NovelToon NovelToon

SYAIMA

Awal kisah remaja 1

Kisah ini terjadi di tahun 90'n yang belum ada handphone, waktu itu umumnya komunikasi pribadi hanya lewat surat atau wartel.

Nama ku adalah Syaima umur 16 tahun, wajahku oval dengan mata sayu dengan kulit umumnya cewek asia, walau sedikit putih kerena nenek moyang ibuku keturunan China serta nenek moyang bapak ku dari Arab, perpaduan yang lumayan unik jadilah aku.

Di sebuah rumah yang cukup sederhana aku tinggal bersama bapak, ibu juga Rafa adik laki- laki berumur 5 tahun.

Aku masih duduk di bangku SMU punya teman geng yang terdiri dari Fani, Mae, Yuli, Siti dan Dian.

Aku juga punya pacar namanya Fatir, dia tampan juga kharismatik karena masih keturunan ningrat yang masuk jajaran orang - orang kaya di kotaku.

Sekolahnya pun berbeda denganku karena dia bersekolah di SMU elite.

Pertemuan kami terjadi sewaktu aku sedang main di rumah Ira, tetangga samping rumah yang ternyata sepupunya Fatir, tidak lama setelah pertemuan itu, Ira langsung datang ke rumahku.

Waktu itu sore hari, Aku sedang duduk di teras sambil membaca buku cerita, sedangkan Rafa tengah main mobil - mobilan dengan bermuatan pasir yang ada di halaman rumah.

"Hai... hai..., Syai gimana kabarnya?, lagi ngapain?". Tanya Ira yang baru nyampe di depan rumah dan langsung duduk di sampingku.

"Baik Ra, tumben mampir ada apa ?". Tanyaku dengan sedikit mengerutkan dahi.

"Hemmm, yang pasti ada kabar penting bangetlah makanya aku kesini". Jawab Ira sambil tersenyum.

" Aahh, apaan sih Ra bikin penasaran saja". Tanyaku makin heran.

"Tenang, tenaang.., dulu Syai, kamu tau si Fatir kan". jawab Ira malah balik nanya.

" Iya tau lah diakan sepupu mu, emangnya ada apa dengan dia ?". Tanyaku dengan nada males.

"Hehe.., dia naksir kamu, malah dia juga nitipin suratnya, ini coba lihat dan baca". Jawab Ira sambil memberikan amplop kuning motif bunga.

"Iih..., Ira jangan bercanda deh, paling juga kamu sendiri yang nulis suratnya, mau ngerjain aku ya, ayo ngaku deh". Ucapku.

" Ya elah, serius ini mah neng coba deh baca dulu". Jawab Ira setengah memaksa.

Aku pun membuka dan membaca isi dari surat itu, sejenak aku diam untuk berpikir tapi suara ira mengagetkan ku.

"Gimana, gimana..., Syai apa isinya ?". Tanya Ira ternyata dia ingin tau juga isi dari surat itu.

Tadinya aku pikir surat ini adalah rekayasa Ira untuk ngerjain aku, tapi melihat dari tulisan kata - katanya jelas surat itu bukan bikinan Ira.

Aku hanya menghela napas, lalu kuberikan kembali surat dari Fatir itu ke Ira untuk membacanya sendiri.

"Horeee.., yeeeey, Syai kamu bakal jadian sama Fatir kan ?, kita akan lebih sering main bareng dong". Seru Ira kegirangan sambil teriak - teriak, sontak saja membuatku melotot sambil menempelkan jari telunjuk ke bibir.

"Uussttt... diam Ra jangan kenceng-kenceng, nanti ibu ku denger bisa berabe". Kata ku.

Ira langsung diam sambil menutup mulutnya pakai tangan dia lupa jika sedang berada di rumahku.

Di dalam surat itu, tertulis pernyataan cinta Fatir yang harus ku jawab segera, karena besok lusa dia akan datang ke rumahnya Ira, untuk mendengarkan langsung jawaban cintanya dari ku.

Setelah itu, Ira pun pamit pulang karena ada pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.

Sambil tersenyum Ira pergi, sedangkan aku diam memikirkan jawaban apa yang harus aku kasih ke Fatir nanti.

*Aku tidak tau cinta itu kaya gimana dan seperti apa rasanya, tapi aku juga tidak bisa menolaknya karena tidak enak sama Ira, mungkin harus menjalaninya dulu biar tau ". Batinku.

Hari yang di tunggu pun tiba, meski pikiranku masih bingung menjelang petang aku pergi pergi ke rumah Ira, setelah tadi pagi Ira menemui ibu dan meminta ku datang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Ira, ku lihat Fatir sudah menunggu duduk di ruang tamu, aku pun memilih masuk lewat pintu belakang biar bisa bertemu dengan Ira lebih dulu, sebelum akhirnya menemui Fatir.

Dengan langkah perlahan segera aku mencari keberadaan Ira ke kamarnya.

Pintu kamar Ira di biarkan terbuka, mungkin sengaja karena dia sedang menungguku.

Aku pun masuk dan menyapa Ira yang tengah asik membaca novel.

" Hai Ra". Ucap ku dengan suara pelan.

" Eh...., hai juga, Syai ko lama sekali sih dia sudah nungguin dari tadi lho". Jawab Ira sambil cemberut.

Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum getir.

"Ayo cepat temuin kasihan kan dia udah nunggu lama". Ucap Ira.

Kaki ku terasa berat padahal jarak dari kamar ke ruang tamu cuma beberapa meter.

"Ayoo..., ayooo..". Ajak Ira sambil menyeret ku ke hadapan Fatir.

*Duuh... malunya, kenapa sih jadi begini padahal waktu dulu bertemu biasa saja". Batin ku.

"Naah, inj orangnya Fa baru muncul". Ucap Ira.

Ku lihat Fatir tersenyum lalu bangkit mengajak ku salaman.

"Syaima". jawabku waktu tangan kami saling menyapa.

"Oh.. iya, Fatir ". Jawabnya sambil tersenyum.

"Hemmm, sekarang kalian berdua ngobrol yang anteng ya, aku tinggal dulu daahh ". Ucap Ira langsung pergi ke kamarnya meninggalkan kami berdua.

Suasana menjadi hening Aku dan Fatir mungkin sama -sama canggung, belum tau harus mulai bicara dari mana dan kata apa.

Setelah setengah jam berlalu tiba -tiba Fatir berdehem.

"Syai, bagaimana jawabannya ?". Tanya Fatir langsung pada intinya.

"Heeekkk". tenggorokan ku terasa tersumbat duri, aku hanya melongo sambil menelan ludah, melihat ku diam saja Fatir menggeser tempat duduknya mendekat, lalu tangannya mulai bergerak memegang tangan ku.

" Syaima apakah mau jadi pacarku ?". Tanya Fatir lagi sambil menatapku.

Aku pun menoleh lalu melepaskan tangan dari genggamannya.

* Iiiihhh, risih banget belum apa - apa sudah berani pegang -pegang tangan dasar cowok aneh". Batin ku.

"Oh.., maaf Syai tidak sengaja terbawa suasana, hehehe". Ucap Fatir seakan tau kalo aku kesal saat tanganku di pegang olehnya.

Kulihat wajah Fatir tampak bersemu merah, mungkin menahan malu jadi terlihat sangat gugup.

"Syai.., mau tidak jadi pacar ku ?". Tanya Fatir untuk yang ke tiga kalinya dengan pertanyaan yang sama.

Aku masih diam bingung antara iya dan tidak, sedangkan aku tau Ira pasti sedang menguping di balik kamarnya sambil menahan tawa.

Lalu untuk kesekian kalinya Fatir bertanya dengan tatapan sayu seolah - olah memohon.

"Syai gimana ?". Tanyanya lagi.

Aku pun tak tega tanpa bersuara, ku anggukan kepalaku pertanda aku menerima jadi pacarnya.

"Aaahh... makasih Syai". Ucap Fatir terdengar lega.

"Syai, kamu tidak terpaksa kan menerimaku". Tanya Fatir seolah tau isi pikiran ku.

* Diih.., ini orang aneh banget ya, udah tau terpaksa masih nanya juga, kalo bukan karena si Ira males aku pacar - pacaran". Batin ku yang mulai kesal.

Namun aku berusaha untuk tersenyum dan menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Hehe... makasih ya syai. Oia.. malam minggu ini, mau tidak jalan ke pasar malam, sekalian rayain hari jadian kita? ". Ajak Fatir penuh semangat

" Hhmm... boleh, tapi Ira juga harus ikut". Jawabku.

" Iya nanti aku akan ajak Ira juga".Ucap Fatir.

Begitulah awal mulanya hubungan ku dan Fatir yang terjalin dengan terpaksa tanpa ada rasa cinta atau apapun.

Malam minggu itu pun menjadi moment yang sangat berkesan, karena untuk pertama kalinya aku jalan - jalan ke pasar malam, karena biasanya aku selalu di rumah menghabiskan waktu dengan belajar.

Perasaan ku waktu itu ada, rasa seneng, malu, takut, canggung dan lainnya mungkin seperti permen nano - nano yang banyak rasanya.

🌸🌸🌸

Hubungan aku dan Fatir pun berjalan lancar tanpa ada masalah, meskipun kami jarang bertemu, tapi aku merasa Fatir cowok yang baik dan setia.

Hampir setiap bulannya jika tidak bisa menemui ku, Fatir selalu menitipkan surat sebagai ucapan maaf yang dia titipkan ke Ira.

Tak terasa hubungan kami pun sudah menginjak 1 tahun, waktu yang cukup lama untuk saling mengenal, tapi karena kesibukan kami sebagai pelajar, maka pelajaranlah yang menjadi prioritas dan kami hanya bertemu beberapa kali, itu pun harus ngumpet - ngumpet, karena bukan hanya malu jika ketahuan, tapi bisa jadi aku di marahi sama ayah dan juga ibu.

Hari - hari di sekolah ku tidak ada yang istimewa, semuanya berjalan biasa saja. Terkadang aku merasa jenuh dengan kegiatan sekolah.

Sampai akhirnya hari itu tiba, dimana pacarku Fatir pindah sekolahnya ke ketempat ku, entah apa yang membuat dia menggambil keputusan itu, hingga sisi gelap masa lalu keluarganya pun terungkap dengan sendirinya.

🌸🌸🌸

hai...para reader,

sampai disini dulu ya,

masih ada banyak episode yang mendebarkan.

Jangan lupa like, komen dan vote.

Terimakasih. ❤❤❤

kisah remaja 2

Pagi yang cukup cerah, sinar sang surya menghiasi cakrawala begitu indah rona kekuningan sudah menyebar di upuk timur.

Ku langkahkan kaki dengan gontai rasanya hari ini begitu enggan pergi sekolah.

Di perempatan jalan ku lihat beberapa orang sibuk dengan kegiatan paginya, ada yang bawa cangkul, hendak ke sawah atau pun ke ladang, ada juga yang membawa sayuran, untuk di jual ke pasar dan lainnya.

Jarak dari rumah ke sekolahku lumayan tidak terlalu jauh, butuh waktu 20 menitan jika jalan kaki, tapi hanya 5 menit bila pakai motor.

Biasanya aku naik ojek langganan, tapi sudah beberapa hari ini aku putuskan untuk jalan kaki, selain ngirit uang saku juga, agar tulang dan otot kakiku pada kuat.

Tak terasa sudah sampai di gerbang sekolah,

kulihat baru ada beberapa siswa yang datang Kepala sekolah pun baru tiba.

*Duuuh, aku kepagian, mau apa coba sepagi ini". Batin ku.

Aku pun masuk ke kelas, lalu duduk sambil mengeluarkan buku pelajaran pertama yaitu sosiologi. Aku mulai membuka dan membacanya.

Teman - teman sekelas ku mulai berdatangan, sampai waktu bel berbunyi menandakan pukul 7, waktunya pelajaran pertama di mulai.

Semua siswa sibuk ada yang terlambat, ada juga yang pergi ke kantin sengaja bolos, mungkin karena pelajarannya kurang menarik atau memang anaknya yang males belajar, biasanya anak - anak cowok yang suka begitu.

Selesai jam pelajaran pertama langsung berganti ke pelajaran ke dua, kemudian bel berbunyi 2 x tanda waktunya istirahat.

Fani adalah teman satu meja denganku, jika istirahat tiba dia selalu mengajak ku ke kantin, kemudian ke mushola bersama teman - teman gengku yang lain.

"Syai, kamu terlihat lemes gitu kenapa ?". Tanya Fani.

"Iya Syai, tumben - tumben kaya hidup enggan mati tak mau". Timpal Yuli.

"Cerita dong Syai ". Pinta Mae ikut nimbrung.

" Aduuuhh, kalian ini, emang terlihat ya kalo wajahku lagi kusut". Jawab ku malah balik bertanya.

"Ya.., iya lah kan kamu yang paling ter.. ter.., diantara kami". Jawab Dian.

"Aah, apaan sih kalian ini, aku enggak apa - apa ko cuma ngantuk aja ". Jawabku asal.

"Ohoo... ngantuk, kirain kenapa !, kalo gitu ayo kita cari yang seger - seger biar lemes dan ngantuk mu hilang". Ajak Siti lalu menarik tanganku untuk berdiri dan berjalan.

Baru saja aku keluar dari kelas bersama teman geng ku, tiba -tiba di dekat kantor samping ruangan guru, ku lihat sosok cowok bersama seorang wanita, yang usianya mungkin 40 tahunan tapi masih terlihat cantik dan awet muda.

Karena letak kelas ku yang berdekatan dengan ruang guru, membuatku terlihat jelas oleh keduanya.

Sejenak aku terdiam memandang cowok yang tak asing di mataku.

Deg, deg, jantung ku terasa berdenyut kencang.

* Fatir, lagi apa dia disini dan sama siapa itu ya ?". Batin ku bertanya - tanya.

Aku langsung berlari masuk kelas kembali, mengabaikan temanku yang mengajak ke kantin, terdengar suara panggilan.

"Syai.., Syai.., Syaima.., ayo jadi tidak ke kantinnya ?". Tanya Fani.

"Sorry Fan, kamu dan yang lain duluan aja ya, nanti aku nyusul". Jawabku.

"Oh, ya udah". ucap Fani yang langsung pergi bersama yang lainnya menuju kantin, meninggalkan ku sendirian di kelas yang kosong.

Aku pun duduk termangu, lalu terdengar suara lirih yang begitu lembut memanggilku.

" Syai ". Panggil Fatir yang sudah berdiri di ambang pintu kelas sambil menatapku dengan senyum menawannya.

*Ya Tuhan, ternyata beneran kamu Fa, untung saja kelas sudah kosong". batinku.

Aku pun berdiri dan berjalan menghampirinya, meski rasa sesak masih memenuhi dada ku.

"Fa, kamu sedang apa disini ?". Tanyaku polos dengan kedua alis terangkat.

Fatir masih senyum manis, lalu meraih tanganku seraya menarik ku ke halaman belakang sekolah. Aku buru - buru mengempiskan tanganku dengan suara yang agak meninggi.

"Fa, ini sekolah malu kalo ada yang lihat kita pegangan tangan". Ucapku dengan kesal.

Fatir masih saja tersenyum menatapku, lalu melangkah menuju bangku yang ada di taman belakang sekolah.

"hemmm...., aku kangen kamu Syai,

ayo duduk sini dulu". Ujar Fatir sambil menepuk - nepuk bangku di sebelahnya.

Aku terbengong mendengar ucapannya, tapi senyumannya yang menawan membuatku tanpa sadar mengikuti dan duduk tepat di sampingnya.

*Uummm, aroma tubuhnya wangi sekali". Batin ku.

"Syai, aku putuskan untuk pindah sekolah kesini". Ucap Fatir dengan tegas, tidak ada keraguan sedikitpun dari wajahnya.

"Apaaa, kenapa pindah segala Fa, kan tinggal sebentar lagi juga ujian habis itu kelulusan". Jawab ku berusaha menutupi rasa kaget dan panik.

"Aku ingin lebih dekat dengan mu Syai, udah lama juga kita pacaran jarak jauh dan kita pun jarang sekali bertemu". Jawab Fatir sambil mengingat - ingat pertemuannya denganku yang baru beberapa kali dalam setahun.

Aku diam saja sibuk dengan pikiranku sendiri.

*Aduuhh, gimana ini, malu banget kalo sampai semua teman - teman tau aku punya pacar, apalagi sudah lama pacarannya bisa di cap cewek munafik aku sama semuanya, gawat..., ingin rasanya aku berteriak". Batinku berkecamuk.

Semua teman sekelas taunya aku cewek jutek yang tidak mau punya pacar sebelum lulus sekolah, hal itu pernah aku sampaikan kepada Romi salah satu cowok di kelas, yang menyatakan cinta dan mengajakku pacaran.

Tapi nyatanya aku sudah punya pacar, bahkan pacaran sudah 1 tahun lebih.

"Syai..". Suara Fatir terdengar lagi memanggil - manggil namaku.

"Eh... iya Fa, apa ? ". Jawab ku tersadar.

"Ko malah melamun sih ?". Tanya Fatir heran.

"Hhmm... begini ya Fa, kamu yakin mau pindah sekolah disini ?, apa kamu tidak kaget dengan pelajaran yang akan guru - guru sampaikan nantinya, karena aku rasa cara mengajar di sekolah mu berbeda dengan disini ?". Jawabku berusaha agar Fatir mengurungkan niatnya untuk pindah.

Fatir pun menghela napasnya, lalu melihatku dengan tatapan yang lembut dan penuh pengharapan.

.

" Tidak apa Syai, mau gimana pun rumitnya pelajaran, aku sudah putuskan untuk sekolah disini dan sekelas dengan mu". Ucap Fatir dengan jelas tanpa ada keraguan sedikit pun.

"Aa.. apa Fa ?". Aku tersentak sampai tubuhku

reflek berdiri.

"Iya Syai, besok aku sudah mulai sekolah disini dan sekelas denganmu, jadi bantu aku ya". Pinta Fatir dengan senyuman yang melebar memperlihatkan giginya yang putih berjejer rapi dan menarik tanganku agar duduk kembali.

Aku tidak bisa berkata apa - apa lagi, terasa ada batu yang mengganjal di tenggorokan.

"Syai... kamu tidak keberatan kan ?, Aku hanya ingin selalu melihat dan bersama dengan mu, karena hubungan kita yang berjauhan cukup membuatku tersiksa ". Ucap Fatir lagi seperti ada penyesalan dalam kata - katanya.

💖 Karena RINDU itu tidaklah berat, tapi yang berat adalah MENUNGGU 💖 jawaban Fatir untuk Dilan.

Saat kita berjauhan dengan orang yang kita sayang dan cintai, rindu itu akan hadir menyapa, tapi itu bisa sangat menyiksa bila tanpa ada pertemuan yang intens.

Begitu hal yang di alami Fatir, dia memutuskan untuk pindah sekolah, karena sudah tidak bisa memendam kerinduannya, pada gadis yang awalnya hanya di jadikan objek percobaan.

Kini di benak dan hatinya, hanya ada satu nama gadis itu, dan dia bertekad akan melewati masa - masa remaja bersamanya.

🌸🌸🌸

Tak terasa bel pun berbunyi tanda istirahat sudah habis.

"Syai... aku pulang dulu ya, itu momy ku sudah menunggu". Ucap Fatir sambil menunjuk sosok wanita cantik yang sedang duduk di depan ruang guru.

Aku pun menganggukkan kepala, lalu masuk ke kelas melanjutkan pelajaran berikutnya.

kepala ku masih penat membayangkan hari esok hingga konsentrasi belajarku hilang.

Sampai jam pelajaran terakhir, aku terlihat begitu pucat dan lesu, mungkin karena perutku tadi tidak sempat di isi.

Setelah bel bunyi tanda pulang, aku segera berlari meninggalkan kelas, teman gengku hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah ku yang aneh hari ini.

Sampai di jalan besar aku mencari tukang ojek, rasanya aku sudah tak kuat untuk berjalan, badan terasa lemes dan kepalaku mulai pusing.

Tak beberapa lama tukang ojek pun datang, aku segera naik lalu motor ojek pun meluncur dengan cepat menuju rumah.

Setelah tiba di halaman rumah, aku berlari menuju dapur dan langsung makan, untungnya ibuku sudah menyiapkan makan siang jadi aku tidak harus menunggu.

🌸🌸🌸

Hai semuanya,

Sampai sini dulu ya,

besok di sambung lagi,

Ayo dukung terus Author

Untuk menyelesaikan karyanya.

Dengan cara kasih like,

Komen, dan votenya.

Terima kasih ❤❤❤

kisah remaja 3

Ku langkahkan kaki ku pagi itu, meski matahari masih belum terlihat seakan enggan untuk menampakan sinarnya.

Walau jam sudah menunjukan setengah 7 pagi, tapi langit yang masih di selubungi awan putih, menandakan hari ini akan turun hujan, biarpun begitu orang - orang sudah lalu - lalang sibuk kesana-kemari, melakukan aktifitasnya masing - masing.

Dari kemarin aku merasa berat untuk pergi ke sekolah, apalagi hari ini Fatir akan masuk ke kelasku, entah apa yang akan terjadi tapi, aku merasa sesuatu yang buruk akan menerpa hari-hari ku di sekolah.

Setelah 1 tahun berpacaran dengan Fatir, aku mulai menyukainya meski belum tau apakah suka itu cinta atau hanya kekaguman belaka, namun aku merasa tidak nyaman bila harus bertemu tiap hari, takutnya perasaan suka ku berubah jadi ilfil, secara kan satu kelas pasti akan terlihat sisi baik dan buruknya juga.

Sampai di pintu gerbang langkah ku terhenti tatkala ada suara cowok yang memanggil namaku.

'"Syai... syai.., tunggu".Panggilnya.

"Aaahhh... syukurlah". Ucapku setelah menoleh padanya.

"Kenapa bilang begitu ?, emangnya kamu lagi mencari ku ?". Tanyanya lagi.

" Bu.. bukan begitu, aku kira siapa yang manggil - manggil ". Jawab ku sedikit terbata.

Ternyata dia adalah Vino, salah satu teman cowok yang selalu sekelas dengan ku, dari mulai kelas 1 sampai kelas 3 sekarang ini.

"Eh.., ada apa Vin pagi- pagi udah teriak- teriak? ". Tanya ku penasaran.

" Itu Syai, besok kan hari minggu, teman - teman di kelas kita mau ngadain acara di air terjun, kamu datang ya ?". Ajak Vino.

"Acara apaan". Tanya ku dengan kedua alis terangkat.

"Acara makan bersama sekaligus ngefress otak sebelum ujian ". Jawab Vino.

"Hhmm, besok hari minggu ya ?, sampai lupa hari tapi aku harus bilang dulu sama ibu". Ucap ku sambil berpikir.

"Iya kan pulang sekolah bisa langsung bilang, besok aku jemput ya ?". Pinta Vino lagi penuh harap bahkan menawarkan diri untuk menjemput.

"Jangan di jemput deh Vin, takutnya aku tidak bisa pergi, soalnya besok ibu mengajakku ke rumah nenek ". Jawab ku memberi alasan agar Vino tidak terus memaksa.

*Sebenarnya besok tidak ada acara apa - apa, terpaksa aku berbohong agar Vino mengurungkan niatnya, aku juga tidak mau jalan dengan cowok selain Fatir.

"Yaaaahh, kan sebentar lagi ujian, kapan coba kita bisa ngumpul bareng temen- temen Syai". Ucap Vino lagi dengan nada kecewa.

"Dduuh.. gimana ya". Jawabku dengan pura-pura bingung.

"Ayo dong Syai, aku dan yang lainya udah nyiapin tempat sama makanan yang enak - enak, ikut ya syai please...? ". Pinta Vino dengan wajah memelas.

"Hhmm...., gimana nanti ya Vin, aku masuk kelas dulu mau ngecek takutnya ada PR". Jawab ku sambil pergi meninggalkan Vino yang masih diam menatapku.

Sekilas ku lihat wajahnya tampak murung, dia langsung pergi ke kantin, biasa lah anak - anak cowok kan masuk kelasnya suka belakangan nunggu bel bunyi dulu baru masuk.

Aku pun duduk lalu mengeluarkan buku pelajaran pertama, teman-temen sekelas ku mulai berdatangan saling sapa, saling ledek, ada juga yang sibuk menanyakan PR.

Aku hanya diam melihat sekeliling ruangan, mencari sosok yang aku tunggu namun enggan juga bila harus bertemu.

Bel masuk pun berbunyi tanda pelajaran pertama akan dimulai, Guru Antropologi pak Edwin sudah masuk ruangan kelas sambil mengucapkan salam, semua murid pun menjawab salam dengan serempak, lalu ketua murid Agung namanya mulai memimpin doa, setelah itu mulai lah pak Edwin menerangkan pelajarannya.

*Uuhh, dimana dia ya ko belum muncul juga, apa mungkin ada sesuatu terjadi, tapi syukur-syukur kalo tidak jadi pindah". Batin ku.

Satu jam pun berlalu bunyi bel terdengar lagi pertanda pelajaran pertama selesai, lalu berganti dengan pelajaran ke dua yaitu Sosiologi.

Pak Edwin pun mengakhiri kegiatan mengajarnya dan pergi meninggalkan kelas, kemudian datanglah bu Ningsih selaku guru Sosiologi.

"Pagi anak - anak ". Ucap Bu Ningsih.

"Pagi juga Bu..". Jawab semua murid.

"Apakah ada PR". Tanya bu Ningsih.

"Tidaaaakk... ada bu". Suara murid cowok yang terdengar lebih bersemangat menjawab.

" Baiklah kalo begitu nanti ibu akan kasih PR ya, untuk menambah nilai kalian yang masih kurang ". Ucap bu Ningsih.

'" Yaaaahh...". Jawab salah satu murid dengan nada sedikit kecewa, dia adalah Anto murid paling bandel, males, dan suka bolos di kelasku.

"Kenapa Anto ?, mau ibu tambahin PR sekalian tugas ?". Tanya bu Ningsih sambil menatap Anto dengan senyuman.

"Eh.., eh.., enggak bu !, PR saja sudah cukup, jangan di tambah - tambahin kan kasihan hehehe....".Jawab Anto dengan ketawa yang di buat selucu mungkin.

"Baiklah, sekarang semuanya buka bab 6, ini bab terakhir sebelum kita ujian, untuk pertemuan selanjutnya kita hanya akan membahas soal -soal saja". Tutur bu Ningsih.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kelas di ketuk, bu Ningsih pun membuka pintu dan terjadilah pembicaraan dengan seseorang di balik pintu.

Deg... deg... deg..., aku merasakan dadaku berdetak kencang dan hatiku gelisah.

*Duuuh..., jangan-jangan itu Fatir lagi". batinku.

Hanya beberapa menit bu Ningsih berbicara dengan orang yang mengetuk pintu, kemudian dia melangkah kembali ke mejanya untuk melanjutkan kegiatan mengajarnya yang tertunda.

Aku masih berpikir, siapa kira - kira yang barusan berbicara dengan bu Ningsih dibalik pintu, sedangkan Fatir masih belum terlihat batang hidungnya.

Tak terasa jam sudah menunjukan setengah 10 pagi, bel pun berbunyi agak lama tanda waktu istirahat tiba, Bu Ningsih pun mengakhiri pelajarannya dan memberikan kami beberapa PR, lalu beliau pun pergi. Sedangkan semua murid seperti biasa, langsung berhamburan ke kantin ada juga yang ke toilet.

"Syai, ayo ke kantin ajak temen gengku, aku pun bangkit dan ikut mereka ke kantin, setelah itu kami ke toilet dan diam di mushola sambil ngerumpi, pikiranku tentang Fatir sedikit terlupakan saat bercanda dengan teman- teman di mushola.

Bunyi bel terdengar tapi tidak begitu nyaring, karena posisi mushola berada di ujung bangunan sekolah.

"Waah, bel bunyi tuh, ayo buruan kita masuk kelas". Ucap Fani setengah berteriak.

Kami semua segera bergegas memakai sepatu dan berlari, namun sampai di kelas terlambat juga, karena guru BP sudah ada di dalam kelas.

Aku bersama temen-temen pun masuk, sambil meminta maaf karena sudah terlambat, guru BP hanya menganggukkan kepalanya.

Mata ku langsung terkesima tatkala melihat sosok yang berdiri di samping guru BP.

*Fatir... oh my good". batin ku berteriak.

Fatir pun tersenyum menatap ku, Fani segera menarik tanganku karena melihat diriku diam saja seperti patung, aku pun tersadar dan segera duduk di mejaku, semua mata memandang takjub ke arah Fatir yang terlihat begitu cool dan menawan.

🌸🌸🌸

Hai semuanya,

Mohon dukungan

Agar lebih semangat lagi

Untuk melanjutkan ceritanya,

Berikan komentar, like & vote.

Terimakasih 😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!