Kanaya gadis yang berumur 24 tahun dan sahabatnya Jenni bekerja di sebuah Hotel ternama di kotanya sebagai Cleaning Service, sudah dua tahun dia bekerja di Hotel tersebut tapi sesuatu terjadi padanya pada malam saat dia ingin membersihkan kamar Hotel.
~Tiga puluh menit sebelum kejadian~
"Kanaya tamu dengan kamar nomor 500 meminta kamarnya dibersihkan." Ucap Kepala bagian cleaning service pak Ihsan.
"Baik pak." Kanaya pun mengambil peralatannya untuk membersihkan kamar nomor 500.
Dengan semangat dia berjalan menuju kamar yang akan ia bersihkan.
"Kanaya." Teriak Jenni.
Kanayapun berbalik "Jenni?"
"Kamu mau membersihkan kamar yang mana?" Tanya Jenni saat melihat peralatan kebersihan yang di dorong oleh Kanaya.
"Pak Ihsan menyuruhku membersihkan kamar nomor 500." Jawab Kanaya.
"Bukannya sebentar lagi kamu lepas jam kerja?" Jenni pun kembali bertanya.
"Setelah membersihkan kamar itu aku akan langsung pulang, kalau aku telat kamu bisa pulang duluan aku gak apa apa kok naik taxi sekali kali." Kanaya tersenyum dan berjalan meninggalkan Jenni yang masih berdiri di lobby Hotel.
Tok...Tok
Tak ada jawaban dari dalam Kanaya pun membuka pintu kamar dengan menggunakan card cadangan, saat pintu terbuka Kanaya sedikit ragu untuk masuk karena di dalam kamar terlalu gelap.
"Pe-permisi, sa-saya dari bagian kebersihan." Ucap Kanaya terbata bata.
"Masuklah." Ucap seseorang dalam kegelapan.
"A-apakah lampunya bisa dinyalakan?" Tanya Kanaya yang masih berdiri di dekat pintu.
Bukannya pertanyaannya di jawab tangannya langsung ditarik oleh seseorang dan di hempaskan diatas tempat tidur, Kanaya yang sudah ketakutan mencoba untuk melarikan diri tapi sayang card cadangannya untuk membuka pintu jatuh.
"Tu-tuan saya bukan wanita penggoda saya hanya cleaning service." Ucap Kanaya disela isakannya.
"Tolong." Suara pria itu terdengar berat dan penuh nafsu.
Tanpa persetujuan Kanaya pria itu langsung melum*at bibir Kanaya, Kanaya mencoba mendorong tubuh pria itu tapi tenaganya kalah jauh dengan tenaga pria itu.
Lumayan lama pria itu bermain di bibir Kanaya lalu berpindah ke bagian tubuh Kanaya yang lain, Kanaya hanya bisa menangis dalam diam menerima rangs*ngan yang di berikan pria itu dan sesekali des*han keluar dari mulutnya.
Tak lama pria itu berbisik di telinga Kanaya "Aku hanya butuh bantuan untuk menghilangkan efek obat ini."
Kanaya kaget mendengar ucapan pria itu "Tapi sa-saya masih perawan tuan, sa-saya masih gadis."
Pria itu tak menghiraukan kata kata Kanaya dia pun langsung membuka pakaiannya dan pakaian Kanaya dengan paksa. Kanaya berteriak dan berusaha lepas dari pria itu saat dia merasakan sesuatu mencoba menerobos pertahanannya.
"Tuan, saya mohon." Kanaya memohon mohon berharap pria yang tidak dia tau wajahnya seperti apa mau melepaskannya.
Tapi sayangnya pria itu malah menghantam dengan satu hentakan langsung masuk sepenuhnya.
"Akhh." Kanaya teriak kesakitan saat pertahanannya hancur.
Dua puluh menit mereka bertempur akhirnya pria itu mencapai kl*masnya dan akhirnya jatuh lem*s di samping Kanaya. Kanaya yang masih merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya perlahan bangun dan mencari pakaiannya serta cardnya.
"Aku harus pergi secepatnya dari sini, aku takut dia akan bangun dan memperk*saku lagi."
Kanaya keluar dari kamar Hotel dan berjalan tertatih ke arah lokernya untuk mengambil barang barangnya dan pergi.
"Huhuhu." Kanaya menangis mengingat sekarang dia sudah tidak perawan lagi sedangkan dia akan menikah bulan depan.
"Kalau mas Arman tau aku sudah tidak perawan lagi apa dia akan tetap menikahi aku." Setelah selesai menangis Kanaya pun pulang.
****
Sudah sebulan kejadian pemerkosaan itu, Seminggu lagi Kanaya dan Arman akan menikah, Kanaya sudah berhenti bekerja di Hotel tersebut sehari setelah kejadian itu. Dia mengundurkan diri karena tidak ingin mengingat malam yang memgerikan itu.
Kanaya adalah anak yatim piatu kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan sewaktu ia masih kecil, dia di asuh oleh adik ibunya yang sangat menyayangi Kanaya seperti anaknya sendiri.
"Sayang bibi rasanya belum bisa melepasmu pergi jauh." Ucap bu Fia kepada Kanaya dalam pelukannya.
"Bibi kan masih punya om Yogi."
Saat mereka berdua saling berpelukan om Yogi pun menghampirinya "Sudah bu, Kanaya akan sedih nanti."
Bu Fia melepaskan pelukannya dan menatap wajah keponakannya yang sudah ia anggap anaknya sendiri.
"Sering-sering ya beri kabar pada bibi nanti, dan ingat patuh sama suami." Kanaya mengangguk lalu tersenyum.
Malam pun tiba Kanaya masih duduk di dekat jendela menatap bulan di langit tak terasa air matanya menetes membayangkan kalau suatu hari Arman mengetahui bahwa dia sudah tidak perawan lagi, apakah pernikahannya akan bahagia? terlalu banyak hal yang Kanaya pikirkan hingga tanpa ia sadari sudah jam 11 malam.
Saat Kanaya berdiri dari kursi kepalanya tiba tiba terasa pusing dan perutnya seakan akan diaduk hingga ia muntah, bu Fia yang tanpa sengaja melihat keponakannya muntah di kamarnya segera menolong Kanaya.
"Nak kamu kenapa?" Bu Fia tampak khawatir dengan kondisi Kanaya yang sudah lemas tanpa tenaga.
"Tidak tau bi, kepala Kanaya terasa pusing dan Kanaya juga muntah muntah."
"Besok kita periksa ya? Jadi sekarang istirahat nak." Kanaya pun mengangguk dan berbaring di tempat tidurnya.
Suara kicauan burung mengusik tidur Kanaya dan kembali muntah saat dia mencium bau susu yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Kanaya berlari kekamar mandi dan kembali muntah dia sangat bingung apa yang terjadi pada tubuhnya hanya mencium bau susu membuat perutnya seakan akan di kocok dan memuntahkannya.
"Aku tidak demam." Kanaya menempelkan tangannya di dahinya untuk dia periksa apakah dirinya demam "Tidak panas."
"Kanaya." Terdengar suara bibinya memanggil namanya Kanaya dengan cepat membersihkan tubuhnya yang bau muntah.
Tak butuh waktu lama Kanaya keluar dari kamar mandi dan menghampiri bibinya yang sudah berada di kamarnya.
"Nak, ayo siap siap."
"Iya bi, tunggu Kanaya 5 menit lagi." Bu Fia pun mengangguk dan meninggalkan Kanaya untuk berpakaian.
Kanaya dan bu Fia naik angkot pergi ke puskesmas terdekat, saat melewati penjual buah di pinggir jalan Kanaya menelan ludahnya karena keinginan memakan buah terutama buah jeruk. "Aku akan membelinya nanti, dan ingin sekali aku memakannya." Batin Kanaya.
Merekapun sampai di puskesmas dan mengambil nomor antrian, karena tidak terlalu ramai jadi Kanaya dan bu Fia tidak mengantri terlalu lama dan kini giliran mereka yang dipanggil.
"Bu Fia." Panggil perawat yang berada di depan pintu ruangan.
"Nak ayo giliran kita."
Kanaya pun berdiri dan mengikuti langkah bibinya menuju ruang pemeriksaan, perawat pun membukakan pintu dan merekapun masuk. Dokter wanita yang duduk di kursi kerjanya tersenyum dan mempersilahkan Kanaya dan bu Fia duduk "Silahkan duduk bu."
"Ada keluhan apa bu." Dokter wanita itu bertanya kepada bu Fia.
"Bukan saya dokter tapi keponakan saya, dari semalam dia muntah muntah."
Dokter wanita itu tersenyum dan memanggil Kanaya untuk berbaring diatas tempat tidur, Kanaya pun mengikuti perintah dokter wanita itu.
Bersambung....
Dokter wanita itu tersenyum dan memanggil Kanaya untuk berbaring diatas tempat tidur, Kanaya pun mengikuti perintah dokter wanita itu.
"Kita akan USG ya?" Ucap dokter.
Perut kanaya di olesi dengan gel lalu di USG, dokter tersenyum saat ada sebuah janin di rahim Kanaya, Kanaya pun melihat di monitor tapi dia tidak tau apa yang ada di dalam perutnya.
Setelah pemeriksaan dokterpun kembali duduk di kursi kerjanya begitupun Kanaya kembali duduk di kursi.
"Dokter keponakan saya sakit apa?" Bu Fia yang sudah cemas langsung betanya kepada dokter wanita yang duduk di depannya.
"Selamat bu keponakan ibu akan menyadi ibu, sekarang sudah hamil 5 minggu." Dokterpun memberikan foto USG kepada bu Fia.
Kanaya yang mendengar kalau dia hamil langsung syok tanpa terasa air matanya menetes, sedangkan bu Fia melihat gambar yang ada di tangannya dengan gemetar.
"Terima kasih dokter, kami permisi." Ucap bu Fia dan menarik Kanaya pergi.
Dalam perjalanan tak ada pembicaraan mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing, saat sampai dirumah bu Fia memanggil Kanaya duduk untuk dia introgasi "Siapa ayah dari anakmu nak?"
Kanaya hanya menangis, dia tidak tau harus menjawab apa soal pertanyaan bibinya karena dia pun tidak tau siapa pria malam itu.
"Kanaya jawab." Ucap bu Fia yang sudah mulai meneteskan air matanya.
"Ka-Kanaya juga tidak tau bi." Jawab Kanaya di sela isakan tangisnya.
"Apa itu anaknya Arman?" Kanaya menggelengkan kepalanya.
"Kamu akan menikah Jumat depan nak, kalau keluarga Arman tau mereka tidak akan mau menerima bayi itu."
"Kanaya harus bagaimana bi."
"Siapa ayah dari anak itu nak, bibi dan om Yogi akan pergi meminta pertanggung jawaban pria itu."
"Kanaya juga tidak tau, Kanaya di perkosa saat masih bekerja di Hotel Panorama dalam keadaan gelap." Kanaya menangis mengingat kejadian malam itu, dia sudah berusaha keras untuk melupakan pemerkosaan yang terjadi padanya tapi sekarang akan dia ingat selamanya karena hadirnya bayi yang kini sedang ia kandung.
Bu Fia memeluk Kanaya mereka berdua menangis, om Yogi melihat istri dan keponakannya menangis di ruang tamu.
"Bu." Om Yogi duduk di samping istrinya lalu mengusap usap bahu bu Fia memcoba menenangkan walau dia sendiri tidak tau masalah apa yang mereka tangisi.
"Mas." Bu Fia menghapus air matanya.
"Kalian kenapa menangis?" Tanya om Yogi penasaran.
"Kanaya hamil mas." Om Yogi kaget mendengat perkataan istrinya dan kembali menatap Kanaya.
Kanaya menceritakan semuanya apa yang terjadi padanya pada malam itu kepada omnya "Om akan memberitahukan ini kepada keluarga nak Arman, kalau mereka membatalkan pernikahan kalian kita harus menerima." Om Yogi pun pergi.
Om Yogi pun sampai di depan rumah Arman dan menekan bel, tak lama pembantu keluarga Arman membukakan pintu pagar dan mempersilahkan masuk.
"Bapak sama ibu nak Arman ada mbo?" Tanya om Yogi.
"Ada pak, silahkan masuk."
Om Yogi pun masuk kedalam rumah Arman, kedua orang tua Arman menghampiri om Yogi yang masih berdiri "Silahkan duduk pak Yogi, ada apa kok kesini apa persiapannya acaranya masih kurang?" Tanya papanya Arman.
"Begini pak Harun, keluarga kami terkena musibah sebelum terlambat saya kesini ingin memberitahukan kalau keponakan saya sedang hamil."
"A-apa maksud pak Yogi? Kanaya hamil?" kedua orang tua Arman kaget mendengar pengakuan om Yogi.
"Iya bu Mia Kanaya sedang hamil."
"Bagaimana bisa anak saya harus menikahi wanita yang sedang hamil anak orang lain, lebih baik pernikahan ini dibatalkan saja." Ucap mamanya Arman.
"Arman lebih pantas mencari wanita yang masih suci, bukan wanita yang sudah memberikan keperawanannya pada orang lain lalu hamil dan malah ingin menikah dengan anak saya." Ujar mamanya Arman denga sinis.
"Kami akan menerima keputusan bapak dan ibu, pernikahan ini memang harus di batalkan tapi tolong jangan hina keponakan saya."
"Oh! Lalu keponakan pak Yogi disebut apa? dia menyembunyikan fakta bahwa dia sudah tidur dengan pria lain lalu ingin menikahi Arman agar aibnya tertutupi."
"Saya permisi." Om Yogi meninggalkan kediaman keluarga Arman, ia tidak ingin berlama-lama mendengar Kanaya di hina oleh keluarga Arman.
Saat om Yogi sampai di rumah Kanaya dan bu Fia menunggu keputusan dari keluarga calon suaminya "Pak, apa pernikahan mereka dibatalkan?" Terlihat kekhawatiran di wajah bu Fia.
"Iya bu, mereka membatalkan pernikahan ini." Jawab om Yogi dengan wajah sedih.
"Maafkan Kanaya om sudah membuat keluarga malu." Kanaya langsung berlutut di depan om Yogi.
"Nak berdirilah, Kita akan pindah dari sini." Ucap om Yogi.
"Kita akan pindah kemana mas." Tanya bu Fia.
"Kita akan kontrak sementara di dekat kantor mas." Kanaya dan bu Fia mengangguk.
Mereka bertiga pun mengemasi semua barang-barang yang akan mereka bawa dulu, Kanaya kembali menangis di dalam kamarnya mengingat pernikahan dengan kekasihnya yang akan dilaksanakan seminggu lagi kini harus batal karena ulah pria yang tidak bertanggung jawab.
"Aku akan menjaga anak ini, dia tidak bersalah walaupun dia hadir karena kesalahan yang dilakukan oleh pria itu." Kanaya mengusap-usap perutnya yang masih rata.
"Sayang apa berkemasnya sudah selesai?" Bu Fia menghampiri Kanaya yang duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Sudah bi." Kanaya tersenyum.
"Ini semua takdir, walaupun kamu akan menjadi seorang ibu jangan membenci anakmu karena kesalahan masa lalu."
"Aku tidak membencinya bibi, aku akan menyayanginya dan menjaganya."
"Ya sudah, istirahat dulu nak nanti jam dua kita akan pergi." Kanaya pun mengangguk.
Ponsel Kanaya berdering, tertera nama Arman dilayar ponselnya. Kanaya mengabaikan panggilan Arman dan memilih mematikan ponselnya, hari ini dia terlalu capek fisik dan batin Kanaya berharap mantan calon suaminya tidak mengganggunya lagi.
***
Om Yogi memasukkan barang-barang mereka kedalam mobil, Kanaya berjalan mendekati omnya "Kanaya bantu ya om."
"Tidak udah nak, biar om yang atur barang-barang."
Saat Kanaya ingin masuk kedalam rumah salah satu tetangganya berbicara dengan sinis "Astaga memang ya ibu-ibu kita tidak perlu menyimpulkan baik tidaknya hanya melihat bagian luarnya, dari luar terlihat gadis baik-baik tidak taunya malah tidur dengan pria lain sampai-sampai hamil." Ujar tetangga yang sedang berkumpul di depan halaman rumah Kanaya.
"Untung aja bu Mia cepat mengetahui sebelum pernikahan anaknya dilangsungkan, aduh hamil sama pria lain tapi minta nikahnya dengan anak bu Mia." Jawab salah satu tetangga.
Om Yogi menguatkan Kanaya yang sudah terisak-isak mendengar gunjingan para tetangga, terlalu cepat kehamilannya tersebar Kanaya berharap lingkungan barunya nanti bisa membuatnya tenang untuk membesarkan anaknya.
Bersambung...
Mereka pun pergi meninggalkan rumah yang penuh kenangan, para tetangga terlihat sinis memandang mobil om Yogi "Om ingin kamu hidup dengan tenang nak, jangan pikirkan hal yang membuat hatimu tertekan." Kanaya hanya diam mendengar ucapan omnya.
Hanya satu jam mereka menempuh perjalanan akhirnya sampai di rumah yang akan mereka kontrak "Kanaya kamu tunggu kami di mobil, kami akan bertemu dengan orang yang punya rumah." Ucap bu Fia.
"Iya bi."
Yogi dan Fia pun menemui ibu yang punya rumah kontrakan untuk membahas harga sedangkan Kanaya menunggu di dalam mobil, ponselnya pun kembali berdering tapi tak ada nama tertera di layar ponsel Kanaya "Nomor tidak dikenal?" Batin Kanaya.
Karena penasaran Kanaya pun mengangkatnya "Halo."
"Kanaya."
"Mas Arman?"
"Aku ingin bertemu kanaya, aku ingin penjelasan darimu."
"Tidak ada yang perlu di jelasin mas, aku sekarang hamil anak pria lain jadi Kanaya mohon berhenti menelpon Kanaya." Kanaya pun mengakhiri telepon Arman.
Kanaya kembali menangis, terlalu sulit melupakan laki-laki yang selalu membuatnya tersenyum tapi sayang takdir tidak menjodohkan mereka.
"Huhuhu, maafkan Kanaya mas." Tangis Kanaya.
"Nak, ada apa?" Ucap bu Fia di samping Kanaya
"Bibi." Kanaya kaget dan langsung menhapus air matanya, dia tidak tau kalau bibinya sudah ada di sampingnya.
"Bagaimana bi, apa kita akan tinggal disini?" Kanaya mencoba mengalihkan pembicaraan, dia tau saat ini bibinya terlihat khawatir saat melihatnya menangis.
"Iya kami mengontraknya selama 3 tahun."
Mereka bertiga pun masuk dan mulai menata barang-barang yang sebagian mereka bawa, setelah bebenah Kanaya masuk ke kamar yang akan menjadi kamarnya selama 3 tahun kedepan. Dia mulai membersihkan dan menyimpan barang-barangnya "Hah! Akhirnya selesai juga, tapi kok aku jadi lapar." Kanaya mengelus perutnya yang sudah mulai meminta makanan.
Kanaya keluar tapi tidak melihat bibi dan omnya "Mungkin mereka istirahat di kamar." Gumam Kanaya.
Kanaya pun keluar mencari makanan, tak jauh dari kontrakannya banyak pedagang kaki lima menjajakan dagangannya di pinggir jalan, kanaya berjalan memilih makanan yang ingin ia makan.
Kanaya berhenti di depan penjual mie ayam bau yang menusuk di penciumannya membuatnya tidak bisa menahan rasa ingin mencoba "Baunya enak sekali." Batin Kanaya.
"Mas mie ayamnya 3 bungkus ya."
"Ditunggu neng."
Mas penjualpun memberikan kursi kepada Kanaya "Duduk dulu neng antriannya masih panjang." Kanaya pun tersenyum lalu duduk di kursi yang di berikan oleh mas penjual mie ayam.
Lumayan lama menunggu akhirnya pesanan Kanaya pun selesai dan dia pun membayarnya, Kanaya pun memutuskan pulang setelah membeli mie ayam tapi saat dia ingin menyeberang sebuah mobil tiba-tiba berhenti membuat Kanaya terkejut dan menjatuhkan mie ayamnya.
"Nona maafkan saya." Ucap pria yang sudah berdiri di depan Kanaya.
"Mie ayamku, hiks. hiks." Kanaya mengabaikan pria yang ada di depannya dan langsung menangis.
"Nona jangan menangis saya akan menggantikan mienya."
"Benarkah?" Pria itu pun mengangguk.
Mereka kembali ke tempat penjual mie ayam lagi "Tuan nama anda siapa?" Tanya Kanaya
"Saya Andra, kalau nona?"
"Saya Kanaya."
Tak lama pesanan mereka selesai dan Andrapun mengantar Kanaya pulang "Terima kasih tumpangannya tuan."
"Iya sama-sama, kalau begitu saya pergi dulu." Kanaya pun tersenyum.
Andra pun sampai di kantor dia pun masuk kedalam ruang kerja Alex, Andra berjalan kearah Alex yang sedang fokus di depan komputernya.
"Maaf kakak aku telat datang."
"Walaupun kamu adalah adikku tapi aku tidak suka kalau ada pegawaiku yang telat datang."
"Aku tadi udah pergi dari rumah tepat waktu tapi pas di jalan aku ketemu sama seorang wani-." Belum sempat Andra melanjutkan ucapannya Alex sudah memotongnya.
"Karena wanita kamu telat datang, rapat penting dengan kolega dari Jepang hampir gagal." Alex menajamkan matanya membuat Andra sedikit takut.
"Lebih baik kamu keluar."
"Kak tapi."
Klek.. Suara pintu terbuka membuat dua pria yang berada di ruangan itu mengalihkan pandangan mereka kearah pintu, seorang wanita cantik dan elegan masuk dan tersenyum.
"Kak Andra." Ucap wanita itu.
"Evelyn, ah kalau begitu aku pergi dulu kak." Andra pun keluar.
"Apa yang membuatmu kemari." Alex kembali fokus ke komputernya.
"Papa sama mama ingin mengundang kak Alex untuk makan malam bersama."
"Aku masih sibuk."
"Kenapa kakak dingin sekali kepadaku, aku tunangan kakak kenapa aku di perlakukan seperti ini."
"Evelyn, aku sibuk jadi pulanglah." Alex mempertegas suaranya.
Evelyn pun keluar dari ruang kerja Alex dengan menangis dari kecil hanya dia yang tertarik dengan Alex sedangkan Alex sudah dingin dan cuek terhadapnya, tapi karena keluarganya dan keluarga Alex rekan kerjasama keluarga Evelyn mengajukan perjodohan anaknya dengan Alex.
Alex menelpon seseorang "Apa gadis itu sudah di temukan."
"...."
"Ini sudah hampir dua bulan dan kalian belum juga menemukannya."
"....."
Alex memutuskan panggilannya dan terlihat menahan amarah, orang yang ia bayar untuk mencari gadis malam itu belum juga mendapatkan hasil. CCTV yang mereka lihat pun tidak membantu karena pas sekali kamera pengintai di dekat kamar 500 sedang rusak.
"Dimana gadis itu berada, sial ini semua karena keluarga Sanjaya." Wajah Alex memerah menahan amarah saat ia teringat kejadian malam itu di pesta sampai harus tidur dengan gadis yang tidak bisa ia temukan sampai sekarang.
***
Kanaya, bibi Fia dan om Yogi tengah asyik mecicipi mie ayam, Kanaya dengan semangat melahap habis makananya.
"Ini sangat enak bibi."
"Tapi lain kali bilang sama bibi kalau ingin keluar, kita baru disini belum tau situasi."
"Kanaya pikir kalian sedang istirahat jadi Kanaya pergi sendiri, maafkan Kanaya bibi."
"Bibi hanya khawatir sayang, jadi jangan di ulangi." Kanayapun mengangguk.
Beberapa bulan kemudian...
Kehamilan Kanaya sudah memasuki bulan ke 6, Kanaya yang sedang duduk di depan toko kuenya dikagetkan dengan kedatangam sahabatnya Jenni "Hai Kanaya."
"Jenni, kapan kamu datang?"
"Baru saja, ini aku membawakanmu udang pedas."
"Darimana kamu tau aku suka udang pedas?"
"Bibi yang memberitahukanku."
Kanaya mengajak sahabatnya masuk ke tokonya untuk mengobrol karena Jenni sekarang sudah pindah ke kota A mengikuti suaminya, Kanaya ingin menghadiri pernikahan sahabatnya saat itu tapi dia tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang pernah menghinanya.
"Maafkan aku Jen, aku tidak bisa datang dihari pernikahanmu dan mas Gio." Mata Kanaya sudah mengeluarkan air mata.
"Aku dan mas Gio mengerti keadaanmu Kanaya, tapi kami sudah pindah kekota A jadi kamu tidak ada alasan lagi untuk tidak datang kerumah kami."
"Baiklah aku akan datang, dan selamat ya untuk pernikahan kalian."
"Terima kasih. Aku dan mas Gio akan menunggu kedatanganmu." Jenni memeluk Kanaya, dia sangat bahagia melihat sahabatnya baik-baik saja.
Bersambung....
Mohon beri Like dan Komentarnya agar Authornya lebih semangat nulisnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!