Suara ambulan itu begitu memekakkan telinga yang mendengarnya.
Segala usaha dikerahkan oleh tangan tangan terampil untuk menjaga nyawa seorang pemuda agar tetap berada dalam raganya.
Darah segar yang berwarna merah kehitaman kental itu terus mengalir deras bagaikan aliran sungai tanpa henti meski telah ditutup rapat untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi oleh para tangan tangan terampil itu.
Tak ada isak tangis untuk saat ini, hanya ada peluh keringat yang membanjiri dikening yang terus turun membasahi wajah beberapa orang yang berseragam serba putih dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya yang menangani pemuda itu.
Sedangkan disebuah mobil lain yang mengikuti ambulan itu untuk membelah jalanan kota Tangerang, terdapat seorang gadis pula yang mengalami luka luka tapi tak seserius kondisi sang pemuda.
"Bangun nak.. mamah tidak mau kehilangan kamu, cukup mamah kehilangan dia tapi kamu jangan pernah meninggalkan mamah"
"Bangun sayang.. mamah mohon"
Isak tangis seorang ibu begitu memilukan saat terdengar oleh sepasang telinga manusia yang berada didalam mobil hitam itu.
Sedangkan saat rombongan mobil itu mulai memasuki pelataran tempat yang mendominan dengan aroma obat.
Orang orang yang berseragam yang sedang bertugas mulai berlarian seiring dengan roda troli yang ikut merunyamkan suasana di sore hari.
Bau anyir beserta warna merah kental itu ikut membuat suasana menjadi lebih sulit untuk dikendalikan.
"Siapkan ruang UGD segera! Kita lakukan tindakan secepatnya karna pasien mengalami pendarahan cukup banyak dibagian kepalanya"
Satu perintah yang langsung membuat beberapa orang berseragam serba putih itu langsung bertindak dengan cekatannya.
"Dok pasien mengalami patah tulang ringan di lengan kiri dan terdapat sedikit retakan dibagian kepala belakang akibat tertusuk kaca mobil sepertinya" ucap salah satu asisten dokter yang telah memeriksa keadaan pasien berjenis kelamin laki laki itu.
"Kita harus melakukan tindakan operasi" sahut sang dokter yang menangani pemuda itu.
"Tapi dok.. sepertinya tidak ada keluarga atau kerabat dari pasien"
Dokter muda berparas tampan itu menghela nafas dalam lalu seketika dia langsung mengeluarkan ultimatumnya sendiri.
"Kita lakukan saja tindakan operasi"
"Tapi dok" sela asisten dokter itu.
"Saya yang akan bertanggung jawab jika terjadi apa apa dengan pemuda ini"
Lampu operasi berwarna merah diatas pintu itu menyala cukup lama atau bahkan sangat lama juga karna menyita waktu kurang lebih tiga jam.
Sedangkan diruangan lain,seorang gadis yang juga korban kecelakaan itu masih saja memejamkan matanya dan belum memiliki tanda tanda hendak menampilkan retina matanya yang selalu bisa menghipnotis lawan bicaranya.
Dua insan manusia dalam dua ruangan yang berbeda, dalam jalan pikiran yang berbeda dan pandangan tentang lawan jenis yang berbeda pula.
Tapi mereka sama sama memejamkan mata, sama sama berusaha menahan agar nafas itu tetap mengalir teratur melalu rongga pernafasannya.
Berusaha mengoptimalkan agar sang jantung dan denyut nadi terus bekerja dalam upaya ingin tetap bisa menatap dunia.
Ini bukanlah sebuah akhir, tapi ini adalah sebuah awal kisah mendramatisir. Awal yang tak pernah diduga sebelumnya. Awal yang juga tak pernah diharapkan olehnya.
Awal yang akan mengubah nasib yang tak pernah dia duga. Awal yang juga bisa dikatakan sebagai awal kehancuran bagi masa depannya.
Masa depan yang selalu dia impikan lenyap begitu saja tanpa sisa hanya karna pertemuan yang tak disengaja.
"Bagaimana?" tanya wanita tercerewet dalam hidup seorang Davin pria terdingin dalam keluarganya.
"Bagaimana apanya?" sahut pria yang dengan manisnya duduk menjawab sekenanya dengan tampang seperti biasa.
"Apa masih sakit?" tanya gadis itu lagi dengan berusaha mendekati tempat duduknya.
"Tidak" jawabnya singkat tak memperdulikan perhatian gadis itu.
"Bohong!" gertak gadisnya dengan menunjukan jari telunjuk kanannya.
"Tidak"
"Bagaimana dengan bagian kepala? Apa masih sakit" terus saja dia mengganggu seorang Davin.
"Tidak"
"Tangan kiri?" tanyanya dengan memegangi dan mengangkat tangan kiri.
"Tidak"
"Tidak bisakah kakak memberi jawaban lain selain TIDAK?"
"No" sahutnya setelah tangan kirinya dihempas oleh gadis remaja itu.
"Dasar Es balok!"
Kanya Mala Mayndra
Wanita terberisik, tercerewet dan terbawel didalam keluarga Mayndra. Bahkan kicauannya mampu mengalahkan mommy tercinta yang tak lain adalah Melliza Clara Mayndara yang selalu mendukung setiap langkah dan keputusan seorang Davin yang akan diambil entah itu untuk keputusan dirinya sendiri atau untuk orang lain.
Mommy: "Kanya jangan ganggu kakakmu"
Kanya: "Kanya tidak menggangunya mommy.. Kanya hanya mencoba untuk memeriksa lukanya"
Celine: "Adek Kanya kaya tidak tahu sifat Davin saja.. Davin mau sesakit apapun pasti juga akan menjawab aku tidak apa apa" suara yang datar dan tenang itu berhasil mengalihkan intensitas kegiatan makan pria dingin ini dimeja makan.
Kanya: "Kak Cecel stop panggil Kanya dengan embel embel adek.. Kanya tidak suka"
Satya: "Kalau tidak mau dipanggil adek makanya punya adik" sahut anak keempat keluarga Mayndra.
Satya?
Sebenarnya nama aslinya adalah Aprilia Satya Mayndra.
Mengapa Aprilia?
Clara pernah bercerita, sebenarnya kakek Juna yaitu ayah kandung dari David yang tak lain adalah kepala keluarga Mayndra sendiri yang memberinya nama Aprilio awalnya. Bukan hanya Satya yang lahir dibulan april tapi kakek Juna memiliki instingnya sendiri untuk menamai cucu cucunya.
Hanya saja watak pencemburu David yang terlewat batas, dia menyalah artikan bahwa Aprilio adalah nama yang diambil dari pria yang waktu itu kerap mendekati Clara dan berniat mengambilnya dari David. Jadilah nama yang awalnya telah diterapkan alhasil diubah oleh David.
Dan karna itu pula Clara membantah jika Satya dipanggil dengan nama Aprilia karna itu baginya sangat tidak pantas untuk seorang laki laki.
Jadilah Satya dan Davin, nama yang awalnya sangat tidak sengaja diambil dari nama lengkap daddy nya yaitu David Setya Mayndra.
"Kalau mommy kamu tidak menolak kamu sudah memiliki adik bukan hanya satu Kanya" suara itu berhasil mengalihkan perhatian semua orang terkecuali anak ketiga yaitu Viana karna dia sekarang sedang menjalani pendidikan fakultas hukumnya.
Davin: "Menolak? bukannya daddy biasa memaksa mommy? memang bisa mommy menolak keinginan daddy?"
Celine: "Vin" panggil anak sulung Mayndra lirih.
Davin: "Apa kak? memang benar kan? Daddy kita yang terhormat ini memang suka memaksa mommy untuk memperbanyak anak"
Davin: "Terbukti dari selisih umur kita semua"
Davjn: "Kak Celin dengan aku kita selisih umur hanya lima belas bulan kak, sedangkan aku dengan Viana hanya tiga tahun, Lalu dengan Satya lima tahun dan juga dengan Kanya sepuluh tahun"
Kanya: "Iya daddy ini doyan apa emang bagaimana?"
Davin: "Daddy bukan hanya doyan tapi memang dia maniak ****"
Mommy: "Davin!" sela sang ibunda menengahi.
Davin: "Memang benar kan mom? mommy ini hanya dijadikan sebagai alat penghasil keturunan oleh daddy dengan beralasan rasa cemburu. Mommy tidak usah membela daddy lagi kita sudah besar semua, sudah tahu yang benar dan salah"
Daddy: "Kalau kamu merasa sudah besar maka ajari adik adik mu tentang bagaimana cara menghormati orang tua, bukan malah sebaliknya"
Davin: "Davin kenyang.. Davin masuk kamar terlebih dahulu mom, ada banyak kerjaan yang lebih penting dari pada mendengar ceramah orang doyan kuda kudaan"
Mommy: "Davin cukup!"
Davin: "Saran Davin dad, kurang kurangi kegiatan malam. Bukan hanya karna aku kasihan pada mommy, tapi aku khawatir nantinya daddy mengidap penyakit sakit pinggang akut sampai tidak pernah bisa lagi menikmati hidup yang sangat daddy sayangi"
Disela kegiatan yang bisa dikatakan sebagai bekerja, bisa pula menyambungkan sebuah hobi atau bahkan sebuah bakat yang dimiliki pemuda berumur dua puluh enam tahun yang telah dimilikinya sejak dini.
Davin Aditya Mayndra dengan tingkat ketelitian dan kejeliannya berhasil menjadi salah satu pencipta game online yang dia rancang dan dia buat sendiri.
Menggambar, melukis atau semua hal yang berbau seni dua dan tiga dimensi ini menjadi satu satunya kebanggaan yang tak ternilai baginya.
Dia berhasil membuat game online berbasis pertempuran dan merancang tokoh tokohnya sendiri sesuai keinginan dan imajinasinya yang berlebih bahkan diatas rata rata.
Kecerdasan seorang Davin selalu diakui oleh semua orang terkecuali daddy nya sendiri.
Karna bagi daddy nya, seorang Davin bisa seperti itu tidak akan jauh dari gen yang telah daddy nya tanam dalam tubuhnya sejak sel telur istrinya bertemu dengan ****** miliknya.
"Kembali lagi di entertainment super hot di siang hari yang pastinya akan menyuguhkan berita terpanas, terambyar dan ter ter ter trendi di tanah air maupun diluar negeri" layar datar nan lebar itu mulai menimbulkan suara yang tak dihiraukan oleh sang penunggu ruangan.
"Ngerumpi utama"
"Lagi lagi dan lagi dan terus lagi.. anak bangsa berhasil menunjukan keberadaan bangsa dan tanah air merah putih kita dengan mengepaknya dalam sebuah penghargaan tinggi"
"Velicia Atmarini Ellena!" suatu gerakan terhenti.
"YA!!! Gadis cantik, elok yang sangat teramat menawan ini berhasil melambungkan sekali lagi bangsa Indonesia ke manca Internasional dari bidang fashion" ocehan pembawa acara itu mulai menarik perhatian seseorang.
"Bagaimana tidak.. seorang gadis yang selintas terlihat kecil ini telah mensejajarkan diri bersama Addsinant Cleonard seorang desainer yang berhasil menyabet banyak penghargaan tinggi di beberapa event besar contohlah Milan fashion week"
"Bahkan Velicia Atmarini Ellena mendapat gelar the graceful secara publik oleh Addsinant Cleonard dari berbagai hasil karyanya"
"Waaah.. anak bangsa kita yang satu ini benar benar mengharumkan nama bangsa Indonesia yah?" unjuk mbak rempong yang mengoceh sedari tadi dengan menunjukan sebuah foto fokus face yang tertuju pada wanita cantik dan ramah tamah itu.
"Di usianya yang baru dua puluh empat tahun sudah berkiprah dengan jejeran nama dunia, sedangkan saya..
"Jadi kau bahagia sekarang sayang?" gumam pria dewasa yang semakin erat menggenggam pensil gambarnya.
"Kau bahagia bersamanya? biar aku tunjukkan seperti apa kebahagianmu bersamaku" gumamnya lagi dengan menekan ujung pensil kuat hingga membuat kertas putih yang polos mulai robek akan aksinya.
"Kita lihat kau akan berakhir denganku dengan tangisan atau akan bahagia dengan air mata penderitaan bersamanya" kata datar yang melantun dengan lancar dari bibirnya terlihat begitu mengerikan.
TOK TOK TOK...
"Davin?!" panggil seseorang yang selalu berani menentang keputusannya.
"Davin buka pintunya.. ini kakak Davin" terangnya yang sebenarnya tidak perlu lagi disebutkan karna jelas seorang Davin paham betul dengan suara khas yang selalu ada di sisinya dalam hal menyalahkan segala keputusannya. Termasuk keputusan Davin untuk menjadi pencipta game.
Karna kemauan kakaknya tercinta Davin bisa mewarisi bakat yang daddy meraka miliki yaitu menjadi spesialis bedah dalam bidang otopsi dan melanjutkan bisnis pembuatan vaksin untuk virus baru yang belum ada pengobatannya.
"Mommy mencarimu Davin! kamu tidak mungkin terus berusaha menutup telinga jika mommy yang memanggilmu kan?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!