Suasana hari yang begitu cerah, tampak seorang gadis kecil sedang menunggu lampu hijau menyala. Namun ia masih sibuk dengan ponselnya.
TING...
Lampu hijau menyala, kerumunan orang yang ingin menyeberang pun berhamburan. Dan gadis kecil tersebut ikut menyeberang lalu masuk kesebuah gedung perusahaan.
"Permisi...apakah tuan Davie ada di ruangannya??" Tanya gadis tersebut kepada salah seorang karyawan.
"Ten...tentu nona, tapi!!" Jawab karyawan tersebut namun terhenti, ia tak berani mengatakan yang sebenarnya.
Gadis itu tak perduli dengan ucapan karyawan tadi. Ia dengan cepat berlari menaiki tangga, dan ketika sampai di tempat yang dituju.
BBBRRRAAKK...
Dengan kasarnya gadis kecil tersebut menendang pintu, dan terukirlah sebuah senyuman sinis. Hatinya seketika terluka, ia tak sanggup lagi membendung air matanya. Gadis kecil tersebut keluar dengan perasaan hancur, ia meninggalkan calon tunangannya yang tengah bermesraan dengan kakak tirinya.
Air mata terus jatuh, ia tak sanggup menahan segalanya.
"Untuk apa aku hidup, jika semua orang hanya ingin mempermainkan ku!!" Batin gadis tersebut.
Sore hari ia sampai dirumahnya, ia tampak begitu lelah dengan kantung mata yang sembab. Bukannya disambut dengan baik, gadis tersebut malah mendapat tamparan pedih dari ayah kandungnya.
"Anak tidak tahu diuntung!!" Tegasnya, ia menampar terus menerus pipi gadis tersebut.
"Dasar, sudah dibesarkan dan kau malah seperti ini??" Ucapnya lagi dengan amarah yang memuncak.
"Ayah sudahlah, mungkin Gaby tak berniat seperti itu!!" Lerai kakak tiri Gaby.
Gaby adalah gadis cantik berusia 18 tahun dan ia memiliki sifat yang ramah dan baik hati, namun ia berubah ketika ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi. Diketahui bahwa ibu Gaby telah bunuh diri, namun Gaby tak percaya dengan cerita yang dilontarkan ayahnya. Saat itu Gaby menginjak usia yang ke sepuluh tahun, ia hidup tanpa kasih sayang semenjak ibundanya meninggal.
Zelinda adalah kakak tiri Gaby, ia adalah gadis yang sangat sombong dan selalu iri dengan apa yang didapatkan Gaby. Ia juga selalu menyiksa Gaby ketika ayahnya tiada dirumah.
Davie calon tunangan Gaby yang dijodohkan dengannya. Zelinda telah lama memendam rasa pada Davie, sehingga ia sering menggoda Davie dan menjauhkannya dari Gaby.
"Apa salahku, ayah??" Gaby mulai bersuara, ia tak sanggup lagi menahan kesabarannya. Sudah cukup lama ia bersabar dan menahan lukanya sendiri.
"Beraninya kau melawanku!!" Tegas ayahnya dan mendaratlah satu tamparan lagi.
"Ayah, sampai kapan ayah akan memperlakukanku seperti ini, apa ayah lupa amanat dari ibu??" Ucap Gaby yang kini mulai marah dengan segala kenangan pahitnya.
"Jika memang aku anak yang tak berguna, lebih baik aku pergi!!" Lanjut Gaby dengan berurai air mata.
"Apa, pergi??" Tegas sang ayah.
"Iya, batalkan saja pertunanganku dengan kak Davie dan jodohkan saja kak Linda dengannya!!" Jawab Gaby dengan nada bicara yang tegas.
"Dan ingat ini, aku akan kembali namun bukan dalam diriku yang sekarang!!" Setelah berkata demikian, Gaby pergi meninggalkan rumah tersebut.
"Hahaha...pergi sana jauh-jauh, jangan pernah kau menginjak rumah ini lagi!!" Batin Linda dengan senyum puas.
Gaby berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi, tak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Rintikan hujan mulai membasahi tubuhnya, namun ia tak peduli dengan keadaan cuaca saat ini. Ia terus berjalan dambil menangis, terlalu banyak luka yang ia pendam. Dan kini keluarlah sudah kehidupan yang penuh dengan kekerasan dan air mata.
Langkah Gaby terhenti di depan TPU, tempat dimana ibunya tinggal. Ia kembali melangkah dengan pandangan yang kabur akibat air mata. Ia terduduk disamping makam ibundanya, ia usap pelan batu nisannya kemudian kembali menangis setelah terhenti sesaat.
Ia menangis dan menangis, mengeluarkan segala beban hidupnya. Melepas segala luka dihatinya, menghilangkan seluruh rasa sakit dihatinya.
"Ibu...kenapa ibu pergi..."Ucapnya lirih bagai tak ada suara sama sekali, hujan yang begitu deras membuat suara Gaby tak terdengar.
Ia kembali terisak, Gaby menangis menatap batu nisan ibundanya.
"Ibu...ibu...kenapa.." Ucapnya sambil terisak.
"KENAPA HARUS AKU YANG TERLUKAAAAA!!" Gaby berteriak, hanya dengan teriakan itulah yang membuatnya merasa tenang dan lebih baik.
"Ibu...ibu kenapa pergi..." Gaby kembali menangis, hanya menangis yang dapat ia lakukan. Ia tak punya siapa pun lagi, ia juga tak memiliki rumah saat ini.
"Ibu...kenapa...kenapa...hiks..hiks.."
"Ibu...hiks...bawa aku pergi...hiks..."
"Aku...tak ingin...tak ingin lagi hidup ibuuuu..." Gaby terus menangis, ia menangis meratapi nasib malangnya.
"Bawa aku bersamamu ibu...hiks...hiks..."Ucap Gaby, ia begitu lelah dengan kehidupannya saat ini. Ia tak tahu hatus apa lagi, apa yang mampu ia lakukan. Ia hanyalah seorang gadis kecil yang lemah, bahkan keluarganya pun menjauhinya. Kemana kaki kecilnya akan melangkah, dikana tempat yang dapat ia jadikan perlindungan. Siapa yang mampu membawanya pulang dan melindunginya, akankah ada seseorang yang mampu membawanya pulang dan melindungi dirinya yang begitu lemah??
Gaby tertidur setelah ia cukup banyak menangis, ia lelah bahkan saat tidur pun ia masih terisak dan mengeluarkan air mata. Ia tidur diatas makam ibundanya, hanya tempat itulah yang dapat ia jadikan perlindungan.
Pagi yang terlihat masih gelap, Gaby terbangun dari tidurnya. Ia mengusap-usap matanya, mencoba mengembalikan pandangannya.
"Aiihh...apakah aku tidur disini??" Ucap Gaby sembari melihat kesekelilingnya.
"Ibu...apakah aku harus menyusulmu??" Tanya Gaby kepada ibundanya dengan tatapan sendu.
Entah benar atau tidak, tapi tampaklah seorang wanita cantik turun dari langit dan menghampiri Gaby. Ia tersenyum penuh kehangatan, Gaby menatapnya dengan tak percaya.
"Anakku..." Ucap wanita tersebut, lantas Gaby berlari kepelukan wanita tersebut.
"Ibu...apakah ibu akan membawaku bersamamu??" Ucap Gaby sambil menitikkan air matanya. Entah ia harus senang atau sedih, ia senang karena melihat ibundanya kembali. Namun ia juga sedih, jika ia mengingat kembali kisahnya.
"Tidak sayang...kau masih harus tetap hidup!!" Jawab sang ibu dengan lembut, ia usap puncaj kepala putrinya seraya menyemangatinya.
"Ingatlah, sepahit apapun kehidupanmu, kau harus tetap hidup dan merubah segalanya. Kau harus kembali bangkit dan yakin bahwa kau bisa merubah nasibmu. Ibu akan selalu ada disampingmu, walaupun kita tak mungkin dapat bersama!!" Lanjut sang Ibu dengan lembutnya.
Gaby kembali menangis, entah kenapa ia menangis. Namun hati kecilnya menginginkan ia untuk menangis.
"Tetaplah hidup anakku!!" Setelah berkata demikian, sang ibunda kembali ke tempat asalnya. Namun tiba-tiba saja Gaby kembali terbangun.
"Aiihh...bukankah aku sudah bangun??" Ucapnya bingung dengan kejadian yang ia alami.
Gaby mengingat kembali ucapan ibundanya, kemudian ia mengepalkan tangannya dan bangkit berdiri.
"Aku berjanji akan tetap hidup...Ibu!!" Ucap Gaby dengan mantap, ia akan melangkah keluar dari kehidupannya yang begitu pahit.
"Aku akan membalaskan dendamku, dan mencari tahu tentang kematian ibu!!" Lanjutnya kemudian Gaby keluar dari TPU.
Hari yang masih begitu gelap, Gaby berjalan seorang diri. Ia tak tahu kemana kakinya akan melangkah, namun ia hanya ingin pergi dan mencari tempat untuknya tinggal. Pandangan Gaby kabur, begitu banyak kabut yang menyelimuti jalanan. Pantas saja, semalam hujan deras sehingga membuat air menguap dan akhirnya menjadi kabut.
Tampak sorot lampu mobil yang menerangi penglihatan Gaby sampai ia tak dapat melihat dengan jelas. Suara klakson dari mobil membiat kepalanya pening. Ditambah dengan benturan keras dari sesuatu yang membenturnya membuatnya hilang kendali dan akhirnya terjatuh ketanah.
Seseorang keluar dari mobil, ia melihat Gaby tengah terbaring ditanah. Apa yang membuatnya terbaring?? Siapakah ia yang keluar dari mobil??
Baca kisah lengkapnya ya...
TIT...TIIITTT...
BRAAAKKKK...
"Ah shit...aku menabraknya!!" Ucap seseorang.
Ia langkahkan kakinya menuju tempat seorang gadis yang ia tabrak.
"Ah...apa dia mati??" Ucapnya setelah dilihatnya gadis yang terbaring ditanah.
Pria tersebut memeriksa nadi gadis tersebut, setelah ia tahu nadi gadis tersebut masih berdenyut. Dengan segera ia gendong dan membawanya menuju rumah sakit.
Matahari terbit dengan sangat cantik, terdapat semburat jingga menghiasi langit. Burung-burung yang berkicau menandakan bahwa mereka bahagia dan menyambut pagi dengan gembira.
Seorang pria berlari masuk kedalam rumah sakit, setelah ia mendapat kabar bahwa bos nya mengalami kecelakaan. Ia segera menemuinya dan meminta penjelasan, ia mengira bahwa bos nya terluka. Padahal yang terluka adalah seorang gadis.
"Tuan...apa anda baik-baik saja??" Tanyanya penuh khawatir.
"Aku baik-baik saja, apa jadwalku padat??" Jawabnya ditambah dengan pertanyaan yang ia lontarkan.
Lantas sang sekertaris mengehela nafas lega. Ia bersyukur bos nya baik-baik saja, dan ia tak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
"Tentu tuan, jam tujuh pagi anda harus berada dikantor untuk rapat bisnis!!" Jawabnya dengan lantang.
"Hmmm...aku akan pulang dulu, dan kau tunggu gadis itu sadar lalu tanyakan apa yang ia inginkan sebagai tanda permintaan maafku!!" Ucao pria tersebut memberi perintah kepada sekertarisnya.
"Baik tuan!!" Jawab sekertaris tersebut sembari membungkukkan badannya.
Beberapa jam berlalu...
Gaby terbangun dari tidurnya, ia merasakan pening yang sangat hebat. Gaby mencoba untuk duduk namun ia tak mampu, ia terlalu lemah untuk duduk. Sesaat seorang pria masuk ke dalam kamar Gaby, ia tersenyum hangat pada Gaby.
"Bagaimana keadaan nona??" Tanya pria tersebut.
"Badanku terasa lemas, tapi jauh lebih baik!!" Jawab Gaby membalas senyuman pria tersebut.
"Dimana aku, dan siapa kau??" Tanya Gaby setelah ia melihat kesekelilingnya.
"Nama saya Kangjian, namun nona dapat memanggil saya sekertaris Kang. Dan nona kini berada di rumah sakit!!" Jawab Kangjian lengkap.
"Rumah sakit??" Tanya Gaby masih kebingungan dengan kejadian tersebut. Kepalanya terasa amat pening, ia memegangi kepalanya sambil memijat-mijat kepalanya.
"Apa anda lupa dengan kejadian tadi pagi??" Tanya Kangjian memeriksa apakah Gaby hilang ingatan atau tidak.
"Aahhh..." Gaby mendesah karena kesakitan, ia mencoba mengingat kejadian yang diucapkan Kangjian barusan.
Sesaat ia tersadar dan kembali ingat dengan kejadian saat ia tertabrak.
"Ah saya ingat, apakah tuan yang telah menabrak saya??" Ucap Gaby.
Gaby memandang pria tersebut dengan seksama dan mimik wajah yang meneliti. Kangjian merinding melihat mimik wajah Gaby.
"Tidak bukan saya nona, tetapi atasan saya yang telah menabrak nona!!" Jawab Kangjian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
--------
ATASANNYA BI LIKE: "NGADU AJA LO"
"Ah begitu ya!!" Ucap Gaby singkat, ia mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.
"Apakah nona membutuhkan sesuatu, atasan saya bilang jika nona membutuhkan uang atau yang lainnya katakan saja padaku!!" Sahut Kangjian, ia bingung mengapa Gaby terlihat sedih. Ia berpikir apakah Gaby marah terhadap atasannya dan ingin memenjarakannya.
"Nona apakah anda baik-baik saja??" Tanya Kangjian memastikan sekali lagi.
Gaby mengangguk tanda bahwa ia baik-baik saja, lantas Gaby kembali menatap Kangjian. Sementara itu Kangjian terlihat sangat antusias ia takut sekaligus penasaran, ia berdiri tegap seakan-akan ia siap menanggung segala resiko yang dilontarkan Gaby.
"Saya hanya membutuhkan sebuah rumah, apakah tuan dapat membantu saya??" Ucap Gaby dengan nada lirih, ia hampir menitikkan air matanya karena mengingat kembali kisahnya.
"Baiklah nona...dan panggil saya sekertaris Kang saja!!" Jawab Kangjian sembari sedikit membungkuk.
"Ah ya, siapa nama nona??" Tanya Kangjian, ia hampir terlupa menanyakan nama Gaby.
"Nama saya Gaby!!" Jawab Gaby dengan senyum manisnya dan keramahannya.
"Baiklah, dokter akan datang memeriksa keadaan nona. Setelah itu kita akan pergi melihat rumah untuk nona!!" Ucap Kangjian.
Gaby mengangguk paham kemudian Kangjian pergi memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Gaby.
"Ibu...aku akan segera kembali!!" Ucap Gaby lirih. Seketika air matanya jatuh, ia tak sanggup membendung lebih lama lagi.
Beberapa jam kemudian, Gaby pergi ke sebuah tempat. Tempat dimana ia akan mendapat rumah baru, entah ia harus senang atau tidak. Tapi yang pasti pikirannya tengah bernostalgia.
"Nah, nona kita telah sampai!!" Ucap Kangjian membuyarkan lamunan Gaby.
Gaby tersadar dari lamunannya ia mengangguk kecil seraya berkata "Ah ya!!"
"Nona...apakah anda tengah memikirkab sesuatu??" Tanya Kangjian penasaran, ia heran mengapa Gaby terus melamun sepanjang perjalanan. Bahkan bila ia bertanya Gaby hanya menjawabnya dengan singkat dan kembali kelamunannya.
"Aku hanya sedang mengingat kembali masa laluku!!" Jawab Gaby pelan.
"Ah baiklah, sepertinya anda memiliki masa lalu yang buruk!!" Ucap Kangjian sembari tersenyum hangat, ia berniat mengembalikan keceriaan Gaby.
"Terima kasih sekertaris Kang!!" Sahut Gaby membalas senyuman hangat Kangjian.
"Sudah menjadi tugas saya nona!!" Jawabnya dengan nada sopan.
"Mari silahkan masuk!!"
Gaby dan Kangjian masuk kedalam rumah tersebut, sebuah rumah mewah dengan halaman yang lumayan luas.
"Dapatkah aku tinggal disini sendirian??" Tanya Gaby dalam hati.
Kaki kecil Gaby melangkah masuk ke rumah tersebut, ia merasa lebih baik sekarang. Bahkan saat ini ia kembali seperti masa lalunya. Gaby yang baik, ramah, dan sopan santun tersebut. Gaby gadis lemah dan pendiam kini telah sirna, ia berjanji akan hidup lebih baik lagi.
"Nah, nona ini kamar anda. Saya juga sudah membelikan banyak pakaian untuk anda, saya tidak tahu ukuran pakaian anda. Maka dari itu saya membeli banyak pakaian dengan ukuran yang masing-masing beragam!!" Ucap Kangjian ketika mereka tiba di kamar Gaby.
"Baiklah, terima kasih sekertaris Kang!!" Sahut Gaby sambil tersenyum tulus, ia bersyukur dapat bertemu dengan Kangjian dan atasannya.
"Nah, ini Anny. Ia akan mengurusi rumah dan melayani anda, Anny adalah kepala pelayan di rumah atasan saya. Namun kini ia dipindahkan kesini untuk menemani anda, nona!!" Ucap Kangjian memperkenalkan Anny kepada Gaby.
Gaby mengangguk paham, ia kembali tersenyum sambil mengucapkan terima kasih.
"Nanti malam pukul delapan, atasan saya ingin menemui nona!!" Lanjut Kangjian.
"Iya baiklah, aku akan bersiap sebaik mungkin!!" Jawab Gaby agak gugup.
Beberapa jam kemudian, tampak hari yang sudah sore. Gaby tengah duduk diruang tv, ia sangat bosan duduk sendiri tanpa teman. Walau rasanya lebih nyaman dari yang dulu, namun tetap saja terasa sangat sepi. Ia tak punya teman, teman-temannya pergi menjauh darinya.
"Nona, apakah nona membutuhka sesuatu??" Tanya Anny, ia bingung harus berbuat apa agar Gaby dapat ceria.
"Tidak ada, hanya saja apakah anda dapat menemani saya??" Jawab Gaby meminta agar Anny menemaninya duduk sembari menonton tv.
"Panggil saya Bi Anny saja nona!!" Ucap Anny.
"Baiklah saya akan menemani nona menonton!!" Lanjutnya dengan senyum hangat.
"Nona...bolehkah saya bertanya??" Anny meminta izin untuk bertanya. Gaby menoleh sembari memiringkan kepalanya.
"Tentu saja, mengapa tidak boleh??" Jawab Gaby ramah.
"Apakah nona tidak punya keluarga??" Tanya Anny pelan.
Seketika raut wajah Gaby berubah, yang semula tersenyum hangat kini berubah menjadi senyum pahit. Keluarga?? Apa yang mampu ia jawab untuk mengisi pertanyaan tersebut?? Ia bahkan tak tahu keluarganya kini benar-benar keluarganya atau bukan. Ia tak mampu lagi membahas semuanya.
Air mata Gaby jatuh, ia kembali menangis. Gaby teringat akan masa lalunya yang begitu menyakitkan.
"Aa...apa aku salah bertanya??" Batin Anny merasa bersalah.
BERSAMBUNG...
WAKTUNYA KUIS SAYANG...
PERTANYAAN...
SIAPA NAMA LENGKAP GABY DAN ATASAN KANGJIAN??
Gaby menangis ia tak dapat membendung air matanya lagi.
"Maafkan saya nona, saya tidak bermaksud untuk menyinggung nona!!" Ucap Anny, ia sangat menyesal telah bertanya demikian. Lantas ia langsung memeluk Gaby yang tengah menangis.
"Hiks...hiks...hiks...hiks..." Gaby menangis sesenggukan.
"Maafkan saya nona...maafkan saya!!" Ucap Anny tak henti-hentinya meminta maaf.
"Tidak...hiks...bibi tidak bersalah...hiks...aku hanya tak ingin...hiks" Jawab Gaby.
Gaby terus menangis, hingga beberapa saat kemudian ia berhenti menangis. Ia mencoba untuk tenang dan tak menangis, ia melepaskan diri dari pelukan Anny.
"Aku pergi dari rumah...ayahku selalu memarahiku. Aku tak tahu apa salahku sampai membuat ayah marah. Aku lelah terus hidup seperti itu, aku ingin bebas dari mereka!!" Ucap Gaby, ia menceritakan tentang apa yang ia alami.
"Ah begitukah...maafkan saya ya non!!" Sahut Anny merasa bersalah dan turut sedih dengan kejadian yang dialami Gaby.
"Tidak masalah bi...oh ya, apakah bibi memasak makanan. Aku sangat lapar!!" Jawab Gaby, ia merasakan sangat lapar seharian menangis.
"Aiih...tentu saja nona, saya akan masak makanan untuk anda!!" Ucap Anny sembari berdiri dan beranjak pergi ke dapur.
"Hihihi...bibi...bibi!!" Ucap Gaby sambil geleng-geleng kepala.
Pukul delapan malam...
Kangjian menjemput Gaby, ia akan membawa Gaby pergi menemui atasannya.
"Sekertaris Kang...saya sudah siap!!" Ucap Gaby sambil menuruni tangga.
"Baiklah, mari nona saya bantu!!" Jawab Kangjian sambil mengulurkan tangannya hendak membantu Gaby turun dari tangga.
Mereka pergi ke sebuah tempat yaitu rumah atasan Kangjian. Gaby merasa takut juga gugup, ia takut jika nanti Gaby harus membayar cicilan rumah yang ia tinggali. Ia juga gugup karena baru pertama kali bertemu dengan orang penting seperti atasan Kangjian.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, akhirnya mereka telah sampai disebuah rumah mewah nan megah. Gaby turun dari mobil dan melangkahkan kakinya kecilnya masuk ke dalam rumah tersebut.
"Tuan...nona Gaby telah sampai!!" Ucap Kangjian memberi tahu atasannya dengan sopan.
"Ya suruh dia masuk!!" Jawabnya.
Lantas Gaby masuk kedalam ruangan atasan Kangjian dengan memakai gaun cantik yang mampu membuat semua orang takjub.
(Anggap saja seperti ini:')
Gaby duduk disebuah kursi dengan jantung yang berdetak kencang.
Atasan Kangjian menelan ludahnya melihat betapa cantiknya Gaby...
"Ehem...baiklah...!!" Ucap Ardiaz mencairkan suasana hatinya.
"Halo nona Fernando!!" Sapanya. Gaby terkejut, ia berpikir bagaimana ia tahu tentang nama marganya. Sebelumnya ia tak pernah memberitahunya ataupun Kangjian.
"Bagaimana anda tahu marga saya??" Tanya Gaby gugup.
"Tentu saya tahu!!" Jawab Ardiaz.
"Perkenalkan...saya Ardiaz Sunjaya presdir dari grup Sunjaya Star!!" Lanjut Ardiaz memperkenalkan dirinya.
"Ar...Ardiaz Sunjaya??" Ucap Gaby tak percaya dengan pengakuan Ardiaz.
"Ya itu benar, saya Ardiaz Sunjaya. Apakah nona Fernando tak percaya dengan saya??" Sahut Ardiaz, ia menatap Gaby dengan seksama dari atas sampai bawah.
"Ti...tidak bukan itu maksud saya tuan, saya hanya terkejut saja mendengar pernyataan anda!!" Jawab Gaby, ia tak habis pikir. Pria seperti Ardiaz dapat dengan mudahnya ia temui bahkan mendapatkan rumah darinya.
Ardiaz Sunjaya, pewaris dari keluarga besar Sunjaya. Keluarga Sunjaya adalah keluarga terkaya nomor satu di kota M. Ia adalah seorang pengusaha yang masih terbilang muda. Banyak dari kaum wanita yang menginginkan Ardiaz sebagai pendamping hidupnya. Namun Ardiaz tak mudah ditaklukan oleh wanita.
Ia juga selalu mengusir bila ada seorang wanita yang berani masuk ke dalam perusahaannya. Namun kali ini berbeda, setelah ia bertemu dengan Gaby perasaannya terhadap wanita sedikit berbeda. Gaby yang cantik bagai bidadari siapa yang tak ingin mendapatkan nya. Bahkan dari sekian banyaknya wanita cantik hanya Gaby yang mampu masuk ke dalam hati Ardiaz, hanya Gaby yang selalu ia ingat dan kenang selalu.
"Begitukah...maafkan saya karena telah menabrak nona Fernando!!" Ucap Ardiaz sembari sedikit membungkuk.
"Tidak masalah tuan, justru saya berterima kasih karena tuan telah memberi saya sebuah rumah!!" Jawab Gaby dengan senyum manisnya.
"Emmm...mengapa senyumanmu begitu manis!!" Ucap Ardiaz pelan.
Gaby memiringkan kepalanya dan bertanya pada Ardiaz "hmmm...apa yang barusan anda katakan tuan??"
"Eh...ehem...hem!!" Ardiaz berpura-pura batuk agar tak dicurigai Gaby.
"Tidak ada, hanya tenggorokan saya yang terasa kering saja!!" Ardiaz mengelak.
"Hmmm begitu...tuan apakah saya harus membayar cicilan rumah yang tuan berikan??" Gaby memberanikan diri untuk bertanya walau agak gugup. Lantas Ardiaz dan Kangjian tertawa, mereka tertawa mendengar pertanyaan polos dari Gaby.
"Haaiss, mengapa mereka tertawa??" Batin Gaby.
"Hahaha...nona Fernando tidak perlu khawatir, rumah tersebut saya berikan kepada anda secara gratis!!" Jawab Ardiaz.
"Be...benarkah tuan??" Tanya Gaby tak percaya dengan ucapan Ardiaz.
Ardiaz mengangguk kemudian terukirlah sebuah senyuman manis dari bibir Gaby.
Ardiaz mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung jas nya.
"Baiklah, ini kartu nama saya, jika nona membutuhkan sesuatu telpon saja saya atau sekertaris Kang!!" Ucap Ardiaz sambil memberikan kartu namanya.
"Tetapi...saya tidak mempunyai ponsel tuan!!" Sahut Gaby menerima kartu nama Ardiaz.
Ia tak mempunyai ponsel, sebelumnya ia mempunyainya namun Linda merampasnya. Saat ia dijodohkan oleh ayahnya, Gaby mulai berhenti bersekolah. Ia kehilangan kenangan-kenangan indah saat bersekolah bahkan teman-temannya menjauhinya.
"Sekertaris Kang!!" Panggil Ardiaz kepada Kangjian, ia memberi kode untuk memberikan ponsel kepada Gaby.
"Silahkan nona!!" Sahut Kangjian.
"Wah...terima kasih banyak tuan!!" Ucap Gaby senang menerima ponsel tersebut.
Ardiaz tersenyum kecil begitupun dengan Kangjian.
"Apakah nona Fernando sudah makan??" Tanya Ardiaz.
"Be...belum tuan, tadi saya terburu-buru hingga bi Anny lupa untuk masak!!" Ucap Gaby dengan nada senang namun gugup.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita keluar untuk makan malam??" Tawar Ardiaz.
Gaby mengangguk senang, ia bersyukur dapat bertemu dengan Ardiaz.
Mereka berjalan mengendarai sebuah mobil mewah, Gaby merasa sangat senang namun ia sembunyikan. Rasa gugupnya membuat ia tak nyaman apabila menatap Ardiaz.
Ardiaz sendiri merasa canggung, ia tak tahu harus berbuat apa agar suasana menjadi ramai dan tak diam membisu. Hanya sebuah panggilan telepon lah yang mampu mengusir keheningan diantara mereka berdua.
Ardiaz memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, kemudian ia mengangkat panggilan telepon tersebut. Tampak raut wajahnya berubah ketika dilihatnya sang penelepon, ia adalah Arum wanita yang terus-menerus mengejar cinta Ardiaz. Padahal Ardiaz sendiri tak mencintainya dan malah sering mengusirnya jika ia datang ke rumah atau perusahaannya.
Arum lah yang membuat ia menabrak Gaby, ia tengah fokus menyetir namun tiba-tiba Arum menelponnya dan membuat kebisingan. Sehingga ia tak sempat melihat jalan dan akhirnya menabrak Gaby.
Arum adalah putri dari keluarga Pranata Kusuma, ia adalah seorang bintang iklan yang cukup terkenal. Arum sering mendapatkan job dari berbagai media iklan terkadang ia juga sering melakukan akting film.
"Ada apa kau menelponku??" Tanya Ardiaz dengan nada dingin.
"Ardiaz...mengapa kau begitu dingin terhadapku, aku hanya merindukanmu!!" Jawab Arum dengan nada sedih yang dibuat-buat.
"Cih...jika tak ada hal penting, akan ku tutup telponnya!!" Tegas Ardiaz masih dengan nada dingin.
"Tunggu....aku ingin bertemu denganmu, apa kau punya waktu??" Tanya Arum dengan manjanya, seakan-akan Ardiaz adalah kekasihnya.
"Aku sedang sibuk, jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja pada sekertaris Windy!!" Jawab Ardiaz, setelah berkata demikian ia memutus sambungan telpon.
"Menggangguku saja!!" Ucap Ardiaz kesal.
Gaby hanya mendengarkan saja obrolan Ardiaz dengan Arum. Ia juga tertawa pelan saat Ardiaz memarahi Arum.
"Sini ponselmu!!" Ucap Ardiaz meminta ponsel Gaby dengan nada dingin.
"Hah, untuk apa??" Tanya Gaby, ia terkejut mengapa tiba-tiba Ardiaz meminta ponselnya.
Gaby berpikir bahwa Ardiaz akan mengambil kembali ponselnya dan batal memberikan ponsel barunya. Ia juga berpikir bahwa Ardiaz marah kepadanya karena ia tertawa dan akan menurunkannya di pinggir jalan.
"Apakah ia akan menendangku keluar dari mobil ini??" Tanya Gaby dalam hatinya dengan gelisah.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!