NovelToon NovelToon

Kesatria Eldania

Kematian

Diwaktu senggang, aku biasanya mengisi waktu ku dengan membaca sebuah novel.

Tiap novel yang aku baca biasanya berisi tentang tokoh utama yang mati lalu bisa hidup kembali namun di dunia lain,lebih tepatnya melintasi dimensi.

Aku salah satu orang yang tidak percaya akan khayalan orang yang menulis novel tersebut, bagaimanapun kalau sudah mati ya mati, tidak ada kata reinkarnasi. Kalau ada pun juga pasti hanya ada satu kemungkinan dari miliyaran orang di bumi.

" Upacara dimulai 8 menit lagi!, semuanya bersiap untuk berbaris di lapangan!. "

Seru salah satu orang dengan suara lantangnya.

" Kak..Alinda!, cepat!, jendral Yuri pasti akan memarahi kita kalau kita terlambat " ucap salah satu temanku, bernama Karin.

Ya..Karin termasuk aku merupakan salah sorang pasukan dari militer angkatan darat, upacara yang akan aku ikuti ini adalah upacara pembukaan untuk melaksanakan outdoor training dan perwakilan setiap kelas memerlukan satu asisten.

Tentu asistennya sudah aku temukan, yaitu Karin teman sekamarku.

Setelah pengumuman tadi, kami semua sudah bersiap diposisi masing-masing.

Diantara kami juga ada tentara baru namun dari kelas yang berbeda.

"Kakak!, kenapa aku agak sedikit takut ya?" Karin mulai ragu setelah memasuki lapangan, melihat anggota yang lain terlihat lebih hebat ketimbang kelompoknya.

" Sudahlah, anggap saja akan piknik selama sehari-semalam" jawabku, mencoba menenangkan Karin.

Ahahaha..... [ All ]

Semuanya tertawa dengan terbahak-bahak, melihat ada dua orang perempuan masuk dalam outdoor training yang lebih di dominasi oleh laki-laki.

" Memang kelas 10 sampah!, malah berpikir untuk cari tempat tidur "

" Iya, sudahlah kelas 10 ikut berpartisipasi, ini malah sengaja mengirimkan dua orang wanita!. Mereka kira kompetisi ini untuk bermain rumah-rumahan? " ucap pria ini, dengan sinis.

" Kalau menurutku, wanita sebaiknya pulang kerumah, menikah dan melahirkan saja! "

Semuanya saling mengejekku dan temanku.

Yah...dari kebanyakan orang, hanya aku dan karin yang mewakilkan kelas adalah perempuan, namun apa salahnya ya kan?.

Dalam kompetisi kali ini, bukan gender yang di utamakan, melainkan keahlian.

Jadi mereka itu benar-benar berpikiran sempit jika hanya melihatku sebagai lawan jenis, padahal dalam urusan seperti ini, aku bisa menandingi kemampuan kalian semua.

" Hei!,...kalian !, sudah cukup.!. Jangan membeda-bedakan gender!. Kalau wanita memang kenapa?!. " Marah karin pada orang-orang yang mengataiku dan dirinya.

" Sudahlah karin-, jangan pedulikan mereka. Anggap saja angin lalu " tuturku pada Karin, untuk meredam emosi Karin yang membludak.

10 jam kemudian

" Kakak...sebaiknya kita istirahat dulu. " pinta karin.

Setelah melewati waktu lebih dari 10 jam demi mendapatkan pita milik lawan, Karin dan terutama aku, sampai-sampai melupakan hal terpenting, yaitu untuk istirahat.

" Baiklah, kamu pergi tidur dulu, aku akan berjaga lalu kita gantian. " Misinya sebenarnya sederhana, mencari dan mengambil pita dari regu lain, siapa yang memperoleh banyak pita maka dialah yang menang.

Sedangkan reguku sudah mendapatkan 10 pita,dan harus mendapatkan yang lainnya.

Dari udara yang aku rasakan, kemungkinan besar sudah menunjukkan waktu dini hari.

Srekkk....srrekk...

[Siapa disana?] fikirku, mendengar suara dari balik semak-semak, aku jadi bersikap waspada.

Untuk memastikan keamanan kami berdua, aku pun mencoba memeriksa apa yang ada di depan sana.

Sedikit demi sedikit aku melangkahkan kaki ku ke depan sana.

"Amph..!!"

Seketika aku menoleh kebelakang, dan ternyata Karin menghilang dari pandanganku.

Aku memegang senter di tangan kiriku dan memegang sebuah kotak mirip android yang bisa ku rubah menjadi

senjata berisi peluru untuk melumpuhkan lawanku.

" Karin!. " mencoba memanggil, tapi hasilnya adalah...

" Akhirnya kami menemukanmu. "

Suara orang lain lah yang menyapa indera pendengaranku.

Suara yang berasal dari suara laki-laki itu membuatku seketika memutar tubuhku ke belakang, dan menemukan sosok orang berpakaian rapi jas hitam.

Itu terlihat dari cahaya senter yang aku arahkan langsung padanya.

Cklek....

Rupanya tidak satu orang saja, namun ada lima orang mengelilingiku.

Segera mungkin aku mencoba melarikan diri, namun sebelum itu aku menembakkan beberapa peluru ke arah mereka sembari berlari.

Dorr.....Dorr.....Dorr.....!!

Beberapa suara dari peluru yang terlontar dari moncong pistol semuanya mengarah padaku, aku membalasnyanya juga dengan menembakkan senjataku pada dua orang yang ada tepat dibelakangku.

Dorr.....Dorr....!

Dua orang tertembak, namun masih sisa 3 orang lagi.

Tapi sayangnya peluruku sudah habis dan hanya bisa mencoba mengelak dari mereka, selagi sedikit masih jauh aku mencoba untuk memanjat pohon dan langsung bersiul kencang.

Tak perlu menunggu lama ada dua ekor burung besar datang dan aku langsung melompat, di detik itu juga burung tadi langsung menangkap kedua tanganku dan mengangkat tubuhku ikut terbang bersamanya.

" Sampaikan jawabanku pada bosmu kalau aku tidak akan pernah menjadi bawahannya lagi " Ucapku selagi terbang menjauh dari mereka bertiga.

" Kalau begitu tidak ada pilihan lain selain melenyapkanmu. " Satu suara itu muncul dari balik bayangan gelap hutan,setelah itu memberikan satu senjata yang lebih besar pada anak buahnya.

"Maafkan aku Alinda, jika itu benar-benar pilihanmu. Tembak dia sekarang. "

Sebuah permintaan maaf yang tidak dapat aku dengar lagi.

Tanpa aku ketahui rupanya ada satu peluru mengarah langsung padaku dan.

DUARRRR...........

ledakan terjadi di atas langit hutan yang penuh akan kegelapan itu.

Langit malam dibawah sinar bulan purnama menjadi saksi kematianku.

Yah...Namaku Alinda, baru saja berusia 19 tahun,tapi sudah berada di militer kurang lebih 1 tahun lebih.

Di kelas militer tidak ada kaitannya dengan status dari keluarga kaya ataupun miskin,semuanya diperlakukan sama.

Jika kalian pikir aku merupakan orang baik-baik, kalian salah.

Dua tahun lalu aku bukanlah manusia, itulah yang dikatakan bawahanku ketika aku berada di dunia bawah selama 4 tahun.

Dunia bawah yang kumaksud adalah dunia Mafia.

Aku sudah berusaha untuk tidak masuk kembali ke dunia itu,namun Bos ku selalu mencari keberadaanku.

Padahal dua tahun ini sudah berjaga-jaga agar tidak ditemukan oleh mereka sampai riwayat hidupku benar-benar aku bersihkan tidak ada catatan sama sekali tentang masa lalu-ku.

Namun apa daya, kehidupan seseorang selalu didampingi oleh sebuah kalimat yang namanya kematian.

Tapi itu hanyalah masa lalu.

Waktu yang sudah berlalu tidak akan berputar kembali.

Dan sekarang yang aku lihat hanyalah sebuah kegelapan, sunyi, dan perasaan yang dingin.

Dunia yang berbeda?

Perasaan yang dingin itu makin lama makin terasa dikulit namun juga terasa perih ketika sesuatu cairan mengenai kulitku.

Aku bisa merasakan tanah yang basah, air yang menetes, bukan tapi ini adalah...

[ Hujan?. ] aku mengerjapkan mataku beberapa kali.

Yah...hujan menerjang wajahku secara langsung dari langit yang hitam, dan di sekelilingku ada rasa bau anyir yang sangat menyengat hidungku.

Normal POV.

Di bawah langit hitam itu tetesan air menerjang wilayah tersebut dengan derasnya, membersihkan semua noda merah di daratan akan lautan manusia.

Walau sudah hampir menjelang pagi,hujan masih saja mengguyur wilayah itu.

Yah...walau agak samar namun Alinda dapat melihat dan merasakan tubuh manusia di sebelahnya.

[ Kenapa tubuhku sakit sekali. ] fikir Alinda ketika marasakan sensasi sakit yang teramat sangat diseluruh tubuhnya.

" Uhuk...uhuk..huk. "

Sesekali terbatuk dan tidak tahan dengan bau darah yang sudah lama terbiar disitu tapi karena ada air hujan maka bau darah itu mulai samar-sama walau masih tetap terasa.

[ Sepertinya tulangku masih baik-baik saja, tapi kenapa sangat sakit?. ]

Berusaha berdiri dengan sekuat tenaga namun ternyata kedua kakinya tertindih mayat yang lain.

Tapi di detik berikutnya dia mendengar suara langkah kaki.

Suaranya semakin mendekat dan semakin dekat bahkan ada cipratan air yang mengenainya ketika telapak kaki itu menginjak tanah.

" Kamu baik-baik saja?, tempat ini berbahaya karena masih dalam pengaruh moster jahat. Akan kubawa kamu ketempat aman. " ucap seseorang dengan nada datarnya.

Dingin dan datar, walau begitu ada makna untuk menolong orang yang masih hidup seperti Alinda.

Seketika orang itu menyingkirkan mayat yang menindih kaki milik Alinda.

Setelahnya, dia mengangkat tubuh Alinda dengan kedua tangannya dan membawanya kesuatu tempat.

Tapi di satu sisi, saat tubuhnya di gendong oleh pria ini, indra penciumannya mencium aroma yang familiar juga.

[ Dibajunya juga ada bau amis, sebenarnya tempat apa ini?. Aku ingat tadi aku menjadi target buronannya mantan bos ku, dan aku berada di dalam hutan seperti ini?. Apakah aku memang masih hidup?. Dan sebelum terkena peluru tadi aku dijatuhkan oleh hewan peliharaan ku?. ] masih berfikir keras dengan situasi yang masih rumit untuk si cerna, jadi hanya bisa menebak-nebak saja.

Makin lama ianya merasa kepalanya terasa pusing dengan suatu ingatan yang terasa bukan miliknya.

Itu semua karena tubuhnya lelah di tambah rasa sakit di seluruh tubuhnya, sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.

*******

Di dalam sebuah rumah, tepatnya di salah satu kamar dengan cermin tepampang ada di depannya.

Di sebelahnya ada meja dan diatasnya ada sebuah gunting.

Seorang anak perempuan dengan rambut sebahu sedang di ikat di kursi, tapi di detil berikutnya, datanglah seorang perempuan dengan warna rambut yang sama dengannya yaitu coklat.

Salah satu tangan wanita ini mengambil gunting itu dan semakin mendekat ke gadis cilik yang terikat di bangku.

" Ibu!, jangan potong rambutku. " pintanya, gelisah dan mencoba memohon pada perempuan yang dia panggil ibu.

" Sebaiknya menurut saja. Jujur aku tidak suka anak perempuan!, paham tidak?!. " sosok yang dipanggil ibu oleh anaknya itu langsung memotong rambut anaknya dengan tidak berperasaan, dia menarik keras rambut panjang yang ada didepannya lalu segera memotongnya dengan gunting.

Perlahan helaian rambutnya mulai berjatuhan seiring benda tajam itu memotong rambut lurus nan panjang tersebut.

Anaknya yang terisak menangis tidak dia gubris dan hanya melanjutkan aktivitasya, sampai tak berapa lama rambut yang awalnya cukup panjang yang memperlihatkan seorang perempuan, kini terlihat layaknya bocah aki-laki.

Warna matanya pun sebenarnya terlihat jelas berbeda dengan ibunya yang berwarna coklat, tapi dia memiliki mata berwarna ruby.

" Sekarang jangan sampai kamu memakai pakaian perempuan lagi, semuanya sudah ibu bakar dan yang tersisa adalah pakaian laki-laki. " peringat wanita ini pada sang anak.

Ingatan terus berubah

" Sebentar lagi tamuku akan datang, jangan buat ulah. Cepat masuk kedalam kotak!. " perintahnya.

" Tapi - "

" Tidak ada tapi-tapi. " langsung menutup keras kotak kecil yang mampu di isi oleh ukuran tubuh anaknya itu.

Yang dilihat dari celah kotak yang didiaminya adalah seorang laki-laki yang sedang bermesraan dengan ibunya.

Ibunya adalah seorang pelacur, maka dari itu ibu tidak akan membiarkan semua orang tahu kalau ibunya sudah memiliki anak seperti dirinya.

Satu demi satu ingatan yang lain pun muncul.

Ketika malam hari saat hujan deras, ada satu kotak di letakkan di depan rumah.

Namun siapa sangka kalau kotak itu berisi anak kecil yang sedang menangis ketakutan karena malam itu sedang hujan disertai petir.

" Ibu!. Jangan tinggalkan aku, Ibu!. Aku takut...jangan tinggalkan aku sendirian diluar!. ibu.!"

Mencoba berteriak keras memanggil salah satu orang yang dimilikinya, namun tetap tidak kunjung datang.

Sampai akhirnya air hujan yang turun itu merembes ke dalam kotak karena ditutupnya ada celah yang membuat air dapat masuk.

Dan ingatan yang lainnya lagi...

" Arhh..!!. ibu!, tolong ampuni aku.,awww....Arrghh...." teriaknya, dengan sebuah rintihan yang terdengar sangat memilukan.

Plak..!, Plak.....!

Tapi hasilnya adalah sebuah tamparan. Tamparan keras tak berperasaan menyambur ke dua pipinya.

" Apanya yang tidak bersalah!. Ibu sudah memperingatkanmu jangan pernah keluar dari rumah, tapi masih saja melakukannya. Apa?..mau coba menyangkal dimana ibu melihat dengan mataku sendiri kamu keluar rumah?!. "

Setelah tamparan demi tamparan diterimanya,ibunya mengambil sebuah tongkat dan langsung tanpa belas kasih dia memukulnya ke dua kakinya dengan keras.

****

"AARRRGHHH.....!!. "Seketika membuka matanya dengan semua gambaran yang diterimanya di dalam kepalanya. Wajahnya masih pucat, tapi teriakan keras tadi seperti mengiyaratkan kalau dia sudah benar-benar sadar sepenuhnya.

" Sudah bangun?. " satu suara dari seorang wanita, datang menyambutnya.

" Berapa lama aku tidak sadarkan diri?. " tanya Alinda, sembari memegang kepalanya yang masih terasa ssakit itu.

" 2 hari. "

[ Apa yang dia katakan? 2 hari?. Sebenarnya dari semalam aku ku sudah bangun ,tapi isi otakku terus bertukaran dengan ingatan dari pemilik asli tubuh ini. Membuatku terus bangun dan tidur lagi, membuatku sangat menderita sehingga tidak bisa sadar penuh. Aku tidak berpura-pura tidur saja tau. ] fikir Alinda.

Masih mencerna semua ingatan yang rupanya bukanlah dari tubuhnya sendiri yang asli, melainkan tubuh yang lain yang Alinda diami, dan sekarang ia juga tidak tau sama sekali sekarang ada dimana dan kenapa bisa memakai....

Tiba-tiba sepasang matanya menemukan hak mengejutkan.

[ Tunggu...., kenapa perempuan itu memakai pakaian pelayan?. Lalu tenda ini?. Tanganku?. Dan rambutku sepertinya pendek sekali ] pelan-pelan mengamati hal yang ada di sekitarnya, termasuk dengan tubuhnya.

Dia merasakan dirinya sendiri yang terasa sangat berbeda sekaligus ada hal yang benar-benar aneh.

" Kamu yang disana, bisa pinjamkan cermin?. "

Tanpa mengetahui sebenarnya kalau wajah dan tubuhnya jadi jauh lebih muda, ucapannya tetap saja terlintar dengan nada perintah.

Tanpa menjawabnya, yang di tunjuk oleh Alinda, dia pergi sebentar dan kembali dengan membawa sebuah cermin kecil.

[ Dasar tidak tau sopan santun. ] batinnya.

Sepintas yang dilihatnya adalah sosok yang bukan dirinya yang sebelumnya.

Dirinya yang berambut hitam dengan warna mata coklat, sekarang justru memang terlihat seperti laki-laki karena potongan rambutnya dan warna matanya yang terlihat sedikit mencolok?.

Kedua tangannya berbalut perban,bagai mumi yang masih bidup!.

" Sebenarnya apa yang terjadi padaku?. " gumam Alinda, bertanya pada dirinya sendiri.

Padahal dia seperti baru saja di kejar oleh bawahannya bosnya, di tembak dan terjatuh?, tapi rupanya semua hal itu sudah berlalu selama dua hari begitu saja?!.

" Hei bocah!, apa kamu tidak tahu?. Sekarang sedang terjadi perang byas, dan kamu salah satu korban yang masih hidup karena permusuhan mereka berdua.

Itu adalah suatu keburuntungan untukmu. " Sela salah seorang yang sama-sama dirawat sebagai pasien, dia berada di sebelahnya Alinda.

" Ya.. Banyak orang yang tewas ditempat, dan kami saja sempat kwalahan menangani para kesatria yang terluka. " perempuan ini mendukung dengan pernyataan laki-laki di sebelahnya Alinda itu.

Yah..dilihat dari wajahnya saja Alinda mengetahui kalau mereka semua sudah kelelahan dengan tugasnya yang mengobati semua orang yang terluka.

Ditenda yang sangat terasa sumuk karena banyaknya orang yang ditempatkan satu tempat yang sama sangat membuatnya tidak nyaman.

Bau obat juga tercium oleh panca indera penciumannya, namun tidak seperti bau obat yang Alinda tau selama ini.

Itu seperti sebuah racikan yang masih alami, bau daun kering dan yang lainnya.

" Pendeta!, ada yang terluka lagi!. " pekik salah seorang di luar tenda.

" Cepat bawa masuk!. " menjawab balik dengan sedikit teriakan, kakinya berlari, bergegas menuju pasien dadakannya.

" Aarrhh....sakit. " rintih pria ini dengan luka parah di dapatinya setelah ikutan berperang.

" Tunggu sebentar. " wanita ini kembali lagi, berlari bolak balik demi mendapatkan hak yang di inginkannya.

[ Sepertinya disini sudah penuh ] Memperhatikan sekitar dan memang, semua tempat tidur sudah penuh.

" Letakkan saja di tempatku. " Alinda berusaha turun dari ranjang, walau masih terasa sakit, namun orang yang barusan datang itu lebih memerlukannya ketimbang dirinya.

Sebuah kebaikan kecil yang dia berika pada orang lain, dia lakukan hari ini.

Beberapa detik itu, mereka semua memandang Alinda dengan wajah terheran, namun tidak lama kemudian mereka segera melakukan pengobatan untuk beberapa orang yang terluka karena perang?.

Ya..itu yang dikatakan orang tadi yang terbaring tepat disebelahnya.

[ Kenapa semua pakaiannya begitu aneh termasuk diriku. ] detik hati selepas melihat semua orang yang dilihatnya memakai pakaian yang sangat berbeda dengan dunianya.

Dia berjalan keluar dari tenda dan rupanya suasananya tidak jauh berbeda dengan yang ada didalam.

Banyak sekali orang berpakaian seperti seorang kesatria yang pernah dia lihat dinovel yang pernah dibacanya namun mereka juga bukan termasuk tokoh dari novel.

Warna dan style pakaiannya berbeda dengan yang satunya, yang satu berwarna putih dengan garis emas dan yang satunya lagi dengan warna biru tua bergaris hitam.

Jelas-jelas mereka dari kelompok pasukan yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama jadi mereka bergabung.

Dia hanya duduk tepat didepan tenda sambil meratapi semua orang yang dilihatnya.

Pakaian lusuh masih dipakainya, seperti yang dikiranya kalau sekarang tidak ada siapapun yang bakal memberinya pakaian bersih, karena mereka semua sedanv sibuk dengan urusannya masing-masing.

Kemudian Alinda menatap kedua lengannya yang dibalut perban.

[ Apa aku jadi seorang bocah lagi ya?. ] tapi yang terjadi saat bercermin tadi, hasilnya memang benar, kalau tubuhnya jadi muda.

" Tapi.....sebenarnya aku ada dimana?. " Alinda duduk diam, tapi matanya menjeling ke kanan dan ke kiri.

Sampai suara dari pria yang tadi berteriak dengan rintihan sakitnya, tiba-tiba saja muncul dalam kondisi yang sehat?!.

" Fyuh...lukaku sembuh juga, tadi benar-benar terasa sakit sekali. " merasa lega dengan kondisinya yang sudah kembali seperti sedia kala.

" Namanya juga pendeta. Tapi sebaiknya kamu harus lebih berhati-hati lagi. " peringat temannya.

" Tenang. Aku akan lebih waspada, selebihnya kita akan dapat emas yang banyak jika kita menang kan?!. " wajah seriusnya berubah menajdi senyuman sedang, setelah berkata emas.

" Ya, kita akan dapat emas. Maka dari itu, kita harus berusaha!. " menyemangati dirinya sendiri dan temannya.

Mendengar perkataan dua orang yang tadi, Alinda baru saja sadar kalau orang barusan yang baru saja dibawa masuk sebab luka di perutnya, kini sudah bisa berdiri normal lag!.

Tentu itu membuatnya heran, kenapa bisa sembuh dangan sebegitu cepatnya?!.

Sedangkan dirinya diobati dengan ramuan lalu ditutup dengan kain kasa!.

Alinda kembali memperhatikan ke dua tangannya itu.

[ Hei...apa ini yang namanya membeda-bedakan status?!. ] Tatapnya dengan wajah malas.

Yah...karena perbedaan status, dirinya sekarang seperti bocah pengemis, sedangkan mereka tadi merupakan kesatria yang ikut dalam peperangan.

Itulah yang membuat pendeta melakukannya dengan cara berbeda?.

Tidak lain dan tidak lebih.

Alinda yang masih terjebak dengan pemikirannya sendiri, sampai-sampai dia tidak sadar kalau ada sesuatu yang sedang berjalan dan mendekatinya.

Dia merasakan ada yang bergerak di lengan bagian jubahnya yang berwarna hijau gelap itu.

Setelah melihat apa yang mengusik lamunannya tadi, itu adalah makhluk paling menjijikan dalam hidupnya!.

Moodnya langsung turun drastis, seketika wajahnya jadi lebih pucat dari sebelumnya karena pemandangan tak terduga itu.

" I..ini...ini...hwaaahhhh...!. " Pada akhirnya teriakan keras menjadi hal dia pilih dalam kondisi itu.

[ Hewan ini!. ]

Secara tidak sengaja, dia melihat hewan yang paling menjijikan diantara yang menjijikan.

Bentuk yang panjang pipih bersegmen seperti cacing, bersendi, berwarna coklat, ada sedikit garis-garis hitam, kulitnya sedikit keras dan memiliki kaki yang banyak layaknya kereta.

" Hiiiiiiiii......, menjijikan. Hh...kenapa tidak jatuh...hhwahh..., tidak.., kenapa...hiii..." Alinda benar-benar merasakan jijik dengan hewan tersebut. Lipan...adalah hewan yang paling dihindarinya karena menjijikan.

Satu orang yang ketakutan itu menarik perhatian beberapa orang yang lewat.

Beberapa ada yang tertawa karena tingkah lakunya yang lucu, sisanya terdiam saja.

" Berhentilah membuat keributan. " satu orang mulai memperingati.

" Ta..tapi..ini..jijik!!!!. " marah Alinda, bukannya membantu tapi di peringati.

" Hewan seperti ini saja sudah ketakutan. " tutur pria yang lebih tinggi dari Alinda, dan mengambil hewan bernama lipan itu dengan ranting pohon.

Hanya saja setelah mengambil hewan tersebut, tiba-tiba dia tersenyum jahat.

Wuing..-----------

Orang itu melemparkan kembali lipan itu ke Alinda,dan mendarat tepat di atas kepalanya.

" Arrgghh.....!!!. " Berteriak secara spontan.

Alinda segera berlari kencang sembari mengibas atas kepalanya dengan tangannya selagi lipan itu masih melingkarkan tubuhnya, dengan suka hatinya tidak berkutik sama sekali.

Hal paling memalukan, menjengkelkan, amarah yang tidak terbendung menjadi sebuah teriakan yang keras.

Inilah, hari kesialannya sepanjang sejarah hidupnya.

Mengganti Nama

Wuing..---------------

Orang itu melemparkan kembali lipan itu ke Alinda,dan mendarat tepat di atas kepalanya.

" Ahahahaha......lucu sekali anak itu. " Tertawa di atas penderitaan oang lain.

" Hewan kecil seperti itu saja takut. " ucapnya, mencibir Alinda.

" Tontonan yang menarik. " wajahnya tenang, tapi kata-katanya juga cukup menyakitkan hati Alinda.

Semuanya tertawa di atas penderitaan orang, itu yang dipikirkan Alinda.

"Arrgghh.....!!! "Alinda segera berlari kencang sembari mengibas kepalanya dengan tangannya selagi lipan itu masih melingkarkan tubuhnya.

Akhirnya lipan itu terjatuh ke tanah, namun tubuhnya masih saja menggigil ketakutan sampai melupakan rasa sakit di lengannya.

Ketakutannya itu sebenarnya karena dia memang tidak suka terhadap hewan yang deperti itu, anggap saja phobia dengan hewan melata.

[ Aku benar-benar tidak bisa menghilangkan bayangan hewan itu. ] masih ngeri dengan kejadian tadi, dia bersembunyi dan berdiam di balik pohon, dia masih berusaha untuk melupakan gambaran yang tadi namun masih saja terbayang membuatnya mematung dan tidak bergerak sama sekali.

Melihatnya saja sudah ngeri apatah lagi sampai menyentuhnya, itu sudah diluar dugaan dan diluar perkiraannya.

"................." Sampai seseorang datang dan memperhatikan bocah yang sedang mematung ketakutan didepannya.

"--------------"

" Kenapa duduk disini?. " tanya orang ini, pada Alinda.

"..................."

Alinda yang masih takut, jadi tidak sadar akan keberadaan seseorang di sampingnya dan tidak menanggapi pertanyaannya.

Karena kalimatnya tidak ditanggapi, salah satu tangannya menyentuh bahu dan barulah anak itu (Alinda) merespon dengan rasa terkejutnya sampai jatuh terduduk.

"Apa yang terjadi?"

Tanya lagi orang tersebut pada Alinda.

" Pukul telapak tanganku. " Alinda meminta hal aneh padanya, jadi dia pun menyerahkan sebatang ranting pada orang di depannya ini, untuk mengabulkan keinginannya itu.

Orang itu pun bertanya tanya kenapa harus memukulnya, padahal tidak membuat kesalahan sama sekali.

" Kenapa saya harus memukulmu?. " tanya lagi pria ini.

" Pukul saja!. " Alinda memejamkan matanya sambil menuerahkan ranting itu kepada oraang ini.

Pria ini pun menerima ranting oemberiannya alinda sambil berkata.

" Oh...baiklah "menuruti permintaannya,namun..

Plukk... ( itu sebuah pukulan yang sangat lembut. )

[ Ini tidak keras sama sekali!. ]

" Lebih keras lagi!. " memohon kembali agar telapak tangannya dipukul lebih keras.

Alasan sebenarnya adalah bisa merasakan sakit agar sensitifitas telapak tangannya tidak mengingat bentuk dan rasa dari kulit lipan yang tersentuhnya karena berusaha membuangnya dari atas kepalanya sendiri.

Hanya itulah jjalan keluar dari masalahnya sendiri.

"Aku tidak akan memukul orang yang tidak bersalah. " jawabnya dengan tak acuh, saat hendak membuang ranting itu, ranting tersebut langsung di rebut oleh seseorang yang ada di belakangnya.

" Biar aku saja yang melakukannya. " sela orang ini.

Jadi datanglah satu orang lagi, sambil merebut ranting dari orang pertama.

Alinda, tentu saja sudah siap dengan pukulan yang sakit itu.

PLAKK......

" Lagi- " pintanya sekali lagi.

PLAKK.....

Sekali lagi memukul dengan tak berperasaan.

" Lagi.!. "

PLAKK.....

" Aww.." Sampai di akhir, Alinda mengerang pelan, karena pukulan teralhir jauh lebih keras.

[ Ini baru pukulan yang kuat, aku bisa melupakannya. ] fikir Alinda dengan percaya diri.

" Terima kasih. "

Setelah bisa melupakan apa yang pernah disentuhnya, akhirnya bisa bernafas lega.

Orang yang tadi membantu memukul tangannya sudah beranjak pergi namun tidak dengan orang yang pertama itu datang.

"Perkenalkan, namaku Elviniraz. Jadi, namamu siapa?. " tanya pria yang sudah memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, dan namanya adalah Elviniraz.

"............"

Alinda hanya mengedipkan kedua matanya dan tidak menjawab pertanyaan dari orang yang bertanya itu.

[ Nama?. Kenapa nama orang ini sedikit sulit aku ucapkan. ] lidahnya terasa kelu.

" Ah. Apa kamu tidak punya nama ya?. Mau aku buatkan nama untukmu?. "

Aalinda mana mau di beri nama oleh orang lain, jadi saat ini dia sedang berpikir.

[ Bagaimana ini?. aku tidak tahu nama anak dari tubuh ini. Lalu juga tidak bisa bilang nama asliku karena mungkin akan terdengar aneh disini, dan mungkin memiliki nama baru akan lebih bagus. ]

" Tidak. panggil saja Eldanie. "

[Yah...sementara itu saja dulu,ketimbang tidak punya nama] sambung Alinda di dalam hati.

Alinda baru sadar kalau kakak laki-laki didepannya benar-banar memiliki paras yang tampan.

Sesuai dengan warna rambut, mata, baju dan pedangnya.

Warna emas, warna yang memberikan kesan cahaya bagi yang melihat orang bernama Elviniraz ini.

Nada dan raut wajahnya begitu polos namun memiliki jiwa yang kuat.

[ Ahhh....pemandangan yang menakjubkan. ] Alinda atau bisa di panggil Eldanie, mulai terhanyur akan oemandnagan menakjubkan di depannya ini.

" Aku rasa ada kaki kecil di rambutmu. " Menyentuh kepala Alinda dan mendapati kaki yang amat kecil namun bisa ditemukan dengan mudah oleh Elvi?!.

[ Kaki..?, ka..ki..ke..cil?, ka..ki...itu!. ]

ucapan pria itu menggema didalam kepala, kaki hewan yang mendarat tepat di atas kepalanya beberapa saat lalu.

" Hei..kenapa kamu menangis?. "

[ Hah?,menangis?. ] Tanpa diketahui air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.

"Ka..ki itu berhu..bungan dengan hewan...yang..menji..jikan. " jawabnya, nadanya terbata-bata dengan sendirinya, tidak lain itu oasti karena reaksi tubuhnya yang juga takut akan hewan bernama Lipan itu.

" Pfftt....,jangan dipikirkan lagi. " Mengusap kepala Alinda dengan lembut.

Sesaat Alinda mendongak ke atas, dan menemukan senyuman tulus terukir di bibir Elvi.

Tap..tap..tap...

Tiba-tiba saja ada satu perempuan langsung mendekat Alinda dan menyatukan telapak tangannya dengannya.

" Ini- " Alinda tercekat dengan hal itu.

" tenang, dia akan menyembuhkan lukamu. " jelas Elvi.

Tangan yang digenggam oleh perempuan itu terasa hangat.

Entah apa yang dirapalkan wanita tersebut, tapi tubuh Alinda merasakan rasa nyaman yang membuatnya makin lama terasa mengantuk, rasa kantuk yang tidak dapat tertahankan.

Sampai pada akhirnya tertidur dengan tenang, perasaan yang belum pernah ia rasakan selama ini.

Dan Elvi seacara otomatis menerima tubuh yang langsung tumbang itu, setelah di berikan penyembuah oleh kekuatan suci dari salah satu pendeta yang Elvi panggil.

" Kenapa sampai bisa pingsan seperti in?. " Tanya Elvi, sambil menopang tubuh dari Eldanie yang rupanya, justru terasa sangat ringan bagai bulu.

" Saya merasakan kalau beliau mendapatkan tekanan psikologis yang sangat kuat, tubuhnya lemah karena terlalu lelah, dan ada trauma, jadi itulah penyebabnya. " jelas wanita ini, kepada Elvi yang justru dia panghil yang mulia, karena itulah panggilan paling terhormat dan sopan untuk seorang pria yang mempunyai jabatan tinggi ini.

" Kamu bisa pergi. "

" Baik, saya undur diri dulu. "

Selepass kepergian dari pendeta barusan, Elvi terus menatap anak yang terlihat lebih muda 2 tahun itu.

Refleks, salah satu tangannya, sedikit mengagkat satu tangan milik Eldanie.

" Kurus sekali. " gumam Elvin, dia menilai tangan Eldanie justru 3 kali lipat lebih kurus jika di bandingkan dengan tangannya Elvi.

Merasa tidak tega jika di serahkan pada orang lain, Elvi pun memutuskan untuk membawanya ke tendanya.

Para kesatria lain hanya memandanginya dengan tatapan terkejut, karena ini kali pertamanya Yang Mulia Elviniraz membawa seseorang dengan tangannya sendiri masuk ke dalam tenda pribadinya.

Jaraknya tidak begitu jauh dari tempat pertemuannya tadi.

Tenda miliknya, tentu saja saangat berbeda dengan yang lainnya. karena pada dasarnya status mereka semua lebih rendah ketimbang dirinya.

Elvi pun menaruh tubuh super ringan itu ke atas kasur lipat, dia meletakkannya dengan begitu hati-hati seakan Eldanie itu rapuh seperti gelas kaca.

[ Jangan bilang kalau umurnya jauh berbeda dari tubuh fisiknya. ] Elvi menatapnya penuh dengan penilaiannya terhadap anak ini, karena sering terjadi jika tubuhnya seperti ini seperti anak yang baru berumur dua belas tahun, tapi ternyata umurnya malah lebih di atasnya.

Tidak selang beberapa menit kemudian, Elvi pun keluar dari tenda.

Satu hal yang di lihatnya saat keluar dari tenda adalah orang bernama Caver.

Pria berambut hitam itu lantas berjalan mendekat, dan langsung melontarkan kata demi kata.

" Apa alasanmu membawanya bersamamu, bisa jadi dia adalah mata-mata. " ucap Caver dengan nada dinginnya.

" Aku yakin dia bukan mata-mata. " jawab Elvi di detik itu juga.

" Hanya asal yakin, bukan berarti dia orang asing yang bisa sembarangan anda bawa ke tendamu. "

" Kekhawatiranmu itu terlalu berlebihan. " jawab Elvi lagi, dan dia langsung saja pergi, mengabaikan keseriusan Caver dalam hal kemungkinan bahwa orang yang Elvi bawa adalah benar-benar mata-mata dari negeri musuh.

Tapi dia tetap yakin dengan pendiriannya itu.

l

l

l

l

l

l

l

l

l

l

4 jam kemudian.

Eldanie yang tertidur lelap di daam sebuah tenda, masih saja tertidur tapi dalam keadaan raut wajah yang terlihat tersiksa.

" Ughh......" ke dua alis bertautan, mimpinya itu yan membawanya ke dalam kondisi terburuknya. Tubuhnya, matanya tasa berat.

Dia merasa bahwa di dalam mimpinya itu, dirinya sangat-sangat mengantuk, sehingga tubuhnya juga terasa lemah, lemas tidak berdaya, kelopakmatanya terasa sangat berat untuk di buka, seakan kalau dirinya itu akan benar-benar tertidur selamanya di dalam mimpinya itu.

" Hah....hah......ugh....."

Elvi yang sedang duduk sambil membaca topografi dari peta, langsung di sadari akan suara lenguhan tidak jelas yang berasal dari sudut tenda.

Dia pun beranjak dari tempat duduknya, dan pergi ke salah satu sudut tenda, hingga meemukan orang yang tertidur di atas kasurnya dalam kondisi yang tidak menyengkan.

[ Dia.....! ] Elvi pergi mendekat, melihat kalau Eldanie malah dalam kondisi tidur sambil menahan nafas.

Elvi buru-buru untuk membangunkannya, menepuk-nepuk pipinya Eldanie tapi tak merespon juga,sampai di satu titik, dia mencoba membangunkan Eldanie sambil memanggil namanya.

" Eldanie!. " dan untuk pertama kalinya, dia memanggil namanya.

******

" Eldanie!. " teriak seseorang, dan panggilannya itu lantas sukses membuat si empu segera terbangun dengan..

Dengan wajajjh terkejut.

"Hah...hah...hah"

[ Kepalaku terasa pusing sekali ] memegang kepala yang terasa nyeri.

" Danie!, kalau sudah bangun, cepat mandi!. Kita masih ada jadwal untuk memindahkan barang senjata ke gudang. "perintahnya pada Danie.

" Ya. " jawab Danie dengan semangat..

Sudah dua tahun Danie bekerja di istana Linstone sebagai pekerja di bagian gudang persenjataan. Dalam dua tahun itulah dirinya mulai mengerti akan dunia baru yang ditinggalinya ternyata jauh berbeda, boleh dikatakan dunia lain.

Identitasnya sekarang adalah seorang pria, yah...setidaknya ada manfaatnya, selain bisa melihat para kesatria suci di istana sedang berlatih, dirinya juga bisa belajar teknik ilmu yang dilihatnya, selain itu dia bisa bertemu dengan orang yang tampan lagikan pemberani, sesuai dengan namanya kesatria.

Tapi yang disebut manusia, bagaimanapun juga tidak jauh berbeda dengan dunianya yang dulu.

Kalau dulu, semua orang kaya lebih banyak menghamburkan uang untuk kesenangan pribadi dengan bermain bersama wanita maupun laki-laki seperti gigolo di sebuah klub.

Maka didunia ini juga tidak kalah jauh berbeda. Para bangsawan dan kesatria yang memiliki pangkat lebih tinggi selalu menyalahkan gunakan hak kekuasaannya selain untuk merendahkan orang lain juga untuk pamer kekayaan dan berjudi.

Yah...apa pun itu, semuanya tidak jauh berbeda, yang menjadi perbedaan paling segnifikan adalah ilmu pengetahuannya.

Di jaman modern semuanya menggunakan ilmu pengetahuan teknologi, namun didunia yang baru yang ditempati Danie lebih ke sebuah sihir.

Mengenai kenapa sekarang Danie bekerja sebagai pengurus gudang senjata adalah sebab dulu ia baru ingat kalau dirinya tidak memiliki siapapun.

Walau dari ingatannya Danie memiliki seorang ibu, tapi ternyata dia sudah terbunuh karena mengejar dirinya yang kabur dari rumah dan disaat bersamaan tengah melewati wilayah yang sedang dilanda peperangan, yaitu perang Byas.

" Cepat, bantu bawa kotak ini. "

Danie mengangkat kotak kayu, entah isinya apa namun lumayan berat, tapi masih bisa ia angkat.

" Kecil-kecil tenagamu besar juga. "

"Tidak usah mencibir. "

" Aku tidak mencibir, melainkan memuji. Apa itu yang di terima sudut pandangmu?. "

" Ya. " jetusnya.

" Ngomong-ngomong usiamu sekarang berapa.? "

" Apa ada masalah?. " melirik ke arah lawan bicaranya itu, sambil memberikan sebuah tatapan menyelidik.

" Tidak, hanya saja tubuhmu tidak seperti pria pada umumnya. "

Danie menaikkan sebelah alisnya, ia tahu bahwa faktanya dirinya memang bukanlah laki-laki dan selama dua tahun ini juga sudah masih aman menjaga rahasia mengenai identitasnya.

" Ada banak fisik laki-laki di dunia ini, memangnya semua laki-laki harus bertubuh sepertimu?. Jadi jangan mendebatkan tentangku lagi. Ini taruh di sudut yang mana?" langsung menukar topik pembicaraannya.

" Pindahkan tempat sampah itu ke depan dekat pintu, akan aku geser peti ini ke tembok. "perintah Gasphal pada Danie.

Danie pun menuruti perintahnya, dia mengangkat tong sampah yang berisi jerami, kertas, dan lainnya.

[ Hehh....dunia ini membosankan. Tidak ada teknologi rasanya sangat membuatku kesepian setengah mati. ] mengeluh akan dirinya sendiri bisa terjebak didunia yang membosankan itu.

Tiba-tiba muncul bayangan hitam yang menutupi pandangannya.

Padahal hari ini cukup cerah, dan lepas memutar tubuhnya kebelakang,baru nampak sosok lelaki dengan postur besar dan tinggi, rambut berwarna hitam dan iris mata violet, sorotan matanya begitu tajam seakan bisa memakan orang hidup-hidup.

Dia adalah orang yang sejak usia muda selalu berhasil meraih kemenangan disetiap medan pertempuran karena keahliannya dalam bertempur dan kegilaannya ketika membunuh musuhnya...

Dan merupakan orang yang selalu memiliki tetesan darah mengalir dari ujung pedangnya. Seseorang yang memiliki panggilan Iblis Medan Perang.

Penerus keluarga Duke Willard dan pemimpin pasukan Nikhil Knights.

' CAVER WILLARD '

[ Dia benar-benar memiliki hawa membunuh yang sangat kuat. ] tersengih tidak tau apa yang dia mau karena terus menatapi dirinya dengan serius.

" Apa yang tuan kesatria perlukan?. "

" Dimana peti yang barusan kalian bawa. "

Nadanya sangat datar, sedatar datarnya.

Tidak ada raut wajah lain selain tanpa ekspresi .

Danie hanya menunjuk ke arah peti yang tadi diangkat bersama dengan Gasphal.

Yang bertanya mencoba ke tempat yang ditunjuk Danie, lalu tanpa perlu waktu lama sudah dapat menemukannya lalu dia berjongkok tepat didepan kotak peti berwarna coklat tersebut. Salah satu tangannya seddikit mengangkat tutup peti dan menggesernya kesamping sampai benar-benar terbuka.

Yang ada hanyalah tumpukan jerami.

Tidak...dia mengeluarkan semua jerami tersebut dari peti dan ada satu pedang tersimpan didalam sana, pedang berwarna merah semerah darah dengan garis berwarna hitam.

Kalau digunakan untuk berperang membunuh makhluk didepannya pasti tidak tau mana pedang dan mana yang merupakan darah.

Duke dapat mengambilnya dengan mudah, bahkan tidak terlihat berat sama sekali.

Namun ketika pedangnya hendak dikeluarkan dari sarungnya, dia seketika melirik kearah Danie dan mengurungkan niat memisahkan satung pedang dari pedangnya.

Kemudian dia berlalu meninggalkan mereka berdua (Gasphal dan Danie).

[ Yah..padahal aku ingin sekali melihatnya ]

menggerutu kesal tidak dapat melihat langsung barang yang begitu bagus.

" Danie, semua orang mencarimu. " datang satu orang lagi

" Hah?, kenapa mencariku?. "

" Apa kamu lupa?, hari ini jadwalnya mengasah dan membersihkan pedang mereka dengan air suci. "

Sesuai namanya,kesatria suci.

Mereka semua secara rutin mengasah pedang mereka setelah peperangan berakhir dan membersihkannya dengan air suci yang sudah dirapalkan mantra oleh pendeta.

Itu merupakan tradisi kerajaan yang sudah turun temurun, dengan harapan setiap perang akan selalu membawa sebuah kemenangan besar, dan setiap orang yang menjadi kesatria yang rela berkorban demi keyakinannya untuk mempertahankan wilayahnya bisa hidup tenang dan damai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!