Ini kedepannya kisah anak-anak Syahila dan Rendra. Siapkan hati dan jempol kalian buat maki-maki Author. Selamat membaca semua.
**********
Keadaan rumah Rendra kembali mendapatkan lagi roh kebahagiaan yang lama hilang. Setelah menikah syahila dan anak-anak pindah kerumah Rendra.
Kini libur kenaikan kelas, Yumna yang akan masuk TK B dan Reyhan akan naik ke kelas 2 SD. Para pembantu yang bekerja di rumah Rendra pulang kampung, karena libur panjang.
Setelah melewati pagi yang membuat telinga terasa pecah, karena teriakan, rengekan serta tangisan Yumna karena kejahilan Reyhan. Belum lagi daddy nya yang tak mau mengalah ikut bermanja. Rasanya berputar kepala Syahila, Meladeni semua ini.
Pagi adalah aktivitas super sibuk Syahila, Membantu anak-anak bersiap sekolah, membantu daddy nya yang mau siap-siap kerja, lalu mengantar anak-anak kesekolah. Tapi jika itu musim sekolah.
Namun beberapa hari ini anak-anak di rumah, karena libur kenaikan kelas. Hanya menyiapkan Rendra dan melepas kepergian Rendra.
Untung Reyhan dan Yumna tidak merengek minta liburan. Karena Daddy mereka benar-benar sibuk. Bahkan pulang pun saat mereka sudah tidur.
Hari yang panjang bagi anak-anak, karena tidak sekolah. Reyhan sibuk dengan proyek sains ala-ala imajinasinya di kamarnya, kamar Reyhan, adalah kamar masa bayinya dulu, yang sudah di renovasi daddy nya di isi dengan kebutuhan Reyhan sekarang.
Sedang Yumna asyik main boneka di kamarnya, kamar yang dulu dipakai suster Asti pengasuh Reyhan.
Syahila yang baru selesai bersih-bersih di kamar dan semua ruangan atas.
"Anak-anak mommy bersih-bersih di bawah ya sayang!!" Teriak
"Iya mommy!!!" Teriakan kedua anaknya bersamaan.
Syahila sibuk bersih-bersih di bawah. Yumna yang asyik dengan boneka-bonekanya sedang main dokter-dokteran.
Imajinasi Yumna:
"Sepertinya nona sakit dan harus minum obat," kata Yumna memainkan bonekanya.
Sebentar ya ... saya akan ambilkan obat buat ibu ...." kata Yumna sambil menggerakan bonekanya yang lain. Dia melepas semua bonekanya dan pergi keluar dari kamarnya.
Yumna berjalan menuju kamar mommy dan daddynya, setahu Yumna di kamar mommy pasti ada obat.
Dia masuk ke kamar Syahila dan Rendra. Yumna duduk di meja rias mommy nya, dibuka nya laci satu persatu,
"Nah ini dia obat nya ...." kata Yumna mengambil kepingan pil KB mommy nya. Ia ambil beberapa butir, lalu meletakkan lagi kepingan itu pada tempatnya. Yumna kembali kekamarnya untuk melanjutkan permainan imajinasinya bersama boneka bonekanya.
Yumna jejalkan pil KB mommy nya itu ke mulut bonekanya.
"Sudah di minum suster obatnya saya boleh pulang?" Kata yumna yang ber imajinasi dengan boneka yang berperan sakit
"Tentu ...." sahut nya sendiri sambil menggerakkan boneka yang berperan sebagai perawat. Permainan Yumna terus berlanjut.
Syahila berdiri di depan pintu kamar yumna. "Sayang ... nanti bonekanya di simpan ke tempatnya ya, jika selesai, ingat apa yang mommy ajar kan."
"Iya mommy ...." sahut Yumna.
Selesai bermain Yumna meletak kan semua boneka-bonekanya. Dia menaruh obat yang dia ambil tadi, di dalam wadah piring kecil mainannya.
"Oh ya bu ... nanti diminum ya obat nya," kata yumna meletakkan piring mainan itu dekat bonekanya yang ia perankan sakit itu.
Siang itu ber akhir dengan aktivitas masing masing.
Setelah makan malam anak-anak kembali ke kamar mereka, sedang Syahila membantu bi anik bersih-bersih di meja makan.
"Tuan belum pulang nyah?" Tanya Anik.
"Belum bi ... sepertinya lembur, kasian mas Rendra," Syahila mendengus.
"Yah ... bagaimana lagi nyah ... nama nya juga kerjaan," kata Anik menyemangati Syahila.
Syahila duduk di ruang tv, tadi nya ia menunggu Rendra pulang, namun, setelah lama menunggu, Syahila memutuskan untuk menelpon Rendra.
"Iya mommy ...." sapaan lembut dari ujung telepon sana.
"Daddy sudah makan?"
"Sudah," jawab Rendra.
"Daddy pulang jam berapa?"
"Mungkin jam 11 atau 12 malam, maaf ya Moms, daddy lembur lagi."
"Iya dad, daddy jaga kesehatan ya, bye ...." Panggilan telepon mereka ber akhir. Syahila beranjak pergi kekamarnya untuk tidur.
Sampai di kamar ia duduk di meja riasnya lalu meraih kepingan pil KB nya. Syahila menatap kepingan KB itu ada yang berubah, namun ia masa bodoh akhirnya ia minum sesuai tanda yang ada. Tanpa dia sadari kalau pil itu kurang jumlah. Entah berapa butir kurangnya. Syahila pun tidur.
Sekitar jam 12 malam Rendra pulang ke rumah.
Sesampai kamar ia meminta jatah jajannya pada Syahila. Syahila pun menyambut permintaan suaminya itu dengan servis yang luar biasa bagi Rendra.
Hari-hari berikutnya Syahila terus melanjutkan meminum pil KB nya itu, bahkan sekarang ia sudah ganti kepingan baru. tapi lagi-lagi Yumna mengambil beberapa butir pil kb itu untuk bermain bersama boneka-bonekanya tanpa sepengatahuan Syahila.
Pil kb yang berkurang, namun peternakan kecebong Rendra selalu masuk kedalam kolam Syahila.
****
Hari ini ajaran baru di mulai.
Syahila mengantar anak-anak tidak sengaja bertemu Harri.
"Hai ... bagaiman kabar Lee?" Tanya Syahila.
"Ia baik-baik saja" sahut Harri.
Mereka pun berpisah.
Syahila pulang kerumah, namun kali ini ia hanya bersantai, karena Ainah sudah kembali membawa satu pembantu lagi, Neneng namanya. Karena permintaan Rendra agar menambah satu lagi pembantu.
Dua bulan berlalu, Syahila bingung kenapa ia belum menstruasi. Sejak menstruasi pertama harusnya ia dapat mens lagi satu minggu yang lalu.
"Kenapa?" Tanya Rendra melihat wajah Syahila yang termenung.
"Aku belum dapat," sahut Syahila.
"Kamu tetap KB kan?" Tanya Rendra.
Syahila mengangguk.
"Hemm ... mungkin dia beri aku waktu bonos agar hemmm," kata Rendra.
"Hoyaaaa ...." Syahila mengejek Rendra.
"Baguskan, kalau kamu belum ... secara aku ngga perlu libur tugas di ranjang kalau tanggal ranjang kamu belum merah," kata Rendra.
Syahila pergi tidak menghiraukan Rendra.
Sedang Rendra tertawa, dan kembali memainkan ponselnya.
***
Malam ini Rendra berencana berkumpul dengan teman temannya dulu.
Syahila tengah membereskan lemari boneka Yumna. Syahila merasa ada yang aneh dengan mulut boneka Yumna, dia raih boneka itu, lalu mengorek mulut boneka itu dengan bilah kecil yang ada di lemari itu. Perasaannya mulai kacau. Tubuh Syahila mengalami guncangan hebat, karena mulai menyadari apa itu.
Setelah selesai mengorek mulut boneka, dia letakkan kembali boneka ketempatnya, tidak sengaja Syahila tersenggol piring mainan Yumna.
Praakkkkk!
Apa yang di piring itu terhambur di lantai.
"Aaaakkkkkk!!! " Teriak Syahila sangat keras.
Rendra dan para pembantu yang mendengar teriakan Syahila segera berlari menuju sumber teriakan itu.
"Ada apa sayang?" Tanya Rendra,
Rendra langsung memeluk Syahila, Syahila terduduk lemas di lantai. Para pembantu berdiri di depan pintu menyaksikan majikan mereka.
Syahila masih membisu.
"Kalian lanjutkan tugas kalian," kata Rendra meminta para pembantu pergi.
"Sayang kamu kenapa sayang?" Tanya Rendra, Perlahan Rendra melepas pelukannya. Syahila masih membisu tidak menjawab.
"Sayang ... kamu kenapa??" Rendra mengguncang tubuh Syahila.
Bersambung.
Syahila menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan, ia mengulangi hal itu beberapa kali. Perlahan, Syahila membuka genggaman tangannya, yang berisi butiran pil kb, yang ia temukan di kamar Yumna.
"Apa itu?" Tanya Rendra.
"Pil KB."
"Pil KB? Di kamar Yumna? Buat apa Yumna?"
"Pasti pil aku mas ...." Syahila menangis.
"Apa? Yumna mengambilnya?"
"Mungkin mas."
"Kita ke dokter sekarang!" Rendra segera bersiap.
Rendra dan Syahila pergi ke dokter specialis kandungan. Setelah menunggu, akhirnya giliran mereka. Syahila dan Rendra langsung masuk kedalam ruangan dokter. Syahila mulai menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Untuk lebih jelasnya, kita lakukan USG saja," seru dokter.
Syahila dan Rendra setuju, kini Syahila tengah berbaring di bangkar, sedang dokter mulai menjalankan alat kecil di perut Syahila.
"Hem ... sepertinya ada yang tumbuh di dalam sana, perkiraan usianya baru kisaran dua mingguan," kata dokter.
"Apa? Dua minggu?!" Rendra sangat kaget.
"Iya ... selamat ya,"
Dokter menyelesaikan tugasnya, setelah selesai Syahila perlahan bangun, mereka langsung menuju kursi yang ada di depan meja kerja dokter.
Wajah Rendra begitu lemah. "Dok, kenapa istri saya bisa hamil, sedangkan istri saya KB," Rendra sungguh tidak siap mendengar dan menerima kehamilan Syahila.
Dokter tersenyum mendengar pertanyaan Rendra. "Pak, orang yang KB mereka ter atur saja, kalau Tuhan berkehendak jadi. Apalagi istri anda yang KB nya kecolongan," sahut dokter.
Syahila diam. Sebenarnya ia senang bisa hamil lagi. Tapi ia faham, kalau Rendra sangat takut jika Syahila hamil. Masa lalu yang kelam saat Syahila hamil, Rendra takut hal itu terulang lagi, jika Syahila hamil lagi
Selesai di ruangan dokter, Syahila dan Rendra langsung berjalan menuju mobil mereka. Wajah Rendra nampak sedih.
Syahila memijat bahu Rendra lembut, dengan sebelah tangannya. "Sayang .... jangan marahi Yumna,ia tak mengerti sayang," Rendra tidak merespon, ia terus diam.
Akhirnya langkah mereka sampai di area parkir.
"Sayang ... kamu yang nyetir ya, aku lemes dan gemetaran ini," Rendra memberikan kunci mobilnya pada Syahila. Mereka berdua langsung masuk mobil.
Rendra duduk lemas di samping Syahila. Perlahan Syahila mulai melajukan mobilnya, meninggalkan area rumah sakit.
Syahila melirik sedikit ke arah Rendra, dia tersenyum melihat mimik wajah Rendra. "Sepertinya kamu yang ngidam ya sayang?"
"Jangan bahas itu sayang, aku makin lemas,"
Syahila tersenyum. "Sayang, jangan parno duluan, kita tidak akan berpisah lagi, kita akan selalu bersama sayang, mungkin kali ini, kita selalu baersama bahkan sampai akhir hayat kita." Syahila berusaha menenangkan Rendra.
Akhirnya, mereka sampai di rumah. Rendra menyeret kakinya yang lemas, memasuki rumah mereka. Ia langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhnya yang sangat lemas.
Anik dan Ainah heran, melihat Rendra yang seperti orang sakit. Melihat Syahila masuk kedalam rumah, Anik dan Ainah, langsung menyambutnya, dengan pertanyaan yang dari tadi menggerogoti otak mereka.
"Nyonya sakit apa?" tanya Ainah.
"Enggak ada yang sakit bii, cuma Yumna bakal jadi kakak," sahut Syahila.
Ainah sangat terkejut. "Lha? Kok bisa? Kan nyonya KB."
"Tuhan bertindak lewat tangan Yumna, dan hasilnya, Yumna harus punya adik," Syahila mengelus perutnya yang masih rata.
Anik dan Ainah sangat bahagia, mereka berdua memeluk Syahila. "Selamat ya nyah," ucap keduanya bersamaan.
"Kenapa tuan terlihat sedih nyah? Ini kan berita bahagia," ucap Anik.
"Dia takut bi, bibi kan tahu, dua kali hamil, dua kali kami berpisah. Mas Rend takut, kalau aku hamil, ujian yang berat datang lagi. Sebab itu dia sedih karena kehamilan ini." Tatapan Syahila kosong, dia juga tidak mau berpisah lagi dengan Rendra.
"Insya Allah, kali ini enggak Nyah," Anik menyemangati Syahila.
Syahila tersenyum, menanggapi ucapan Anik.
"Aku permisi dulu ya, bi."
"Iya nyonya," sahut Anik dan Ainah.
Syahila langsung menuju kamarnya, menyusul Rendra Setelah membuka pintu, nampak Rendra tengah berbaring di kasur. Syahila tersenyum, dia segera mendekati Rendra. Syahila berbaring di samping Rendra.
"Mas ... mas jangan parno gini dong ...."
Rendra diam.
"Kalau mas ngga bahagia biar aku gugurin sekarang! Biar sekalian sama aku nya juga mati!"
Rendra berbalik menghadap Syahila. "Jangan sayang," Rendra menahan Syahila yang ungin bangkit, dia menarik Syahila kedalam pelukannya.
Terdengar Rendra mengehela nafasnya begitu berat. "Aku cuma takut masa lalu terulang lagi." Rendra memeluk Syahila begitu erat.
"Insya allah engga mas." Syahila membalas pelukan Rendra.
"Maka nya kalau ngga pengen punya anak lagi, jangan melepas peternakan kecebongnya ke kolam istri!" Syahila mencubit perut Rendra.
"Maaf sayang, sebenarnya mas juga bahagia Yumna bakal punya adik. Hanya saja mas takut jika kebahagiaan yang besar ini, harus mas tebus dengan kehilangan kalian. Mas ngga bisa sayang." Rendra semakin mengencangkan pelukannya.
"Mas harus berpikir positif, jangan berpikiran negatif, dan jangan berprasangka yang enggak-enggak begitu."
Rendra menciumi kepala Syahila. "Sayang, mas kasian sama calon adik Yumna."
"Kasian kenapa?" Syahila mendongakkan wajahnya, hingga dia bisa memandang wajag Rendra
"Kulihat ia sendirian. Sepertinya ia sangat senang jika mas ajak bermain, dia pasti kesepian, maju mundur----" Rendra memainkan tangannya, tangan nakal itu mulai menjelajahi tiap inci tubuh Syahila.
Syahila menggeleng dan tersenyum, ia membiarkan Rendra menyurkan keinginannya.
*******
Rendra tengah berkumpul di sebuah cafe dengan Denny, Hari, dan Leo. Wajah Rendra masih terlihat kusut.
"Kenapa Rend, wajah kamu itu kusut! Nggak dapat jatah dari bini?" Tanya Denny.
"Bukan itu! Tapi ... Syahila hamil lagi," sahut Rendra.
"Weihh ... selamat! Nambah pasukan dia." kata Denny.
Semua memberikan selamat pada Rendra.
"Rend bakal punya tiga dong. Lah aku cuma bisa dapat satu, selamanya." Denny mendengus.
"Sama Kamla cuma bisa satu, kan bisa cari pabrik lain." Hari mengejek Denny.
"Enggak Har! Aku rela cuma punya satu anak, asal Kamla selamanya di sisiku," sahut Denny.
"Sama!" Sahut Rendra, Hari, dan Leo bersamaan.
"Gila! Kalian semua mau istriku!" Denny emosi.
"Maksudnya, kita sama, kalau kita juga cuma mau istri kita yang sekarang, selamanya di sisi kita." kata Rendra.
"Oh ...." Denny membulatkan bibirnya.
"Kalau aku dan Zha, rencananya mau dua," sahut Leo.
"Aku dan lee rencana nya buat timnas!" Seru Harri.
"Emang kamu mampu?!" Denny mengejek harri.
"Buhsyet dah ...." Harri kesal di ejek Denny.
"Kamu kenapa sedih dengan berita kehamilan istri kamu?" Tanya Leo.
"Aku cuma takut ujian yang sama, akan datang pada hidup kami," wajah Rendra terlihat sedih.
"Insya allah enggak lagi Rend ...." sahut Denny.
"Semoga," sahut Rendra.
Mereka larut dengan obrolan santai mereka. Tidak terasa, sekarang sudah jam 11 malam, mereka semua pun bubar dan pulang kerumah masing-masing
****
Hari ini Syahila sekeluarga menengok Lee, di rumah sakit, Aleena melahirkan bayi laki-laki.
Yumna memandangi bayi Lee. "Mom, aku juga mau baby seperti punya ka Naura."
"Iya sayang, kita pesan sekarang ya," sahut Syahila.
"Ca elah pesan, babynya dalam proses pengiriman kali!" ejek Hari.
Mereka semua tertawa.
"Jadi aku juga akan dapat baby seperti punya kak naura moms?" Yumna begitu senang.
"Iya, Yumna sayang, tapi baby nya lagi dalam perjalanan, sabar ya," Hari menjawab pertanyaan Yumna
"Asyik!" Yumna berteriak kegirangan.
"Hushhh! Jangan teriak-teriak ini rumah sakit! Mau di sunyik dokter kalau ribut?" ucap Syahila.
"Maaf moms," sahut Yumma.
"Sya, kok kamu bisa hamil? seingat aku kamu KB." Tanya Lee.
"Ya bisa lah, secara burung burik Rendra selalu bertelor di sarang Syahila," ledek Hari.
"Burung burik!! Giila! Punya kamu kali yang burik!" Rendra kesal. Sedang Hari tertawa terbahak.
"Yumna, kok banyak obat di mulut boneka Yumna?" Tanya Syahila.
"Dia sakit moms, makanya aku kasih obat," sahut Yumna santai. Ia dan Naura sangat asyik melihat baby Aleena yang masih tidur.
"Apa maksudnya?" Aleena tidak mengerti.
"Obat yang aku maksud itu, pil KB aku, yang jadi mainan Yumna." kata Syahila.
Aleena berusaha menahan tawanya, agar tidak mengakak, karena menyadari perisai Syahila jadi mainan Yumna.
"Lepas aja bu ...." ejek Syahila melihat Aleena berusaha menahan tawanya.
"Sakit bu ...." sahut Aleena mengisyarat pada bagian bawahnya.
"Di jahit bu?" Tanya Syahila.
Aleena menjawabnya dengan anggukan kepalanya.
"Waww, bakal puasa 4 bulan deh anda." Syahila menepuk bahu Hari.
Hari melotot. "Serius?" Harri memandang Aleena.
"Yah, kalau papi pengen mommy sehat terus di masa depan, puasa, harus!" sahut Aleena, mimik wajahnya terlihat sangat serius.
Rendra dan Syahila tertawa melihat expresi wajah Harri.
Kekhawatiran Rendra semakin hari semakin berkurang, karena ia merasakan langsung kebahagiaan baru, seiring semakin besarnya kandungan Syahila.
Ini bulan kedelapan, pengalaman pertama Rendra menikmati momen ini. Hal di luar khayalannya, kehamilan ketiga Syahila bisa di lalui bersama sama tanpa rintangan seperti kehamilan sebelumnya. Apalagi masalah yang satu itu, Dia selalu bercanda sebelum menuntaskan keinginannya.
"Hei baby ... apa kamu perlu vitamin? Daddy datang sayang membawa vitamin untukmu."
"Hei baby jaga jarak aman ya, awas kepalamu karena ada yang datang menyunsulmu!"
Syahila menggeleng melihat kelakuan Rendra yang seperti itu. Saat akan sampai pada puncaknya.
"Awas baby, cepat tutup wajahnya, ada seprotan yang akan meluncur!"
Membuat Syahila tergelak, karena perilaku Rendra. Bermain dengan wanita hamil besar, seakan mainan baru bagi Rendra, ada nuasa tersendiri, walau tidak sebebas saat Syahila belum hamil
Kehati-hatian dan berusaha mengontrol diri, seakan menjadi kepuasan tersendiri
,,,,,,,,,,
Tidak terasa hari kelahiran yang ditunggu-tunggu tiba. Rendra selalu setia di samping Syahila, sedang Yumna dan Reyhan, mereka di luar bermain bersama Anik dan Ainah.
Tanpa proses yang panjang Syahila melahirkan bayi perempuan. Setelah bermacam proses di lewati Rendra meng adzani dan meng iqamahkan putrinya itu.
"Hai Syaren Aziya Mahardi," gumam Rendra, sambil mencium wajah mungil bayinya
"Bagaimana namanya sayang?" Tanya Rendra.
"Bagus, tapi terserah kamu sayang, asal kamu bahagia," jawab Syahila.
Reyhan yang ber umur 9 tahun, Yumna 6 tahun, mereka mendapat adik perempuan yang cantik, bernama Syaren.
______________________
Syaren Aziya Mahardi, di panggil Syaren.
Saat ini usianya 4 tahun, tahun ajaran baru nanti ia akan masuk tk kecil. Syaren sangat antusias ingin sekolah cepat-cepat sekolah, terpaksa dia masuk sekolah dini. Keinginannya untuk bersekolah tidak bisa di bendung.
"Daddy hari ini libur?" Tanya Syahila pada Rendra.
"Iya moms, daddy libur," sahut Rendra
"Bisa dong antar Reyhan dan Yumna, mereka kan masih ulangan," pinta Syahila.
"Apa sih yang engga buat mommy," lirih Rendra.
"Terima kasih daddy," sahut Syahila.
Sarapan pagi mereka terjeda, karena mendengar suara ponsel Syahila, melihat nama Fatma yang tertera di layar, Syahila langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Iya Fat?"
"Kak Sya, emak sakit parah, emak pengen ketemu kakak suami kakak, juga anak-anak," suara Fatma terdengar berat.
"Aku sama mas Rend bisa, tapi kalau anak-anak, mereka tidak bisa, mereka sedang ulangan, bagaimana?"
"Kalau kaka ngga keberatan ngga apa-apa, makasih banget kak."
"Iya Fatma, kami akan segera kesana."
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Syahil dan Fatma menyudahi panggilan mereka.
Rendra sedari tadi memandangi wajah Syahila. "Ada apa? Fatma ya yang menelpon tadi."
"Iya, Fatma yang menelpon, mak ijum sakit parah, emak pengen ketemu kita.
"Ya sudah, kita segera bersiap kesana." seru Rendra.
Syahila memandangi ketiga anaknya. "Reyhan sayang, daddy sama mommy mau ke desa nek Ijum, nek ijum sakit sayang," ucap Syahila.
"Kita ikut ya moms," pinta Yumna,
"Ngga bisa sayang, kalian ulangan," sahut Syahila.
"Syaren gak ulangan moms, jadi Syaren bisa dong ikut Daddy dan moms," celoteh dari mulut Syaren,
"Tapi Syaren hari ini kan ada acara foto di sekolah," sahut Syahila.
"Yah ...." rengek anak-anak bersamaan.
Untung saja pak Rojak kamu panggil kerja mas, kalau engga, bagaimana anak-anak," ucap Syahila.
"Jadi kami sama pak Rojak dad?" Tanya Reyhan.
"Iya sayang, kalian semua sama pak Rojak dulu ya, mommy sama daddy mau ke desa," ucap Rendra.
"Iya dad," sahut Reyhan.
"Reyhan sayang, jaga adik-adik ya selama mommy dan daddy pergi," Syahila membelai kepala Reyhan.
"Iya moms," jawab Reyhan.
Selesai sarapan, anak-anak langsng berangkat ke sekolah di antar Pak Rojak. Sedang Syahila dan Rendra segera bersiap, untuk berangakat kedesa mak Ijum.
****
Mengingat mak Ijum sakit, Rendra memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, mobil itu terus mengebut di jalanan, hingga kurang dari 4 jam mereka sudah sampai di desa mak Ijum.
Fatma sangat bahagia, melihat Syahila dan Rendr benar-benar datang. Mak Ijum tersenyum melihat Syahila dan Rendra. Syahila duduk di samping mak Ijum.
"Kami datang mak, maaf ya mak, suami Syahila sibuk, jadi kami jarang nengokin emak."
Mak Ijum tidak mampu berbicara, dia hanya tersenyum. Selama satu jam berada di rumah mak Ijum, isakan tangis terdengar dari kamar itu, Mak Ijum tutup usia.
Suasanan duka menyelimuti desa itu. Karena masih siang, dan tidak ada pihak keluarga yang di tunggu, pemakaman mak Ijum, langsung di lakukan.
Selesai pemakaman, keadaan rumah mak Ijum kembali sepi, para warga sudah kembali kerumah mereka masing-masing. Syahila dan Rendra pun izin pulang pada Fatma.
"Terima kasih kak Sya, kak Rend, kalian bersedia datang, memenuhi ke inginan nenek." Fatma menangis dalam pelukan Syahila.
"Iya sayang, kamu jangan terlalu sedih, kamu lanjutkan kehidupan dengan suami kamu," Syahila menepuk lembut punggung Fatma.
Syahila dan Rendra pulang, mobil itu mulai meninggalkan halaman rumah Mak Ijum. Mobil Rendra melaju di jalanan yang nampak lengang.
Mobil Rendra sudah jauh melaju, meninggalkan desa mak Ijum. Tiba-tiba hujan turun begitu derasnya, membuat Rendra harus menurunkan kecepatan mobilnya,karena sulit melihat jalanan di depannya.
"Apa kita berhenti saja mas, kabut begini, apa bisa mas lihat jalanan?"
"Bisa sayang, pelan-pelan aja, lagian ini sawangan, berhenti di pinggir jalan bahaya, banyak pohon, itu kilatnya juga bikin ngeri."
Kilatan cahaya petir, bersambut dengan bunyi geledek yang menggelegar, membuat Syahila berulang kali berteriak sambil mengucap ta-awudz.
"Tenang sayang, ada mas di sini," Rendra menoleh kearah Syahila, dia memegang tangan istrinya dan mencium tangan Syahila.
"Masss!!" Teriak Syahila, ketika melihat pohon tumbang, tepat di depan mobil mereka.
Rendra kaget, refleks dia membanting setirnya ke arah samping, menghindari pohon tumbang di depan mereka. Tanpa Rendra sadari, di samping mereka adalah jurang.
Gubbrrakkkkkk!!
Mobil yang di kendalikan Rendra terperosok masuk kedalam jurang.
***
Beberapa menit kemudian jalanan agak macet, karena pohon tumbang yang menghalangi jalan. Keadaan tiba-tiba heboh, saat salah satu pengguna jalan menyadari, ada sebuah mobil di dasar jurang sana.
Hujan mulai mereda. Keadaan juga jadi semakin ramai, saat mengetahui ada kecelakaan tunggal, pihak kepolisian dan dinas-dinas terkait mulai melakukan tugas mereka. Beberapa petugas berusaha menyingkirkan batang pohon yang menghalangi jalanan, sedang beberapa instansi lain, berusaha meng evakuasi pengendara mobil itu.
Sekian lama berjibaku, akhirnya pohon tumbang yang menghalangi jalanan sudah di singkirkan, suasana jalanan lembali lancar. Pihak lain juga berhasil mengangkat dia pengemudi mobil yang masuk jurang itu.
"Lapor komandan! Keduanya sudah meninggal!" laporan salah satu petugas kepolisian. Tidak sulit bagi mereka mengenali dua jenadzah itu, karena keduanya membawa tanda pengenal mereka.
Jasad Syaren dan Rendra langsung di bawa menuju rumah sakit. Sedang beberapa petugas lain tengah menjawab pertanyaan para wartawan yang meliput kecelakaan itu.
******
Di kediaman Rendra.
Suasana sangat sepi, bunyi telepon rumah memecah kesunyian mereka. Bi Anik langsung mengangkat telepon itu.
"Selamat malam, kediaman keluarga bapak Rendra."
Bi Anik mematung mendengar jawaban dari ujung telepon sana, air matanya seketika mengalir begitu deras. Telepon yang dia pengang terlepas begitu saja, bi Anik tersudut di sisi tembok rumah itu, tangisnya amat memilukan.
Reyhan heran melihat bi Anik menangis seperti itu, dia langsung mendekati bi Anik. "Bi, bi Anik kenapa?"
Melihat Reyhan, tangisan Anik kian pecah, dia tidak bisa menjawab pertanyaan anak majikannya itu.
"Mommy!!!" Teriak Yumna, saat dia melihat berita kematian Syahila dan Rendra di televisi.
Reyhan langsung berlari menyusul Yumna. "Yumna, kamu kenapa?"
Yumna hanya menangis histeris, mulutnya terus meringis. "Mommy ... daddy ...."
Perhatian Reyhan ter alih pada televisi, hatinya terasa perih, saat melihat berita kematian kedua orang tuanya, dia baru sadar, hal apa yang membuat bi Anik menangis tadi.
Reyhan berusaha tegar, dia memeluk adik perempuannya, tapi dia tidak mampu menahan air matanya, Reyhan dan Yumna menangis, karena kedua orang tua mereka pergi untuk selama-lamanya.
*****
Beberapa teman akrab Rendra langsung menuju rumah sakit, untuk membantu mengurus jenadzah Rendra dan Syahila. Setelah semua urusan selesai, kedua jenadzah di antar kerumah duka.
Suasana duka sekan mencekik leher setiap orang yang menyayangi Rendra dan Syahila, keduanya pergi begitu saja, meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil.
Tangis pelayat yang hadir malam itu semakin pecah, saat melihat tiga anak kecil menagis di sampung jenadzah Syahila dan Rendra.
***
Keesokan harinya.
Suasana di pemakaman sangat ramai, sangat banyak pelayat yang mengantar dua jenadzah itu. Semua mata tertuju pada Reyhan yang memeluk kedua adinya yang terus menangis, kadang sesekali dia menyapu ujung matanya, karena cairan bening dari matanya itu terlepas begitu saja.
Anak laki-laki itu nampak tegar, untuk memberi kekuatan pada dua adik kecilnya. Reyhan menatap sayu kearah dia onggokkan tanah merah yang bertabur bunga-bunga.
"Mommy ... daddy ..., Reyhan janji, Reyhan akan menjaga adik-adik semampu Reyhan," Reyhan menepuk lembut punggung kedua adiknya yang menangis sambil memeluknya.
******
Promo karya aku yang lain ya,
Titipan Guna-Guna
Genre, Horor-Romantis-Misteri.
Terpaksa Menjadi Istri Tuan Muda
Genre, Romantis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!