NovelToon NovelToon

Gadis Perkasa Dan Pria Penguasa

Si Gadis Perkasa

Seperti biasa, Sri mulai bosan dengan kegiatan kuliah. Mahasiswi semester lima Jurusan Sastra Inggris ini, memilih mengajak gengnya ke kantin. Mumpung dosen tidak datang. 

"Gaess, ayok gas ngapelin Bu Inah" ajak Sri, sembari mengalungkan tas karung. Sinta yang polos, langsung bangkit dari kursi. Kristina juga berjalan sambil tetap menelpon pacarnya.

"Yang aku ke kantin dulu yah, bye muachhhhhh!" kata Kristina lalu mencium handphonenya.

Hal itu selalu berhasil membuat Sri bergidik ngeri, dan mual seketika. Maklum, gadis 21 tahun ini belum pernah mengecap yang namanya pacaran, bahkan ciuman seumur hidupnya.

"Biasa aja kali lihatnya Sri! makanya kamu cari pacar gih, biar ga uring-uringan terus" celetuk Kristina mengejek. "Males" sahut Sri singkat. 

Sampailah mereka di kantin. Seperti biasa, kantin selalu ramai dan sesak. Namun kedatangan Sri and the geng selalu menjadi fenomena.

Maklum saja, geng ini cukup terkenal di kampus negeri ternama di Bali itu. Khususnya di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Bahasa.

Sri adalah koordinator tingkatan yang galak dan jago silat. Sinta merupakan mahasiswa dengan IPK sempurna, dan selalu mendapat beasiswa. Sementara Kristina, adalah gadis cantik bertubuh bohai idaman semua pria.

Bahkan pria fakultas lain, kerap datang ke fakultas mereka hanya untuk melihat Kristina. Melihat langsung, seperti apa tampang asli gadis fenomenal yang seksi itu. 

"Cuit-cuit!"para pria menyoraki kedatangan Kristina dengan antusias. Mata mereka tak lepas dari ketiga gadis ini. Brak! Sri memukul meja, membuat hayalan para pria buyar. Hayalan mesum melihat padatnya pantat Kristina, hehe.

Para pria ini bergidik ngeri, melihat tangan Sri yang menggebrak meja. Tangan juara silat Bakti Negara dalam semua kejurnas. Walau tangganya kecil, putih dan mulus. 

Tapi berhasil membuat para pria mati kutu. Masih di posisi yang sama, Alex sang penguasa tersohor dari Jurusan Antropologi juga datang ke kantin. Kali ini, para wanita yang tersipu melihat sosok pria berdada bidang dengan tinggi 175 cm itu. 

Garis wajah sempurna, dengan rahang tajam, hidung mancung, dihiasi bibir tipis berwarna peach. Kian membuat batin para gadis meronta-ronta. Pesonanya mampu menyihir gadis seisi kampus. 

Tapi tidak dengan Sri, ia sama sekali tak meliriknya. "Ada apa nona" kata Alex menggoda dan berdiri di belakang Sri. Gadis dengan kuncir kuda itu, menoleh dan mengepalkan tangannya. "Bukan urusanmu" tegas Sri lalu berjalan.

Bruakkk! Sri terjatuh di lantai, karena kakinya keslimpet kaki Alex. "Ups, hati-hati nona, kalau jalan pake mata donk" ejek Alex lalu duduk di kursi. Sri meringis, namun tetap sombong dan menoleh Alex dengan dingin. 

Semua orang tertawa di kantin, namun Kristina dan Sinta segera beranjak mendekati sahabatnya. Sri kemudian bangun, lalu menepuk-nepuk jaket jeansnya, sembari melototi Alex.

"Dasar bodoh, jalan ya pake kaki bukan mata, awas kau ya. Tunggu pembalasanku" kata Sri mengepalkan tangannya tanda perang dimulai. Alex tersenyum simpul, lalu duduk bersama para pria yang tadi diancam Sri. 

Mereka adalah geng senat. Maklum saja, Alex adalah ketua senat sekaligus aktivis kampus plat merah itu. Sehingga temannya adalah mahasiswa lawas, dan juga berpengaruh di kampus. 

"Sialan" pekik Sri kesal sambil masih menepuk jaketnya. Sesekali ia melihat ke arah Alex. Kedua sahabatnya, hanya bisa menenangkan Sri. Mereka tahu, jika Sri telah menantang seseorang. 

Maka itu pasti serius, dan orang tersebut akan jadi bidikannya sampai benar-benar hancur.

Pesanan makanan merek datang. Mie goreng, susu, dan es teh manis, tersaji di atas meja. Dengan lahap Sri dan kedua temannya makan. Di ujung sana, Alex sesekali melirik gadis tomboi itu. 

Tanpa sadar, senyum mengembang dari bibir tipisnya yang seksi. Sudah lama ia memerhatikan Sri, dan menaruh rasa dalam diam. 

"Cakep kan bro" ujar seorang teman Alex, membuyarkan curi-curi pandangnya. Alex gelagapan, takut temannya tahu ia memandang Sri. "Siapa yang cakep" tanya Alex.

"Ya Kristina lah, siapa lagi diantara mereka yang cakep bak bidadari" sahut temannya itu. Alex hanya tersenyum simpul, dan melanjutkan makan siangnya.

"Sial aku makan kebanyakan, mataku ngantuk sekali" Sri mengeluh pada Sinta. Dosen Kemahiran Bahasa Inggris sedang mengajar di depan kelas. Tapi Sri merasa, Ibu dosen itu sedang meninabobokan dirinya. 

Berkali-kali ia berusaha membuka mata, namun rasanya ada batu besar yang membuat matanya berat dibuka.

"Buk permisi sebentar, saya mau ke toilet" kata Sri meminta izin. Sampai di toilet, ia mencuci wajahnya. Menepuk-nepuk dan menamparnya agar sadar. 

Ia menyesal memesan mie goreng dan susu. Ia lupa susu kerap membuatnya mengantuk. Setelah mengelap wajahnya dengan tisu, Sri mengeluarkan bedak tabur dan lipgloss.

"Pakai make-up juga ya, aku kira cewek tomboi kayak kamu enggak suka makan bedak, eh pakai bedak maksudnya" ucapan pria mengagetkan Sri. 

Alex terlihat membuka pintu salah satu kamar mandi. Maklum karena kampus negeri, kamar mandinya campur antara pria dan wanita. Sri terkejut, dan segera memasukan bedak dan lipglossnya ke dalam tas. 

"Aku wanita jelas wajar pakai make-up. Tapi kamu, kamu kan pria" ucap Sri mengejek. "Trus" balas Alex mendekati Sri. Ia berjalan mundur, sementara Alex terus maju. 

"Pria kok bibirnya berwarna peach" kata Sri dengan nada tinggi tapi bergetar. Sri mengejek, bahwa Alex layaknya para benc*** yang memiliki bibir berwarna. 

Sontak tangan Sri ditarik Alex dan badannya dilempar lalu dihimpit ke tembok. "Kurang ajar, lepaskan aku" Sri melawan dan berontak. Namun ia kalah kuat dengan pria, yang juga jago bela diri ini. Alex mengunci badan Sri.

Dengan paksa ia mencium bibir Sri, dan berusaha memasukkan lidahnya. Sri menutup mulutnya rapat-rapat, sambil berontak. Akhirnya ia mendapatkan selah, dan mendorong tubuh Alex. 

"Kurang ajar" pekik Sri lagi. Sembari hendak menampar Alex. Namun tangannya ditangkap, dan kembali dikunci. Lalu Alex menarik tubuh Sri mendekat ke tubuhnya. Sampai wajah mereka hanya berjarak satu centimeter.

"Bagaimana rasa bibirku? apakah ada rasa atau aroma lipstik di sana" ucap Alex membuat wajah Sri merah padam. Ia memalingkan wajahnya dan terus berontak. 

"Jika kau berani mengatakan aku pria benc*** lagi, bukan hanya bibirmu saja. Tetapi tubuhmu juga akan aku makan," katanya serius lalu melepaskan tangan Sri.

Deg! Jantung Sri bergemuruh bak genderang perang. Hatinya terasa akan melompat keluar dari dadanya. Ia mengipasi wajahnya, kepanasan dengan adegan dewasa tadi. 

Sementara Alex berlalu pergi. Ia keluar dari toilet sambil memegang bibirnya dan tersenyum simpul. Belum pernah ia merasakan sensasi bibir, yang begitu menyengat seperti itu.

Lembut, tebal, manis, dan sangat menggairahkan. Padahal Sri belum memakai lipglossnya. Tapi kelembaban bibirnya sangat baik, tidak kering sama sekali. 

Sri kembali ke kelas, wajahnya bak zombi tanpa make-up karena kulit aslinya putih. "Kamu kenapa, kamu sakit" Sinta bertanya melihat Sri di sebelahnya. Sri terdiam, terpaku tak bisa melupakan kejadian tadi begitu saja.

Ia benar-benar syok, ciuman pertamanya diambil oleh pria yang dianggapnya paling menyebalkan di kampus. Ia memegang bibir tebalnya. Kata orang-orang bibirnya kerap disamakan dengan bibir Angelina Jolie. 

"Aaaaaaaaa tidakkkkkkk" teriak Sri membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya. Tak terkecuali Ibu dosen killer. "Ma... maaf" kata Sri pelan, setelah sadar semua orang melihatnya.

Kristina dan Sinta terus tersenyum. Mereka lucu melihat Sri yang uring-uringan, karena hukuman dari sang dosen killer. Ia harus menyalin dan meringkas sebuah buku mata kuliah. Salinan itu harus selesai dalam waktu dua hari. Sri kesal dan memanyunkan bibirnya seperti bebek.

Sang Penguasa dan Cinta Bersemi

"Hah dasar dosen killer, masak dikasi waktu cuma 2 hari. Ini buku kan tebalnya 500 halaman, dia gila ya" keluh Sri sambil berjalan malas-malasan.

Malam pun tiba, cuaca Bali sedang dingin. Tapi tidak dengan kamar Sri dan kamar Alex yang terasa panas. Terbakar api asmara. Kedua insan ini, tidak bisa melupakan kejadian tadi siang di kampus. Tepatnya di toilet kampus. 

Sri mengacak-acak rambutnya, karena kesal dan sebal. Sebab ciuman pertama impiannya, seperti drama Korea pupus sudah. Gadis bertubuh sintal ini, berharap yang menciumnya pertama kali adalah pria dengan wajah mirip Lee Min Hoo. 

"Awas saja laki-laki jangkung itu, akan ku beri pelajaran dia" tekadnya dalam hati. Lalu mengusap-usap bibirnya.

Tak jauh beda, Alex juga tak bisa tidur karena ciuman itu. Tidak ada yang tahu, ciuman dengan Sri itu juga kali pertamanya. Banyak orang mengira, Alex pria playboy di kampus. 

Gosip ini santer terdengar, lantaran pria bermata cokelat ini, kerap membonceng cewek di atas motor Ninja merahnya. Dugaan ia memiliki kehidupan bebas, sudah menjadi gosip lama. 

Padahal aslinya, para gadis-gadis itu adalah teman atau rekan kerjanya di senat. Kadang juga rekan dari fakultas lain dalam kegiatan kampus. Bahkan tidak ada yang tahu, Alex juga masih perjaka.

Malam berlalu, mentari kembali bersinar cerah. Sri menguap lebar-lebar, mulutnya menganga seperti goa sambil merenggangkan badan. Sayup-sayup ia membuka mata dan melihat jam, tapi penglihatannya masih samar karena baru bangun tidur. 

Sambil mengusap mata, ia melihat jam dinding. "Sial" Sri kaget karena sudah jam 10 pagi. Ia kaget, karena pukul 10.30 adalah jadwal dosen killer lainnya. Karena mepet, ia memilih tidak mandi, dan hanya mencuci muka, sikat gigi, ganti baju, lalu menepuk bedak tabur dan mengoleskan lipglossnya.

Beruntung ia sampai di kampus,  tepat pukul 10.25, jadi tidak telat. Begitu pukul 10.30, dosen sudah ada di kelas. Hari berlalu, seperti biasa tugas menumpuk dan mereka akhirnya ke perpustakaan untuk mencari literatur yang diperintahkan para dosen, khususnya dosen killer. 

Duduk satu meja, Santi, Kristina, dan Sri sibuk membaca buku dan menyalinnya agar tugas mereka cepat selesai. "Sri, coba deh cariin buku tentang Linguistik. Kayaknya ada di baris paling pojok atas" perintah Sinta.

Maklum, Sinta adalah komando geng ini, jika urusannya tentang pelajaran. Lagipula Sri lebih tinggi dari dua temannya itu. Sehingga agar tugas cepat selesai, ia tahu diri dan segera bangkit dari kursi. 

Ia berjalan menuju rak buku paling pojok. Terlihat rak itu, jarang disentuh mahasiswa. Debunya lebih tebal dari rak buku lainnya.  "Uhuk-uhuk, sial debunya banyak sekali" umpatnya dalam hati sambil menutup mulut.

Sri mengambil kursi, lalu naik ke atasnya dan meraba-raba buku ketiga dari baris selatan rak paling atas. Beberapa menit berusaha, buku itu belum juga keluar. Membuatnya harus berjinjit lebih tinggi lagi.

Sri memajukan badannya, kakinya satu diangkat agar badannya lebih tinggi untuk menggapai buku. Maju-mundur, namun buku itu belum juga keluar dari sarangnya. 

Tanpa sadar kursi itu goyang, dan Sri akan segera terjatuh. Goyangannya semakin keras, dan akhirnya Sri melompat. Hap! buku itu jatuh ke pangkuan Alex dibelakangnya. 

Beberapa saat sebelum Sri jatuh, Alex tanpa sengaja melihat Sri sedang mengambil buku. Ia melihatnya dari belakang sambil nyengir. Ia menunggu momen, saat Sri terjatuh karena kaki kursi sudah rapuh dan mudah patah.

Namun tak disangka, Sri memiliki refleks yang bagus. Itu karena ia jago silat, dan langsung sigap saat akan jatuh dengan kuda-kudanya. Alex pun kecewa, rencananya gagal total. Hehehe...

"Ngapain lo di sini, lo buntutin gue ya" kata Sri sambil menarik paksa buku di tangan Alex. "GR banget lo, gue di sini mau cari LPJ senat lama, buat kejuaraan lomba Agustusan" sahut Alex mengelak.

Sri tetap mengatakan Alex hanya berasalan saja. Alex tak terima, dan ia kembali mendorong tubuh Sri sampai menabrak rak buku. Kembali ia mendekatkan wajahnya, membuat Sri sontak menutup mata. 

Alex tersenyum simpul melihat gadis itu menutup matanya. "Elu ngarep gua cium lagi ya" kata Alex dengan hembusan nafas sangat dekat. Ia menyeringai melihat Sri kian gugup. 

Alex akhirnya melepas belenggu itu, dan berlalu pergi setelah mengambil buku LPJ tepat di rak belakang tempat Sri berdiri. "Bye Srikandi" kata Alex membuat Sri sadar dan membuka mata.

Ia mengutuk dirinya, karena menutup mata. "Harusnya aku menendang tulang keringnya tadi, ish sial" keluh Sri memukul kepalanya sendiri. Karena menahan rasa malu. 

"Lama banget, elo cari buku ke Amerika ya" panggil Sinta kesal, saat melihat Sri berjalan mendekati meja mereka. "Iya gue mampir dulu ke Afrika, terus ketemu buaya sungai Nil" katanya, mengibaratkan pertemuannya dengan Alex tadi. Mereka pun lanjut membuat tugas.

Begitu Alex lewat lapangan kampus, semua junior tunduk padanya. Semua kenal siapa sosok Alex. Wanita dan pria sangat kagum dengan sosok ketua senat ini. Selain tampan dan kaya, ia juga sangat cerdas. Ia dan Sinta adalah satu diantara bagian mahasiswa andalan di kampus.

Beasiswa pun didapat oleh Alex. Namun ia serahkan beasiswa itu, pada teman yang lebih membutuhkan. Hal ini membuat para dosen salut padanya. Ayahnya adalah guru besar di Fakultas Hukum, Universitas yang sama. Sedangkan ibunya direktur sebuah bank daerah yang tersohor.

Walau anak orang kaya dan berpengaruh, tapi Alex memilih hidup sendiri tinggal di kos elit dan jauh dari orang tuanya. Ia tidak ingin, berada di bawah bayang-bayang ayahnya yang sangat terkenal di universitas.

Padahal dari dulu, ayahnya meminta Alex kuliah hukum saja. Namun ia memilih Jurusan Antropologi, karena suka dengan kisah dibalik budaya serta filosofi didalamnya. Ia rasa jurusan ini yang paling mewakili dirinya.

Ayahnya ingin Alex menjadi pengacara, tapi Alex ingin menjadi peneliti di museum atau peneliti budaya. Perbedaan pandangan ini, menghasilkan perdebatan. Sejak perdebatan rutin itu, ia memutuskan keluar dari rumah besarnya. Dan tinggal di kos elit tak jauh dari kampusnya.

Sri sedang duduk bersila di taman, tangannya menyender di bangku panjang. Kepalanya menengadah menghadap langit, sambil menghirup udara dalam-dalam. Pohon rindang, dengan angin sepoi-sepoi berhasil menghilangkan penat sejenak dari tugas kampus yang berjubel.

Serta kewajibannya, sebagai koordinator tingkatan di kelas yang melelahkan. Kristina dan Sinta menyusul membawa minuman dan snack. "Duduk elo kayak cowok, lipet tu kaki" kata Kristina. Ia mengingatkan Sri adalah wanita. Dan seperti biasa, Sri tidak menggubris arahan kawannya itu.

Ia langsung menyerobot minuman di tangan Sinta, membuat kacamatanya hampir jatuh. "Aaaahhhhhh...segar" ucapnya menirukan orang minum Soju di drama-drama Korea.

Kedua temannya hanya bisa menggeleng heran. Mereka tidak habis pikir, Sri yang suka drakor tapi kalau dikejar cowok ditolak semua. Di sisi lain, begitu ia melihat aktor Korea langsung klepek-klepek. 

Kristina membicarakan pria tampan yang pernah mendekati Sri. Lalu ditolak mentah-mentah, hanya karena mengajaknya berkencan di taman.

Bagi Sri, sangat tidak bermodal mengajak berkencan di taman. Harusnya berkencan itu di restoran, makan malam berdua romantis.

Pria lainnya juga selalu digantung, tak pernah ada kepastian. Sri hanya menghindar dan tidak pernah mengatakan iya atau tidak. Sisanya keburu takut, melihat Sri memasang kuda-kuda.

Dua sahabatnya takut, jika Sri sampai terlalu mengidolakan aktor Korea. Ia akan susah menemukan jodoh di dunia nyata.

Kringggggg... handphone Kristina berbunyi. Panggilan alam, dari sang pacar pertanda bahwa ia telah datang menjemput. Tak lama Sinta juga pamit, karena juga dijemput orang tuanya. 

Tinggallah Sri sendirian di taman kampus sore itu. Ia masih ingin menikmati taman dan udara sejuk ini.

Pletak! "aw, sakit" Sri meringis karena tiba-tiba ada kerikil yang dilempar ke arahnya.

...****************...

HAI-HAI JANGAN LUPA LIKE, VOTE, DAN LOVE YA. SALAM KENAL SERI KUSNIARTI 🙏😍😘

Lomba Sekolah

"Sialan, siapa itu?" ujar Sri mencari sumber yang melemparinya batu. Ia melihat sosok yang tak asing, sosok Alex. Sri kemudian mendekati Alex yang melempari batu kerikil ke kepalanya.

Gadis itu hendak meninju Alex, namun belum sempat kena wajahnya. Tangan Alex sudah melipat tangan Sri di belakang punggungnya. Sri meringis kesakitan. "Aw!" ringisnya. Setelah itu, hanya suara angin dan jangkrik yang menemani mereka.

Hal itu karena jadwal kampus pagi hari, terakhir sampai jam 3 sore. Setelah itu kampus kosong, sampai kuliah ekstensi yang mulai dari jam 6 sore sampai malam. Alex kemudian mendekati telinga Sri, hembusan nafasnya berdesir di telinga gadis ini. Tak ada halangan, karena rambutnya seperti biasa dikuncir kuda.

"Mau meninjuku, jangan harap nona" kata Alex dengan suara bariton khas pria dewasa. Bulu kuduk Sri berdiri, tapi ia terpaku dan terdiam. Alex menelan saliva, melihat leher putihnya ditambah bulu lebat di bawah rambutnya. Rasanya ia ingin mencium dan segera menghisap leher jenjang itu.

Naluri pria memberontak, namun ia berusaha menahan karena tak mau dicap pria mesum. Tak sering ia senafsu ini melihat wanita. Bahkan ia tak nafsu melihat Kristina, yang memiliki body bohai bak gitar spanyol.

Sementara Sri, bodynya tidak terlalu kurus dan gemuk, dadanya cukup besar dan pas. Bokongnya juga cukup padat berisi. Intinya body Sri atletis karena ia kerap lari dan latihan silat.

Namun karena pakaiannya longgar dan lebih dominan memakai baju pria, membuat tubuh indahnya jarang terlihat di depan umum. Berbeda dengan sahabatnya, Kristina yang kerap memakai pakaian serba ketat, membuat bodynya disamakan dengan Kyle Jenner.

"Lepaskan aku sial***" kata Sri memberontak. Tanpa terasa 20 menit posisi mereka seperti ini, dan Alex begitu menikmati wangi rambut dan aroma tubuh Sri yang memabukkan dirinya. Alex kemudian melepaskan tangan Sri perlahan. 

Ia meringis, karena lengannya dilipat tadi. "Aku malas berurusan denganmu" kata Sri kesal dan pergi meninggalkan Alex, yang masih menyadarkan diri dari hawa nafsunya.

Tepat pukul 16.30 sore, Sri berlari ke halte bus agar tak terlambat. Sebab jam 5 sore bus sudah selesai beroperasi. Ia ngos-ngosan lalu mengatur nafas. Sri masuk ke kursi paling belakang. Tak disangka, Alex juga naik bus yang sama dan kursi yang tersisa hanya di sebelah Sri. "Oh Tuhan, apalagi ini" batinnya kesal.

"Kayaknya kita emang jodoh" kata Alex membuat mata Sri hampir keluar dari wajahnya. Sri kemudian menempelkan badannya ke jendela, agar tak dekat dan bersentuhan dengan badan Alex yang dua kali lipat lebih besar darinya.

"Geser sedikit, sempit ini" ucap Sri Kesal karena siku mereka saling tabrakan, ketika bus melewati polisi tidur. Alex hanya tersenyum simpul, dan malah mendekatkan diri dengan Sri. "Elo sengaja ya, bukannya biasanya elo naik motor Ninja merah yang suaranya bising itu" kata Sri tanpa menoleh wajah Alex sambil manyun.

"Elo ngomong sama gue" goda Alex. "Gak! gue bicara sama wong samar. Ya sama elo lah, masak sama supir yang jauh di depan" tegas Sri sambil melotot. Alex terus menggoda Sri, rasanya ada kebahagiaan tersendiri di dalamnya saat ia berhasil membuat gadis ini marah.

"Motor gue masuk bengkel tadi, di dekat taman kampus ngadat, besok baru bisa diambil jadi gua pulang naik bus deh" kata Alex menjelaskan. Sri hanya diam melihat ke jendela, tak menggubris ucapan pria dengan rambut lurus terbelah dua itu.

Sementara itu, wanita di sebelah Alex tiba-tiba menundik punggungnya. "Mas... mas... bawa korek gak" kata wanita berambut ikal pirang di sebelah kirinya. "Enggak mba, saya ga merokok" balas Alex sopan.

"Oh ya, kalau nomor Hp punya kan" sahut wanita cantik itu memberanikan diri. Lalu ia tertawa dengan teman wanita di sebelahnya. Sedari tadi wanita ini, takjub melihat Alex yang sangat tampan layaknya aktor Korea.

Ia berpikir, jika tak sekarang tak akan ada kesempatan lain meminta nomor pria tampan ini. Sri yang melihat Alex dirayu cewek, hanya senyum cengar-cengir. "Noh ladeni dulu fansmu" kata Sri berbisik pada Alex.

Balasan Alex tak kalah mengejutkan. "Maaf mba, kalau nomor saya, bisa mba minta langsung ke cewek di sebelah saya. Dia pacar saya" kata Alex yakin. Ia lantas menunjukkan Sri, dengan memeluknya dan menghadapkan pada wanita itu. 

"Sial..." belum selesai Sri berbicara Alex sudah menutup mulutnya. Lalu tersenyum pada wanita di sebelahnya. Wanita itu akhirnya mengalah dan menggeser duduknya sedikit jauh dari Alex. "Ngapain sih elo, ngaku-ngaku pacar gue gila" tegas Sri berbisik. Alex tersenyum lebar. "Ini hukuman karena kamu mengejekku" katanya berbisik mendekat di telinga Sri.

Kembali jantung Sri berdetak hebat, ia mendorong tubuh Alex agar sedikit menjauh. Alex tetap hanya tersenyum simpul melihat tingkah Sri. Gadis itu memalingkan wajahnya ke jendela, sembari mengipas-ngipasi wajahnya yang merah padam.

Sampailah mereka di rumah masing-masing. Seperi biasa, bak pasangan kasmaran. Dua orang ini tak bisa tidur nyenyak, dan hanya bolak-balik di atas kasur.

Sri menggigit bantalnya, merasa kesal harus ketemu dengan Alex setiap hari. Rasanya ia ingin masuk pintu Doraemon dan pergi dari bumi ini. Ia kesal karena hanya Alex yang mampu menandingi kekuatannya. Serta terus saja mengganggunya.

Sementara itu, Alex seperti orang gila, yang tersenyum dan tertawa sendiri, mengingat kejadian saat bersama Sri.  Ia merasa bahagia, mengingat pipi Sri memerah saat ia mendekatinya. Serta mata besarnya yang melotot saat Alex menggodanya. Saking kesalnya, mereka sekarang tertidur di atas jam satu malam.

Mata panda mulai menghiasi wajah Sri. "Kenapa elo kayak zombi, kurang tidur lagi" tanya Kristina padanya. Sri enggan menjawab, hanya duduk menata moodnya yang belakangan bak rollercoaster, karena manusia bernama Alex.

Tiba-tiba mikrofon bagian akademik berbunyi. Bahwa libur panjang telah dimulai sejak 17 Agustus sampai 20 Agustus karena memperingati hari kemerdekaan. Kebetulan juga itu hari kejepit. 

"Sri, ada surat nih dari senat. Selama libur kita  harus menyiapkan kontingen buat lomba kampus. Ini udah disetujui dekan, dan sertifikatnya dibutuhkan buat yudisium nanti" jelas Sinta menyerahkan sebuah surat pengumuman. Kertas putih dibubuhi tanda tangan Alex, sang ketua senat.

"Sial ini pasti kerjaan si Alex" rutuk Sri dalam hati. Sri tidak memilih lomba tanding silat, karena ia yakin. Pasti ada Alex di sana. Ia malas bertemu pria itu.  Satu kelas terdiri dari 20 orang, dan dibagi 5 kelompok. Sri masuk ke cabang olahraga hiburan.

Hal ini membuat teman di kelasnya kaget, karena Sri selalu membawa medali emas di fakultas, untuk lomba tanding silat. Namun kali ini ia memilih lomba ecek-ecek. Sri hanya tersenyum simpul tanpa mengatakan alasannya.

Intinya ia ingin menghindari Alex, satu-satunya pria di kampus yang bisa mengintimidasi wanita preman ini.

...****************...

Cintanya makin seru nih, jangan lupa like (👍) love (❤️) and vote ya serta 🔥 biar aku makin semangat

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!