NovelToon NovelToon

Ketika Benci Berubah Manis

Dia Arana

Gadis cantik bertubuh mungil itu menenteng tas berbahan katunnya dan di selempangkan di pundak sebelah kanannya, dia sudah rapi dengan kemeja putih monalisnya dengan motif daun-daun hijau pupus dipadu setelan celana baggy pants berwarna hitam serta sepatu kets putih dia sudah siap untuk berangkat ke kampusnya.

"Ara!" suara wanita paruh baya dengan paras cantik mirip dengan Arana itu duduk satu meja makan dengan Arana.

"Iya, Ma ada apa?" sahutnya sambil menuangkan air putih di gelasnya dan meminumnya setengah gelas.

"Kamu jadi ikut dalam acara study tour ke Bandung, Nak?" wanita itu menatap pada Ara.

"Jadi, Ma. Aku juga sudah bilang sama Fabio kalau aku mau ikut study tour ke Bandung dalam beberapa hari."

"Lalu, bagaimana dengan tanggapan Fabio pacar kamu itu?" tanya wanita paruh baya yang dipanggil Arana mama itu, dia meletakkan sendok makannya.

"Dia mengizinkan aku kok, Ma, lagian dia kan masih bulan depan datang dari Belanda, jadi sebelum dia datang aku bisa ikut study tour dulu, aku juga ingin berkumpul bersama teman-teman aku sebelum nantinya kita lulus dan berpisah karena bakal sibuk dengan kerjaan masing-masing."

Wanita paruh baya itu menghela napasnya pelan. "Sebentar lagi kamu akan lulus kuliah, Sayang! dan setelah itu kamu serius mau menikah dengan Fabio?" wajah wanita paruh baya itu sedikit mendekat ke arah Ara. Dia ingin memastikan apa putrinya akan menerima lamaran Fabio yang hampir 2 tahun menjalin hubungan dengan Arana.

"Ma, aku sudah bilang kalau aku akan menikah dengan Fabio. Dia sangat mencintaiku begitupun aku juga sangat mencintainya," jelasnya.

"Tapi, sayang--."

"Ma!" Ara memutus seketika perkataan mamanya, dia tau kalau dari dulu mamanya itu tidak terlalu suka dengan Fabio kekasihnya yang seorang keturunan Sunda-Belanda itu.

"Aku sudah dewasa, Ma! aku bisa menentukan hidupku. Fabio lelaki yang baik, dia sangat sayang denganku jadi mama tidak perlu khawatir."

"Tapi kenapa mama tidak yakin dia lelaki yang baik, Ara!" cela mamanya seketika.

Ara beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas nya dia berjalan mengitari meja makan. "Ma, aku berangkat dulu ya!" dengan helaan napas pelan tangan mama Arana diangkat dan dikecup punggung tangannya oleh Arana

"Bye, Ma!" ucapnya sambil berlari kecil keluar dia mengambil motor bebek yang sudah berada di depan teras rumah.

***

Di sebuah gedung pencakar langit yang sangat tinggi, berdiri seorang pria dengan setelan jas hitam dan dasi berwarna navy di depan jendela kaca besar ruangannya, dia sedang melihat keadaan di luar gedung dari lantai atas.

Tok...Tok...

Ketukan beberapa kali terdengar dari luar pintu. Namun, si pria itu tidak menanggapinya, dia masih terdiam dengan gagahnya melihat ke arah luar jendela kaca.

Ceklek ...

"Juna!" suara dari luar yang tiba-tiba menyelonong masuk karena dari tadi dia mengetuk pintu, tapi tidak ditanggapi pria itu.

Harajuna Atmaja, pria berusia sekitar 30 tahun, single, bahkan tidak pernah tersentuh oleh wanita karena sifat dinginnya dan pelit bicara. Dia hanya akan berbicara seperlunya. Pria dengan paras bak dewa Yunani dan mata Elang yang sanggup membuat para wanita bertekuk lutut di depannya itu adalah putra pertama dari keluarga Bagaskara Atmaja.

Harajuna Atmaja seorang CEO di sebuah perusahaan ternama dibidang ekspor- impor ini terkenal pandai dan kejam di dunia bisnis. Tidak hanya itu dia juga lihai dalam membaca situasi. Tak ayal semua bisnisnya berjalan dengan baik bahkan sempurna.

"Kamu mikirin apa lagi sih, Bos?" celetuk tiba-tiba seorang pria dengan postur tubuh kurus. Namun, memiliki tinggi badan yang hampir sama dengan Harajuna yaitu 180 cm.

"Ada apa, Tom?" tanya Juna singkat masih dengan posisi berdirinya tanpa melihat pada pria yang sudah duduk seenaknya di kursi tepat depan meja utama milik Harajuna.

"Huft ...! kamu itu kenapa tidak mengangkat panggilan dari Lorena. Dia itu dari tadi menghubungi ponsel kamu, tapi kenapa kamu tidak angkat, Bos?" ucapnya sedikit kesal.

"Aku tidak peduli. Kamu urus saja urusan itu." Sekarang pria itu menolehkan kepalanya pada Tommy sahabat sekaligus sekertaris pribadinya yang suka menyeletuk seenaknya itu.

"Mana kunci mobilku, Tom?" tanyanya singkat sambil menjulurkan tangannya meminta kunci mobil miliknya.

"Lah kamu mau ke mana, Bos? nanti Lorena mau ke sini kenapa kamu malah mau pergi?" Tommy mukanya berkerut bingung.

"Kunciku, Tom!" ucapnya terdengar tegas.

Tommy berdiri dan tangannya merogoh kantong celananya dia mengeluarkan kunci mobil milik Harajuna dan memberikan kepada Harajuna. "Bos, jangan membuat aku mendapat masalah! kamu tau kan bagaimana gadismu itu si Lorena." Tommy memutar bola matanya jengah.

"Urus saja dia sebisa kamu, dan jangan lupa, lusa aku akan pergi ke Bandung untuk memantau perkembangan bisnisku di sana." ucapnya tegas dan dia berjalan menuju pintu keluar ruangannya.

"Beres, sudah aku siapkan semuanya." Teriak Tommy. "Ih ...! kenapa dia malah pergi?" umpatnya kesal. "Lalu bagaimana dengan si cantik nan sexy Lorena itu?" Tommy berpikir sebentar dan akhirnya di memilik ide.

"Aku ajak saja dia makan siang di restoran depan kantor, dan bilang jika Juna yang mengajaknya menyuruh Lorena menunggu di sana." tertarik senyuman devil di sudut bibir Tommy.

Harajuna turun ke basement dan menuju mobil Range Rouver berwarna hitam pekat miliknya. Dengan cepat dia masuk dan mengendarai mobil itu melaju keluar gedung perkantorannya memecah jalanan yang kebetulan siang hari itu tidak terlalu ramai. Beberapa menit kemudian dia berhenti di sebuah cafe yang tidak terlalu besar, tapi tempatnya sangat cozy.

"Siang, Pak!" suara pria dengan setelah dan jaket hitam yang kelihatannnya sudah menunggunya dari tadi.

"Bagaimana? apa kamu sudah dapat informasi yang aku butuhkan ?" ucapnya dengan duduk bersandar di kursi cafe tersebut.

"Maaf, Pak! aku belum dapat Informasi, terakhir yang aku dengar dia dan keluarganya pindah dari kota ini dan tinggal di luar negeri, aku masih belum mendapatkan informasi lainnya.

"Shit ...! umpatnya kesal. "Cari lagi dia, dan aku menginginkan informasi tentang dia." Mata elang Harajuna menatap tajam pada si pria yang diduga adalah orang suruhannya yang sedang ditugaskan untuk mencari seseorang.

"Tenang saja, Pak! saya akan segera menemukan informasi tentang dia. Ini juga masih beberapa hari, dan orang yang anda inginkan juga bukan orang biasa, Pak, jadi saya sedikit menemui kesulitan."

"Huft ...!" Juna menghela napasnya pelan. Dia meneguk segelas orange jus yang sudah dipesankan pria berjaket hitam itu.

"Baiklah! lakukan tugas kamu, dan aku ingin kabar tentang dia segera," ucapnya tegas.

"Baik, Pak!" pria itu berdiri dan meminta izin pergi dari sana, Juna hanya memberi anggukan dan si pria itu menghilang dari hadapan Harajuna. Harajuna masih duduk terdiam di sana.

"Permisi ...!" suara seseorang menyadarkan lamunan Harajuna, dia menoleh ke asal suara itu. Berdiri seorang gadis cantik dengan buku di tangannya.

"Maaf, apa aku boleh duduk di sini?" tanyanya.

Harajuna melihat tajam pada gadis itu. "Memangnya tidak ada tempat lain?" ucapnya ketus.

"Tidak ada, lihat saja! semua meja penuh dan hanya di meja kamu tersisa 1 kursi." Tiba-tiba gadis itu duduk di sana. Seketika membuat mata Harajuna membelalak lebar.

"Kamu --."

"Terima kasih ya! aku lapar dan cacing di dalam perutku sudah pada demo meminta di beri makan." Gadis itu melambaikan tangannya memanggil pelayan di cafe itu.

"Emm ... kak aku mau nasi goreng spesial dengan telur mata sapi yang matang ya, sama jus alpukat 1, jumbo ya, terima kasih." Gadis itu tersenyum senang seolah dia tidak sadar bahwa di depannya muka Harajuna berkerut kesal.

Harajuna tidak banyak bicara, dia hanya memperhatikan sesekali gadis yang ada di depannya itu. Gadis itu sibuk dengan buku di depannya, dia sepertinya sedang mengerjakan tugasnya di sana. "Ih ... kenapa malah mendapat pekerjaan rumah yang susah seperti ini?" gerutunya kesal dengan pensil yang digigit di mulutnya, gadis itu terlihat sedang berpikir.

"Stupid!"

Gadis itu seketika melongo melihat kearah Harajuna yang dengan santai meminum sedikit demi sedikit orange jusnya. "Apa kamu bilang? kamu bilang aku bodoh?" ucapnya cepat.

"Iya." ucap Harajuna santai.

"Apa maksud kamu? kita saja tidak kenal, kenapa menghina orang seenaknya!" tiba-tiba gadis itu marah pada Harajuna.

Dengan cepat Harajuna mengambil pensil yang digigit oleh gadis itu, mata gadis itu mengerjap beberap kali melihat Harajuna. Harajuna mengambil buku dan membaca apa yang dari tadi gadis itu sibuk pikirkan. Tangan Harajuna dengan cepat menulis pada buku gadis itu.

"Selesai."

Dia meletakkan pensil dan melihat ke arah gadis itu, sekali lagi gadis itu mengerjapkan matanya dan kemudian melihat ke dalam bukunya. Mata nya membulat ternyata pria di depannya itu menuliskan jawaban yang dirasa jawaban yang benar.

"Kamu dulu mahasiswa dengan IP tertinggi ya?" celetuknya dan tidak ditanggapi oleh Harajuna dia malah dengan cepat menghabiskan orange jus di gelasnya.

"Namaku, Arana!" Arana mengulurkan tangannya mengajak Harajuna berkenalan.

Harajuna tidak meyambut uluran tangan Arana, dia malah beranjak dari kursinya dan berjalan pergi ke arah meja kasir untuk membayar minuman miliknya.

"Dasar vampir!" umpat pelan Arana yang tidak mendapat respon baik dari Harajuna.

"Ternyata ada orang sedingin es seperti dia!" lagi-lagi Arana belum puas menggerutu kesal.

Arana melihat Harajuna keluar dari cafe itu dia berjalan menuju mobil Range Rouver miliknya dan menghilang dari pandangan Arana yang bisa melihat suasana luar melalui kaca jendela yang tepat di depannya.

"Ini kak pesanannya!" suara pelayan cafe itu memberikan sepiring nasi goreng dan ada telur mata sapi matang di atasnya, serta segelas jumbo jus alpukat.

"Terima kasih, Ya!" ucap Ara pada pelayan itu. setelah melihat pelayan itu pergi dengan cepat Ara mengambil sendok dan segera menyantap nasi goreng yang memang dari tadi dia tunggu karena perutnya sangat lapar, dan ditambah kesal dengan sikap Harajuna tadi.

Setelah beberapa jam Ara duduk di sana sembari menunggu menghabiskan jus jumbo alpukatnya itu, dia sedang berpikir kenapa dari kemarin Fabio kekasihnya tidak menghubunginya. "Ah sudahlah nanti malam saja aku hubungi dia, siapa tau dia memang sedang sibuk dengan pekerjaannya."

"Berapa Kak, bill yang harus aku bayar?" tanya Ara yang sekarang berdiri di depan meja kasir cafe itu.

"Sudah dibayar, Kak!"

"Lah! serius, Kak?" tanyanya cepat raut wajah Ara tampak bingung.

"Iya, pacar kakak tadi yang duduk sama kakak yang sudah membayarnya," jelas pegawai cafe itu.

"Pacar?" Ara teringat dengan si pria yang sudah mengerjakan tugasnya itu.

"Si vampir itu!" ucapnya lirih. "Ya sudah kalau begitu, terima kasih, Ya." Ara berjalan keluar mengambil motornya dan pergi dari sana

Pertemuan Kedua

Malam itu Arana sudah menyiapkan beberapa keperluannya yang akan dia bawa ke Bandung. Mamanya juga ikut membantu tidak ada pembicaraan yang berarti antara kedua orang itu.

"Kamu besok apa perlu diantar ayah ke kampus, Ra?" tanya wanita paruh baya itu.

"Tidak perlu, Ma, aku besok dijemput sama Tia dan kita diantar oleh kakak Tia ke kampus." Ara memasukkan beberapa bajunya ke dalam tas ransel berukuran sedang berwarna ungu.

"Oh! ya sudah, nanti kalau sudah sampai sana kamu harus menghubungi mama ya, Ra!"

"Iya, Ma pasti." Dia menutup tas ranselnya dan meletakkan di sudut ranjang tempat tidurnya.

Mama Arana beranjak dari sana dan menutup pintu kamar Arana, membiarkan putri semata wayangnya itu agar bisa beristirahat karena besok pagi-pagi sekali dia akan berangkat ke Bandung acara Study Tour yang diadakan kampusnya.

"Aku mau menghubungi Fabio dulu." Arana mencari di mana keberadaan ponselnya. Dia membuka bantalnya dan ternyata benar ponsel Ara berada di bawah bantal tidurnya.

Tut...

Tut...

Tut...

"Fabio ke mana, Ya? kenapa dari kemarin dia tidak bisa dihubungi, tidak biasanya dia seperti ini? Apa dia benar-benar sibuk di sana?" banyak tanda tanya di dalam pikiran Arana. Dia meletakkan ponselnya dan memilih untuk memejamkan matanya saja.

Sinar matahari pagi ini menelungsup melalui cela tirai kamar Arana. "Nak, bangun! kamu bukannya hari ini mau ke Bandung, ini sudah jam 6 pagi." Ada tangan yang menggoyang-goyangkan tubuh Arana.

"Iya, Ma bentar lagi ya! aku masih mengantuk." Arana malah menaikkan selimutnya menutupi kepalanya.

"Ya sudah mama bilang pada Tia supaya berangkat saja dulu dan bilang kamu gak jadi ikut."

Seketika Arana terperanjat dan bangun dari tempat tidurnya. "Ya Ampun aku lupa, Ma!" Arans dengan cepat ngacir masuk ke dalam kamar mandinya.

Tlilit...

Tlilit...

Suara ponsel Arana berdering. Mama Arana melihat ke dalam layar ponsel di sana ada nama Fabio dan ada gambar Fabio dengan Arana. "Fabio!" mama Arana tidak menjawab hanya melihat dan meletakkannya kembali.

Setelah beberapa menit Arana keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Setelah celana jeans berwarna biru dengan atasan kaos polos berwarna hitam Arana mengeringkan rambutnya dan menyisirnya rapi.

"Ara, tadi ada Fabio menghubungi kamu," ucap mama Arin pada Arana yang sedang memoles pelembab pada wajahnya.

"Fabio!" dengan cepat Arana mengambil ponselnya dan menekan nomor kekasihnya itu.

"Halo, sayang," ucapnya cepat.

"Hay, Ara! ada apa kamu kemarin menghubungi ku?" tanya-nya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Kamu masih tidur, Ya? maaf di sana masih malam hari, Ya?" tanya Ara.

Mama Ara hanya melihat dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan, walaupun mama Ara tidak menyukai Fabio. Namun, mama Ara tidak mau terang-terangan menentang hubungan putrinya itu. Dia berusaha bersikap bijaksana dia percaya putrinya itu bisa menentukan jalan hidupnya dia percaya pada Arana.

"Aku dari 2 hari yang lalu menghubungi kamu, Sayang, tapi sepertinya kamu sibuk sekali sampai lupa tidak menghubungi aku!" ucap Arana manja.

"Maaf ya, Sayang! aku benar-benar sibuk ini saja seharian aku menyelesaikan pekerjaanku supaya bulan depan aku bisa pulang dan bertemu dengan kamu," jelas Fabio.

"Iya, aku juga kangen sama kamu, Sayang! eh aku hari ini mau berangkat ke Bandung. Aku sudah pernah ceritakan sama kamu?"

"Iya, hati-hati ya! jaga hati kamu buat aku, karena aku dengar di sana cowoknya tampan-tampan aku kan takut, Sayang!" ucap manja Fabio.

"Hem ... kamu gak percaya sama aku, Sayang? aku itu gak tertarik walaupun dewa yunani yang ada di depanku, aku maunya cuma setia sama kamu!"

"Fabio ..!"

"Sayang, itu suara siapa?" Arana seketika mendengar ada suara seorang wanita memanggil nama Fabio.

"Maaf ya, Ara! itu suara saudara sepupu aku yang menginap di rumahku karena mommynya pergi ke Paris. Nanti aku hubungi kamu lagi, bye Ara!" dengan cepat panggilan telepon Ara di putus oleh Fabio.

"Saudara sepupu?" Arana berpikir sejenak.

"Nak, Tia sudah datang, cepat turun!" seru mama Arana yang memanggil Arana dari lantai bawah.

Ara mengambil tas ranselnya yang semalam sudah dia siapkan. Dia dengan cepat menenteng di punggungnya dan berlari turun ke bawah. Rupanya Tia sudah menunggunya di ruang tamu dengan kakak perempuannya.

"Mama, ayah aku pergi dulu, Ya!" Arana mengecup punggung tangan ayah dan mamanya bergantian, Tia dan kakaknya juga berpamitan pada orang tua Arana.

***

Setelah menempuh perjalannan yang cukup jauh dan melelahkan mereka sampai di sebuah hotel. Arana satu kamar dengan Tia sahabatnya mereka langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk berselimut putih.

"Capek ya, Ra! kita mandi langsung tidur yuk!" ajak Tia.

"Tapi, aku lapar, Tia! kita gak cari makan dulu apa?" ucapnya lirih dengan sisa kekuatan yang masih ada.

"Kamu cari sendiri saja, Ra aku beneran mau tidur saja, semalam aku juga gak tidur karena diajakin kakakku main ular tangga!" Mata Tia sudah terpejam.

Dengan sisa kekuatan yang ada Ara bangkit dan dia berjalan menuju pintu kamarnya. Dia membuka pintu kamarnya berjalan perlahan-lahan mencari lift yang tadi dia naiki dengan Tia. Setelah ketemu dia menekan tombol dan menunggu lift terbuka.

Ting...

Pintu lift akhirnya terbuka, Arana masuk. Namun, tiba-tiba tubuhnya di tabrak oleh seseorang yang juga ikut masuk bersamanya.

"Auw ... sakit! gak lihat ya?" seru Arana kesal sambil memegangi lengan tangannya.

"Maaf."

Mata Arana membulat ketika melihat sosok yang ada di depannya. "Vampire!" celetuknya dengan nada meninggi, Arana dengan cepat menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Vampire? siapa yang kamu maksud?" mata Harajuna menatap tajam pada Arana.

Arana hanya terdiam dengan tangan yang masih menutup mulutnya. Harajuna berjalan perlahan mendekat ke arah Arana, Arana yang merasa pria di depannya semakin mendekat dia melangkah selangkah demi selangkah ke belakang sampai pada akhirnya punggungnya menempel pada dinding lift, dia tidak ada lagi tempat untuk mundur.

"Kamu mau apa?" Arana membuka mulutnya, kedua pasang mata itu saling menatap lekat.

Arana mengerjapkan matanya beberapa kali dia baru sadar jika pria di depannya itu memiliki manik mata yang indah berwarna hijau.

"Mata kamu."

"Blueberry." ucap singkat Harajuna.

"Apa maksud kamu?" tanya Arana cepat mendengar apa yang diucapkan Harajuna barusan.

Harajuna mundur dan berbalik badan menunggu pintu lift terbuka. Arana yang kesal selalu di buat menggantung oleh sikap Harajuna itu memberanikan dirinya berdiri di hadapan Harajuna.

"Dengar ya, Vampir! kenapa kamu bersikap seolah-olah aku ini kadang tidak ada, aku ini manusia nyata," seru Ara mengeluarkan kekesalannya pada Harajuna yang malah berdiri dengan santainya seolah-olah memang Arana tidak ada di depannya.

Ting...

Pintu lift terbuka Harajuna berjalan melewati Arana dengan kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana hitamnya.

Keselll, kan? author ya kesel nich sama Harajuna. Pengen author peluk wakakak.

Diam-Diam Memperhatikan

Ting...

Pintu lift terbuka. Harajuna berjalan dengan santai melewati Ara yang berdiri dari tadi di depannya. Harajuna bersikap seolah-olah tidak ada Ara di sana.

"Huft ... Vampire!" gerutunya kesal. Ara juga melangkah keluar ternyata mereka berdua juga mempunyai tujuan yang sama yaitu ke restoran yang berada di lantai bawah hotel di mana mereka menginap.

"Hay, Bos! Tommy sudah duduk di salah satu sudut meja di restoran itu.

" Mana dokumen yang aku minta?" Harajuna duduk di sana dengan Tommy.

"Ini dokumen yang kamu minta!" Tommy menyerahkan sebuah map berwarna hitam yang dibawanya.

"Em ...! Bos, soal Lorena--.?

"Jangan memberitahu dia kalau aku ada di sini," Harajuna memutus kata-kata Tommy seketika.

Tommy mengatupkan mulutnya dengan cepat saat matanya menangkap ada seorang wanita dengan body goal nya dan dengan cara berjalan bak model profesional, berjalan menuju arah meja mereka. Tentu saja Harajuna tidak tau ada seseorang berjalan ke arah mereka karena dia duduk membelakangi wanita itu, tangan Harajuna juga sibuk menandatangani dokumen yang ada di depannya.

"Bos ...!" panggil Tommy pelan.

"Hem ...!"

"Selamat malam, Sayang," sapa wanita cantik yang sudah berdiri tepat di belakang Harajuna. Pemilik mata elang itu seketika menatap tajam pada Tommy yang dengan cepat mengalihkan pandangannya ke segala arah. Dia tau bosnya pasti akan memberinya tatapan yang dipastikan itu tatapan kemarahan dari Harajuna.

Blup ...

Sebuah pelukan hangat dari belakang yang di berikan oleh wanita cantik itu mendarat pada punggung Harajuna yang masih duduk dengan tegap tanpa menoleh ke arah wanita cantik itu.

"Beberapa hari ini aku sering menghubungi ponsel kamu, tapi kamu tidak pernah menjawabnya. Kenapa, Sayang? kamu tau kan, aku sangat merindukan kamu," bisik wanita itu lembut pada telinga Harajuna.

Wajah datar Harajuna membuat Tommy melongo, dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap bosnya itu. Padahal Lorena adalah wanita yang banyak digilai oleh setiap pria yang melihatnya. Namun, kenapa bosnya itu sama sekali tidak tertarik pada Lorena. Tommy tau Harajuna pria normal tapi sejak kejadiaan beberapa tahun yang lalu, kejadian yang membuat kehidupan Harajuna berubah 180 derajat bahkan sampai sekarang kejadian itu membuat seorang Harajuna tidak bisa tidur setiap malam.

"Darimana kamu tau aku ada di sini?" tatapan Harajuna mengarah tajam pada Tommy dan dengan cepat Tommy merespon dengan mengangkat kedua tangannya ke depan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, Tommy memberi isyarat bahwa bukan dia orang yang sudah memberitahu keberadaan Harajuna di hotel itu.

"Kakek Bisma, Sayang! kakek Bisma ingin agar aku menemani kamu di sini." Wanita itu mengeratkan pelukannya.

"Huft ...!" Harajuna hanya bisa menghela napasnya pelan saat tau kakeknya sendiri yang memberitahu Lorena di mana dia berada.

Dari kejauhan ada sepasang mata yang dari tadi tengah memperhatikan meja di mana Harajuna berada. "Wanita itu cantik sekali, dia siapa ya? apa dia pacar dari pria vampire itu?" Ara bermonolog.

"Beruntung sekali ada wanita yang mau sama pria vampire seperti dia!" gerutunya sedikit kesal.

Malam itu Harajuna terpaksa makan malam satu meja dengan Lorena dan Tommy, sedangkan di meja lain Ara juga tengah menikmati makananannya sendirian karena sahabatnya Tia dari tadi sudah berada di alam mimpi.

"Sayang, malam ini aku menginap di kamar kamu, Ya?" tanya Lorena dengan tangan yang bergerilya mengusap lengan Harajuna.

"Tommy akan membukakan kamar sendiri untuk kamu !" ucapnya datar sambil meneguk segelas orange jus yang tinggal separuh di gelasnya.

"Tapi ... Juna! aku ini tunangan kamu, dan sebentar lagi kita akan menikah," suara wanita itu meninggi.

"Hal itu masih lama, Lorena! dan kamu harus ingat pertunangan ini hanya sebuah perjanjian antara aku dan kamu karena kakek Bisma yang ingin melihat aku segera menikah, bukan karena aku mencintai kamu."

"Tapi, aku sangat mencintai kamu dari dulu, Juna! cobalah belajar mencintai aku." Sekarang tangan wanita cantik itu mengusap rahang tegas Harajuna.

"Andai aku bisa, tapi maaf."

Saat Ara sedang menikmati makannya yang tinggal sesuap, tiba-tiba dia merasa ada kehadiran orang lain yang berdiri di depan mejanya. "Hai, Ara!" seorang pria tampan, berkulit putih, berambut cepak, dan jika dilihat usianya seumuran dengan Ara.

Ara mendongak dengan tangan yang memegang sendok dan hampir masuk ke dalam mulutnya seketika berhenti, dia meletakkan kembali sendoknya di piring.

"Bruno." Alis mata Ara mengerut.

"Sendirian? kita temani kamu boleh, Gak?" kedua lelaki itu tiba-tiba duduk di depan Ara padahal Ara belum memberi izin.

"Siapa yang menyuruh kalian duduk di sini?" tinggalkan aku sendiri. Aku mau makan sendirian dengan tenang di sini." Sorot mata Ara menatap tidak suka dengan kedua lelaki tersebut.

"Kenapa, Sih? kita gak ganggu kamu, Kan?" mereka berdua malah tertawa jahil.

"Iya, Ra kita di sini malah mau mengajak kamu bersenang-senang. Kamu tau? di sini juga ada club malam, kalau mau kita akan mengajak kamu bersenang-senang di sana," ucap salah satu lelaki itu.

"Betul itu, Ra! kita bertiga bisa bersenang-senang di sana. Betul kan, Do?" kedua lelaki itu malah tos.

"Aku tidak suka pergi ke tempat seperti itu! lagian aku tau siapa kalian berdua. Si playboy dan para pembuat onar," ucap Arana ketus.

"Kenapa kamu angkuh dan sombong sekali, Arana? kamu tidak tau aku dari dulu sangat menyukai kamu, sikap kamu yang seperti inilah yang membuat aku penasaran sama kamu." Tangan Bruno mulai berani ingin menyentuh pipi Arana

Cetak ...

Arana dengan cepat menangkis tangan Bruno dia langsung berdiri dari tempat duduknya. "Jaga sikap kamu ya, Bruno!" Arana berkata dengan nada marah.

Dari kejauhan Tommy melihat kejadian itu dan dia beranjak dari kursinya.

"Mau ke mana kamu, Tom?" tanya Lorena cepat.

"Aku mau ke meja gadis itu. Sepertinya kedua pemuda itu sedang mengganggu gadis yang duduk sendiri itu!"

"Sudahlah, Tom! kamu kan tidak mengenalnya, lagian tidak penting kamu ikut campur dengan urusan orang biasa seperti mereka." Lorena memutar bola matanya jengah.

Tommy melihat ke arah Harajuna yang juga tadi melihat sekilas ke meja Ara. Harajuna memberi isyarat pada Tommy untuk menyelesaikan masalah yang ada di meja Ara.

Tommy sedikit terkejut saat mengetahui bosnya itu malah mengizinkan dia ikut campur urusan orang lain. Tommy berjalan menghampiri meja Arana.

"Maaf, perkenalkan namaku Tommy dan aku lihat kalian sepertinya ada masalah di sini, apa kalian bisa tidak membuat masalah di hotel Ini?"

Ketiga orang itu memandang Tommy bersamaaan.

Nah loh ...! apa yang mau diperbuat Tommy ya? Gelud kah? atau mau di jitak tuch si para pembuat onar?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!