NovelToon NovelToon

Alantta

Bab 01 Terlambat

Seorang gadis berjalan dengan tergesa gesah memasuki sebuah Apartemen mewah di Ibu Kota. perempuan itu merutuki dirinya sendiri .

"Gimana mungkin Aku bisa bangun kesiangan" oceh nya sambil memasuki sebuah lift .

Seingat nya, Dia sudah memasang alarm pukul lima pagi. "Ting" suara lift mempokuskan kembali Perempuan itu,

ketika pintu lift terbuka ia langsung berlari menuju salah satu kamar .

"Maaf, Tuan, saya terlamabat" ucap nya ketika sudah memasuki salah satu apartemen itu.

Terlihat seorang pria tampan tengah memakai jam tangan sambil menatap nya.

"Bagai mana bisa, kamu terlambat setengah jam Alantta ?" ucap pria itu sambil menatap Alantta, terlihat gadis itu sedikit engos engosan sedang menetralkan kembali nafasnya .

"Baiklah, karena ini pertama kali kamu melakukan kesalahan saya maafkan" sambung nya.

"Terimakasih tuan, saya pastikan ini tidak akan terulang kembali"

Alantta gadis cantik berusia dua puluh empat tahun itu sudah dua tahun mengabdikan hidupnya menjadi sekertaris pribadi Rendra Putra Adwinata. seorang CEO sekaligus putra tunggal dari keluarga Adwinata Group. Ia cukup menikmati pekerjaan ini meskipun pekerjaan ini hampir menyita seluruh waktunya. bagaimana tida, pagi pagi ia sudah harus berada di Apartemen Rendra untuk menyiapkan segala kebutuhan atasannya itu. mulai dari penampilan sampai sarapan pagi nya.

Sesekali Alantta mengeluh karena terkadang tida bisa membagi waktunya untuk Ariel sang kekasih. tapi ia sangat bersyukur karena Ariel tipe laki laki yang sangat pengertian, laki laki itu tidak pernah sekalipun mengeluh meski Alantta tidak bisa membagi waktu untuk dirinya.

Mengingat Ariel, perempuan itu merasa sangat beruntung memiliki kekasih seperti Ariel.

Rendra Putra Adwinata. pria tampan dan gagah itu sangat di idolakan oleh kaum Hawa. laki laki itu hampir tidak memiliki celah kecacatan sedikitpun di tubuhnya. hanya saja, pria itu tidak pernah lagi terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. kejadian tiga tahun yang lalu dimana ia ditinggalkan Serly sang kekasih tanpa kabar membuatnya menutup kehidupan asmara nya.

Alantta dan Rendra memasuki Gedung pencakar langit dengan Berlogo tulisan Adwinata Group. gadis itu berjalan sedikit di belakang Rendra, memasuki sebuah lift menuju ke lantai 8 dimana ruangan CEO berada.

Di dalam lift, Rendra melirik Alantta yang berada di samping nya.

"Jam berapa rapat di adakan ?" Ucap nya.

Alantta menoleh dan mengambil iPad didalam tas nya.

"Jam 11 siang Tuan. dan jam makan siang ada pertemuan dengan PT Global group" jawab alantta.

Ketika pintu lift terbuka mereka bergegas keluar. saat hendak membuka pintu ruangan nya Rendra kembali berucap.

"Percepat rapat satu jam lagi. dan tunda, pertemuan dengan PT Global group kita akan turun kelapangan jam 11 nanti, Aku ingin meninjau langsung area pemukiman yang akan di bangun Perumahan nanti"

"Baik, Tuan." jawab perempuan itu, sambil menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Ketika Rendra memasuki ruangan nya, perempuan itu berjalan menuju pantry yang tidak jauh dari meja kerjanya.

Pantry itu di buat khusus untuk CEO dan sekertaris nya.

Alantta membuat kopi hitam untuk Rendra dengan menambahkan satu sendok teh gula kedalam nya. setelah selesai, perempuan itu mengantarkan kopi itu keruangan Rendra dan meletakkan nya di atas meja.

"Kopinya Tuan" ucapnya .

"Apa Tuan ingin saya pesankan makanan?" ucapnya kembali menawarkan makanan, mengingat tadi pagi ia tida sempat membuatkan sarapan untuk pria itu.

"Tida perlu, saya belum lapar" jawabnya singkat sambil melihat-lihat berkas yang ada di meja kerja nya.

"Baik kalo begitu saya permisi"

Rendra tida menjawab laki laki itu hanya menganggukan kepalanya.

Setelah keluar dari ruangan Rendra, Alantta duduk di meja kerja nya. memain kan laptop dengan jari jari mungil nya.

Bekerja dengan Rendra memang sedikit membosan kan. sifat nya yang dingin dan kaku itu membuat Alantta terkadang sedikit jenuh, tapi meski begitu ia masih bersyukur Rendra buka tipe atasan yang semena mena, dibalik sifatnya yang dingin Rendra adalah laki laki yang Dewasa dan bertanggung jawab.

Sudah dua tahun ia bekerja dengan Rendra, ia sudah tau sifat dan kebiasaan atasan nya itu.

Rapat sudah selesai, Alantta dan Rendra masuk kedalam mobil untuk meninjau pemukiman yang akan di bangun perumahan.

Setelah sampai laki laki itu berjalan keluar menghampiri salah mandor yang di ikuti Alantta dari belakang.

Sudah setengah jam lebih Alantta mengikuti Rendar dari belakang. perempuan itu sedikit kesusahan berjalan mengingat ia memakai sepatu hak tinggi di area galian tanah.

"Gak bisa apa jalan nya pelan dikit, Gak tau apa gue kusahan jalan" gumam Alantta lirih

Gadis itu sedikit tertinggal.

"Aduh.. Alantta, udah tau Meu ketempat kaya gini bukan nya ganti sepatu dulu" gumam nya lagi.

Dan"BRUUKK" mendengar suara itu Rendra menghentikan langkah nya ia membalikan tubuhnya, dijarak tiga meter ia sudah melihat Alantta tersungkur di tanah. semua orang menatap perempuan itu sambil menahan tawa. Rendra bisa melihat wajah Alantta memerah menahan malu.

Laki laki itu berjalan menghampiri Alantta.

ia berjongkok menyamakan tinggi mereka.

"Apa yang kau lakukan" Tanya Rendra.

"Apa tadi dia bilang. apa yang Aku lakukan? batin Alantta dia gak liat gue jatoh"

"Saya jatuh Tuan" jawab Alantta.

sebenarnya, tanpa harus dia memberitau pun Rendra pasti juga sudah tau.

"Maksud saya. apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini, memakai sepatu hak tinggi"

tanpa menunggu jawaban dari Alantta Rendra langsung mengangkat tubuh perempuan itu, dan membawa nya kedalam mobil.

Didalam mobil Alantta tertegun melihat perlakuan Rendra. laki laki itu membuka sepatu Alantta.

"Apa ini sakit" ucap laki laki itu sambil mengusap kaki Alantta.

Perempuan itu tidak menjawab, hanya menganggukan kepalanya saja.

dengan telaten Rendra mengusapkan salep pereda nyeri ke permukaan kulit Alantta sambil memijit nya perlahan lahan.

"Apa masih sakit ?" ucap Rendra

"Sudah sedikit agak mendingan, Terimakasih tuan." jawab Alantta sambil menurunkan kaki nya

Rendra menatap Alantta sekilas. dia tida tau ada apa dengan sekertarisnya hari ini. dimulay dari datang terlambat, dan datang ketempat seperti ini dengan memakai sepatu hak tinggi.

menurut pria itu, ini bukan sifat Alantta sama sekali. dua tahun dia mempekerjakan Alantta di samping nya. gadis itu terlihat begitu cekatan dan cerdas bahkan ia selalu berinisiatif sendiri tanpa harus di beri tau.

Sangat minim perempuan itu melakukan kesalahan dalam pekerjaan nya.

Rendra berpikir, apakah ia terlalu memporsir pekerjaan Alantta ? hingga gadis itu kekurangan istirahat, dan membuat dia tida fokus dalam bekerja .

"Tuan, apa kau baik baik saja" suara lembut itu membuyarkan lamunan Rendra .

"Ya, saya baik baik saja" jawabnya singkat.

Bab 2 Hari weekend

Ke esokan harinya, Alantta tengah membuat sarapan di Apartemen nya.

Hari ini adalah hari Weekend. Hari dimana ia terbebas dari segala pekerjaan nya.

Gadis itu tengah manuangkan adonan pancake kedalam teplon, setelah Pancake itu matang ia memindahkan nya kepiring dan menuangkan sedikit madu di atasnya. perempuan itu membawanya ke meja makan yang ta jauh dari dapur, ia melahapnya dengan nikmat.

Jika di pikir pikir, ia sudah jarang sekali memiliki watu bersantay. terkadang meskipun di hari libur Rendra sering kali menelponnya jika ada sesuatu yang tida bisa ia lakukan sendiri.

Saat ia tengah melahap kembali sarapan nya tiba tiba suara bel berbunyi. Alantta berjalan untuk membukakan pintu saat ia membuka pintu terlihat laki laki tampan yang memamerkan senyuman manisnya yang langsu di balas kembali senyuman manis oleh Alantta.

Laki laki itu masuk kedalam yang langsung di ikuti dari belakang oleh Alantta.

"Kamu bawa apaan itu ?" ucap Alantta dengan tersenyum.

"Aku bawa buah buahan buat kamu, dan beberapa bahan-bahan makanan."jawabnya

"Aku tau mengingat bagai mana kesibukan kamu, kamu tidak akan sempat untuk berbelanja kan meskipun bahan makanan kamu sudah habis."

Alantta langsung menghambur memeluk laki laki itu "Terimakasih sayang, kamu selalu tau apa yang aku butuhkan. Terimakasih sudah selau ngertiin aku"

laki laki itu membalas pelukan Alantta dan mencium pucuk kepala Alantta "Sama sama" jawab nya.

Ini yang membuat Alantta sangat menyayangi Ariel, laki laki itu selalu pengertian. meskipun pekerjaan Alantta membuat mereka jarang bertemu pria itu tidak pernah sekalipun mengeluh.

Ariel selalu memanfaatkan waktu sempitnya bersama Alantta dengan membuat gadisnya itu bahagia .

Laki laki itu tidak ingin membuang buang waktu sempitnya untuk pertengkaran yang tidak penting.

"Riel Minggu depan aku mau ke Bandung. Aku kangen banget sama mamah." ucap Alantta sambil menatap pria itu yang tengah mengupas Apel.

Ariel menghentikan kegiatan nya dan berucap "Tante Rena juga pasti kangen banget sama kamu" Ariel menghentikan uacpannya sejenak "Tapi, maaf ya Taa. kayanya Aku gak bisa nganterin kamu."

"Gak papah. Aku bisa kok pulang sendiri."

"Kamu udah minta izin sama perusahaan kamu ?"

"Udah ko, aku udah ngomong dari jauh jauh hari aku ngambil cuti dua hari." ucap Alantta yang hanya di balas anggukan oleh Ariel.

Sebenarnya Alantta tidak tau sampai sejauh mana hubungan nya dengan Ariel.

Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama, bahkan Ariel pun sudah cukup dekat dengan keluarga Alantta. Hanya saja laki laki itu tidak pernah membicarakan keseriusannya.

***

Di dalam Apartemen.

Rendra tengah menyeruput kopi sambil berjalan kearah sofa. laki laki itu mendudukkan tubuhnya seraya mengambil remot tv.

"Makannya kamu itu nikah Ren. biar kamu tuh ada yang ngelayanin semua kebutuhan kamu tuh ada yang nyiapin" suara wanita paruh baya itu membuat Rendar memalingkan wajahnya dan berdecak sebal.

"Kalo cuma nyiapin kebutuhan aku mah gak usah repot-repot Nikah mah. tiap hari juga ada Alantta yang nyiapin."

"Beda dong Ren, Alantta itu kan ngelakuin itu karena dia kerja sama kamu" jawab Maria.

wanita paruh baya itu tida habis pikir kenapa di usianya yang hampir menginjak kepala tiga anaknya itu belum juga ingin menikah. Maria memang sesekali sering mengunjungi Apartemen Rendra mengingat anak semata wayangnya itu jarang sekali mengunjungi nya.

"Ren, kalo dipikir-pikir Alantta itu anaknya baik ya cantik pula. sebenarnya kamu sama dia lumayan co-"

"Mah. jangan mikir yang aneh-aneh Alantta itu cuma sekertaris aku, dan aku gak suka diatur atur masalah jodoh" potong Rendra sebelum omongan mamahnya itu semakin ngaco.

"Mamah tuh, cuma takut Ren mamah ini kan sudah Tua mamah ingin sebelum mamah meninggal mamah sudah merasakan senangnya menimang cucu" ucap Maria dengan memasang wajah melas, agar anaknya itu bisa mengerti.

Rendra beranjak mendekati mamahnya yang duduk di kursi sebelah.

"mamah itu masih muda, masih cantik pula jadi kalo nunggu beberapa tahun lagi gak akan masalah menurut aku" laki-laki itu mencium pipi mamahnya sekilas dan beranjak pergi masuk kedalam kamar.

Maria berdecak, percuma saja membahas masalah jodoh dengan Rendra anak itu akan punya 1001 alasan untuk menghindari pembahasan ini. tapi ia tidak akan menyerah jika Rendra tidak bisa mencari jodohnya sendiri maka ia yang akan mencarikan nya.

***

Jam setengah tujuh pagi Alantta suadah berada di Apartemen Rendra, gadis itu tengah menyiapkan pakaian untuk dikenakan atasannya.

setelah menemukan baju yang cocok Alantta melangkah keluar memasuki dapur. ia mengambil teplon dan mulai memanggang roti tak lupa ia menglesi selai coklat, setelah dirasa sudah siap gadis itu memindahkannya kedalam piring dan mulai membawanya ke meja makan.

Rendra keluar dari kamar dan berjalan kearah meja makan, sudah ada secangkir kopi hitam dan sepiring roti bakar disana laki-laki itu duduk di salah satu kursi bibirnya mulai terangkat sedikit memperlihatkan senyuman pagi yang manis.

"Apa tidurmu nyenyak" laki-laki itu melirik Alantta sekilas sambil memasukan sepotong roti kedalam mulutnya.

Alantta yang tengah berdiri di samping Rendra mengerejap.

"Tentu tuan, sangat nyenyak" jawab Alantta tegas.

Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya.

Didalam mobil Rendra tengah sibuk memainkan ponselnya, laki-laki itu terlihat sangat sibuk memainkan benda pipih itu. Alantta yang duduk disamping kursi kemudi melirik kearah Rendra pria itu terlihat sangat tampan meskipun ekpresi wajahnya taterbaca.

Mobil berhenti tepat didepan Lobi kantor, salah satu scurity menghampiri membukakan pintu mobil. Rendra keluar sambil merapihkan jas nya laki-laki itu mulai melangkah masuk.

"Tunggu tuan" Alantta berjalan menghampiri Rendra yang sudah menghentikan langkahnya.

Perempuan itu berdiri di hadapan Rendra, tangannya meraih dasi laki-laki itu dan mulai merapihkan nya. semua orang menatap mereka. meskipun itu adahal hal yang sudah biasa mereka lihat tapi untuk karyawan wanita hal itu selalu berhasil membuat mereka iri.

Setelah kegiatannya sudah selesai Alantta dan Rendra kembali berjan memasuki lift.

Rendra menatap Alantta laki-laki itu tersenyum simpul.

"Apa kau tidak takut wanita disini akan membenci mu" ucap laki-laki itu.

Alantta sudah bisa menebak kemana pertanyaan Rendra menjurus.

"Mereka tidak akan berani membenci saya Tuan, mengingat posisi saya sebagai sekertaris Anda" gadis itu menghentikan ucapannya sejenak."mereka juga sudah pasti tau ini bagian dari pekerjaan saya, dan saya sudah melakukannya selama dua tahun" lanjut gadis itu.

Pintu Lift terbuka Rendra berjalan keluar tanpa menjawab, laki-laki itu langsung masuk kedalam ruangan nya entah apa yang dipikirkannya laki-laki itu seperti tidak puas dengan jawaban yang Alantta berikan.

Rendra mendudukkan tubuhnya dikursi kekuasaan nya, ia melamun menatap kosong kearah jendela hingga suara ketukan terdengar. Alantta masuk dengan membawa secangkir kopi ia meletakkan nya di atas meja gadis itu sedikit membungkuk kan badannya dan kembali berbalik kearah pintu, saat hendak melangkah "Alantta" suara Rendra menghentikan langkahnya. Alantta berbalik menatap pria itu.

" iya Tuan"

Rendra terdiam sejenak. laki-laki itu sedikit ragu dengan apa yang akan dia katakan.

Bersambung...

bab 03 Keluarga Baru

Alantta mengerutkan dahinya, melihat Rendra yang terlihat sedang menimbang-nimbang apa yang akan dia ucapkan.

"Ada yang Tuan butuhkan ?" Alantta bertanya kembali.

"Emm..to_tolong panggil direktur keuangan kemari" pintanya sedikit ragu

Alantta yang melihat gelagat pria itu sedikit merasa aneh, pasalnya dia tidak pernah melihat atasannya bersikap seperti itu di depan bawahan nya. laki-laki itu selalu bersikap tegas jika sudah berhubungan dengan pekerjaan. pria itu akan menunjukan sedikit kegilaannya hanya dengan keluarga dan sahabatnya termasuk Reno sang Direktur keuangan, dengan Reno pun Rendra akan bersikap tegas jika sudah berhubungan dengan kantor.

"Baik Tuan. akan saya panggilkan" dengan ragu-ragu Alantta kembali melanjutkan langkahnya keluar ruangan.

Alantta mendudukkan tubuhnya dikursi kerjanya, perempuan itu mulai menghubungi Direktur keuangan untuk menghadap sang CEO. setelahnya ia mulai menghidupkan layar komputer jari-jari lentiknya mulai memainkan keyboard dan membuka beberapa dokumen.

Taklama Direktur keuangan datang, laki-laki itu menghampiri Alantta.

"Pagi Alantta" sapanya dengan tersenyum lebar.

"Pagi juga pak Reno" jawab Alantta sopan

"Tuan mu memanggil saya ? sepertinya ada hal penting sampai dia memanggil saya melalui kamu. ada apa ?" tanya Reno yang malah duduk di kursi sebrang mejan Alantta.

"Saya tidak tau pak. Tuan hanya menyuruh saya untuk memenggil bapak saja" jelas Alantta kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Baiklah kalo begitu saya masuk dulu" ujar Laki-laki itu seraya berdiri sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Alantta.

Alantta hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Reno. ia sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti itu dari Reno, laki-laki itu memang sedikit genit jika melihat perempuan cantik tapi pribadinya cukup baik menurut Alantta.

***

"Gila. makin hari makin cantik ajah sekertaris loe" ujar Reno yang baru masuk tanpa mengetuk pintu.

Reno memang sudah terbiasa bersikap seperti itu terhadap Rendra, persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama dari mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Rendra mengangkat wajahnya melirik kearah Reno laki-laki itu meletaka berkas yang ada di tangan nya, beranjak melangkah kearah sofa dimana Reno sudah duduk.

"Jangan macam-macam dia sudah punya pacar" ucap Rendra sambil duduk di sofa bersebrangan dengan Reno

"loe pernah denger istilah kaya gini. Sebelum janur kuning melengkung semua masih bisa di rebut" Reno tertawa dengan kata-katanya sendiri ia melihat Rendra berdecak jijik mendengar ucapannya.

"Gue udah denger ribuan kali kata-kata itu keluar dari mulut loe, setiap kali loe lihat wanita cantik".

Reno tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Rendra laki-laki itu sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan sahabatnya itu.

"Oh ya. ada apa loe manggil gue kemari ? tumben banget loe manggil gue pake sekertaris loe, biasanya langsung nelpon gue kalo ada apa-apa" tanya Reno yang baru mengingat niat awal kedatangannya.

"Gue pengen liat laporan terperinci keuangan triwulan"

"Lah, laporan itu kan udah gue kasih ke loe satu Minggu yang lalu. lagian mana pernah gue telat ngasih laporan kinerja keuangan triwulan dan Tahuna" jelas Reno

"loe udah ngasih laporannya. ko gue gak inget" ucap Rendra dengan memasang raut wajah taterbaca.

Reno menggeleng-gelengkan kepalanya. "Wah gila, loe nyuruh gue kesini cuma mau nanyain itu doang. loe kan bisa langsung telpon gue kalo engga tanya sekertaris loe"

"Gue lupa. yasudah keluar Sana" usir Rendra tanpa memperlihatkan ekpresi bersalah sedikitpun.

"Loe gak ada niat buat nawarin gue minum gitu, loe tahu kan gue dari lantai sebelas turun kelantai delapan cuma buat nemuin loe"

"Keluar. kerjaan gue masih banyak" ujar Rendra sambil beranjak kembali lagi kemeja kerjanya.

Reno keluar dengan wajah kesal, laki-laki itu mengalihkan pandangan nya kearah Alantta dan menghampirinya.

"Bos kamu gak jelas banget tuh" ucapnya.

Alantta mendongak menatap Reno yang sudah ada didepannya.

"Bukannya itu juga Bos bapak"

"iya juga ya".

***

"Tok tok" suara ketukan pintu terdengar di ruangan Rendra.

"Masuk" ucap laki-laki itu tanpa memalingkan wajahnya dari berkas- berkas yang dia pegang.

terlihat Alantta dari balik pintu, perempuan itu berjalan masuk dan berhenti tepat didepan meja kerja Rendra.

"Ada apa ?" tanya Rendra yang masih fokus dengan pekerjaannya.

"Nyonya dan Tuan Besar ingin makan malam bersama anda di Mansion"

"Mereka menghubungi mu ?" Tanya Rendra yang sudah menatap Alantta.

"Ya Tuan. mereka bilang sudah mencoba menghubungi anda tadi"

Rendra meraih ponselnya, dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari mamah nya. ia menatap Alantta "Apa kau ada acara setelah pulang dari kantor ?" tanya laki-laki itu.

"Apa Tuan ingin saya ikut dengan anda" bukannya menjawab, perempuan itu malah bertanya balik.

"Ya. kau pasti sudah tau apa yang akan dibahas disana"

"Baik saya akan ikut dengan anda" jawab Alantta.

Alantta masuk kedalam mobil, disana sudah ada Rendra yang duduk di bangku kemudi.

"Anda tidak meminta sopir untuk mengantar kita ?" Tanya Alantta

"Tidak perlu, aku ingin mengendarainya sendiri" laki-laki itu mulai melajukan mobilnya dan meninggalkan kantor.

Ini bukan pertama kalinya Rendra membawa Alantta ke Mansion, dia sudah tau apa yang akan dibahas disana tidak jauh dari perjodohan. dengan membawa Alantta kesana ia bisa sedikit menghindar dari pembahasan itu. ya Alantta bukan hanya bekerja mengurus kantor saja gadis itu juga mengurus kehidupan pribadi atasannya.

setelah sampai di Mansion Rendra dan Alantta keluar dari mobil, mereka berjalan memasuki Mansion itu didalam sudah ada Adwinata dan Maria yang sedang duduk di ruang tamu .

"Akhirnya anak mamah datang juga" Maria berdiri menghampiri Rendra dan memeluk putranya. perempuan itu beralih menatap Alantta yang berdiri di sebelah Rendra.

"mamah pikir kamu bawa calon menantu buat mamah. apa kabar Alantta" lanjutnya sambil beralih memeluk Alantta .

"Baik nyonya" jawab Alantta

"Sudah berapakali aku bilang jangan panggil nyonya, panggil sajah tante" ucap Maria sambil menggandeng tangan Alantta untuk duduk di sofa yang di ikuti Rendra dari belakang Alantta hanya mengangguk tanda mengerti.

Alantta menghampiri Adwinata seraya menjabat tangan dan memberi salam.

"Bagai mana kabar papah" tanya Rendra menghampiri papahnya.

"Papah baik-baik saja, asalkan rutin cekup kondisi papah akan baik-baik saja" jawabnya

lima tahun yang lalu Adwin terkena serangan jantung hingga menyebabkan dirinya koma selama satu minggu. dari situlah pertama kali Rendra menggantikan posisi papahnya.

Mereka sudah berkumpul di meja makan, Alantta duduk di samping Maria perempuan itu tidak merasa gugup sedikitpun karena ini bukan kali pertama ia duduk di tengah-tengah keluarga Adwinata. menjadi sekertaris pribadi Rendra Alantta selalu ikut kemanapun pria itu pergi kapanpun Rendra meminta, meski begitu Alantta tidak merasa keberatan sedikitpun keluarga Rendra yang menyambutnya dengan hangat meski Alantta hanya seorang kariawan membuat Alantta seperti memiliki keluarga baru, mengobati rasa rindunya terhadap keluarganya di Bandung. terutama Maria yang sangat menyukai kehadiran Alantta.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!