NovelToon NovelToon

Maya Jodoh Memikat

eps1 perkenalan

Aku jatuh cinta saat pertama kali berjumpa dengannya.

Dia adalah Maya, seorang janda muda 25 tahun yang ditinggal suaminya saat malam pertama.

Parasnya yang cantik, kulit putih bersih, rambut hitam lebat terurai, dan dengan tubuh agak sintal, serta tutur katanya yang lembut, membuat siapa saja dibuat terpikat olehnya.

Tak hanya para pria bahkan wanita juga anak-anak merasa senang jika ada di dekatnya.

Meskipun aku sudah lama mengenalnya, hingga saat ini aku belum punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku kepada Maya.

Maya adalah teman masa kecilku,

dulu kami begitu dekat, hingga pada akhirnya kami harus terpisah.

Lama tak mendengar kabarnya, saat aku bertemu dengannya kembali, ternyata dia sudah menjanda.

Orang tuanya menjodohkan Maya dengan seorang pria tua, Pak baroto namanya. Banyak cerita yang beredar, Maya harus membayar semua hutang ayahnya, Pak Bandi, kepada Pak baroto.

Dengan terpaksa dia harus menerima pinangan Pak baroto.

Namun, pernikahannya tak berlangsung lama, sesaat setelah acara resepsi pernikahan suaminya mengalami serangan jantung dan meninggal ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Sudah hampir 3 tahun Maya menjanda. Banyak pria, baik yang sudah beristri ataupun yang masih lajang mengantri untuk merebut hatinya.

Namun tak satupun mampu menaklukkan hati Maya.

Sebenarnya Maya risih dengan statusnya saat ini. Banyak yang mengasumsikan, jika janda adalah wanita penggoda.

Yang Kutahu Maya adalah wanita yang baik dia dermawan dan suka menolong orang.

Sepeninggal suaminya Maya mewarisi setengah dari harta kekayaan Pak baroto, hal itu sudah di wasiatkan suaminya sebelum menikahi Maya.

Akan tetapi Maya bukanlah wanita penggila harta, justru Pak Bandi lah, orang tua rakus yang tega menjual anaknya, yang kini menikmati warisan dari suami Maya.

Sebuah keputusan yang tak mudah bagi Maya, dia memutuskan pergi meninggalkan kampung halaman.

Maya membeli sebuah rumah kecil di pinggiran kota Jakarta. Dia memulai hidupnya dengan bekerja di sebuah perusahaan, sebagai seorang sekretaris.

Dari sanalah aku bertemu Maya kembali, teman masa kecilku.

Aku Rendy 26 tahun seorang pegawai biasa di perusahaan tempat Maya bekerja.

siang itu di lobby kantor.....

Aku tengah melintas di depan lobby, saat itu aku sedang membawa setumpuk berkas. Tanpa sengaja aku menabrak seorang wanita, otomatis semua berkas-berkas yang ada di tanganku berhamburan ke lantai.

Aku segera memunguti lembaran demi lembaran dan mengumpulkannya di tangan kiri ku, usaha ku terhenti saat tangan kananku menyentuh tangan seorang wanita.

Ya dia adalah wanita yang tak sengaja aku tabrak tadi, dia tengah membantuku memunguti lembaran berkas yang berserakan di lantai.

"Maaf aku tidak melihatmu tadi, sekarang aku jadi merepotkan mu. "

ucapku.

"tidak masalah, aku senang bisa membantumu. " ucapnya sambil tersenyum ke arahku.

"ini....." menyerahkan lembaran terakhir padaku.

"terima kasih dan maaf sekali lagi. " ucapku.

Ketika pandanganku jatuh padanya, mengingatkanku akan seseorang.

Aku mencoba untuk berpikir keras mengingat seseorang yang wajahnya mirip dengan wanita, yang saat itu ada di hadapanku.

Namun sebelum aku mampu mengingatnya, dia terlebih dulu menjulurkan tangannya kepadaku.

"aku Maya apa kau masih mengingatku?"

ucapnya sambil tersenyum manis.

Tak ku sangka dia masih mengingatku.

"oh iya...Hai Maya....tentu saja aku masih mengingatmu, tadi aku hanya takut salah menyapa. " ucapku membela diri.

Wajahnya yang cantik serta senyumnya yang begitu manis membuatku diam terpaku.

"lain kali aku akan mentraktir makan siang, aku masih Ingin mengobrol banyak denganmu. "

"oh tentu dengan senang hati May... "

"aku permisi dulu Ren, daaah.... "

Belum sempat aku membalas nya dia sudah pergi melalui ku. Dan sejak saat itulah jantungku selalu berdegup cepat saat aku dekat dengannya.

Bahkan sentuhan lembut tangannya masih bisa kurasakan hingga saat ini.

Maya benar-benar telah memikat hatiku.

Saat jam kantor telah selesai, aku melihat Maya keluar dari ruang Pak David. Dia adalah bosku, pria 30 tahun, masih lajang dan suka main perempuan.

Aku baru tahu jika Maya adalah sekretaris baru Pak David.

Sempat ada rasa khawatir di hatiku, aku takut Pak David menggoda Maya dan Maya jatuh ke pelukannya.

Tidak hanya cemburu, namun ada yang lebih penting dari perasaan itu, yang kutakutkan jika Pak David mempermainkan Maya dan memperlakukannya seperti wanita di luaran sana.

Siapa orang yang tidak tahu kebiasaan buruk Pak David. Banyak wanita yang menjadi korbannya. Setelah puas bersenang-senang, Pak David akan mencampakkan nya begitu saja.

Aku tidak ingin hal itu menimpa Maya

beberapa hari setelah pertemuanku dengan Maya......

Kali ini Maya menepati janjinya, dia menghampiri meja kerjaku dan mengajakku makan siang bersamanya.

Singkat cerita, kami akhirnya makan di sebuah Resto tak jauh dari tempat kami bekerja.

Kami bercengkrama, saling bertukar cerita dan dari situlah aku mengetahui jika dia sudah menjanda, janda kembang lebih tepatnya.

"Oh ternyata dia masih perawan" gumam ku dalam hati.

Setelah menikmati makan siang dan sedikit bernostalgia, aku dan Maya kembali bekerja. Kini aku sudah mengantongi alamat rumah dan nomor handphonenya.

Beberapa teman kantor sempat heran, saat melihat ku dan Maya terlihat begitu akrab.

Tak sedikit dari mereka juga mengaku tengah jatuh hati kepada Maya. Mereka memuji kecantikan Maya, membuat telingaku panas mendengarnya.

Bahkan salah seorang temanku, Faruq namanya, memintaku memperkenalkannya dengan Maya. Seperti biasa aku adalah orang yang cuek, aku sama sekali tak menggubrisnya.

Jujur saja aku merasa cemas setiap kali melihat Maya memasuki ruangan Pak David. Namun aku belum berani mengungkapkan tentang siapa Pak David kepada Maya. Aku takut jika nanti Maya malah berpikir tidak baik mengenai ku.

Aku adalah seorang pria tulen bukan pria yang suka bergosip. Aku berharap suatu saat Maya mengetahuinya sendiri.

Jam kantor telah berakhir, kini aku dan Maya pulang bersama. Aku mengantar Maya pulang ke kerumahnya. Memang sih arahnya berlawanan dengan kosanku, tapi aku sangat senang bisa berduaan dengan Maya.

Di sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal Maya, aku tak henti-hentinya mengagumi kecantikan Maya. Cara bicaranya yang sedikit manja, membuatku ingin berlama-lama dengannya.

Mungkin saat ini hubungan kami hanya sebatas teman, namun aku berharap suatu saat ada keberanian dalam diriku untuk mengungkapkan perasaanku.

Kebersamaan yang tidak begitu lama berhasil membuatku tidak tidur semalaman. Kata-katanya selalu terngiang di telingaku, sesekali tangannya menyentuh tanganku membuat hatiku berdesir.

Maya oh Maya.... aku telah jatuh cinta padamu. Kau berhasil memikat ku dan menaklukkan hatiku. Kau membuat degup jantungku tak karuan saat aku berada di dekatmu. Kau telah mengisi hari-hariku.

Aku berharap hubungan kita tidak hanya sebatas teman. Aku berharap kau memiliki perasaan yang sama kepadaku.

Aku tak akan mungkin mampu berpaling darimu. Kau adalah cinta pertama ku.

Jangan lupa vote like and comment

Tunggu episode berikutnya ya.... Terimakasih😘

Eps 2 weekend

WEEKEND

"Rend, mulai hari ini kau tidak perlu lagi mengantar ku pulang sampai ke rumah." Kata Maya.

"Memangnya kenapa May, Apa ada yang salah denganku??" Tanyaku kepada Maya.

"Bukan begitu Rendy, jelas-jelas kita berlawanan arah, Aku tidak mau terus-terusan merepotkan mu. "

"Oh begitu, sejujurnya aku senang bisa mengantar mu setiap hari, aku juga tidak merasa direpotkan. "

"tapi...Okelah jika itu mau mu May. "

"aku juga tidak bisa memaksamu"

"Terima kasih Rend atas pengertian mu. "

"it's okay"

"Oh iya Rend, apa weekend kau tidak ada acara? " Tanya Maya kepada ku.

"aku rasa tidak" Jawab ku cepat.

"Maukah kau menemaniku jalan-jalan?"

"tentu saja May, dengan senang hati. "

"Oke kalau begitu, Sampai ketemu besok....bye..... "

"Bye.... "

Aku pikir aku tidak akan bisa lagi berduaan dengan Maya, karena ia melarang ku mengantarnya pulang ke rumah.

Namun, sesuatu yang mengejutkan baru saja terjadi. Tiba-tiba Maya memintaku untuk menemaninya jalan-jalan diakhir pekan. Tentu saja aku sangat senang.

Cintaku kepada Maya hampir membuatku gila. Aku selalu ingin berada di dekatnya, bahkan saat di kantor aku dan Maya selalu makan siang bersama.

Banyak yang cemburu melihat kedekatan ku dengan Maya, bukan karena banyak wanita yang mengejar ku, namun sebaliknya banyak pria yang telah mengantri demi mendapatkan cinta Maya.

Aku pernah menanyakan tentang perlakuan Pak David terhadap Maya, aku masih ingat dengan jelas ketika Maya mengagumi Pak David di depanku. Maya mengatakan kepadaku jika selama bekerja sebagai sekretaris Pak David, Pak David selalu memperlakukannya dengan baik.

Aku lega mendengarnya, namun ada sedikit luka menggores hatiku, ketika aku mendengar Maya memuji atasanku dengan penuh penghayatan. Dari cara bicaranya aku curiga justru Maya lah yang jatuh cinta kepada Pak David.

Maya memang seorang janda, namun Ia memiliki daya tarik tersendiri, yang mampu mengikat setiap pria yang dekat dengannya, seperti aku yang tergila-gila padanya.

Sebentar lagi aku akan bertemu Maya, aku akan menjemputnya. Dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan celana jeans hitam, aku mengendarai motor Ninja ku menuju rumah Maya.

Setelah sampai di rumah Maya, aku disuguhkan oleh sebuah pemandangan yang begitu indah. Aku lihat Maya nampak mempesona.

Dengan dress selutut dan tanpa lengan, serta rambut yang tergerai, membuat Maya bak seorang model terkenal. Dia terlihat beberapa tahun lebih muda dari usianya. Tak akan ada yang percaya jika dia seorang janda.

Jantungku berdegup sangat cepat ketika Maya menghampiriku, dia naik ke atas motor dan melingkarkan tangannya di perutku, aku bisa merasakan dengan jelas sesuatu yang menonjol menempel di punggungku.

Sungguh membuatku salah tingkah dibuatnya.

Aku pria normal tidak mungkin tidak terjadi sesuatu denganku.

Aku dan Maya telah sampai di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Kami berjalan berdampingan bak sepasang kekasih.

Aku melihat banyak mata yang memandang ke arah Maya, kecantikannya yang alami mampu membuat mata yang memandang dibuat terpesona olehnya.

Setelah puas berkeliling, aku mengajak Maya untuk nonton bioskop. Sebenarnya aku ingin menonton film horor, namun Maya lebih memilih film romantis, mungkin lebih tepatnya film dewasa romantis.

Aku sempat ragu dengan pilihan Maya, akan tetapi aku juga tidak bisa menolaknya.

Singkat cerita kami membeli tiket dan masuk ke ruangan Bioskop. Ada suatu adegan film yang sungguh menggangguku, aku melihat Maia nampak sangat menikmatinya.

Tanpa sadar Maya meremas tanganku. Adegan dewasa itu berhasil membuat adikku menegang.

Aku mencoba mengalihkan perhatian ku, aku membuang pandangan diantara para penonton. Akhirnya pandanganku jatuh pada Maya di sampingku.

Aku dapat melihatnya dengan jelas, wajahnya sangat cantik, bibirnya terlihat begitu lembut, ku turunkan pandanganku dari wajahnya ke leher jenjangnya, hingga ke tubuhnya.

Aku melihat sesuatu yang menonjol di dadanya terlihat begitu padat dan berisi. Semakin ke bawah aku menangkap sesuatu yang tak seharusnya aku lihat.

Tanpa Maya sadari, dress yang dia pakai tersingkap, hingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas olehku, membuatku menelan ludah. Seketika itu pula, tanganku refleks dan membenarkan bajunya yang tersingkap.

Aku tidak ingin pemandangan yang begitu bagus menjadi tontonan banyak orang. Maya terkejut, namun bukannya marah ia justru berterima kasih padaku. Aku lega karena Maya tak berpikir macam-macam tentang ku.

Setelah Film usai kami segera pergi meninggalkan bioskop. Maya mengajakku ke sebuah restoran karena ia sudah lapar. Kami memesan menu yang sama.

Sepertinya Maya belum puas menghabiskan akhir pekannya, kami melanjutkan ke sebuah taman. Aku dan Maya saling bercengkrama.

Ku tatap lekat bibirnya ketika dia bicara, sesekali senyuman terlihat menyungging di bibir seksinya. Rasanya ingin ku ***** saja bibir itu.

Seandainya dia kekasihku pasti rasanya akan berbeda.

Kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya tak dapat menahan gejolak yang ada di dadaku, namun aku hanya bisa menahannya.

Aku takut Maya tak menerima cintaku dan pergi meninggalkanku.

Biarlah untuk saat ini, aku dan Maya hanya sebatas teman, yang terpenting bagiku, aku bisa selalu berada di dekatnya.

Hari semakin larut, kami sudah lelah setelah seharian berjalan ke sana kemari. Aku mengantar Maya pulang ke rumahnya.

Sesuatu membuat kelakianku meronta, saat dia turun dari motorku, aku melihat dengan jelas ketika angin menerpa dress yang dia kenakan tersingkap, hingga memperlihatkan segitiga yang ada di dalamnya, dan dengan cepat Maya segera membenahinya.

Aku berpamitan padanya dan dia mengucapkan terima kasih padaku.

Sungguh akhir pekan yang tak akan pernah ku lupakan, tak ku sangka jika aku telah menghabiskan waktu seharian bersama Maya, wanita pujaan ku.

Waktu berlalu begitu cepat, hubunganku dengan Maya masih jalan ditempat. Belum ada keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya.

Ada hal yang lebih menakutkan dari sekedar ditolak, yaitu ditinggalkan oleh Maya. Aku sudah terbiasa selalu bersama Maya, tak bisa kubayangkan jika aku berpisah darinya.

Hingga pada suatu hari, hal yang aku takutkan akhirnya terjadi. Akhir-akhir ini Maya sibuk dengan seseorang, kami sudah jarang makan siang bersama di kantor.

Aku melihat tangan seseorang tengah menggandeng Maya, nampak begitu mesra. Ada canda tawa mengiringi keduanya. Bak disayat Sembilu rasa hati ini.

Tangan kekar itu kini melingkar di pinggang Maya, membuatnya semakin merapat. Aku terjebak pada pemandangan yang tak seharusnya kulihat. Dada Maya yang berisi melekat pada dada bidang seorang pria.

Saat bibir lembut itu hendak di jamah, ku beranikan diri memanggil nama wanita pujaan ku.

" Maya" teriakku...

Kulihat pelukan itu terlepas, ada segurat raut kesal dari si pria, namun lain dengan Maya, seperti biasa dia terlihat tenang.

"Rendy...." aku tahu dia terkejut namun Maya berekspresi seakan dia menyambut ku.

"apa aku sudah mengganggu kalian??"

Tanyaku basa basi.

"tidak...kau sama sekali tidak mengganggu kami."

"Mau apa kau??" Pria itu bertanya dengan kasar.

"aku hanya kebetulan lewat dan melihat Maya, jadi ku panggil dia"

Jawabku beralasan.

Kulihat pria itu nampak kesal, ia berlalu begitu saja, meninggalkan aku dan Maya.

Tidak ada obrolan antara aku dan Maya, setelah itu.

Kami beranjak menuju tempat kerja masing-masing.

Eps 3 cemburu

cemburu

Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Maya, tentang pria yang bersamanya di lorong waktu itu, pria yang dengan mesra memeluk dan hendak menjamah bibir lembutnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu, May??" Tanyaku kepada Maya.

"Jika kau menanyakan pria yang bersamaku waktu itu, maka lupakanlah" jawab Maya enteng.

"Bukan.....Bukan soal itu" elak ku.

"lalu, apa yang ingin kau tanyakan??" tanya Maya santai.

"apa nanti malam kau ada waktu?"

"Sepertinya aku sibuk, Rend"

"Oh begitu ya.... baiklah." aku tak lagi melanjutkan perkataan ku.

Aku dan Maya sama-sama terdiam, tak lama setelah itu Maya berpamitan.

Aku melihat ada sebuah mobil sport berhenti di depan Cafe, tempat ku dan Maya bertemu. Aku lihat Maya masuk kedalam mobil tersebut, dan segera berlalu.

Memang akhir-akhir ini, pria itulah yang sering mengantar Maya pulang. Dia pria yang sama seperti yang kulihat waktu itu, pria yang membuat hatiku tercabik cabik.

Melihat kedekatan mereka waktu itu, aku yakin jika pria tersebut adalah kekasih Maya. Aku tak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan Maya saat bersama kekasihnya.

Hatiku menjerit, rasanya sakit. Aku benar-benar cemburu. Bayangan itu selalu melintas di benakku, aku tidak terima jika ada pria lain menyentuh Maya.

Tapi siapa aku... aku hanya teman baginya, lebih tepatnya teman yang diam-diam menaruh hati padanya, namun tak punya keberanian untuk mengungkapkan yang sebenarnya.

Aku mencoba untuk menerima kenyataan jika memang Maya tak membalas cintaku. Namun bagaimana aku tahu jika ia tak membalas cintaku, sedangkan aku sendiri belum pernah mengungkapkan perasaanku.

Aku bingung apa yang harus aku lakukan, sedangkan aku dan Maya semakin jarang bertemu. Mungkin dia sibuk dengan kekasih barunya.

Selama ini Maya begitu manis terhadap ku. Banyak yang mengira kami adalah sepasang kekasih. Aku selalu berharap anggapan itu menjadi kenyataan.

Aku putuskan untuk diam-diam mengikuti Maya, bahkan tak jarang aku menghabiskan waktu seharian untuk mengawasinya. Mungkin Maya akan marah jika tahu apa yang aku lakukan, namun aku tak punya pilihan.

Aku hanya bisa bertemu Maya di kantor, itupun jika Pak David tak membuatnya sibuk. Aku sering dibuat kesal olehnya. Tak jarang Pak David mencoba menggoda Maya.

Lagi lagi aku melihat Maya pergi dengan kekasihnya, kali ini mereka terlihat sangat mesra. Mereka duduk di kursi taman. Saling bercengkrama dan sesekali berpelukan.

Ingin rasanya aku berada di antara mereka. Sehingga mereka takkan sedekat itu.

Semakin lama membuatku tak tahan, rasanya lebih sakit dari sakit gigi. Sebelum aku jatuh pingsan, aku putuskan untuk berhenti mengikuti Maya.

Aku kembali ke kosanku, dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kubayangkan saat Maya beradu cium dengan kekasihnya, sungguh tak sanggup. Aku menutupi wajahku dengan telapak tanganku. Segera kutepis khayalan bodoh yang ku buat sendiri.

Hingga akhirnya aku terlelap, hanyut bersama rasa cemburu yang mendera ku.

Pagi menjelang, kuharap ada seberkas cahaya cinta menerangi ku. Ketika hendak bergegas ke kantor, ada panggilan masuk ke handphone ku.

Drett..... Drett.....

"Iya May, ada apa❓"

"Aku ingin bertemu dengan mu sekarang. Hiks... Hiks.... " kudengar suara isak tangis Maya.

"Oke May kau dimana, kau tenang dulu ya May, aku segera kesana. " ucapku sedikit panik

"Aku dirumah, Rendy" jawab Maya masih terisak.

Tanpa menunggu lama, aku melajukan motorku ke arah tempat tinggal Maya. Setelah sampai, aku buru buru masuk ke dalam rumah dan mencari Maya.

"May.... aku sudah datang, dimana kau??" Aku menelusuri setiap ruangan di rumah itu.

Sampai akhirnya aku mendapati Maya di dalam kamarnya. Melihatku datang, Maya menghamburkan dirinya dan memelukku. Dia membenamkan kepalanya tepat di dadaku.

Aku ragu saat akan membalas pelukannya, namun melihat kondisinya, aku yakin dia tengah membutuhkannya. Aku membalas pelukannya, tanganku melingkar di atas bahunya.

Sungguh sangat menenangkan, aku merasakan sebuah kehangatan. Aku memeluknya semakin erat, tak kulihat ada penolakan darinya.

Maya pun semakin membenamkan kepalanya. Merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku merasakan dengan jelas gundukan itu menempel di atas perutku.

Aku terbawa suasana, hingga aku lupa dengan pekerjaanku. Tak dapat ku pungkiri tubuh bagian bawah ku menegang, aish.... malu rasanya.

Aku yakin Maya merasakannya.

Setelah tenang dan berhenti menangis, Maya melepaskan pelukannya. Begitu juga denganku. Dia membalikkan tubuhnya dan membelakangi ku.

Sesuatu yang tak kusadari sebelumnya, kini tengah aku nikmati.

"Apa Maya sedang menggodaku??"

Gumamku dalam hati.

Siapa yang tak akan tergoda jika melihat pemandangan indah di depanku kini. Bersama seorang wanita cantik di dalam kamar, hanya mengenakan pakaian tipis lagi mini.

Nampak jelas dalaman hitam yang dia kenakan. Ditambah pancaran sinar mentari pagi dari luar jendela, membuat setiap lekukan tubuhnya terlihat semakin jelas.

Jika dia kekasihku, mungkin aku sudah memangsanya.

Degup jantung ku semakin tak beraturan, membuat nada bicaraku menjadi gugup.

Belum sempat aku menenangkan adik kecilku, sudah meronta lagi.

Aku harus bisa mengendalikan diri, tujuan kedatangan ku kemari tak lain untuk menolong Maya. Aku tak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Kini Maya membalikkan badannya, dia menghadap ke arah ku, dan duduk di atas tempat tidur. Seakan-akan dia sengaja sedang mempertontonkan kemolekan tubuhnya kepada ku.

Terlihat amat sangat jelas, sesuatu yang padat berisi dengan belahan ditengahnya hanya tertutup setengah cup saja, nampak begitu sempurna.

Posisi duduk yang asal, membuat segitiga pengamannya sedikit terlihat.

Jika ada pria normal di posisiku, aku yakin pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan saat ini.

Belum sempat aku membuka mulutku, Maya mulai bercerita.

"Terimakasih sudah menemuiku, aku tak tahu harus berbagai kesedihan dengan siapa." Kata Maya.

"Tidak masalah May, kau bisa bercerita padaku."

"Aku adalah temanmu... "

Sebenarnya aku berharap lebih dari itu, batinku.

"Aku hanya ingin ada pria yang tulus mencintaiku."

"Menerima ku apa adanya, aku sangat kesepian, Rend. Hiks.... Hiks.... "

Maya menangis lagi, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Aku tak tega melihatnya, aku menghampirinya dan duduk di sampingnya, menurunkan tangannya dan menggenggam nya.

"kau tidak sendirian Maya, aku akan selalu ada untukmu. " Ucapku berusaha menenangkannya.

"aku akan selalu menemanimu dan menjagamu. "

"Apa kekasihmu melakukan sesuatu terhadapmu? " Ku beranikan diri untuk menanyakannya.

Maya hanya mengangguk, tanpa ada penjelasan.

Entah apa yang telah dilakukan kekasihnya kepadanya, hingga kini aku tak tahu.

Aku benar-benar mendapat kejutan di pagi hari, walaupun akhirnya aku harus bolos kerja. Aku menemani Maya seharian, menyenangkan sekaligus menyakitkan. Ada makanan siap saji, namun tak bisa ku nikmati.

Jangan lupa vote like and comment

Tunggu episode berikutnya ya.... Terimakasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!