NovelToon NovelToon

OB Tampan Pencuri Hatiku

BAB 1

Perkenalan

Dimas Saputra. Seorang pemuda tampan, sholeh, dan pekerja keras. Dimas anak tunggal yang hidup di tengah keluarga yang sederhana. Walaupun mereka hidup sederhana, tetapi kebahagiaan selalu menyelimuti keluarga ini.

Sofia seorang ibu dari Dimas yang bekerja sebagai karyawan toko. Dan ayah Dimas yang bernama pak Bayu, bekerja sebagai karyawan pabrik.

Kehidupan mereka sangat sederhana, bisa dibilang sangat jauh dari kata mewah. Akan tetapi semua itu tidak pernah dibuat masalah oleh Dimas, dia merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Walaupun semua keinginannya harus pupus oleh ekonomi keluarga mereka yang memang hidup dengan pas-pasan.

Dimas bercita-cita untuk bisa berkuliah di universitas ternama. Akan tetapi apalah daya dirinya sadar bahwa itu hanyalah impian semata. Tempat itu hanya di tempati oleh anak-anak orang elit dan itu sudah pasti anak dari pengusaha-pengusaha besar di kota itu.

Ada juga yang dari luar kota yang memang berkeinginan memasukinya. Dan kini Dimas bekerja di sebuah restauran karna hanya mempunyai ijazah SMA. Dimas berencana akan melanjutkan kuliahnya jika sudah mendapatkan uang dari hasil kerjanya.

Dimas di didik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya, jika dia menginginkan sesuatu, maka dia harus menabung dan harus berusaha sendiri bagaimana pun caranya, akan tetapi dengan catatan dengan pekerjaan yang halal pastinya.

Dimas kini tumbuh menjadi seorang pemuda yang sholeh, tampan dan beretika. Dimas sangat sopan terhadap siapapun, terutama kepada orang yang lebih tua. Apalagi kepada kedua orang tuanya yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dimas sangat menghormati kedua orang tuanya itu.

.

.

.

Berbeda dengan Lisa,

Lisa Putri Haristian. Seorang putri tunggal dari keluarga terpandang di kota tersebut.

Apapun yang dia inginkan semua akan dia dapatkan dengan sangat mudah, karena dia mempunyai fasilitas yang serba ada.

Lisa adalah putri tunggal dari papa Aditya Aska Haristian dan mama Enitasari Haristian.

benar Lisa memiliki keluarga yang utuh, dan hidup sangat mewah. Tetapi dia sering merasa sedih karena tidak adanya kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tuanya. Kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuanya tak seperti keluarga dimas. Lisa hanya dimanjakan dengan harta.

Orang tua Lisa mempercayakan anak semata wayangnya kepada art di rumahnya. Mereka jarang bermain dengan lisa karena sibuk dengan bisnis mereka masing-masing. Hingga kini Lisa tumbuh menjadi anak yang sedikit acuh karena kurang kasih sayang. Dan dia lebih suka menyendiri daripada kumpul bersama teman-temannya.

Semua karakternya tentu dari sifat kedua orang tuanya yang tidak memperhatikannya sejak kecil. Papa Adit memang baik, akan tetapi dia tidak menyadari bahwa kasih sayang untuk putrinya begitu berpengaruh terhadap karakter anaknya.

Begitu juga dengan mama Ita, sang ibunda dari Lisa, dia sibuk mengurus salon dan butik nya. Walaupun karyawan mama Ita sudah banyak, tetapi mama Ita tetap mengawasinya setiap hari. Mama Ita mempunyai salon dan butik yang dia kelola sendiri sejak setelah menikah dengan papa Adit, ayahnya Lisa.

Karena menurutnya wanita juga harus berkarir, tidak semata-mata menunggu hasil dari sang suami. Mama Ita tidak mau terlalu menggantungkan kebutuhan keluarganya hanya dari penghasilan suaminya.

Bukan karna kekurangan uang atau mama Ita yang ragu kalau uangnya akan habis, namun

menurut mama Ita dengan berpenghasilan sendiri dia akan mempunyai kesibukan dan menjadi kebanggaan tersendiri.

.

.

.

Untuk sekarang ini Lisa merasa sangat kesepian ketika kedua orang tuanya bekerja.

Dia hanya bisa berdiam diri di rumahnya bersama art-nya. Kadang Lisa merasa malas untuk bermain dengan teman sebayanya. Karena menurutnya dia hanya akan membuang-buang uang hasil kerja keras orang tuanya. Dan itu yang membuat dia semakin sedih bila mengingat orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Terkadang Lisa juga merasa dirinya tidak penting atau tidak diharapkan di keluarganya,

karena orang tuanya yang sering tak punya waktu untuknya.

Pernah suatu ketika Lisa menginginkan berlibur agar orang tuanya tak hanya memikirkan pekerjaannya, tetapi lisa malah di suruh pergi bersama teman-temannya, atau minta di temani bi inah saja. dengan alasan mereka sibuk. Begitu juga saat dia ingin belanja kebutuhannya, Lisa selalu saja di temani art-nya yang bernama bi inah.

Bi inah ini lah yang Lisa anggap sebagai ibunya, karena bi inah yang selalu mengerti keinginan Lisa. Dan bi inah juga yang menyayangi lisa melebihi ibu kandungnya sendiri.

Bi inah bekerja sebagai art di keluarga Haristian semenjak papa Adit dan mama Ita menikah. Jadi Lisa dekat dengan bi inah karna bi inah juga yang mengurus Lisa sejak dia masih bayi.

.

.

.

Di meja makan...

Bi inah: "Non jangan melamun, tidak baik loh non sering melamun seperti itu."

Lisa: "Nggak kog bi.. Lisa ga melamun."

Bi inah: "Jangan bohong non, bibi dari tadi perhatiin non, non lisa terus saja melamun. Ada apa non? cerita sama bibi."

Lisa meneteskan air matanya.

Lisa: "Bii, apakah mama sama papa ga sayang sama lisa?" masih dengan suara yang di tahan supaya tidak menangis.

Bi inah : "Non Lisa kog ngomongnya gitu?mama sama papa non sangat sayang sama non."

Lisa : "Kalau mereka sayang, kenapa mereka ga memperhatikan lisa bi?"

Bi inah: "Mereka hanya lagi sibuk non, udah jangan mikir yang macem-macem lagi non."

Lisa: "Iya bii, mereka sibuk hingga mereka tidak memperdulikan Lisa."

Bi inah: "Bukan begitu non, mereka bekerja kan juga buat membahagiakan non."

Lisa: "Lisa akan lebih bahagia jika mendapat kasih sayang bi." Lisa bicara sambil terisak, sekarang air matanya sudah benar-benar mengalir di pipi gadis cantik itu.

Bi inah: "Non, sudah ya jangan menangis, di sini ada bibi yang akan selalu menemani non."

Lisa: "Makasih ya bi." sambil memeluk bi inah.

Bi inah menghapus air mata lisa sambil berkata: "sudah ya non, jangan mikir yang macem-macem lagi, itu ga baik non. Tuan sama nyonya sangat menyayangi non, mereka bekerja keras untuk membahagiakan non Lisa, untuk masa depan non Lisa. Bibi yakin tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya."

Lisa: "Makasih ya bibi selalu bisa ngertiin Lisa, Lisa ke kamar dulu ya bi."

Bi inah: "Non makan dulu, ini dari tadi makanannya hanya di lihatin saja, ga di sentuh sama sekali." sambil mengangkat piring yang terdapat makanan Lisa.

Lisa: "Makanannya buat bibi saja, Lisa ga laper bi."

Bi inah: "Jangan gitu non, sini bibi suapi. Ini kan masakan kesukaan non lisa, dari dulu non selalu senang jika di suapi oleh bibi.

sini non." kata bi inah sambil menepuk kursi kosong sebelahnya duduk.

Lisa: "Baiklah bii, terimakasih."

Bi inah: "Sudah non, jangan bilang terima kasih terus sama bibi, ini sudah menjadi tugas bibi."

Lisa tersenyum.

Bi inah:...

BAB 2

Bi Inah: "Non, makan yang banyak ya, non Lisa ga boleh banyak pikiran, nanti berdampak pada kesehatan non."

Lisa hanya mengangguk, bi Inah dengan sangat telaten menyuapi Lisa seperti anak kecil. Memang dari kecil Lisa sangat suka di suapi bi Inah. Dulu ada baby sitter yang khusus buat merawat Lisa saat kecil, tapi Lisa tidak suka dengan baby sitter itu, dia hanya ingin bi Inah karena Lisa merasakan kasih sayang bi Inah yang begitu tulus.

Tanpa di sadari, bi Inah meneteskan air matanya. Hal itu membuat Lisa terkejut.

Lisa: "Kenapa bi?"

Bi Inah: "Ga ada apa-apa non, bibi,,," perkataannya menggantung.

Lisa : "Apa Lisa yang membuat bibi bersedih?"

Bi Inah: "Tidak non, bibi hanya ingat dengan almarhum anak bibi, dulu anak bibi juga sangat suka di suapi oleh bibi. Anak bibi telah meninggal 20 tahun yang lalu karena kecelakaan. Waktu itu anak bibi duduk di bangku SD dia pulang sekolah di jemput oleh suami bibi. Waktu itu suami bibi sedang kurang sehat tetapi suami bibi memaksakan untuk tetap menjemput anaknya karna jarak sekolah ke rumah lumayan jauh, pikirnya kasian kalau harus jalan kaki. Akan tetapi hal buruk terjadi, saat mereka keluar dari gerbang sekolah ada mobil yang melaju sangat kencang, hingga menabrak suami dan anak bibi. Sekarang bibi sangat merindukan mereka non."

Lisa: "Bibi yang sabar ya, semoga anak dan suami bibi bahagia di alam sana."

Bi Inah: "Iya non, tapi bibi bersyukur sekarang bibi bisa merawat non Lisa, dengan begini rindu bibi sedikit terobati."

Lisa langsung memeluk bi Inah dan ikut meneteskan air matanya. Mereka sangat dekat hingga merasa benar-benar seperti ibu dan anak kandung. Lisa sekarang sadar bahwa dia masih sangat beruntung mempunyai keluarga yang utuh, walaupun mungkin kurang memperhatikannya.

Lisa: "Udah bi, Lisa udah kenyang. Sekarang bibi gantian makan biar Lisa temenin." ucap lisa sambil merenggangkan pelukannya.

Bi Inah: "Bibi belum laper non, tadi bibi sudah makan."

Lisa: "Bener bi?"

Bi Inah: "Iya non, sekarang bibi akan membuatkan susu buat non, tunggu sebentar ya non." sambil bangkit dari duduknya.

Lisa: "bii,"

Bi Inah: "iya non."

Lisa: "Lisa ga mau minum susu bi, nanti saja kalau Lisa mau Lisa minta ke bibi."

Bi Inah: "Non Lisa mau minuman yang lainnya?"

Lisa :"Gak bii, terima kasih."

Lisa melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Bi Inah memandangi punggung lisa yang berjalan meninggalkannya.

Bi Inah merasa ada kehidupan baru setelah bekerja di keluarga Haristian ini.

Waktu kepergian suami dan anaknya bi Inah merasa sudah tidak akan hidup dengan bahagia karena hidup seorang diri. Namun ternyata tuhan masih mengasihinya dengan jalan mempertemukan bi Inah dengan keluarga yang sangat baik hati ini.

Tok tok tok...

Terdengar seseorang mengetuk pintu, bi Inah berjalan menuju pintu utama.

Bi Inah: "nyonya sudah pulang?"

Mama Ita :"Iya bii, nanti sore ada acara arisan jadi aku pulang lebih awal."

Bi Inah: "Mau saya bikinkan jus nyonya?"

Mama Ita : "Jus jeruk aja bi, pakai gelas kecil saja, aku bentar lagi mau berangkat."

Bi Inah mengangguk dan berjalan menuju dapur. Mama Ita berjalan menuju sofa di ruang tamu. Setelah jus yang dibuat jadi, bi Inah meletakkannya di meja didepan sofa yang di duduki mama Ita.

Bi Inah: "Ini jusnya nyonya."

Mama Ita: "Terima kasih bi, Lisa dimana bi?"

Bi Inah;"Non Lisa ada di kamarnya nyonya, baru saja selesai makan."

Mama Ita: "Nanti tolong bilang kalo aku ada acara arisan sama temen-temen ya bi." Kata mama Ita sambil menyeruput jus yang di buat bi Inah.

Bi Inah: "Maaf nyonya apa tidak sebaiknya nyonya bertemu sebentar dengan non Lisa?tadi non Lisa menanyakan nyonya."

Mama Ita melihat jam di tangannya.

"Okelah masih ada sedikit waktu."

Mama Ita bangkit dari sofa dan berjalan menuju lantai dua tepatnya ke kamar Lisa.

ceklek

Lisa menengok ke arah pintu yang terbuka.

"Mama, mama sudah pulang?"

Lisa bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri mama Ita.

Lisa mencium punggung tangan mama Ita dan kembali lagi duduk di tempat tidurnya.

Lisa sedikit malas dengan mamanya karna pasti dia ada acara saat pulang lebih awal seperti sekarang ini. Mama Ita mengikuti Lisa dan duduk di bibir ranjang.

Sambil mengusap-usap kepala Lisa,

mama Ita berkata : "Sayang, sebentar lagi mama akan pergi arisan."

Lisa :"Oke."

Lisa menjawab singkat karena dia kesal, benar saja yang ada di pikirannya. Mamanya selalu ada acara saat pulang lebih awal.

"memang mama selalu saja sibuk." gumam Lisa pelan namun masih bisa di dengar oleh mamanya.

Mama Ita: "Sayang, kenapa kamu ngomongnya gitu?"

Lisa : "Memang benar kan, mama selalu saja sibuk tak pernah ada waktu buat Lisa."

Mama Ita: "Maafkan mama sayang, tapi mama sudah janji sama teman-teman mama."

Lisa :"Iya, mama selalu mementingkan teman-teman dan pekerjaan mama. Apakah mama tidak sayang padaku?"

Mama Ita :"Sayang, sudah ya, mama sayang sama kamu, tapi mama sudah ada janji. Mama berangkat dulu ya sayang."

Mama Ita bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu kemudian hilang di balik pintu tanpa menoleh lagi ke arah Lisa.

"Lisa butuh kasih sayangmu ma, bukan hanya uangmu," ucap Lisa dalam hati.

Butiran bening di matanya mulai membasahi wajah cantiknya.

Mama Ita turun dari lantai dua, dan langsung berjalan menuju pintu utama. Di lantai bawah ada bi Inah yang lagi membersihkan dapur.

Mama Ita: "aku berangkat dulu ya bi, titip Lisa."

Bi Inah: "baik nyonya."

Mama Ita berjalan menuju garasi mobil dan langsung melajukan mobilnya menuju tempat arisan bersama teman-temannya.

Di dalam mobil mama Ita sedikit memikirkan kata-kata anaknya.

"Kenapa Lisa bilang aku tidak sayang padanya? jelas jelas aku bekerja juga untuk membahagiakannya." ucapnya dalam hati.

.

.

.

Lisa

Air mata Lisa terus saja membasahi pipinya. Dia ingin sekali bercanda tawa dan bercerita tentang semuanya kepada mamanya. Tapi semua itu hanyalah angannya saja. Kenyataannya mamanya sama sekali tidak perduli terhadap Lisa. Lisa masih terus menangis hingga tak terasa dia terlelap.

Bi Inah yang sedari tadi membersihkan dapur kemudian naik ke lantai dua untuk melihat majikannya.

"apakah non lisa tidur? atau kah dia masih menangis." gumamnya dalam hati.

Perlahan bi Inah mengetuk pintu.

Tok tok tok.

"Non, apakah non Lisa tidur?"

karna tak ada jawaban akhirnya bi inah membuka pintu kamar Lisa yang tidak terkunci.

Ceklek

Melihat Lisa meringkuk membelakangi pintu, bi Inah melangkah maju untuk memastikan.

Bi Inah melihat wajah sembab Lisa yang jelas-jelas terlihat habis menangis.

Bi Inah mengusap rambut Lisa, lalu menyelimuti tubuh Lisa yang dari tadi tidur meringkuk kedinginan.

"Jangan sedih non," ucapnya dalam hati.

*guys ini novel pertamaku.kritik dan saran yang membangun sangat aku harapkan. oh iya para reader, jangan lupa komentarnya ya. Tapi jangan komentar yang mematahkan semangat author ya😁

jangan lupa vote juga ya guys

selamat membaca, semoga suka dengan karyaku ini.

BAB 3

Mama Ita...

45 menit berlalu, sampailah di tempat yang di tuju, mama Ita memarkirkan mobilnya di parkiran yang sudah di sediakan oleh restauran tempat mama Ita dan teman-temannya mengadakan arisan tersebut.

"Jenk Ita." Panggil salah satu teman mama Ita.

Mama Ita menoleh ke arah sumber suara.

"Hay jenk Della." Mereka mendekat dan saling memeluk.

Mama Ita: "Sudah lama jenk?"

Della: "Baru 5 menit yang lalu aku sampai."

Mama Ita: "Dimana yang lain?"

Della: "Mereka belum sampai."

Tak lama kemudian para peserta arisan pun datang. Mereka saling berjabat dan saling menyapa satu sama lain.

.

.

.

Dimas.

Dimas bekerja di sebuah restauran dekat kantor papa Aditya. Dia bekerja sebagai pelayan di restauran tersebut.

"Mas, ayo makan, ini sudah jam makan siang. Ucap salah seorang teman dimas yang bernama Ardi.

Ardi teman dimas dari kecil, mereka tumbuh bersama dan sekolah di tempat yang sama, jadi mereka sudah seperti saudara.

Dimas menoleh ke arah Ardi.

"Mendingan kita sholat dulu Di, nanti setelah sholat baru kita makan bersama."

"Okelah, ayo kita ke mushola." jawab Ardi

Mereka berjalan keluar dari restauran dan menuju mushola di samping restauran. Mereka masuk ke ruang kecil di sebelah mushola untuk mengambil air wudhu lalu melakukan sholat berjama'ah.

Dimas menjadi imam di mushola itu, kemudian teman-temannya ikut menjadi makmumnya.

Usai sholat mereka kembali ke restauran dan segera masuk ke dapur untuk makan siang dan istirahat. Mereka mendapatkan jatah makan siang dari tempat mereka bekerja, jadi mereka tinggal ambil makanan yang mereka inginkan di restauran itu.

Semua karyawan menghabiskan waktu istirahat dengan bercanda tawa. Disini sudah seperti keluarga kedua untuk Dimas, mereka semua baik dan tidak ada yang membedakan antara senior dan junior.

.

.

.

Lisa...

Lisa bangun dari tidur siangnya kemudian turun ke lantai satu. Dia menghampiri bi Inah dan meminta bi Inah untuk membuatkan jus mangga kesukaannya.

Lisa: "bii,,"

Bi Inah :"Non lisa udah bangun?"

Lisa :"Iya bi, bi tolong buatkan jus ya."

Bi Inah: "Baik non.."

bi inah langsung pergi menuju dapur.

Tanpa harus bertanya bi Inah membuatkan jus mangga. Karena bi Inah sangat paham dengan kesukaan majikannya.

"Apa non Lisa mau makan camilan? biar bibi buatkan." ucapnya lagi sambil membuatkan jus untuk Lisa.

"Tidak bi, Lisa cuma pengen minum. Nanti antar ke taman belakang ya bi, Lisa tunggu di taman." Ujar Lisa sambil berjalan menuju taman belakang rumah yang sangat luas. Lisa sering duduk menyendiri di bangku taman belakang ketika dia merasa kesepian.

Tak lama, jus yang di inginkan Lisa sudah jadi, bi Inah mengantarkan jus ke belakang rumah dan menaruh di bangku sebelah Lisa duduk.

Bi Inah: "Ini non jusnya, non Lisa mau bibi temani?" kata bi Inah sambil ikut duduk di samping Lisa.

"Lisa lagi pengen sendiri bi, bibi lanjutkan saja pekerjaan bibi. Lisa ga apa-apa kog bi." Ucap Lisa tanpa menoleh ke arah bi Inah.

Lisa memandang lurus ke depan memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh bermekaran di taman itu.

Bi Inah: "baiklah non, bibi masuk dulu."

Lisa meminum jusnya sambil terus memandangi taman.

Tut tut tut

Dering ponsel Lisa.

Lisa: "Hallo Vik, ada apa?" Lisa menjawab dengan nada malas.

Vika: "Kamu lagi apa Lis? keluar yuk."

Lisa: "kemana? aku lagi males." jawab Lisa.

Vika : "Ayolah, aku jemput kamu sekarang ya,

cepetan siap-siap, 10 menit aku sampai." ucap Vika di sebrang sana.

Lisa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua untuk bersiap-siap.

Lisa memakai dress warna putih lengan pendek dengan panjang selutut, yang membuat Lisa terlihat semakin cantik. Lisa yang baru saja akan menuruni tangga, Vika sudah datang dengan menekan bell di rumah Lisa.

Ting tong ting tong

Suara bell rumah pintu utama.

Bi Inah berjalan menuju pintu dan membukanya.

Bi Inah :"Non Vika, silahkan masuk non."

Vika: "Iya bi, aku akan mengajak Lisa pergi, dia sudah siap siap kan bi?"

Sebelum bi Inah menjawab Lisa sudah mendekat ke arah mereka berdua.

"Bii, Lisa keluar bentar ya," ucap Lisa sambil tersenyum ke arah bi Inah.

"Iya non, hati-hati dijalan ya," jawab bi Inah.

"Oke bii, kita berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum." Ucap Vika dan Lisa bersamaan.

"Wa'alaikumsalam." jawab bi Inah.

Mereka berdua menuju ke mobil Vika yang terparkir di halaman rumah Lisa.

Lisa: "Sebenernya kita mau kemana Vik?" Tanya Lisa setelah mereka berdua masuk mobil.

Vika: "Temani aku nyari buku buat adikku ya Lis, nanti setelah itu kita makan di cafe."

Lisa: "Emang adikmu mau nyari buku apa?"

Vika: "Buku buat ulangan besuk."

Tak lama perjalanan mereka pun sampai di toko buku tersebut. Setelah membeli buku yang di maksut, mereka berdua menaiki mobil kembali dan Vika melajukan mobilnya menuju mall karna Vika mau membeli keperluan bulanan.

Vika :"Kita mampir ke mall dulu ya Lis, biasa belanja bulanan. Semua keperluanku habis." ucap Vika saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Lisa: "Oke, sekalian aku juga mau belanja."

Setelah sampai di mall, Vika memarkirkan mobilnya dan mereka berdua turun. Mereka menuju tempat keperluan wanita, seperti make up, pembalut, sabun kecantikan, hingga keperluan mandi dan lain-lainnya. Maklum namanya juga cewek, pasti banyak perawatan ini itu.

Setelah belanjaan Lisa beres, Lisa mengantri di tempat kasir terlebih dahulu.

"Aku ke sana sebentar ya Lis, kamu antri dulu ga apa-apa kan?" Ucap Vika lalu pergi ke tempat camilan yang berjejer rapih.

"Baiklah, jangan lama-lama Vik." jawab Lisa.

Vika masih ingin membeli camilan untuk menemaninya nonton tv malam nanti. Orang tua Vika berada di luar negeri, jadi Vika dan adiknya hidup berdua di Indonesia, hanya di temani oleh art di rumah itu.

Tak lama Vika pun masuk ke antrian kasir.

Lisa yang sudah selesai dari tadi menunggu Vika di kursi yang di sediakan di mall tersebut.

Lisa: "Uda nih Vik?" Tanya Lisa sambil berdiri dari duduknya saat melihat Vika menghampirinya.

Vika :"Uda, abis ini kita ke cafe dulu ya Lis, aku laper hehe." ujar vika dengan cengengesan.

Lisa: "sebenarnya aku tadi uda makan Vik, tapi ya udahlah ayo."

Mereka berdua berjalan menuju cafe di mall tersebut. Mereka memilih duduk di meja nomer 3, kemudian pelayan datang dan menyodorkan daftar menunya.

Vika: "Kamu mau makan apa Lis?" Tanya vika yang lebih dulu memegang daftar menu.

Lisa: "Aku ga makan Vik, masih kenyang aku pesen minum es cappucino aja." jawab Lisa

Vika: "Nggak enak kali Lis, aku makan masa kamu ngeliatin doank?" ujar Vika sambil memanyunkan bibirnya.

Lisa: "Ngga ngeliatin Vik, kan aku pesen minum. Lagian aku masih kenyang, mau taruh dimana coba makanannya? kamu mau bikin aku gendut Vik disuruh makan terus-terusan?" jawab Lisa sambil tersenyum.

Vika: "yaa udah deh iya."

Kemudian Vika memesan makanan yang di inginkan dan pelayan itu pergi.

*jangan lupa komentarnya ya guys..biar author tambah semangat nulisnya😁😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!