku diare, semalem mau pulang kerumah takut gangguin kamu, akhirnya aku nginep ketempat Icha”
“Nggak bisa gitu dong sayang, aku ini suami kamu, kamu nggak usah ngrasa nggak enak gitu sama aku, aku sampe berfikiran yang buruk sama kamu”
Kassandra memeluk suaminya, ”Tapi kamu percaya kan sama aku? Aku cuma nggak mau gangguin kamu yang lagi tidur”
“Ini alasan kenapa aku nggak bisa kalo harus jauh bahkan ninggalin kamu, kamu selalu baik dan mengerti setiap kondisi ku, tapi lain kali jangan sungkan lagi, delapan tahun nggak cukup buat nggak ngrasa nggak enak?”
Reynan memeluk istrinya,”kamu udah makan?”
Kassandra menggelengkan kepala, keceplosan.
“kok bisa?! Pada kemana asisten rumah tangga sampai nggak ada yang masak?” Reynan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, Ada Yudi disana, dibelakang ada Jiah yang sedang membereskan pakaian.
Kassandra menarikk lengan suaminya, ”sayang, Mbok Jum udah nggak kerja jadi nggak ada yang masak”
“nggak kerja gimana?”
Kassandra terlihat santai menjelaskan kepada Reynan,”gini, mbok Jum kan masaknya kan kayaknya itu-itu aja nggak bisa yang ala-ala jepang atau makanan luar gitu, jadi aku mau cari koki aja buat masak dirumah”
Reynan mengernyitkan dahinya,”sejak kapan kamu suka masakan luar?”
“Kemarin”
“Tapi nggak harus kamu pecat Mbok Jum kan? Udah lama lo dia nemenin kita disini” tukasnya sambil merebahkan tubuhnya pelan-pelan disofa.
“Aku kan juga pengen suasana baru”
Reynan memandang lekat-lekat istrinya.
“Nggak papa kan?”
Reynan mengangguk, ”Kamu aneh”
Kassandra meringis.
Reynan terlihat memainkan ponselnya.
Menginap dirumah Icha.
Sebenarnya itu hanya sebuah alasan. Icha sahabatnya sudah lama meninggalkan jakarta dan pindah ke Bali setelah menikah. Reynan tahu itu, tapi Kassandra fikir tidak akan sedetile itu Reynan bisa ingat apapun yang sudah ia ceritakan, pekerjaan yang banyak dan tiada waktu tanpa memikirkan perusahaan membuat Kassandra yakin asalan itu sangat cocok dan akan suaminya percayai.
Ia menggagalkan rencana untuk datang kerumah Mertuanya, saat dijalan menuju rumah mertuanya tiba-tiba ponselnya berdering, ”Hallo, honey?”
“Aku dirumah sakit, mobilku menabrak seseorang” terdengar suara laki-laki dari balik ponselnya.
“Apa?! Kok bisa? Yaudah aku kerumah sakit sekarang, kamu share lokasinya aja ya, aku kesitu sekarang”
Kassandra segera memutar arah dan menuju kelokasi dimana kekasihnya berada, tidak lupa untuk memuluskan rencananya menemui kekasihnya, Kassandra menelfon mertuanya dan membuat alibi.
“Haloo Ma?”
“Hey kamu udah sampai mana San? Sama Rey nggak?”
“Nggak Mah, Sandra sendiri, tapi kayaknya Sandra nggak jadi kerumah deh Mah, Sandra diare nih dari tadi perutnya nggak enak banget"
“Kamu habis makan apa si San? Yaudah deh nggak papa, kamu pulang aja, jaga kesehatan ya, nanti kabarin Mama ya"
“iya Ma, nanti Sandra Kabarain, Mama nggak usah Nelpon Reynan dulu, takutnya khawatir, nanti Sandra aja yang telfon Mama ya?”
“Iya San, kamu ati-ati ya, jangan lupa kedokter"
“Iya Ma, terimakasih ya Ma"
Klik. Panggilannya terputus.
“untung Mama percaya sama aku” Tukasya puas dalam Hati.
Mertuanya memang tergolong manusia paling simpel, nggak pernah banyak tanya dan mencampuri urusan rumah tangganya, mungkin ini salah satu alasan Kassandra masih bertahan, entahlah kelanjutannya.
Bimo, laki-laki yang ia kenal semenjak SMA, persahabatan yang mereka bangun, Kassandra, Bimo, Andra dan Icha sangat kental hingga luluspun mereka masih tetap saling komunikasi, bahkan sering kali Kassandra membantu para sahabatnya itu dalam urusan Bisnis, bukan karena dirinya yang pandai, tapi tetap saja karena Reynan yang ikut andil membantu sahabatnya itu atas kemauan Kassandra.
Sudah tiga bulan ini mereka resmi menjalani hubungan asmara mereka secara diam-diam, Kassandra amat sangat mencintai Reynan, tapi karena ketakutannya kehilangan Reynan semakin menjadi, tentang ia yang tak bisa memberi Reynan keturunan, ia takut jika suaktu-waktu bisa saja Reynan atau Mama papanya menendangnya jauh dari rumah mereka, Kassandra memilih mendua berharap jika sesuatu hal buruk itu terjadi setidaknya hatinya tidak akan terlalu sakit karna sudah menemukan pengganti Reynan.
Keputusan yang salah memang, tapi Kassandra hanya punya kekuatan ini sekarang, ia awalnya memilih Bimo karena suatu hal sama tidak sengaja terjadi dikehidupan mereka. Bimo ,mengalami perceraian pada pernikahannya dengan Melati karena Bimo yang ternyata mandul, Melati merasa dirinya masih muda dan pernikahannya baru berusia 4 tahun lalu memutuskan untuk bercerai dengan suaminya dan kini telah menikah dan mempunyai seorang anak perempuan.
Itulah mengapa Kassandra sangat yakin hidup bersama seseorang yang memiliki nasib yang sama dengan dirinya akan mempermudah urusan cintanya tanpa harus ia takut kehilangan orang yang ia sayangi. Meskipun Reynan tak sedikitpun mempermasalahkan itu, bahkan kerap kali Reynan menawarinya untuk mengasuh anak dipanti asuhan, Kassandra sangat antusias namun fikirannya kembali kepada Reynan, ia tak akan mudah menerima anak asuhnya, karna dia laki-laki normal yang menghendaki ingin memiliki anak sendriri, pasti. Selalu ketakutan dan ketakutan itu yang selalu menghantuinya disetiap hari dan malam sepanjang menjadi Nyonya Reynan Samodra.
............
#Terimakasih sudah membaca karya pertamaku, jangan lupa like, komen, vote ya 🥰🥰🥰
Terimakasih banyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!