POV Hisyam
Namaku Hisyam, aku sudah menikah dan mempunyai istri yang baru saja melahirkan anak pertama kali.
Kehidupan kami awalnya bahagia seperti masa-masa pengantin baru lainnya dan tak lama kemudian Tuhan mempercayai kami dengan berita kehamilan istriku, aku sangat bahagia karena kami masih terbilang pengantin baru ditambah Istriku langsung hamil.
Dari pertama menikah aku memang mengajak istriku tinggal bersama orang tuaku, itu memang sudah perjanjian sebelum pernikahan kami karena aku anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya membuat ibu tidak bisa jauh-jauh dariku dan begitu juga dengan kakak-kakak ku.
Meskipun mereka sudah menikah tapi rumah mereka tidak jauh dari rumah ibu, rumah kakak pertamaku berada disamping rumah Ibu, sementara rumah kakak kedua ku di belakang rumah ibu dan aku tinggal bersama ibu dan istriku.
Awal masa kehamilan istriku sangat kumanjakan, dia acap kali merengek ngidam ini, ngidam itu, pengen ini, pengen itu. Tiap kali pulang kerja tak lupa kulihat pesanan dari istriku lewat wa, kadang aku tertawa karena ngidamnya yang aneh-aneh. Kadang malam-malam pukul 22.00 WIB.
Dia minta dibawakan rujak sayur, kadang es tebu.
Namun terkadang dia hanya minta saja namun tidak dia sentuh atau makan sama sekali, aku heran dengan tingkah polahnya, tapi aku tetap bersemangat mencarikannya. Sampai suatu hari dia memberikanku pesan singkat,
Istriku
✉️ Mas, Adek pengen sesuatu, abang pulang cepet ya, soalnya Adek pengen makannya diluar, jangan dibawa pulang, nanti ketahuan Ibu (isi pesannya padaku)
Aku sendiri membaca pesan itu merasa ada yang aneh, kenapa dia menggunakan kalimat “ketahuan Ibu”, memangnya kenapa kalau ibu tahu, toh juga memang serumah pasti tahu.
Aku tak mau memikirkannya terlalu serius dan mengabaikannya, melanjutkan kerjaku supaya bisa segera pulang dan mengajaknya untuk membeli yang dia inginkan.
Hingga suatu hari tiba waktu istriku melahirkan dan membuat ibuku memintaku untuk menceraikannya. Aku tahu ibu kesal pada Ahsa, Istriju.
Ahsa baru saja melahirkan, tapi dia berubah menjadi lebih sensitive, mudah menangis karena hal kecil. Contoh, dia memintaku mengambilkan popok bayi, 2 menit telat mengambilnya dia sudah menangis dan menganggaku tak sayang lagi padanya dan bahkan lebih parahnya dia berkata aku juga tak menyayangi bayi kami.
Dia juga kerap menangis jika ibu dan kedua kakakku menggendong bayi kami, dia tidak ingin bayinya disentuh siapapun selain dirinya termasuk ibu dan kakak-kakak ku. Kadang dia berlari keluar dari rumah ingin membawa anak kabur bayi kami seolah-olah akan ada yang menyakiti bayi dan akan merebut anak kami darinya.
Puncak dari keanehannya adalah dia berteriak-teriak pada ibu dan kakak-kakakku, selama menjalani pernikahan baru pertama kali aku tahu dia sangat emosi sperti itu, dia bahkan mengamuk dan membanting gelas dan sendok di dapur, kejadian itu aku ketahui ketika aku pulang kerja, aku sudah mendapatinya mengamuk histeris.
Dia saat itu menjadi orang yang sama sekali tidak ku kenali. Aku mengacak rambutku karena frustasi dengan keaadaan ini.
***
Beberapa minggu yang lalu, di ruang makan.
“Sudah ceraikan saja istrimu itu Syam, dia sudah tidak waras, lagipula dia tidak bisa melayanimu lagi, pulangkan saja atau kalau kamu takut sama mertuamu biar ibu yang bicara pada mereka.” Kata Ibu padaku.
“Ibu ini ngomong apa?, aku masih mencintainya bu, dia nanti juga sembuh kok bu,” Jawabku padanya.
“Sembuh sih sembuh, tapi apa kamu tidak aneh kalau nanti berhubungan dengan istrimu lagi, dia kan pernah gila,” Ketus ibu dan berjalan kearah dapur.
“Iya, bener itu Syam, kamu gak malu apa punya istri gila, kalaupun udah sembuh semua orang juga gak bakal lupa dia pernah gila” Ucap mbak Linda, kakakku yang pertama.
“Tau ah ni anak, dibilangin kok, lagian istrimu itu dulu pelit sih, itungan, pemalas, manja juga mentang-mentang hamil, jadinya kena karma tuh dia, habis lahiran jadi gak waras,” ucap mbak Dewi (kakak keduaku) yang tak kalah tajam dari ucapan Ibu dan mbak Linda.
***
1 bulan kemudian.
Aku tidak sengaja bertemu dengan temanku sewaktu kuliah, kami saling ngobrol dan nostalgia masa kuliah, hingga akhirnya dia bertanya apakah aku sudah menikah dan apa sudah mempunyai anak.
Ku jawab sudah namun dengan wajah yang masam, karena jika dibahas mereka hatiku sakit mengingat kondisi keluargaku.
“Loe jawab soal istri sama anak loe, kok kagak gitu mukanya bro,” sahut temanku saat melihat ekspresiku.
“Entalah bro, makin hari makin gak karuan keluarga gue, dulu gue aman-aman aja sam istru gue, enak adem ayem gitu kayak pengantin baru pada umumya, gak lama istri gue langsung hamil, sejak hamil itu istri gue rada aneh, apalagi pas udah lahiran, istri gue berubah banget bro, kata orang istri gue ada gangguan mental/stres,” ucapku.
“Maksudnya gimana sih bro, ceritain yang detail dong, biar gue ngerti maksud loe,” tanyanya padaku.
Aku pun menceritakan semua keanaehan yang dialami istriku mulai dari saat dia hamil sampai melahirkan dan tidak ada satupun yang terlewatkan.
“Broooooo, istri loe tuh gak gila bro, dia itu mungkin sedang terkena baby blues,” ucapnya sambil menepuk pundakku.
“Baby blues? Maksudnya bro?” tanyaku tampak antusias
“.........................” dia tidak menjawab, dia langsung menyodoriku hp dan memberikan artikel mengenai artikel tentang baby blues yang mungkin yang sedang di alami istriku
Akupun membaca tulisan dari artikel tersebut yang isinya,
Isi artikel
Baby blues merupakan gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi.
Ragam Penyebab Baby Blues
1. Perubahan hormon
Setelah melahirkan, terjadi perubahan kadar hormon yang cukup drastis. Hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kimia di otak dan memicu terjadinya perubahan suasana hati (mood swing).
2. Kesulitan beradaptasi
Sulit beradaptasi dengan perubahan yang ada dan tanggung jawab baru sebagai ibu dapat menjadi penyebab baby blues. Banyak ibu baru yang merasa kewalahan untuk mengurus segalanya sendiri, termasuk mengurus kebutuhan Si Kecil.
3. Kurang tidur
Siklus tidur bayi baru lahir yang belum teratur menyebabkan ibu harus terjaga di malam hari dan menyita banyak waktu tidur mereka. Kurangnya waktu tidur terus menerus akan membuat ibu kelelahan dan tidak nyaman. Hal inilah yang bisa memicu terjadinya baby blues.
Cara Mengatasi Baby Blues
Baby blues umumnya akan hilang dengan sendirinya. Meski demikian, jika Anda mengalaminya, kondisi ini perlu dikelola dengan baik. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi baby blues adalah:
1. Jangan bebani diri
Jangan paksakan diri Anda untuk mengerjakan segalanya sendiri. Kerjakanlah apa yang sanggup Anda kerjakan. Bila Anda merasa kewalahan, baik dalam mengurus Si Kecil atau pekerjaan rumah, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang-orang terdekat yang dipercaya.
2. Tidur yang cukup
Pastikan waktu tidur Anda tercukupi dengan baik. Manfaatkan waktu tidur Si Kecil untuk Anda tidur. Jika Si Kecil terbangun di malam hari karena mengompol dan Anda masih butuh tidur untuk memulihkan tenaga, jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan untuk mengganti popok Si Kecil dan menjaganya sejenak.
3. Olahraga rutin dan makan makanan berkualitas
Untuk membantu mengatasi baby blues yang dialami, Anda disarankan untuk berolahraga secara rutin. Olahraga tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dan kekhawatiran yang Anda rasakan, tapi juga membantu meningkatkan mood dan kualitas tidur.
Apabila Anda tidak sempat berolahraga, makanan juga bisa membantu mengontrol mood Anda. Hindari makanan yang tinggi akan karbohidrat sederhana seperti sirup, kue kering kemasan, dan roti putih. Makanan jenis ini diduga dapat memperparah mood swing.
4. Berbagi cerita
Anda dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan yang Anda alami. Namun, bila ini dirasa berat, Anda bisa memulai dengan menceritakannya kepada suami Anda. Lagi pula, suamilah yang berada paling dekat dengan Anda.
Hisyam sudah selesai membaca artikel tersebut, kemudian meletakkan ponsel itu dimeja.
“Gimana bro? Apa menurut loe istri loe kena baby blues?” tanyanya padaku.
“Iya bro, dan gue nyesel baru tahu sekarang, gue nyesel gak memahami kondisi dia, gue gak ngertiin perasaan dia waktu dia tertekan, gak dengerin cerita dia, dia nanggung beban ini sendirian bro, dan parahnya gue juga ikut-ikut an nganggap dia ada gangguan mental, gue ngrasa gagal jadi suami,” Ucapku padanya.
“Gak papa bro, yang penting sekarang loe udah tahu, sekarang loe pulang, temani istri loe dan kasih support ama istri loe,” ucapnya padaku memberikan semangat.
***
Aku sudah sampai dirumah, aku melihat istriku berbaring dikamar ketiduran dengan posisi masih menyusui bayi kami, aku tak membangunkannya, aku hanya memandangnya lekat-lekat dan mulai mengingat kejadian berbulan-bulan lalu, semenjak dia hamil sampai sekarang bayi kami lahir
Flasback on
“Syam,” panggil Ibu.
“Iya bu,” Jawabku pada Ibu sambil menerima piring nasi dari Ibu.
“Istrimu katanya mau lahiran dimana?”.
“Belum tahu bu, kalau aku sih senyamannya dia aja, semantapnya dia mau lahiran dimana dan ditangani dokter siapa, besok aku mau anter dia kontrol kandungan.” jawabku pada Ibu.
“Kalau saran Ibu jangan dirumah sakit, mahal, ribet dan biasanya dokter itu lebay menjadi-jadi, yang katanya suruh operasilah apalah. Saran ibu sih di bidan aja atau dukun aja, toh dulu ibu waktu lahiran kalian bertiga juga didukun, aman-aman saja.” Kata ibu sambil megambilkan tempe dipirinngku.
“Tapi kan sekarang udah jamannya tenaga medis bu, gak mungkin kalau ke dukun, minimal bidan lah bu, masak ke dukun, kasihan istriku, aku juga takut nanti ada apa-apa sama anakku bu,” Jawabku sambil mengunyah makan malam ku.
“Ya sudah bawa saja ke bidan rini, udah murah, dekat, dia juga udah banyak pengalaman nangani orang lahiran,” Kata Ibu yang terus saja membujukku.
“Oke bu, nanti aku bilang istriku, tapi nanti kalau dia tidak srek, aku tidak akan memaksanya,” Jawabku sambil berlalu menaruh piring pada tempat piring kotor.
“Halah Hisyam, kamu itu kepala rumah tangga, kamu juga yang kerja, yang cari uang, sementara istrimu dirumah hanya diam kayak ratu, kamu jangan kalah dong sama istrimu itu, toh itu uang juga uang kamu, hasil keringat kamu, bisa-bisanya kamu diperdaya istrimu, ibu gak ikhlas.” Kata Ibu sambil berlalu masuk ke kamarnya.
Tak berapa lama kemudian ibu kembali keluar kamarnya dan menghampiriku,
“Istrimu itu gak pernah ngapa-ngapain, tiap hari ibu yang masak, yang bersih-bersih rumah, ibu bangun sebelum subuh terus didapur kayak babu, Nah istrimu bangunnya kalau ayam udah berkeliaran, bangun kalau semua udah matang dan langsung makan, seenaknya saja.” Ketus Ibu
“.......................”Aku hanya diam
“Istrimu itu juga pelit, masak kalau belanja tempe 1, terong 1, bayam 1 ikat, ikan tongkol 3 biji, memangnya kamu kasih uang berapa? Uang gajimu mau dibuat apa uangmu sama istrimu, pelit/iritnya kok gak ketulungan gitu” Imbuhnya lagi dan masuk kembali kekamarnya.
Entah sudah berapa lama ibu memendam perasaan seperti itu pada istriku, padahal dulu awal-awal pernikahan ibu dan istriku sangat harmonis sampai pada istriku hamil muda.
Hingga sampai pada acara 3 bulanan istriku. Sore itu dia menangis tersedu-sedu masuk kedalam kamar dan menangis padaku. Kutanya dia, “Dek kenapa nangis?”
“Mas, bisa gak sih kita habis 3 bulanan pindah rumah atau ngontrak gitu Mas?” tanyanya padaku
“.................” aku hanya diam
“Adek gak minta rumah atau kontrakan yang besar Mas, pokoknya yang cukup untuk kita berdua dan bayi kita nanti,” Jelasnya padaku
“Adek kenapa? Kita disini saja dek, kasihan ibu kalau sendirian, toh kalau ibu Adek bisa ada temennya kalau Mas lagi kerja dan rumah ini kelak juga jadi warisan Mas, ini nanti jadi rumah kita juga dek.” Bujukku padanya.
Dia hanya memanyunkan bibirnya tak menjawab perkataanku.
Aku tak terlalu memikirkannya karena aku fikir mungkin hormon kehamilan membuat dia sensitive dan mungkin tadi terjadi salah paham antara ibu dan istriku sehingga dia meminta pindah rumah, aku berusaha berfikir positive dan berusaha netral pada mereka, karena disisi lain ada ibuku dan di sisi lain ada istriku, aku menyayangi keduanya.
NOTE : mohon maaf, sebelumya author ingin memberitahu jika novel ini alurnya mundur, jadi dimulai dari tanda-tanda baby blues dan kemudian diceritakan sebab-sebabnya sehingga terindikasi bahwa Asha mengidap baby blus, karena alasan itulah autor sengaja membuat alur cerita ini mundur, sekali lagi mohon maaf jika banyak yang tidak suka. Bacanya per bab ya, jangan di skip-skip biar nyambung. Salam dari author.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!