Bandara Eleftherios Venizelos - Yunani
Bandara yang terlihat ramai, tapi ia tak peduli lagi. Mata Alexandra sibuk mencari pintu keberangkatan selanjutnya.
Tiba-tiba bagasinya berbunyi, hufft bukannnn ... itu suara orang mengaduh.
"Damn, heyyy lihat jalanmu. Bagasimu melindas kakiku!"
Suara laki-laki begitu keras berteriak kepadanya. Terlihat laki-laki itu meringis sedikit kemudian matanya berubah tajam saat memandangnya.
Alexandra memutar badannya melihat orang tersebut dan mengernyitkan pelipis matanya.
"Duh, segitunya orang itu marah hanya karena terlindas bagasiku, kayak sudah terlindas truck tronton beuhh ....!"
Pikirannya menjadi sengit sambil menatap laki-laki itu, "I am sorry, Sir! I didn't mean it."
Matanya yang biru menatap gadis itu dengan sinis lalu memperhatikan penampilannya yang berantakan.
Jeans biru & jacket kulit hitamnya seakan-akan bisa ditembus oleh pandangan laki-laki itu dengan tajam.
Alexandra pun mengumpat dalam hati, "Pengen rasanya kuhajar mukanya dengan boot yang kupakai saat ini. Tidak ada sopan santun memandang diriku begitu sinis. Sombong sekali orang ini, mentang-mentang berjas berdasi gayanya seperti yang punya dunia. Untung ganteng masih enak dipandang kalau tidak ... arggh!"
Geram rasanya, tapi yang terjadi lebih heboh lagi. Ada beberapa pengawal laki-laki itu, salah satunya langsung menghadangnya.
"Hey Girl, apa yang kau lakukan kepada Bossku?"
Wuidihh siang begini cari ribut neh para bule. Alexandra bukan type perempuan penakut dan membalasnya dengan keras.
"Aku sudah katakan maaf, tidak sengaja melindas kaki Bossmu. Tolong anda minggirlah, aku sedang sibuk mencari penerbangan berikutnya!"
Marahnya makin menjadi-jadi. Perjalanan panjang ke Yunani sungguh melelahkan, sekarang harus keluar energi lagi untuk emosi.
"Lagian itu boss juga ga punya mata. Apa ga bisa liat ada perempuan kebingungan di negara antah berantah cuma ingin cari pintu keberangkatan pesawat lainnya," omel Alexandra dalam hati.
Boss itu memang tampan rupawan bersahaja & akhirnya menatap gadis itu dengan heran.
"Tidak mungkin," begitu dipikirannya terlintas, betapa beraninya menghadapi pengawalnya begitu banyak.
"Hey, kita sudah terlambat! Lupakan perempuan aneh itu, aku ada pertemuan penting sebentar lagi!" Teriaknya kesal kepada mereka.
Alexandra memandangi mereka untuk terakhir kalinya dan melanjutkan mencari tujuan akhir pintu menuju Thessaloniki.
Disana ada seseorang menunggunya, yang pasti sangat khawatir karena pesawat gadis itu terlambat tiba di Athens.
Ia meraih bagasinya yang berat, salahnya hanya membawa satu bagasi beroda dan diatasnya ditumpuk satu tas biasa.
Juga satu ransel di punggungnya untuk memuat barang-barang penting yang mudah diraih tanpa harus bongkar pasang jika diletakkan di bagasi.
Ternyata memang berat isi bawaannya, pantas saja lelaki itu meringis terlindas bagasinya.
"Bodo amaatttt ... emang gue pikirin!"
Alexandra berjalan cepat-cepat menuju tempat pemeriksaan paspor.
Dan lagi masalah belum selesai, Ia mendesah kesal. Barisan orang mengantri begitu panjang menuju loket pemeriksaan imigrasi. Bagi orang Asia, Eropa dan lainnya terpisah loketnya.
Di depan ia berbaris ternyata ada beberapa wisatawan dari negerinya, itu diketahui ketika ia berbicara dengan mereka saat menunggu antrian.
Dan Ia melihat loket imigrasi kedua untuk pendatang dari Asia sudah dibuka lagi, segera ia tarik bagasinya maju ke depan.
"Good afternoon, may I help you?" sapa petugas dengan berbahasa Inggris.
Alexandra menjawab salamnya & menyodorkan paspornya.
Kemudian petugas imigrasi menatapnya berkali-kali sambil mengecek visa di dalam paspor.
"Berapa lama anda tinggal di Yunani? Dan untuk kepentingan apa anda di sini?" tanya petugas tersebut.
"Hanya 2 minggu dan untuk berlibur," jawab Alexandra tegas.
Padahal didalamnya ia mengajukan untuk beberapa bulan ijin tinggal berlibur disana, tapi entah mungkin betah atau tidak.
Kenapa juga petugas sepertinya tidak percaya, malah memanggil petugas lainnya untuk memeriksa dokumennya.
Sedikit lesu ia membayangkan banyak prosesi macam apa lagi nanti.
Alexandra melihat jam tangannya, tak terasa waktu bergulir cepat. Ia sudah terlambat beberapa jam.
Sebelumnya antrian pengambilan bagasi yang panjang dari pesawat Jordan ke Athens, sekarang pun begitu dengan pemeriksaan imigrasi. Keluhnya dalam hati tak berujung.
Mungkin mereka sangsi kenapa perempuan muda kucel kelihatan terburu-buru terlihat tidak sabaran.
Alexandra memandang petugas imigrasi lagi yang sedang berembuk dengan atasannya.
Keduanya begitu teliti mengamati paspor dan visa didalamnya.
"Gimana mau tebar pesona ke mereka, belum sempat aku ganti baju setelah berjam-jam perjalanan di pesawat, harus cari gate kesana kemari. Belum makan siang pula!" sungut Alexandra dalam hati.
Lima belas menit berlalu, seperti satu jam lamanya akhirnya petugas kembali ke loketnya dan bertanya yang sama lagi dan ia memberikan jawaban sama seperti sebelumnya.
Akhirnya paspornya di stempel juga, bahwa ia resmi bisa memasuki negara ini.
......................
Alexandra segera menghubungi kekasihnya Antonis di Thessaloniki.
"Hi moro mou - sayangku, sorry aku telat. Pesawatnya terlambat tiba di Athens. Sekarang aku menunggu keberangkatan berikutnya ke tempatmu," jelasnya via telephone.
Pastinya kekasihnya kecewa dan khawatir karena ia belum sampai tujuannya.
Suara Antonis di sana terdengar begitu menderu, "Baiklah, jangan lupa ambil e-ticket ke loket Aegean Airlines. Sudah ku pesankan untuk perjalananmu kesini. Berhati-hatilah sayang!"
Segera Alexandra menuju ke loket ticket untuk perjalanan berikutnya.
Ditunjukkan paspornya dan sempat agak trouble karena jadwal pesawatnya sudah berangkat dan dialihkan ke jadwal berikutnya.
"Whatever, sudah penat badan & pikiranku sendirian kesana kemari. Sekarang aku bisa rehat sebentar membersihkan muka dan berganti pakaian sebelum bertemu dengannya," kata Alexandra pasrah karena begitu lelah.
Masih ada waktu sebelum boarding, ia gunakan untuk menukar uangnya yang hanya membawa dollar menjadi Euro.
Alexandra membeli snacks & secangkir coffee, menikmatinya sambil menunggu panggilan boarding di bandara yang penuh hiruk pikuk.
Ini perjalanan pertamanya ke Eropa, satu setengah tahun lamanya memupuk rindu juga pengharapan bertemu kekasihnya.
Menurutnya, long distance relationships memang menyebalkan.
Belum lagi ijin orangtuanya yang seolah-olah belum siap, apalagi menaruh kepercayaan kepada anak perempuannya untuk berpetualang sendirian.
Padahal ia sering kelayapan naik gunung atau kemana saja sendirian atau bersama kawan-kawannya keluar kota.
Tapi memang ini adalah perjalanan panjang yang belum pernah terpikirkan Alexandra seumur hidupnya.
"Berpetualang begitu jauh untuk menemukan masa depannya."
Ia memandang nanar keluar kaca bandara. Ada rasa keraguan mulai menyelimutinya atau kelelahan sudah mendera, entahlah!
Kurang lebih satu jam perjalanan menuju kota Thessaloniki, tapi rasanya begitu lama.
Ia pandangi kaca di luar pesawat kelihatan sudah mulai turun salju.
Pesawat harus berputar beberapa waktu lagi karena landasan sedang dibersihkan dari salju yang menumpuk yang akan membahayakan jika pesawat tergelincir licin karenanya.
Sedikit turbulence keras tadi, tak cuma ia merasa merasakannya tapi semua penumpang juga khawatir dan berdoa semoga tiba turun dengan selamat.
Getarannya masih berasa ditambah cuaca musim dingin tak bisa menutupi kengeriannya sebelumnya.
Perjalanan luar biasa menurut Alexandra, pertama kali ia naik pesawat international dan menyentuh salju di Yunani.
Akhirnya dengan rasa norak membahana, ia segera turun terburu-buru di bandara untuk menemui kekasihnya.
Kejutan akhir tahun yang menyenangkan Alexandra bisa bersama lagi dengan Antonis.
Selama ini mereka hanya berbicara via telephone & email, namun tetap tidak bisa menggantikan kerinduan yang begitu dalam dari dirinya selama ini.
Senyumnya mengembang, moro mou - kesayanganku sudah di ujung sana menunggunya.
Wajah tampan Antonis selama ini sangat menghiasi pikiran Alexandra, ia datang sendirian menempuh perjalanan hanya untuk kekasihnya, menjemput impiannya ....
...****************...
🏵🏵 Pengumuman 🏵🏵
Dear Good Readers 🙏
Semoga karya pertamaku bisa diterima dengan baik walau masih ada typo sana sini 😅 novel ini menceritakan seorang perempuan muda yang berpetualang sendiri datang ke Eropa untuk menemui kekasihnya yang pernah lebih dulu mengunjungi negerinya & keluarganya. Tapi sepertinya perjalanannya tidak semulus dengan harapannya 😔
Dan beberapa lokasi kejadian yang dituliskan pada novel ini, ada beberapa tempat yang sesuai pada waktu itu saat penulis melakukan perjalanan ke sana & berusaha memasukkan beberapa bahasa asing beserta artinya di dalam novel ini sebagai penambah pengetahuan kita bersama 👍
Semoga terus dimudahkan dilancarkan untuk menulis karya dengan baik lagi.
Terimakasih banyak atas perhatiannya & bantuannya kepada para pembaca yang baik hati telah menyempatkan waktunya untuk berbagi imajinasi yang sama.
Jangan lupa untuk like, share & comment agar penulis terus terbangun semangatnya ✊🤩
🏵🏵 Terima Kasih 🏵🏵
Bandara Macedonia
Alexandra tak ingat lagi berapa bandara yang sudah dilewati dari Cengkareng, Bangkok, Larnaca, Amman, Athens sampai tibalah ia menjejakkan kakinya di tujuan yang terakhir di Thessaloniki.
Menjemput impiannya, tak ingin lagi memendam rindu. Tapi ini saatnya menumpahkannya dengan memeluk kekasihnya.
"Akhirnya kau sampai juga ke kotaku, sayang!"
Antonis memeluk Alexandra dengan hangat sambil mengecup keningnya lembut.
Tangan besar itu membelai kepalanya, disisipkan rambut yang tergerai ke telinganya.
"Kau sudah makan?" tanya Antonis khawatir.
Alexandra menggelengkan kepalanya, lelah terlihat dari matanya.
Antonis mengambil bagasi yang telah terkumpul semua dan begitu mudahnya ia menyeret tumpukan itu.
Sementara tangannya yang lain mengenggam tangan Alexandra, bersama-sama menuju parkir mobil.
Diletakkan seluruh tas bawaan dibelakang mobil, kemudian ia bukakan pintu untuk kekasihnya.
Sesegera mungkin mereka pun masuk mobil. Udara dingin sekali malam ini karena salju sudah turun sejak sore tadi.
Antonis mulai menggosok-gosok kedua tangannya lalu di genggam tangan Alexandra erat untuk memberikan kehangatan.
"Ayo kita pulang, siapkan makan malam dan istirahat. Are you okay, honey?!" tanya Antonis sambil tersenyum manis.
Alexandra hanya mengangguk setuju.
"Besok setelah kau beristirahat penuh akan kubawa berkeliling kota. Coba ceritakan perjalananmu mengapa terlambat sampai jam segini pesawatmu baru tiba?" tanya Antonis sambil menyetir menuju apartmentnya.
Alexandra menjawabnya dengan cemberut, "Duh babe, sungguh perjalanan yang panjangggg dan lamaaaaa!"
Ia memukul lengan kekasihnya berkali-kali.
Dan laki-laki disamping Alexandra hanya tertawa, mengusap-usap kepalanya kembali.
"Kau gadis pemberani, Xandra! Kupikir kau tak akan sampai ke negeriku. Ternyata nyalimu kuat juga mengarungi benua dan samudera dengan berjam-jam di pesawat melumpuhkan energimu yang biasa bergerak terus seperti bola!" ucapnya bangga.
Alexandra tertawa juga akhirnya. Tak disangka akhirnya mereka dipertemukan juga setelah satu setengah tahun berpisah menjalani hubungan berjauhan negara.
Media apapun tidak bisa sesempurna mungkin untuk mendekatkan suatu hubungan, karena chemistry terbangun dengan bersentuhan atau berdekatan.
Alexandra mencium pipi kekasihnya, "I miss you so much!"
Antonis kaget dengan sikapnya, tapi ia tahu gadis itu menyimpan sejuta rindu yang sama dengannya.
"Babe, bagaimana dengan orangtuamu apakah mereka tahu kedatanganku?" Alexandra menatap wajah kekasihnya begitu dalam.
Dan Antonis menganggukkan kepala, tangannya kembali menghangatkan dirinya lagi.
......................
#flashback on
Satu setengah tahun lalu Alexandra bekerja sebagai tour leader yang terpampang melalui situs travel di Indonesia.
Antonis mengirimkan email ke dirinya langsung meminta untuk menjadi tour guide.
Ia akan datang bersama kawannya George untuk mengunjungi ke beberapa kota di Indonesia.
Mereka berdua akan tiba di Jakarta dalam waktu satu bulan lagi.
Percakapan keduanya begitu intense, usia Alexandra 25 tahun dan Antonis 30 tahun.
Keduanya pun masih single, Antonis orangnya ramah banyak bicara persis seperti Alexandra.
Sehari banyak topik apapun yang bisa dibicarakan mereka, bersyukur Antonis menguasai bahasa Inggris, sementara gadis itu tidak tahu bahasa Greek.
Sebenarnya Alexandra bekerja sebagai freelance saja, untuk mengisi waktu luang.
Kawannya yang memiliki travels agent menawari pekerjaan tersebut karena kemampuannya menarik minat para clients sudah terbukti.
Mereka senang jika Alexandra sebagai tour leadernya karena sikap ramah tamahnya, perhatian dan details dalam menjelaskan sesuatu.
Waktunya pun tiba Alexandra menemui Antonis & George di bandara Soekarno-Hatta.
Kemudian beristirahat sehari di Jakarta dan esoknya terbang berangkat menuju lokasi wisata.
Awalnya Alexandra grogi juga, wajah asli Antonis ternyata lebih tampan dari photonya yang pernah dikirimkan kepadanya
Saat ia menjabat tangan Antonis di pertemuan pertama kalinya begitu canggung pastinya.
Ada sedikit perasaan lainnya setelah sebulan mereka berdua sering bertukar pikiran membuka peluang hati mereka masing-masing.
Berdua mereka saling memandang. Antonis berperawakan tinggi 184 cm, sementara Alexandra tak sampai 160 cm.
Antonis begitu menyenangkan membuat cair suasana diantara mereka.
Dan tiba-tiba seseorang menyikut lengan Antonis. Oh George, hampir Alexandra melupakan juga.
Ternyata mereka bersahabat sejak kecil dan ingin mengunjungi Indonesia karena pacarnya Nina ternyata berasal dari sini.
Alexandra tersenyum, ternyata Antonis hanya sebagai bumper saja. George meminta dirinya untuk ditemani.
Dan kelihatan sahabat kecilnya pun tak mau sendirian, mereka sepakat gadis itu menjadi tour guide selama di sini.
Alexandra mengantarkan mereka ke beberapa lokasi wisata yang menarik seperti candi, keraton, pantai, alun-alun, danau, arung jeram, bermain parasailing - jet ski dan lainnya.
George dan Nina sudah asyik dengan dunianya. Jadi hanya Alexandra berdua Antonis saja yang mengatur jadwal kegiatan mereka setiap harinya.
Ia mengikuti apa yang mereka mau tanpa complaint karena mereka telah membayar Alexandra untuk itu.
Dua minggu menumbuhkan rasa
Antonis pun menyadarinya juga, Alexandra begitu sedih melihat mereka harus pulang ke negaranya karena telah selesai 2 minggu cuti liburan musim panas.
Dan Antonis berjanji untuk tetap berkomunikasi dengannya.
Setelah satu setengah tahun lamanya menunggu, giliran Alexandra menemui kekasihnya dengan mengunjungi negerinya.
Harapan Alexandra membuncah, kebahagiaan tiada tara.
Perjalanan panjang tidak terasa jika kau dapati belahan jiwa disana
......................
Chalkidiki Apartments
Alexandra selesai menyegarkan diri, berganti pakaian dan bersiap untuk makan malam yang dimasak oleh kekasihnya sendiri.
"Babe, kamu senang aku menemuimu di sini?" tanya Alexandra ragu.
Antonis tersenyum, matanya yang berwarna coklat berbinar. Ia menganggukkan kepalanya, kemudian memeluk Alexandra.
Ia bahagia sebagaimana hati gadis itu sekarang. Sudah lama ia tak tinggal dengan orangtuanya lagi.
Dan mereka berdua akan bertemu setelah malam tahun baru, beberapa hari lagi.
Alexandra memandang jendela di ruang makan, setelah selesai mencuci peralatan makan mereka berdua.
Udara begitu dingin, tahun ini akan segera berganti.
Usianya juga tidak muda lagi begitupun Antonis.
Ia berpikir sudah berada di tempat yang benar. Biduk cintanya bisa ditambatkan di satu dermaga.
Tapi ia lupa bagaimana arah angin dan ombak yang akan menggulung sebuah kehidupan di masa depan.
Alexandra tertidur dipelukan Antonis, melupakan perjalanan panjang seharian.
Pintanya dalam doa, sebelum menutup pelupuk matanya.
"Semoga selalu bersama dengan kekasihku untuk selamanya"
......................
Keesokan hari, ciuman basah sengaja laki-laki itu sematkan dikening kekasihnya lagi.
"Honeyyy bunnyyyyy wake upppp !!! Sudah siang sayang, katanya mau jalan-jalan?" desak Antonis di telinganya untuk segera bersiap.
Ia bangkit berdiri & melirik kembali, tapi tubuh perempuan kecil itu tak bergerak malah menyelimuti dirinya kembali.
Isengnya pun dimulai, dipencetnya hidung Alexandra pelan.
Tak lama gadis itu menghentakkan tangan kekar itu berkali-kali, hidungnya yang kecil terasa tak bisa menghirup udara bebas lagi.
Matanya tetap malas membuka, tapi sekarang menjadi terpaksa.
"Ayo Xandra bangunlah kau juga belum sarapan, sayang. Makan dulu kemudian kita jalan-jalan sebentar, aku harus ambil berkas di kantor yang tertinggal kemarin saat buru-buru menjemputmu!"
Alexandra menggeliatkan badannya lalu menatap kekasihnya garang dengan berusaha menahan kantuknya.
Antonis tertawa dan mengalihkan matanya ke jam dinding sudah pukul 11 siang.
Alexandra pun terlihat kaget, selimutnya di lempar jauh darinya & jatuh tak berdaya disisi ranjangnya.
Sengaja Antonis membiarkannya beristirahat panjang, karena kekasihnya pasti sangat lelah.
Jarak perjalanannya sama seperti yang ia tempuh satu setengah tahun lalu, ketika untuk pertama kali menemui Alexandra di negerinya.
Antonis mengangkat tubuhnya sampai di depan kamar mandi, lalu mendorong bahu Alexandra untuk masuk dan segera membersihkan diri.
Gadis itu bersungut-sungut sambil memeluk dirinya. Udaranya makin dingin siang ini.
"Mandilah sayang, ada air panas di dalam. Kau bau ketek dari kemarin ... hahahaha," teriaknya sambil berlalu menuju dapur.
Alexandra terdengar mendengus, tapi musuhnya telah menjauh.
Antonis kembali sibuk di dapur. Ia membuatkan sandwich & coffee supaya kekasihnya tidak ngomel lagi.
Ia akan mengajaknya makan siang di luar sambil menikmati White Tower.
Ada beberapa rencana yang telah ia siapkan selama Alexandra berlibur di kotanya.
Kemarin ia melihat jacket gadis itu tidak bisa mengusir hawa yang dingin.
Ia lupa telah mengundangnya saat winter, karena jadwal liburnya tidak panjang.
Seminggu setelah tahun baru, ia harus kembali bekerja lagi.
Sedangkan ia datang ke negerinya saat summer. Alexandra butuh mantel hangat.
Tapi ia juga seharusnya bisa menghangatkan dirinya ... pfttt pagi yang memusingkan!
...****************...
Tangan mereka berdua terus bertautan dalam perjalanan menuju Aristotelous Square.
Alun-alun di tepi laut dengan banyak kafe bertebaran di sana.
Tak terpikir oleh Alexandra bahwa ternyata Antonis mengajaknya ke kafe untuk bertemu Nina yang saat ini sudah menjadi istri George.
Sebenarnya ia kurang dekat dengan perempuan itu. Alexandra baru ingat George memang datang ke negerinya karena ingin bertemu dengan keluarga Nina di Semarang.
Dan keluarga Nina begitu kaget, dipikirnya George adalah Antonis karena wajah dan perawakannya lebih tampan. Ia jadi geli sendiri teringat hal itu.
Tapi ia tak peduli lagi. Ia & Nina tidak pernah berkomunikasi setelah kedua laki-laki itu kembali ke Greece.
Dan sekarang ia lihat Nina hidup bahagia, asyik kongkow bersama kawan wanitanya saat kami bertemu di kafe.
"Hi Nina, apa kabar?"
"Hi Xandra, I'm good. Kenalkan ini kawanku Santy dari Indonesia juga!"
Akhirnya mereka bertiga cipika cipiki setelah Antonis meninggalkannya sebentar mengambil berkas di kantornya.
Sambil menyesap coffee Frappé, Nina mulai bertanya-tanya kepada Alexandra.
"Sudah berapa lama kau berhubungan dengan Antonis?! Mengapa tidak menikah, seperti aku & George. Lihat aku sudah dapatkan semua darinya, walau ada sedikit kekurangan fisik dirinya tapi ternyata keluarganya kaya raya!"
"Oh, i see!"
Santy terlihat sangat mendukung Nina. Mantel bulu mereka kelihatan mahal, sayang pikiran mereka begitu rendah memandang seseorang hanya terhadap hartanya.
Suasana tidak nyaman lagi bagi Alexandra. Begitupun pandangan para tamu laki-laki di kafe tersebut kepadanya.
Next time jika kembali ke kafe ini, ia tidak ingin bersama mereka lagi.
Setengah jam menunggu Antonis datang, seperti seribu tahun lamanya.
"Save me now, babe!"
Bercengkrama dengan mereka yang bangga akan penampilannya hari ini membuatnya muak.
Cerita kehidupan mereka tidak sampai di telinganya lagi. Ia terus mengucap dalam pikirannya. "Bodo amatttt!"
Dan tak lama kemudian Antonis datang menjemput mengecup pipinya, lalu berpamitan kepada Nina dan Santy.
"See you, girl's!"
Alexandra langsung memeluk lengan Antonis, kepalanya bersandar untuk menemukan kedamaian.
Antonis berhenti melangkah menatapnya sejenak.
"Ada apa sayang?"
"Akan ku ceritakan nanti!"
Alexandra memberikan senyum sambil menepuk pelan lengan Antonis berkali-kali.
Hari ini mereka berdua menikmati kebersamaan menyusuri beberapa lokasi menarik seperti Alexander The Great Statue, White Tower, Hagia Sophia Thessaloniki dan lainnya.
Kembali ke mobil lagi, sekarang mereka harus berbelanja kebutuhan sampai perayaan tahun baru nanti.
Dan Antonis kembali melihat Xandra memakai jacket kulit hitamnya.
Jacketnya tidak bisa menghangatkan tubuhnya, walau di dalamnya sudah memakai long neck sweater.
"Moro Mou - sayangku, kita akan berbelanja makanan juga pakaian untukmu!"
"Nai - Okay!"
"Kau pinjam punya siapa?"
"Kawanku! Aku tidak tahu Eropa sedingin apa, tidak membawa mantel hangat kecuali jacket serta beberapa sweater biasa saja!"
"Jakarta memang panas, mana perlu kau pakai mantel bulu di sana. Nanti dikira kau sedang demam!"
Gelak tawa Antonis membahana.
"Ouch - aduh ...!"
Jeritnya kaget, juga sakit. Alexandra mencubit pinggang Antonis, geram gara-gara menertawakannya. Tangannya bersedekap, ngambek.
"I'm sorry, babe! Tapi nanti ku belikan jacket atau mantel hangat supaya kau tidak kedinginan lagi selama di sini. Tanganmu dingin seperti es batu!"
Antonis menarik tangan kekasihnya yang bersedekap dan menautkan jari jemarinya, berbagi kehangatan.
"Kau cantik kalau lagi manyun, gitu!"
Cibirnya pelan tak terdengar oleh Alexandra.
......................
Antonis melihat ke beberapa toko, tapi mencari mantel hangat untuk Xandra tidaklah mudah.
Ukuran tubuh gadis mungilnya jauh dibawah rata-rata perempuan Europe.
Tapi itulah yang ia suka darinya, merengkuh penuh tubuh mungil itu dalam pelukannya seolah ingin melindungi dari apapun yang terjadi.
"She's a lovely woman, I love her so much!"
Dan akhirnya ada beberapa yang cocok untuknya.
Alexandra juga butuh high heels boots agar tinggi badannya tidak terlalu jauh dengan Antonis.
Sarung tangan baru juga untuk kekasihnya, supaya tetap hangat di cuaca dingin bersalju & berangin saat ini.
Kini tas belanjaan bertumpuk di tangan kanan kiri Antonis dan Alexandra.
Ia mencium bibir Antonis sekilas sambil mengucapkan terimakasih.
"Efcharisto, moro mou!"
"Parakalo - you welcome!"
Dan Alexandra melenggangkan kaki kecilnya riang gembira. Antonis begitu mudah mengimbangi dengan kaki panjangnya, berjalan lebih cepat lagi.
Alexandra menggerutu, mengejarnya sampai ke parkiran mobil.
Semua sudah selesai, kegiatan hari ini cukup melelahkan. Antonis bergegas menyetir mobilnya untuk segera pulang.
Sementara Alexandra sudah menutup matanya, tertidur dengan mantel hangatnya yang baru.
Antonis melihatnya dan tersenyum. Dielusnya pipi Alexandra dengan punggung tangannya pelan agar tak terbangun.
Sampai di apartment ia mengangkat tubuh mungil Alexandra, menaiki tangga menuju ruangan berbentuk studio di lantai 2.
Tidak banyak sekat ruang kecuali dapur dan kamar mandi terpisah.
Tempat tidur serta ruang kerjanya menjadi satu, hidupnya memang sendiri mandiri.
Kakaknya bermukim di Athens dan adik perempuannya tinggal bersama orangtuanya, di kota yang sama dengannya.
Pukul 11 malam waktu Thessaloniki, Alexandra sudah dibaringkan di tempat tidur.
Di selimutinya hingga sebatas dadanya. Heater sudah terpasang di beberapa tempat.
Antonis mencium keningnya.
"Sleep well, my love!"
Lalu ia kembali ke meja kerja memeriksa berkas kantor yang harus dikirimkan ke assistantnya.
Antonis sudah mengambil cuti 2 minggu sebelum Tahun Baru tiba, karena ingin menyambut kedatangan kekasihnya.
Dan ia ingin mengenalkan Alexandra kepada keluarga serta kawan-kawannya di kota kelahirannya.
Beberapa agenda acara sudah terlintas di kepala Antonis untuk menikmati akhir tahun berdua saja.
Ia pandangi wajah gadis manisnya dari kejauhan, resahnya menggema.
"Mungkinkah kita bisa menikah karena orangtuaku begitu ragu kepadamu. Aku berusaha menyakinkan mereka selama ini, sebelum kedatanganmu kemari. Semoga mereka bisa menerimamu saat bertemu nanti."
Pikirannya mengembara satu setengah tahun lalu.
Saat 2 minggu liburan di Indonesia, terasa dunia milik mereka berdua.
Menikmati live music di Hard Rock Cafe Bali, dinners di Jimbaran, mengunjungi Tanah Lot dengan sunsets yang cantik, snorkeling di Lembongan island & melihat cabarets di kapal pesiar dan sebagainya.
Dan dansa malam terakhir di Bali, Antonis memeluk erat Alexandra seakan tak mau berpisah.
"Can't help falling in love with you!"
Ia ingat lagu itu yang mengantarkan cintanya pada gadis itu.
Tapi lagu yang pantas untuk mereka, mungkin terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan.
Antonis menutup matanya sejenak, lalu kembali menatap pekerjaannya. Larut dalam keheningan malam yang dingin.
You're just too good to be true
Can't take my eyes off of you
You'd be like Heaven to touch
I wanna hold you so much
At long last love has arrived
And I thank God I'm alive
You're just too good to be true
Can't take my eyes off you!
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!