NovelToon NovelToon

Kekasih Bayaran

Hingar Bingar

Bandung dingin dengan gerimis malam itu tidak menyurutkan langkah kaki seorang gadis manis di malam kamis. Ia mengayunkan kaki, melangkah dengan riang seperti biasa. Ia melambai, menyahut siapa saja yang menyapa. Di gang sempit penuh genangan air itu ia sedikit berjinjit, takut high hills nya basah. Namun percuma saja, setengah dari tingginya sepatu itu telah terendam. Ia mendengus kesal seraya membuka benda itu dari kaki jenjangnya. Roknya pendek sekali, bajunya juga mini, tapi tertutup jaket kulit berwarna merah hati.

Arsela Januardi, tidak pernah menyangka kehidupan akan membalikkan nasibnya pada titik paling rendah. Sela harus menenggak pahitnya kehilangan dua orang yang teramat ia cintai. Ayahnya telah dua bulan berada di penjara karena kasus korupsi milyaran yang ia lakukan. Ibunya meninggal karena sakit akibat shock berkepanjangan. Padahal mama selalu menyemangatinya kala itu, membisikkan kata agar senantiasa tabah.

"Sela, maafkan papa khilaf. Papa menyesal." Tuan Januardi menunduk, airmatanya menitik, ia berpegangan pada dinginnya jeruji besi.

"Sudahlah pa, semua sudah terjadi. Aku tidak pernah membenci papa. Semoga setelah ini akan ada hikmah yang bisa kita ambil ke depannya." Bijak Sela, menekan kecewa yang teramat dalam.

"Bagaimana mamamu?" Tanya Tuan Januardi lagi, ia tidak melihat istrinya.

"Ehmmm... Pa, maafkan Sela tidak bisa menjaga Mama. Mama sudah gak ada." Sela menunduk dalam, menahan airmata yang segera tumpah.

Tuan Januardi merosot, tubuhnya lemas. Ia menangis, meraung memanggil menyebut nama istrinya. Semua karena kesalahannya, keserakahannya yang membuat keluarga mereka hancur. Terlebih, kini Sela sendiri. Betapa berdosanya.

"Sela, maafkanlah Papa." Serak suara papa, pilu Sela mendengarnya.

Sela teringat percakapan singkat tapi menguras airmata itu saat ia mengunjungi ayahnya untuk terakhir kali berada di Jakarta. Sela juga ingat, betapa ayahnya menyesal. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Harapan indah akan masa depan rasanya telah jauh terkubur. Sela jadi menyusuri jalan dengan pikiran melantur.

Sela ingin segera mengeluarkan papa dari penjara. Namun tuntutan akan dicabut jika papa bisa mengembalikan sisa uang yang telah di korupsi. Tapi, itu juga tidak serta merta langsung membuat papa bebas, ia hanya akan mendapat keringanan masa hukuman. Dan Sela, ingin mengambil kesempatan itu. Namun, mencari uang milyaran itu tentu tidak mudah bahkan mustahil rasanya.

Seorang teman Sela yang waktu itu singgah di Jakarta, kebetulan bertemu dirinya. Sela ingat temannya itu menawarkan sebuah pekerjaan yang bisa membuatnya meraup banyak uang. Namun, Sela terkejut saat ia tahu pekerjaan itu adalah menjadi gadis panggilan. Istilah kerennya BO. Sela, tentu saja ia menolak. Namun satu tawaran lagi datang padanya.

"Sel, ambil lah opsi kedua. Jadi pemandu karaoke, nemenin orang berduit joget, nyanyi sama yaa di remas dikit gak papa lah." Temannya kembali membuat penawaran. Sela berpikir sesaat, yang penting bukan jadi *******. pikirnya waktu itu.

"Dimana?" Tanya Sela akhirnya.

"Black Rose. Gue bisa masukin lo kesana."

Sela berpikir lagi.

"Bandung?" Tanya Sela lagi. Gadis di depannya mengangguk.

"Gue ikut." Putus Sela akhirnya. Ia menarik nafas panjang. Mencoba menerima segala takdirnya. Kelam. Ya, ia sadar itu.

...****************...

Dan di sinilah Sela sekarang, menunggu tamu yang akan memintanya untuk menemani mereka. Black Rose, Club malam terbesar di Bandung itu memiliki banyak para wanita penghibur dengan berbagai jenis rupa yang pastinya mereka semua cantik. Sela masih terbilang baru di sini, baru beberapa bulan ia berada di Bandung dan bergabung di Black Rose. Namun, pamornya sudah melejit begitu cepat. Sela menjadi idola baru di tempat itu.

"Sel, lo temenin Wisnu lagi ya malam ini, dia kayaknya suka sama lo." Jerry, manager tempat itu menghampirinya. Sela mengangguk, ia tahu Wisnu, pria yang sudah tiga hari ini selalu mencari dirinya, meminta menemaninya di room, pria nakal yang suka sekali meremas dadanya. Sela kesal, namun tak bisa melawan.

"Apa gak ada yang lain bang?" Tanya Sela pada Jerry.

"Ada Sel, malah ada tiga orang yang minta lo nemenin mereka tapi Wisnu bayarannya lebih gede. Lo bisa dapet banyak malam ini." Jerry menatap Sela yang begitu cantik dan seksi malam ini. Jujur, ia pun sempat terbius oleh kemolekan tubuh gadis itu.

"Ya udah deh. Yang penting gue bisa dapet duit banyak." Tandas Sela lalu mulai menyambut kedatangan Wisnu yang sudah terlihat diantara orang-orang yang sedang mabuk dan bergoyang.

"Layanin yang baik ya. Kalau bisa BO aja Sel, lo bisa dapet lebih banyak dari ini." Saran Jerry yang langsung ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.

"Sampe ****** juga gak bakalan gue jual badan gue."

"Kayak lo masih perawan aja." Sengit Jerry yang kemudian berlalu meninggalkan Sela yang terdiam. Benar, Sela memang sudah kehilangan keperawanannya ketika masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya dulu. Hubungan mereka berlangsung selama enam tahun, namun, Sela harus rela ditinggal menikah karena pria brengsek itu nyatanya malah menghamili perempuan lain.

Perawan? ya memang ia tidak lagi perawan. Atas nama cinta dulu ia serahkan segalanya, termasuk tubuh dan kesuciannya. Namun, menjual dirinya dengan berganti-ganti rudal juga tidak akan dilakukannya.

Sela menggandeng lengan Wisnu dengan mesra. Wajahnya ia tampilkan ceria agar ia bisa lebih rileks menjalankan perannya. Wisnu seperti biasa, mencium Sela penuh nafsu dengan nafas yang mulai memburu.

Saat Sela telah berada di dalam room karaoke, mereka langsung duduk. Sela memulai mencari judul lagu. Lalu mulai bernyanyi dan mulai menuangkan minuman dingin beralkohol itu untuk pelanggannya.

"Sela, kamu cantik sekali." Wisnu mulai mengendus lehernya. Sela berusaha mengelak dengan berdiri dan mulai bergoyang mengikuti irama musik.

Ia mengajak Wisnu untuk bernyanyi dan bergoyang bersamanya hingga waktu telah berlalu beberapa jam. Lelaki itu ikut menggerakkan tubuh, menjamah tubuh Sela.

"Sel, jadi lah simpanan ku, kau akan mendapatkan banyak uang dariku." Wisnu mulai meracau, alkohol telah menguasai dirinya.

"Mas Wisnu duduk ya, mas udah mabuk." Sela mendudukkan pelanggannya itu di sofa. Ia mulai membenahi pakaiannya yang sempat berantakan karena remahan nakal dari pria yang telah mabuk itu.

Sela keluar dari ruangan, membiarkan nanti Wisnu akan bangun sendiri. Ia juga ingin pulang, tubuhnya serasa lelah. Dijamah lelaki hampir setiap malam sebenarnya membuat ia jadi geli sendiri pada diri sendiri.

"Nih bayaran lo." Jerry menyerahkan berlembar-lembar uang seratus ribuan ke tangan primadona baru di club malam itu.

"Makasih ya, bang. Gue balik ya." Sela pamit pada atasannya itu.

Sela meraih jaket lalu memakainya kembali. Ia juga telah mengganti rok pendeknya dengan celana jeans yang sengaja ia bawa. Sela akan menunggu taksi yang akan segera mengantarkan ia menuju kost sederhana di gang sempit penuh genangan air tadi.

Seperti mengenalnya

Zacky memasuki club malam lalu memasuki sebuah room karaoke. seorang lelaki memakai kemeja biru menyambut kedatangannya. Malam ini Zacky mendapat undangan dari rekan bisnisnya di Bandung. Ia tidak enak hati menolak ajakan itu, apalagi Zacky dikenal senang bergaul. Banyak sekali orang yang menginginkan kedatangannya malam ini. Di dalam ia disambut kepulan asap rokok juga bau alkohol yang cukup menyengat.

"Woi Zacky, gila, keren banget lo ya. Pantes banyak rekan bisnis gue yang cewek pada ngomongin lo." Andy, salah satu rekan bisnisnya menyapa dan merangkul Zacky yang segera terhanyut suasana. Ia segera di layani seorang gadis pemandu karaoke yang mereka pesan. Ada beberapa pekerja wanita di sana bersama mereka.

"Lo telat Zack, primadona club malam ini udah pulang duluan tadi." Celetuk Rully. Pria berbadan agak berisi itu terlihat menciumi gadis penghibur yang sigap melayaninya. Zacky tertawa melihat mereka.

"Iya, body nya waduh, seksi abis. Bahenol atas bawah, ugh." Andy membayangkan si gadis dengan begitu nafsunya.

"Kalian tahu ga namanya?" Andy beralih pada tiga wajah perempuan yang sedang melayani mereka.

"Sela. Namanya Sela." Celetuk Revi tampangnya agak tidak rela saat ia menyebut nama itu sebab kehadiran Sela di sana telah membuat pamornya turun.

Zacky mengerutkan kening, mendengar nama itu rasanya sudah tak asing. Tapi siapa? Ah jangan-jangan..

Zacky menggeleng, berusaha menghilangkan segala prasangka buruknya. Tidak mungkin Sela yang ia kenal dalam beberapa kali pertemuan itu. Tidak mungkin Sela gadis periang sahabat dari wanita yang pernah ia cintai dulu. Tidak mungkin.

Ya, tidak mungkin. Nama Sela bukan hanya satu orang. Banyak gadis lain dengan nama yang sama. Ya, tidak mungkin itu Sela yang ia kenal.

"Tuan, anda mau minum?" Tanya Revi pada Zacky yang sedang melamun.

"Sedikit saja." Ujarnya sambil tersenyum, Revi suka sekali melihat lelaki ini. Ia jadi berkhayal bisa memuaskan lelaki ini di atas ranjang.

"Tuan sudah mendapatkan wanita untuk malam ini?" Tanya Revi diantara suara musik yang menggema.

"Aku tidak tertarik untuk mencari teman tidur." Sahut Zacky sambil tertawa. Pias wajah Revi seketika.

Namun, ia tetap memaksakan senyum manis pada lelaki itu. Mengajak Zacky bergoyang bersamanya namun, lagi-lagi Zacky menolak. Ia tetap bergeming. Duduk santai menikmati pemandangan penuh nafsu yang tersaji di depan mata. Ia sendiri tidak menginginkan apa-apa. Kehadirannya juga tak lain untuk menghormati rekan bisnisnya. Namun, satu nama tadi terus terngiang-ngiang di kepala. Sela.

...****************...

Zacky keluar dari room karaoke lebih dulu dari teman-temannya. Ia ingin mencari tahu kebenaran satu nama yang sedari tadi mengusik pikirannya. Zacky bertemu Jerry, lelaki berkuasa di club malam itu menyapanya hangat. Siapa yang tidak kenal Zacky? Dan kebetulan ia memang telah lama mengenal Zacky karena mereka satu jurusan saat berkuliah dulu.

"Zack." Jerry menghampirinya.

"Jer. Gila, baru ketemu sekarang. Apa kabar lo?" Zacky menyambut jabat tangan dari Jerry.

"Baik gue. Lo gimana? Kok lo bisa ada di sini?"

"Gue pindah. Handle perusahaan keluarga gue di Bandung. Lo sendiri?" Zacky balik tanya.

"Keren banget kita bisa ketemu disini. Gue manager di sini." Sahut Jerry bangga. Zacky tertawa kecil mendengar nya.

"Nah kebetulan, gue mau nanya tentang satu cewek yang kerja disini."

"Tanya aja, gue hapal semua nama, bentuk wajah, bentuk dada, pantat dan semuanya." Jerry terkekeh geli dengan ucapannya sendiri.

"Mesum lo. Gue cari cewek yang namanya Sela. Ada gak?" Tanya Zacky langsung ke intinya.

"Ada. Tapi dia udah balik tadi. Gila ya tuh cewek, malem ini udah enam orang aja yang nyariin dia." Ujar Jerry sambil mengingat-ingat.

"Serius emang beneran ada yang namanya Sela disini?" Tanya Zacky lagi. Jerry mengangguk cepat.

"Tapi kalo buat BO, dia gak bisa Zack. Dia cuma nemenin tamu nyanyi sama minum aja." Tukas Jerry cepat.

Zacky merasa ada perasaan lain di hatinya. Ingin segera ditemui gadis bernama Sela dan berharap ia salah duga.

"Gue pesan dia besok malam." Ujar Zacky. Jerry tertawa lalu mengangguk.

"Room VIP?" Tawar Jerry yang segera di balas anggukan dari Zacky.

Keduanya kemudian menyudahi pertemuan tanpa sengaja itu dengan Zacky yang masih saja penasaran. Ia berharap esok malam akan segera bertemu gadis dengan nama itu. Ia juga berharap, bukan Sela itu.

...****************...

Saat pagi hari, Sela mendapat telepon dari Jerry.

"Sel, lo malem ini masuk ya, ada yang pengen di temenin sama lo." Jerry membangunkan Sela dari tidurnya dan yang lebih mengesalkan, ia harus masuk di malam nanti dimana ia harusnya libur.

"Gue kan libur bang, gimana sih lo." Kesal Sela pada atasannya itu.

"Bayarannya gede Sel, gue kasih dua kali lipat." Tawar Jerry menggiurkan.

"Yang bener bang?" Sela langsung bangkit dari tidurnya.

"Ngapain bohong sih. Dia istimewa Sel. Gue yakin lo pasti suka."

"Tapi bukan Mas Wisnu kan?" Tanya Sela memastikan.

"Bukan. Ini orang di atas orang." Jerry semangat mengatakannya.

"Orang diatas orang, ada-ada aja lo bang. Ya udah, malem ntar gue masuk." Putus Sela akhirnya.

Sambungan telepon pun mati, Sela akhirnya bisa melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi.

Sementara di tempat lain, di sebuah ruangan besar perusahaan, Zacky duduk termenung. Ia duduk menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Otaknya berlari-larian, memikirkan hal semalam. Bertambah rasanya rasa penansaran Zacky.

"Gue gak berharap itu lo." Gumam Zacky dalam hatinya. Entah mengapa ia jadi kepikiran pada sosok itu. Mendengar namanya semalam ia jadi deg-degan. Sempat tak ingin peduli namun hati berkata lain. Jadi ia mantapkan hati untuk benar-benar datang ke Black Rose malam nanti.

Zacky kembali menekuni berkas-berkas yang telah diantarkan sektretaris barusan tadi. Pekerjaannya tidak boleh terbengkalai di sini. Bagaimana pun, ia adalah seorang pemimpin, tidak ada alasan untuk bermalas-malasan dan memikirkan hal yang gak pasti.

Ia hanya perlu datang malam nanti, menuntaskan rasa penasarannya, melihat gadis itu bukanlah yang ia bayangkan. Urusannya selesai, ia tidak akan berpikir macam-macam lagi.

Setelah sibuk berkutat dengan berkas-berkas juga beberapa pertemuan meeting dengan para kolega, akhirnya Zacky benar-benar bisa melupakan hal yang lain. Ia kembali fokus, melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik sampai hingga sore menjelang waktunya ia untuk beranjak pulang.

Di dalam mobil, ia kembali terkenang dengan kepergiannya nanti malam ke Black Rose. Sempat ingin membatalkan, namun ia kembali menahan tangannya untuk tidak menelepon Jerry. Ah sudahlah, kau hanya penasaran saja Zack, pergilah nanti malam, tuntaskan rasa penasaran mu itu. Hati kecilnya menghasut.

Terkejut

Pukul sepuluh malam Sela melangkah keluar dari kostnya. Ia memakai dress ketat di atas lutut berwarna merah menyala. Rambut pirang nya tergerai indah, panjang dibentuk sedemikian rupa. Potongannya mengikuti trend masa kini, Sela cantik, modis juga wangi. Ia melangkah dengan pasti menuju tempatnya bekerja. Beberapa orang dan pemuda yang sedang bermain gitar di ujung gang menyapanya. Sela membalas sapaan mereka dengan senyum indah merekah.

Sela memilih menyewa kost di tempat itu karena orang-orangnya acuh tak acuh pada pekerjaannya yang mengharuskannya keluar malam. Sela juga disenangi para pemuda di sana, ia kerap memberikan beberapa bungkus rokok setiap kali pulang dari bekerja jika bertemu dengan para pemuda itu.

Sela menghentikan taksi, seperti biasa ia akan mengarahkan taksi menuju Black Rose tempatnya bekerja. Sela melangkah duduk dengan riang, membayangkan akan mendapat uang dua kali lipat dari honor ia biasa nya. Sela bisa menabung untuk membebaskan ayahnya meski ia sendiri sangsi akan bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu dekat.

Taksi berhenti di depan Black Rose, suara musik menghentak terdengar sayup-sayup dari luar. Sela melangkah mantap, membalas sapaan para security yang menyapanya hangat juga nakal.

...****************...

Zacky masih duduk dengan santai di dalam room VIP yang telah disiapkan untuknya. Ia memesan minuman soda dengan es batu. Ruangan itu sengaja ia biarkan gelap, hanya ada cahaya dari ponselnya. Ia sedang berbalas pesan dengan adiknya, Audy. Sesekali ia tertawa saat membalas pesan itu.

Suara gagang pintu terdengar. Terdengar juga langkah kaki. Zacky sudah deg-degan sekali, Ia segera menoleh melihat si pemilik suara langkah kaki. Aneh, bukan suara hentakan sepatu tinggi. Lebih ke suara sepatu pantofel laki-laki.

"Zack. Tungguin, pesanan lo lagi benerin make up." Suara Jerry terdengar di kegelapan. Zacky menarik nafas panjang. Ingin sekali ia menggeplak kepala pria ini.

"Ngapain ngagetin gitu sih, Jer. Gue kirain setan." Sentak Zacky.

"Lha, ini emang tempatnya setan kok. Lagian, ngapain sih lo gelap-gelapan gini. Percuma juga gue suruh dia benerin make up kalo lo hobby gelap-gelapan gini." Kesal juga Jerry.

"Biar enak, ada sensasinya. Udah sana balik bilangin dia cepetan ke sini." Tukas Zacky. Ia memang sengaja mematikan lampu, hanya karena ingin mendengar dahulu suara gadis yang ia pesan itu. Lagipula, Zacky datang bukan untuk bersenang-senang. Ia hanya ingin menuntaskan rasa penasarannya.

Jerry akhirnya pergi juga dari room. Ia menuju tempat dimana biasanya para wanita pekerja malam itu berdandan. Jerry melihat Sela telah cantik, seksi dan menggoda sekali malam ini. Lekuk tubuhnya sempurna, padat dan berisi di bagian-bagian seharusnya. Hiasan wajahnya natural saja, hanya sedikit di pertegas dengan lipstik warna merah darah.

"Sel, cepetan. Lo udah ditungguin dari tadi." Jerry menghampiri Sela yang segera mengangguk.

"Iya bang, sabar kenapa sih." Sahut Sela kesal, wajahnya merengut sesaat membuatnya jadi menggemaskan.

"Tamu lo spesial malam ini Sel. Full servis ya pokoknya." Ujar Jerry mengingatkan.

"Iya. Bawel lo bang." Sela melangkah meninggalkan ruang dandan menuju ruang VIP yang telah di pesan sang tamu malam ini. Ia jadi penasaran seperti apa rupa si pemesan dirinya malam ini.

Sela meraih gagang pintu, saat terbuka ia heran melihat ruangan yang gelap. Ia jadi ragu untuk melangkah masuk.

"Masuklah." Suara lelaki terdengar. Ia menarik nafas lega lalu masuk pelan, menutup pintu dan hendak menghidupkan lampu kelap kelip. Namun, niatnya tertahan. "Siapa namamu?" Suara dalam kegelapan itu kembali terdengar.

"Sela, Tuan."

Deg.

Jantung Zacky berdegup kencang. Meski hanya beberapa kali bertemu dahulu, Zacky yakin ia tidak salah dengar. Itu suara Sela yang ia kenal.

"Berapa usiamu?" Tanya Zacky lagi.

"21 tahun, Tuan." Sela menjawab dengan kebingungan. Ia merasa seperti sedang di interview melamar pekerjaan saja.

Zacky berdiri dari duduknya. Ia meraih sakelar lampu, ruangan seketika terang dengan lampu disko. Jarak keduanya begitu dekat. Zacky menatap gadis itu tidak percaya. Sela juga demikian, ia menutup mulutnya, berusaha berlari meninggalkan ruangan tapi Zacky menahannya, menutup pintu, menguncinya juga.

"Kak Zacky." Serak Sela. Tenggorokannya terasa tercekat. Ia tidak menyangka akan bertemu Zacky dalam situasi seperti ini.

"Sela. Ini beneran lo?" Tanya Zacky tidak percaya. Gadis molek di depannya ini betul Sela yang ia kenal.

"Betul, Kak. Kenapa di sini?" Tanya Sela kaku.

Zacky mendekati Sela, ia memegang pundak gadis itu yang masih menunduk tidak mau menatapnya.

"Seharusnya gue yang tanya, Sel. Kenapa lo di sini? Ini bukan tempat lo." Ujar Zacky lembut. Sela tersenyum, diberanikannya diri untuk balas menatap Zacky.

"Aku kerja, Kak." Jawaban klise. Ia jadi mengutuk dirinya sendiri.

"Kenapa kerja begini, Sel?"

"Aku butuh uang banyak, Kak. Lagipula, aku gak punya pilihan lebih baik dari ini." Kata Sela pahit.

"Gak gini Sel."

"Kakak gak akan ngerti kenapa aku ngelakuin ini." Balas Sela sengit.

"Sel, cerita sama gue. Lo gak bisa kerja kayak gini. Gimana kuliah lo?" Tanya Zacky lagi.

"Aku udah berhenti kuliah. Aku mau cari uang yang banyak aja."

"Sel, ada pekerjaan lain yang lebih baik dari ini."

"Gak ada. Aku cuma punya pilihan ini." Ketus Sela.

Zacky menatap Sela tepat di manik matanya yang hitam. Ada kesedihan, kerapuhan, ketidakpercayaan dan penyesalan. Zacky tidak tahu apa yang telah terjadi dengan gadis ini, tapi ia iba. Rasa ingin sekali melindungi.

"Gue anter lo pulang ya, balik ke Jakarta." Tawar Zacky. Sela menatap pria itu tajam.

"Cukup sampai di sini, Kak. Kak Zacky bukan siapa-siapa aku. Gak usah sok peduli." Sarkas Sela.

"Gue gak suka lo kayak gini, Sel."

"Aku gak peduli." Sela berbalik, ia merampas kunci dari tangan Zacky. Saat hendak membuka pintu, suara Zacky kembali terdengar.

"Gue udah bayar mahal lo malam ini." Ujar Zacky santai, ia duduk di sofa menatap Sela yang memandangnya kesal.

"Terus Kak Zacky mau aku ngapain?"

Alis Zacky terangkat sebelah. Jujur Sela terpesona sekali dengan penampilan maskulin lelaki ini.

"Ikut gue."

"Kak Zacky bukan siapa-siapa aku. Aku akan bilang sama Jerry untuk membatalkan ini." Sela kembali meraih gagang pintu.

"Gue bakal jadi siapa-siapa lo setelah ini." Zacky kembali beranjak dari duduknya. Secepat mungkin ia meraih Sela yang akan segera berlari. Zacky mengunci Sela, menyudutkannya ke sudut dinding. Zacky menatap wajah dan tubuh molek itu bergantian. Ia benar-benar tidak bisa membiarkan Sela tetap berada di tempat terkutuk ini.

Sela merasa bibirnya hangat, bergerak seirama detak jantungnya. Sesaat kemudian ia sadar, bibir Zacky telah mengunci bibir ranumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!