"Brummm........"
Sebuah sepeda motor memasuki parkiran sekolah. Seorang cowok turun dari sepada motor V-xion FI merah. Di lepasnya helm merah KYT senada dengan warna motornya. Dengan tas ransel berbentuk bulat di punggungnya.
Dia berjalan menuju pos satpam.
"Pak Kholik titip helm ya!"𝚜erunya sambil meletakkan helm di meja pos satpam.
"Oke, "balas Pak Kholik sambil jarinya membentuk simbol oke.
Dia lanjut masuk ke halaman sekolah. Saat melewati lorong sekolah antara kelas XI IPS dan aula, dia mendengar suara aneh. Karena penasaran dia mencoba mencari suara itu.
"Hik...hik...hik"
Terdeng suara tangisan wanita dari arah aula sekolah. Dia mengendap-endap ke arah pintu aula. Rasa penasaran menantangnya untuk melihat asal suara itu. Walau merasa agak merinding disko. Ditambah lagi suasana sore yang mendung.
"Kreeeeeeek.....! "
Dia membuka sedikit pintu aula. Membuat celah untuk mengintip ke dalam. Gelap , lalu seberkas cahaya menyorot dibalik sebuah kain yang membentang. Terlihat siluet tubuh wanita berambut panjang. Duduk tertunduk. Kemudian bangkit dan meliuk-liuk kan tubuhnya dengan gemulai seiring dengan suara musik yang mengalun. Gerakannya semakin cepat dan tiba - tiba ambruk.
"Woi!!"sebuah tangan menepuk punggungnya dari belakang. " Ngapain lo disini?"lanjutnya bikin cowok itu melonjak kaget. "Katanya mau latihan basket, ini malah bengong,"
Dia menoleh pelan, berusaha menetralkan wajah kaget dan bengongnya. Kembali memasang wajah datar.
Rupanya yang mengagetkan tadi anak basket yang bernama Galuh. Terlihat dari baju basket yang digunakan, dengan potongan cepak khas tentara.
Melihat ekspresi wajah temannya Galuh menjadi curiga. "Lihat apa sich lo?"sambil berusaha menjulurkan kepalanya ke celah pintu yang terbuka.
Tapi dengan gesit cowok itu menghalau kepala galuh, sambil berkata "ck gak ada apa apa". Segera ditariknya tubuh Galuh menjauhi aula.
"Temen-temen dah pada siap?"tanyanya mengalihkan pembicaraan.
" Sudah lah, tinggal lo aja yang belum datang, " balas Galuh sambil menunjuk ke arah cowok itu.
"Sorry bro, baru juga telat 10 menit"ucapnya sambil melihat melihat arloji yang menunjukkan pukul 15.40.
"Tu dah ditunggu temen-temen," kata Galuh sambil menunjuk ke arah lapangan basket, yg lagi rame dengan kumpulan cowok jangkung.
"Gue ganti baju dulu bro, nich lo bawain tas gue, ada bola basket baru ," ucap cowok itu sambil melemparkan tas ransel bulat warna hitam dengan aksen warna kuning.
Tanpa banyak bicara cowok tadi langsung berlari menuju toilet yang berada di bagian belakang sekolah. Sedangkan Galuh menuju lapangan sambil menimang bola orange.
***
Sementara itu didalam aula.
Gadis yang tadi roboh. mulai bangkit. Tegak berdiri dengan disinari cahaya yang mengarah ke tubuhnya. Menampakkan siluet. Kemudian melantunkan sebuah syair :
Seperti dalam dongeng,
kerajaan telah menjadi batu ..... .
Rumah-rumah penuh batu ...... .
Tanah lempung menjadi batu.
Menjadi patung di rawa-rawa .... .
Siapapun kamu, dari mana asal usulmu, tidak ada bedanya .......
semuanya menjadi satu, menjadi batu .... batu-batu menumpuk dalam istana.
Lihatlah! Tujuh langit berderit buka pintu. Pohon-pohon menghitam karena ludah batu ....
debu-debu menghitam karena batu-batu .....
aku perempuan yang tak ada dalam tubuhmu ...............
"Duaarrr,"
Terdengar bunyi letusan yang disusul dengan robohnya gadis itu.
"Cut"suara seorang cowok disusul dengan suara tepuk tangan.
"Prok.... Prok... Prok"
"Oke bagus" ucap cowok tersebut. Dia adalah Anton ketua teater Moeda, sekaligus merangkap jadi sutradara dari drama ini.
Tadi merupakan satu adegan drama. Di dalam aula ini memang sedang ada anak Theater Moeda yang sedang latihan.
Gadis itu bangkit, mengibas-ngibas bajunya, mengambil nafas mencoba untuk menenangkan rasa nerves. Digenggam tangan kanannya menghilangkan rasa gemetar nya. Dia keluar dari balik kain putih menuju ke Anton.
"Kamu kurang alami waktu jatuhnya," ucap Anton. "Tapi secara keseluruhan sudah bagus akting mu. Semangat! " lanjutnya dengan mengepalkan tangan memberi semangat.
"Baik kak, saya usahakan lagi,"balas gadis itu, dengan rasa gugup.
" Oke, kamu istirahat dulu!"perintah anton. "Ayo giliran berikutnya" Instruksi anton untuk anak-anak Theater lainnya.
Terlihat beberapa cowok dan cewek yang berada dalam ruangan tersebut. Ada yang sedang berkumpul di sudut , ada yang duduk didepan panggung aula dan beberapa yang sedang mondar-mandir.
Gadis itu langsung menuju ke tempat teman-temannya yang duduk di sudut kanan aula.
Nama gadis itu NAWA CITA siswa kelas X E SMAGHA. Gadis penyuka kucing dengan tinggi 155cm,berat 40kg, berambut lurus ,bermata bulat. Nawa baru 3 bulan ini bergabung di ekstra Theater sekolahnya. Dia yang sejak SMP sudah suka dengan dunia Theater, ingin lebih mengasah kemampuan aktingnya di SMA ini. Dan untuk pertama kalinya dia akan ikut pertunjukkan drama dengan judul 'PEREMPUAN DALAM KERETA',yang akan dipentaskan 3 minggu lagi di GOR Mojopahit, dalam rangka peringatan bulan bahasa.
Walau hanya jadi pemain figuran yang berakting dibelakang layar, terlihat hanya siluet aja. Tapi dia sudah cukup senang.
"Bagus tadi,"tanya Karlina, gadis berambut keriting sebahu, bertubuh mungil.
" Terimakasih,"jawab nawa sambil tersenyum."tapi penjiwaan masih kurang,"ucap nawa dengan nada terdengar sedih. Dia merasa masih belum menguasai teks dengan maksimal. Ya, masih harus mengalahkan rasa nerves yg mengerogoti jiwanya.
"Tenang, gak usah grogi banget. Santai aja," Timpal maria, gadis cantik, tinggi semampai dan jago akting.
"Ih, lo mah enak, dah jago! Lha aku? Merinding disko! Nich demam panggung ku kambuh," terlihat telapak tangan nawa yang masih gemetar. "aku ke toilet dulu ya,"pamitnya. Dengan segera dia keluar aula dan lari menuju toilet.
Maria dan Karlina hanya bisa geleng kepala sambil berkata "hmm...kebiasaan"
***
Sampai diarea toilet Nawa tidak langsung masuk ke salah satu biliknya. Dia jalan ditempat dengan menggerakkan jari-jarinya. Lalu ambil kuda-kuda dan mulai bergaya yoga mengatur nafas. Dengan kedua tangan naik keatas lalu turun secara perlahan diikuti membuang nafas dari mulut. Dilanjutkan dengan mengatur nafas dan mengeluarkan suara.
"Aauumm.....aauumm....aauumm......."
Nawa sedang mempraktekkan teknik untuk menghilangkan rasa gugup dan demam panggung nya.
Tiba-tiba pintu bilik toilet terbuka. Keluarlah seorang cowok tinggi memakai kaos hijau bertuliskan TIM BASKET SMAGHA. Berjalan kearah Nawa sambil berkata "suara apa itu?" dengan nada heran. "Kayak suara kucing mau beranak aja!"ucapnya dengan nada mengejek dan tertawa geli.
Nawa langsung berlagak tidak ada apa-apa sambil menutupi rasa kagetnya.
" Kucing beranak?yang ada harimau beranak!"jawabnya sebel.
"Apa situ gak bisa bedain, suara kucing sama harimau"ucap Nawa dengan nada jengkel dan sambil melotot. " Kucing itu meong, harimau itu aum"lanjutnya sambil memasang wajah garang harimau dengan kedua tangan membentuk cakar.
Cowok itu memperhatikan tingkah Nawa dengan bersandar di pilar dan tangan yang terlipat didada. Dia lalu tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Nawa "hahahaha!! Harimau? Ada juga kucing garong"di kibaskan tangannya ke arah Nawa sambil berlalu pergi dengan mengumamkan "dasar gadis aneh!! "
Walau samar-samar Nawa masih bisa mendengarkan. "Situ yang aneh!"balas Nawa. Kemudian Nawa langsung masuk ke dalam bilik toilet dengan perasaan sebel.
"Kenapa ini kamar mandi banyak banget, sempit pula."omel Nawa melampiaskan kekesalannya pada kamar mandi yang tidak berdosa.
Gimana tidak kesal? Tingkahnya tadi yang menurut orang awam aneh, dilihat cowok tak dikenal. Jadi rasa malu, kesal dan jengkel menyatu menjadi satu bagai gado-gado Pak Kana.
Di sekolah ini memang terdapat 10 bilik toilet. Yang berjajar dari sabang sampai Merauke. Sampai pernah masuk koran, gara-gara siswa yang lagi studi ke kantor DPRD minta agar kamar mandi sekolahnya diperluas.
***
"Lama banget sich Wa?lo gak pingsan kan di kamar mandi?" kata Karlina begitu Nawa duduk di sisinya.
"Enggak Lina cantik!" balasnya acuh sambil membuka-buka kertas naskah.
"Trus ni kenapa muka jadi jutek gini?"tanya Lina. Yang seenaknya mencubit dua pipi Nawa.
"aduh...aduh!!!!!" Erang Nawa sambil tangannya berusaha melepaskan cubitan Lina di pipi dan menggosok pipinya yang sakit.
"Kesambet lo ya???"tanya Lina penuh selidik.
"Iya, kesambet setan ganteng nyebelin" Nawa berseru kesal.
"Iidiih!!! Yang ada ganteng ngangenin"
"Yee...!!!yang ini nyebelin"
"Siapa???" Karlina berseru penuh selidik.
"Ada dech, RA... HA... SI....A!"balas Nawa
"Udah fokus latihan" Omel Nawa. Kalo tidak diakhiri bisa tambah panjang obrolan dengan miss kepo ini. Karlina ini tipe cewek cerewet, super heboh dan kepo mania.
Karlina meringis"Gitu aja sewot!"
"Maria mana?" tanya Nawa, yang mencoba menganti topik pembicaraan. Nawa menoleh kanan kiri mencari keberadaan temannya.
"Tuch, lagi mojok sama Mas Anton" Tunjuk Karlina kearah pintu keluar bagian depan aula.
Nawa mengarahkan pandangannya kearah tempat yang ditunjuk Karlina . Terlihat Maria melambaikan tangan, tanda dia memanggil Nawa. Sedetik kemudian Nawa menuju ketempat Maria. Terlihat 7-8 orang sedang berkumpul. Rupanya Anton sedang memberi arahan kepada mereka.
"Temen-temen, saya mengumpulkan kalian untuk memberikan info bahwa kalian resmi menjadi pemeran drama 'Perempuan dalam kereta'. Begini pembagian perannya, perempuan 1 diperankan Maria, perempuan 2: Ratna, Suami : Damar, Istri ; Devi, Laki-laki saya sendiri dan perempuan dalam bayangan dibawakan Nawa. Untuk Denok dan Momon membantu di pencahayaan dan busana."jelas Anton. "Oke jelas semua?" Imbuhnya
"Jelas!!!"kompak semua menjawab.
" Kembali ketempat, bersiap kita akhiri latihan hari ini!" instruksi Anton.
Kedelapan nya langsung membubarkan diri, kembali ketempat. Langsung membentuk lingkaran dengan teman lainnya. Dan duduk bersila.
"Teman-teman hari ini latihan cukup disini. Untuk yang tidak kebagian peran jangan berkecil hati. Kalian masih sangat diperlukan di tim ini. Kita juga bisa belajar tentang pencahayaan, dekorasi, busana dan tata rias. Theater Moeda kita tidak akan jaya, tanpa dukungan kalian semua. Ekstrakurikuler ini menjadi terfavorit dan merupakan slah satu penyumbang banyak prestasi bagi sekolah kita karena dukungan kalian. Makan mari terus berkarya. Kalian siap???"
"Siap!!!" jawab mereka kompak
"Sebelum kita akhiri, mari kita melakukan pendinginan dengan meditasi penutup. Ambil nafas, keluarkan perlahan, tenangkan jiwa dan pikiran" Anton memberi instruksi kepada junior-juniornya. Dengan sikap mediasi dengan kaki bersila dan tangan diatas kedua paha, mereka mengatur nafas. Penuh keseriusan mereka melakukan meditasi.
*****
Bersambung ke Bab 2
*Kira-kira siapa ya cowok misterius tadi
*dan bagaimana penampilan Nawa
#tunggu kelanjutannya ya
Terimakasih pada sahabatku semua. Teruntuk kalian yang selalu dihati.
Selamat membaca. 🙏
Mohon dukungan dan kritik sarannya.
###
"Oper gue!"
"Ye......"
"Prok.... Prok.... Prok"
Terdengan suara ruih dilapangan basket. Sorak sorai terdengar mengema saat bola berhasil masuk dalam keranjang. Yap, sedang ada pertandingan three on three dilapangan. Antara junior dan senior basket.
Nawa dan dua temennya baru keluar dari aula dan akan mengambil sepeda diparkiran belakang. Mereka melihat ke arah lapangan Basket.
Secara tiba-tiba Karlina menarik tanggan Nawa dan Maria. "Eh...eh stop dulu"
"kita lihat basket dulu ya!? Kelihatan lagi seru tuch" bujuk Karlina
"Ogah"bantah Nawa
" Please!!! bentar aja kok"rayu Karlina. "Lagian belum jam lima"
"Iya dech! Demi tuan putri, apa sich yang enggak!" Ucap Nawa di buat-buat.
"Lebay!" Karlina jadi sewot.
"Iya...iya cantikku" makin alay Nawa menjawab.
Maria hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua temannya yang lagi absurd. Ditepuknya bahu Nawa dan Karlina "maaf gue gak bisa ikut, udah ditunggu mami dirumah, mau ada acara kondangan."
"Oke, never mind!"balas keduanya.
Kemudian Nawa dan Karlina berjalan menuju lapangan basket. Dan Maria ke parkiran ambil sepeda motornya dan langsung pulang.
" Lin kita lihat dari jauh aja. Dari sini masih kelihatan kok,"kata Nawa yang langsung duduk dibawa pohon Ketepeng depan kelas XII IPS 2.
"Oke dech" Karlina langsung ikut duduk juga."eh lo bisa lihat kan dari jarak segini?"sambung nya.
"Tenang gue tadi bawa kacamata kok," jawab Nawa sambil membuka tas ransel hitamnya dan mengeluarkan kotak kacamata warna silver. Segera dipakai kacamata warna tembaga bergagang hitam itu.
Sebenarnya Nawa tidak mau lihat terlalu dekat dengan lapangan basket, karena penampilan mereka yang beda dengan lainnya. Sekarang ini mereka sedang memakai baju serba hitam mulai dari Nawa yang pakai kaos hitam, celana jeans hitam dan sepatu snikers hitam beraksen kuning. Ditambah dengan ransel dan topi hitam yang dipakainya.
Sedangkan Karlina memakai blus hitam dan rok hitam dibawa lutut. Cuma tas dan sandalnya aja yg g hitam tapi pink. Kontras banget rasanya. Memang anak Theater identik dengan warna hitam.
"Sebenarnya apa sich asiknya basket??? Kok banyak yang minat!" Kata Nawa yang matanya tidak lepas melihat ke arah lapangan.
"Lo tanya gue?" Tanya Karlina memastikan.
"Iya Lina.... Masak gue tanya setan?" Balas Nawa sewot.
"Kali aja Wa, elo kan suka halu gak jelas gitu."
"Haluan juga elo, yang suka merayu pohon"ucap Nawa sambil menyenggol Karlina dengan sikunya.
" Eh.... Hello!!!! Parahan elo yang merayu tiang bendera."
Karlina menoleh ke arah Nawa "oh abang Ibnu Jamil, dirimu semanis permen, seenak coklat dan se seksi teletubbies, ku mohon jangan tinggalkan aku. Huhuhuhu!" Karlina menirukan kata-kata Nawa minggu lalu waktu latihan theater.
"Hahahaha.... "
Wajah Nawa langsung cemberut. Tapi seketika berbinar ."tapi kan habis itu gue kepilih jadi pemain!" Nawa berkata bangga.
"Pertanyaan gue tadi belum lo jawab lin" Lanjut nawa.
"Gini say, Basket itu merupakan salah satu cabang olahraga yang bergengsi ,juga disukai banyak orang. Ada "Kejuaraan Dunia FIBA, kompetisi terpenting dalam dunia bola basket internasional. Diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Basketball, turnamen babak final Kejuaraan Basket adalah ajang olahraga yang paling banyak ditonton di dunia, melebihi bahkan Olimpiade. Kalo di negara kita ada Indonesian Basketball League (IBL), liga bola basket tertinggi yang dikelola secara profesional di Indonesia yang diatur oleh Perbasi dan diikuti oleh 12 klub peserta dari seluruh Indonesia."Karlina menjelaskan panjang lebar.
"Ckckckck.habis makan apa lo? tumben otak lo encer?!" kata nawa heran dengan teman satu ini.
"Gue gitu lho!!!!" Nada bangga Karlina membuat Nawa ketawa cekikikan.
"Lin, tu yang main siapa aja? Kok gue pada gak kenal"Nawa berseru penasaran.
"O..., sini gue jelasin. Perhatikan baik-baik." Karlina mendekatkan diri ke Nawa.
"Yang potongan cepak kayak tentara tu Galuh kelas XI IPA 2, yang gundul itu Iwan kelas XI IPS 3 dan yang putih, ganteng, lincah,jago dan rambutnya belah pinggir itu Awan kelas XI IPA 2. Lha lawannya tu yang pakai kaos jaring-jaring orange. Ada Dito dari kelas XII IPS 3, Irdinata kelas XII IPA 1 dan Maikel kelas XII IPS 1."jelas Karlina bersemangat.
"Mereka tu pemain-pemain basket terbaik SMA kita Na. Bisalah bila di sejajar kan dengan pemain basket Indonesia seperti Daniel wenas, Galank Gunawan, Juan Laurent, Abraham Damar dan Andakara Prastawa. Cuma mungkin perlu diasah lagi. Hehehe"
"Eskul basket nich cukup diminati oleh siswa SMA kita Na. Sebelas duabelas lah sama ekskul teater kita."
"Senior dan junior sama-sama punya keahlian yang baik. Tu buktinya secor mereka imbang" Terlihat papan skor menunjukkan angka 22 sama.
Nawa hanya mangut-mangut mendengarnya.
"Apalagi cowok yang namanya Awan, jago banget dia"ucap Karlina berseri-seri.
"Tu...tu....tu tiga poin Na!!" seru Karlina heboh saat melihat Awan berhasil memasukkan bola dari luar garis Three poin.
Nawa melihat dengan takjub saat bola tersebut bisa masuk dalam keranjang dengan sempurna. Secara jarak lemparnya jauh.
'Jago juga ni cowok'batin Nawa.
'eh tunggu dech, bukannya itu cowok yang ngatain aku kucing garong di depan kamar mandi tadi?'pikir Nawa. Dengan sedikit menyondongkan badan kearah depan, dia mengamati dengan seksama wajah dan gerak gerik Awan.
Tanpa terduga tatapan mata Nawa bertemu dengan Mata Awan.
Kondisi ini membuat Awan sedikit lengah, sehingga bola yang tadinya mau dilempar ke arah keranjang dapat di halau oleh lawan. Dan bola pun memantul keluar lapangan. Bola memantul menuju arah Nawa.
Dengan sigap Nawa langsung berdiri dan menangkap bola itu.
"Woi cepet lempar sini" teriak Galuh.
Awan keluar lapangan berniat mengambil bola tersebut. Namun berhenti di jarak 2 meter dari Nawa. "Sini bolanya" pintanya dengan isyarak tangan.
"Nich!" Nawa melempar bola orange itu dengan penuh tenaga.
Awan menangkap bola itu dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat, sambil sedikit memundurkan badannya, dan berkata "kuat juga lo"
"Thanks! kucing garong"ucap Awan,terseyum jahil dibarengi kedipan mata. Lalu balik badan dan lari menuju lapangan basket.
Nawa terkejut melihat hal itu. Dia hanya bisa diam bengong. Otaknya mulai mencerna pesona senyum jahil yang melelehkan hati. Ditambah dengan kedipan mata yang bisa bikin hati jadi baper.
'No baper.... no GR... no baper....no baper.... sadar lo hanya digoda aja' batin Nawa mencoba mengembalikan kesadaranya.
"Ya ampun Wa!!! Kedipan itu menghunus jantungku" ucap Karlina lebay.
"Ck, bukan kedipan Lin, itu tadi kelilipan" sanggah Nawa
"Masak sich?" ucap Karlina heran
"Nich. Kayak gini nich" sambil mengedip-kedipkan matanya, memperagakan orang yang lagi kelilipan.
Tanpa pikir panjang lagi, Nawa menarik tanggan Karlina menuju ke parkiran belakang. Karena arlojinya sudah menunjukkan pukul 17.00. Kalo tidak segera pulang mamanya akan ngomel-ngomel terus.
***
Area parkiran belakang sudah sepi, terlihat masih ada satu sepeda gunung polygon warna kuning. Seorang cowok berjalan menghampiri sepeda itu. Lalu meletakkan tas di atas stang. Dan berjalan menuju ke bilik kamar mandi.
Seorang gadis keluar dari bilik kamar mandi paling ujung dekat kantin sekolah. Memperbaiki letak tas ranselnya. Lalu menuju kearah sepedah polygon tersebut.
Rupanya itu Nawa, yang belum juga pulang. Tadi kaosnya kotor kena saus sambal saat tubuhnya menabrak meja kantin. Gara-gara didorong oleh Karlina. Karena merasa jijik dia membersihkan dulu di dalam kamar mandi. Sedangkan Karlina sudah pergi melarikan diri. Takut kena amuk Nawa.
Sampai di sepedanya Nawa merasa heran dengan keberadaan tas di stang sepeda. Dia menengok ke kanan dan kekiri, mencari keberadaan pemilik tas tersebut. Tapi yang didapat hanya suasana sepi dan kosong.
Sayup-sayup dia mendengar suara dari bilik salah satu kamar mandi. Dengan memberanikan diri, dia berteriak "woi! Ini tas elo ya?"
"Iya. Nitip bentar, gue masih ganti baju" suara dari dalam bilik.
"Cepetan! Gue mau pulang."
"Iya-iya, bawel!" Terlihat seorang cowok keluar dari kamar mandi yang masih sibuk dengan memasang gesper sabuk nya. "Ye elah! Kucing garong to! Pantes galak banget. " Yap itu Awan. Cowok yang tadi ketemu Nawa ditempat ini pula.
"Kucing garong!??? Nama gue Nawa, bukan kucing garong!" Tegas Nawa sewot.
"Kan sama aja!" timpal Awan tak mau kalah.
"Jangan seenaknya dong kalo panggil orang! " balasnya dengan wajah cemberut.
"Siapa yang seenaknya? Tu wajah cemberut lo sama kayak kucing garong" Diarahkan jari telunjuk ke arah dada Nawa.
Mata Nawa mengikuti arah telunjuk, kepalanya di tundukkan tepat ke arah dadanya. Reflek dia menepuk dahi. Baru sadar Nawa kalo bajunya memang bergambar kucing. Dengan dihiasi tulisan kucing garong.
Segera Awan mengambil tasnya dan berlalu dari depan Nawa.
"Ya ampun bikin malu aja. Ini juga, pakai tulisan kucing garong pula. Siapa juga yang beli?" kata Nawa pelan.
Tanpa berlama-lama Nawa langsung naik sepedanya dan pergi meninggalkan parkiran sepeda. Sampai gerbang dia berhenti dan melambai ke satpam sekolah. Lalu keluar sekolah dan bersepeda menuju arah barat.
***
#tunggu aksi seru Nawa lainnya ya.
Mama..... Hasduk ku dimana?" Teriak Nawa dari dalam kamar.
"Kamu naruh dimana lho?" Tanya mama Nawa di ambang pintu.
"Kemarin aku taruh di sini" Jawab nya sambil menunjuk ke arah lemari baju bagian atas.
"Lha ini apa?" tunjuk mama Nawa. Terlihat kain berwarna merah dan putih yang terselip diantara baju. Diambilnya kain itu dan diserahkan kepada Nawa.
"Hehehe.... Gak kelihatan ma."
"Makanya kalu mencari sesuatu itu harus sabar dan teliti, jangan panik" Omel mama Nawa.
Nawa hanya bisa cengegesan. Segera memakai hasduknya di depan cermin. Mamanya hanya bisa geleng kepala melihat tingkah Nawa.
"Hari ini mama mau ke Surabaya, ada acara dikantor papa. Kalian nanti dirumah ditemani nenek," kata Mama Nawa di sela-sela kegiatannya menyiapkan sarapan.
"Ya ma!" balas nawa. Yang sibuk memakai sepatu diruang tengah. Terlihat adik Tita adik nawa yang sedang makan.
Papa Nawa seorang PNS di instansi pemerintah provinsi Jawa Timur, sedang mamanya adalah ibu rumah tangga. Nawa anak Ke 4 dari 5 bersaudara. Kakak pertamanya laki-laki bernama prasetyo, yang kedua perempuan bernama dwi ira, kakak ketiga laki-laki bernama troya nugraha dan Adik perempuan bernama Tita ayu.
Selesai bersepatu Nawa langsung pamit berangkat, tapi langsung dicegah mamanya.
"Sarapan dulu!" Perintah mama
"G sempat ma!" protes Nawa
"Sini mama suapin" Mama langsung menyodorkan satu suapan ke mulut Nawa. Sambil Nawa menyiapkan semua keperluan sekolahnya.
Ya itulah Nawa yang sangat malas sarapan, selalu terburu-buru berangkat pagi karena jarak sekolah dan rumah yang jauh.
Setelah menghabiskan setengah piring nasi, Nawa mencium tangan mamanya, menuntun sepedanya ke jalan.
"Assalamu'alaikum ma," pamitnya.
"waalaikum salam"
Dengan penuh tenaga Nawa mengayuh sepedanya membelah kepadatan lalu lintas.
***
Nawa mengusap wajahnya dengan sapu tangan. Setelah bersepeda dari rumah, wajah nawa dipenuhi dengan keringat. Walau udara pagi belum begitu panas, nawa sudah merasa kegerahan. Dia bersandar di tempat duduknya. Mengipas-ngipasi dirinya dengan buku tulis.
Satu persatu siswa masuk kedalam kelas. Nawa melirik bangku sebelahnya dan bangku belakangnya. Dia melihat sudah ada tas yang bertengker disana, pertanda kalo pemiliknya sudah datang. Tapi dia bingung kok mereka belum juga kelihatan batang hidungnya. Padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi.
'Pada kemana sih Reno dan Retno ini, kok belum kelihatan juga'batin Nawa.
"Tur, lihat Reno?" tanya Nawa pada Catur teman sebangku Reno.
"Lagi diruang guru dia, kayaknya lagi di beri pengarahan sama Pak Agus." jawab Catur.
"O.... "
Tak berapa lama Reno dan Retno masuk kelas. Saat Nawa mau bertanya, bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa sudah rapi duduk dibangkunya masing-masing. Nawa duduk di bangku nomer dua deret ke empat depan meja guru. Sedang di belangkangnya ada Reno dan Catur.
"Dari mana aja tadi Onter?" tanya Nawa pada Retno, gadis manis berambut sebahu,dengan gigi gingsul ciri khasnya.
"Retno, Wa. Nama ku Retno, jangan dibalik!" kata Retno sebel.
"Enak itu panggil Onter, Retno tu biasa. disekolah kita nama Retno tu banyak!"
"10 A ada Retno"
"Ratna! Wa."
"10 C ada Retno juga"
"Ratno itu"balas Retno dengan nada tinggi dan jengkel. Retno hanya bisa tepuk dahinya. Ampun kalo harus meladeni sikap absurd Nawa.
" Hehehe...,iya iya! "
"Lo tadi dari mana Ret?" Tanya Nawa
"Dari kantor, dipanggil bu Maimunah, ada info masalah ekstra KI (Kerohanian Islam)," jawab RetnoRetno yang asik dengan hp nya
"Kalo Lo Ren? Kemana tadi?" Nawa menghadap kebelakang dan langsung melempar pertanyaan ke arah Reno.
"Koordinasi sama Pak Agus, untuk acara hari ini. Persiapan pemberangkatan kamping pramuka"
"Wa, jangan bilang kalo kamu lupa!"tanya Reno penuh selidik. Dengan lirikan mata ketidak percayaan ke arah Nawa.
Mulut Nawa sudah terbuka lebar akan berkata, tapi dia langsung tersadar bahwa dirinya memang lupa. Akhirnya bibirnya terkatup membentuk senyum yang disertai dengan tawa geli.
"Ya ampun Na, kok pikun gitu sih kamu," Reno hanya bisa geleng kepala. Reno tak habis pikir, temannya yang sudah sejak SMP selalu bersama biasanya punya daya ingat yang kuat. Terbukti Nawa sanggup menghafal naskah drama dalam sekali baca.
"Gue g ikut" Elak Nawa. Wajah Reno seketika menjadi terkejut. Ditatap nya wajah gadis itu. Wajah yang sudah 1 minggu ini menganggu tidurnya.
"Wajib Na!" Kata Reno menegaskan. Dengan tatapan lurus. Tangannya meraih pulpen dan memukulkan pelan ke kepala Nawa.
"Bo...do'!!! Udah ah, tuch pak Lesus dah masuk," Nawa menyudahi pembicaraan. Balik badan mengarah ke mejanya kembali.
Reno tak habis pikir dengan tingakh Nawa. Sejak SMP hingga sekarang,kebiasan memanggil nama orang masih seenaknya aja. Ini pak Irfan guru PKN dipanggil Pak Lesus. Alasannya wajahnya menurut Nawa mirip dengan pemain Lawak Almarhum Lesus. Dari kecil Nawa suka menemani neneknya lihat acara Ketoprak Humor. Jadi familiar dengan wajah-wajah pemainnya. Reno hanya bisa tersenyum melihat tingakah Nawa.
"Tingtung.... Tingtung.... Waktu istirahat"
Bel istirahat berbunyi dan disusul dengan suara seorang laki-laki.
"Assalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarakatuh. PENGUMUMAN-PENGUMUMAN. DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH KETUA DAN WAKIL SANGGA KELAS SEPULUH DAN ANGGOTA PENEGAK BANTARA KELAS SEBELAS, DIHARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN"
Terdengan pengumuman di spiker sekolah. Nawa keluar kelas dengan diseret Reno dan Risa ketua sangga nya. Mereka menuju ke lapangan.
Di lapangan sudah berkumpul siswa siswi berseragam pramuka. Mereka berbaris dengan rapi. Terlihat seorang guru yang memberikan penjelasan. Mereka mendengarkan dengan seksama.
Begitu juga Nawa. Dia mendengarkan semua instruksi dan penjelasan guru pembina pramuka walau dalam batinnya terus mengumpat dan mengeluh.
'****** gue!!! Kejam banget sih. Cilaka dua belas ini' batin Nawa saat mendengarkan instruktur terakhir. Dia segera meninggalkan lapangan begitu terdengar instruksi bubar.
***
Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Dengan badan lunglai dia masuk kedalam kamar. Saat ini dirumah hanya ada nenek dan adiknya Tita, yang sedang asik melihat acara di televisi. Nawa sudah mengutarakan ke neneknya kalo hari ini akan berangkat kamping. Nenek nya kaget dan menyarankan, langsung telepon mamanya meminta izin.
"Assalamu'alaikum!" Terdengar suara di seberang
"Waalaikum salam ma," balas Nawa
"Ada apa Wa?"
"Mau izin, ikut kamping ma" jawab Nawa dengan ekspresi sedikit takut. Raut wajahnya menegang menunggu jawaban mamanya.
"Kok mendadak Wa?" Suara lembut itu terdengar sedikit nada terkejut.
"Maaf ma. Sebenarnya infonya sudah dari minggu lalu. Tatttttapi Nawa lupa",
"sebenarnya Nawa gak niat ikut ma" Jelas Nawa segera sebelum kena omel mamanya.
"Terus kenapa sekarang ikut"selidik mama Nawa
" Ka...karena tadi pak Agus, pembina pramuka mengumumkan bagi ketua dan wakil kelompok hukumnya wajib, tidak boleh izin , kecuali sakit parah mau mati! Kalo tidak nilai pramuka dirapot D dan nilai PKN nol" jelas Nawa panjang lebar dengan suara yang agak bergetar menahan tangis.
Dari seberang mama mendengarkan dengan seksama lalu berkata, " iya mama izinkan. Jangan lupa bawa obat-obatan pribadi, jaket, celana panjang, mukena dan alat mandi. Minta uang saku ke nenek. Panggil Om Andi untuk antar. Kamu nanti berangkat jam berapa?" Wejangan dan instruksi mama, membuat Nawa makin suntuk aja. Inginnya mama tidak setuju dan akan mengizinkan ya ke pada pihak sekolah.
Dengan berat hati dijawbnya semua instruksi mama, "iya ma aku siapkan semua, aku berangkat sekitar jam tiga, sama Reno, nanti dia jemput aku."
"Ya sudah. Hati-hati disana. Mama tutup dulu, acaranya mau mulai lagi"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Nawa langsung ambruk diatas kasur. Ditatapnya langit-langit kamar. Helaan-helaan nafas terdengar dari mulut Nawa. Pikiran Nawa melayang ke masa-masa saat dia masih giat-giatnya ikut jadi dewan penggalang Pramuka.
'Bukannya aku gak suka, cuma males aja.'batin Nawa.
Segera dia bangkit dari tempat tidur dan menyiapkan semuanya. Dia mencari di semua tempat barang yang dibutuhkan. Baju pramuka cadangan dari lemari kak dwi yang sudah tidak terpakai, celana coklat dan jaket dari lemari kak Troy, dan perlengkapan kepramukaan dari atas lemari nya. Barang - barang itu masih tersimpan rapi didalam kardus. Mulai dari tali Pramuka warna putih, pisau, pasak buat tenda, peluit kuning dan buku saku. Semua langsung berpindah ke dalam tas ransel Nawa.
Setelah sholat dzuhur, Nawa membaringkan tubuhnya di kasur. Mencoba untuk tidur. Tapi matanya tidak mau terpejam. Pikirannya mengelana ke mana-mana. Sudah berapa level game yang telah dia selesaikan tapi tetap belum bisa tidur.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Nawa sudah siap dengan ranselnya. Setelah tadi menyempatkan diri untuk sholat ashar. Di teras dia menunggu kedatangan Reno. Terlihat motor supra X hitam berhenti didepannya. Nawa seketika berdiri dari duduknya dan menghampiri sang pengemudi. Dipakainya helm merah yang sedari tadi dibawanya. Dengan isyarat dari sang pengemudi, nawa langsung naik keatas motor. Kemudian motor segera melesat.
***
#tunggu keseruan saat Nawa di perkemahan ya.
#jangan lupa likenya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!