Seorang gadis cantik, dengan rambut hitam lurus yang tergerai, hidung mancung, kulit putih, dan mata yang indah. membuat siapapun yang melihat akan terpanah. Namanya Adibah Putri Khanza. Saat ini ia tengah berjalan menyusuri koridor sekolah barunya mencari letak ruang kepala sekolah.
Ia menjadi pusat perhatian, wajar saja sekarang masih pukul 06.30 yang berarti bel masuk kelas belum berbunyi. Dia banyak mendengar bisik bisik dari murid murid yang melihat nya mulai dari pujian hingga hinaan.
" siapa ya ? anak baru ?"
" wah cantik banget "
" anak baru paling ada masalah di sekolah lama mangkanya pindah kesini "
"cantik masuk kelas mana ya dia"
" kelas berapa ya dia "
" najis sok cantik "
kira kira seperti itulah beberapa argumen yang Adibah dengar. Ia hanya menganggap argumen mereka hanya angin lalu. Toh mereka belum berkenalan dengan nya dan belum tau seperti apa dirinya.
Ia terus melanjutkan perjalanan mencari ruang kepala sekolah. Hingga di ujung koridor ia menemukan ruang yang bertuliskan Ruang Kepala Sekolah. Adibahpun mengetuk pintu coklat yang ada dihadapannya.
Tok..tok..tokk
" ya masuk " ucap seseorang dari dalam ruangan tersebut yang tak lain adalah kepala sekolah (Kepsek)
perlahan Adibah membuka pintunya dan masuk keruangan tersebut.
" Assalamualaikum, permisi bu saya murid baru pindahan dari Jakarta " ujar Adibah sopan.
" oh kamu murid baru, perkenalkan saya Bu Ani kepala sekolah SMA Bakti Mulia, sebelumnya kamu jurusan apa ?" tanya Bu Ani
" Saya jurusan IPA Bu" ucap Adibah seadanya.
" ok baiklah saya juga sudah melihat nilai raport kamu sebelumnya, kamu akan masuk di kelas XI IPA 1, mari saya antar " ucap Bu Ani keluar ruangannya yang di ikuti oleh Adibah di belakangnya.
Mereka menaiki tangga menuju lantai dua, Adibah tidak menyangka bahwa sekolah ini cukup besar karena saat melihat dari pintu gerbang sekolah ini terlihat sangat kecil. Adibah terus mengikuti Bu Ani hingga mereka tiba di sebuah kelas yang cukup berisik dari kelas lainnya XI IPA 1.
" Ekhm...." tegur Bu Ani saat melihat beberapa murid yang berdiri diatas meja dengan memegang sapu, dan ember seolah olah tengah melakukan konser.
" Eeh Bu Ani yang cantik pagi pagi kok udah kesini aja " ucap salah satu dari mereka lalu memberi kode kepada teman yang lain untuk turun dari meja.
" bagus ya Alex,Fajar , pagi pagi udah ada konser aja " tegur Bu Ani menyindir.
" hehehh rutinitas pagi Bu biar semangat belajarnya" jawab salah satu dari mereka yang bernama Fajar.
" kalian ini kelas unggulan tapi tak seperti kelas unggulan " sindir Bu Ani.
Ibu Ani bukanlah kepala sekolah seperti kepala sekolah pada umumnya yang memiliki tubuh gempal, tua dan wajah garang. Bu Ani sebaliknya memiliki umur yang terbilang muda, body yang bagus, wajah yang manis,dan jarang sekali marah namun masih menunjukkan ketegasannya, dia memiliki cara tersendiri untuk menegur muridnya . Hal itulah yang membuat murid murid banyak yang menyukainya.
" biar begini kita kalo belajar serius Bu " ucap teman Fajar yang bernama Alex.
" sudah sudah, ini ada murid baru tolong perlakukan dia dengan baik " ucap Bu Ani pusing jika harus meladeni kedua bocah tersebut.
" Adibah kamu bisa cari tempat duduk yang kosong ya, semoga betah dengan kelas ini, jika kamu tidak betah kamu boleh lapor kesaya " ucap Bu Ani lalu meninggalkan Adibah di depan kelas sendiri.
semua murid yang ada di dalam kelas menatap Adibah dari atas hingga kebawah membuat Adibah merasa risih. tiba tiba ia di kagetkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya.
" Dorrrrrrr... " seseorang mengagetkan Adibah.
Adibah hanya terperanjat sedikit kemudian ia kembali memasang wajah datar nya.
" anak baru ya, ayo masuk 5 menit lagi bel masuk " laki laki itu menarik lengan Adibah tanpa meminta izin dari Adibah.
Adibah hanya mengikuti laki laki tersebut, hingga tiba di suatu bangku kosong. ia pun memerintahkan Adibah untuk duduk.
" kamu duduk disana, bentar lagi temen sebangku kamu Dateng emang suka ngaret tu orang " ucap Steven.
ya laki laki yang mengagetkan Adibah dan yang menarik tangan Adibah tadi adalah Steven. kalau kalian bertanya darimana Adibah tau dia melihat name tag yang ada di seragam laki laki tersebut.
Tanpa berbicara sedikitpun adibahpun duduk di bangku yang Steven tunjuk tadi. setelah duduk Adibah menoleh kebelakang melihat tempat paling pojok tempat dimana Steven duduk. Tanpa Adibah sadari ia mengulas senyum sangat tipis hingga tidak ada yang melihatnya.
" kenapa kamu noleh kebelakang ? suka ya Ama Steven ?" ucap seseorang yang mengalihkan perhatian adibah.
Adibah hanya menatap datar gadis yang baru duduk di sebelah kanannya. Adibah juga memperhatikan sekitar ternyata satu kelas masih kompak menatapnya termasuk orang yang baru duduk di sebelahnya.
"apa apaan ini, apa yang mereka lakukan" batin Adibah merasa sangat risih.
Bel masuk pun berbunyi seketika penghuni kelas yang tadi menatapnya kini kembali menatap depan sambil menunggu guru yang mengajar masuk. akhirnya Adibah dapat menarik nafas lega.
Perlahan terlihat seorang guru berkumis tebal dengan kepala botak di tengahnya memasuki kelas dan mendudukkan bokongnya di kursi khusus guru. Seseorang memberi instruksi untuk memberi salam
" Berdiri siap " semua murid berdiri diikuti oleh Adibah.
" memberi salam "
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh " ucap murid serentak.
" Waalaikumsalam" ucap sang guru.
" sikap berdoa, mulai " seketika semua murid duduk dan berdoa bersama.
Setelah selesai berdoa, saat sang guru ingin memulai pelajaran, tiba tiba kelas menjadi riuh.
" pak Anton, ada murid baru nih, perkenalan dulu pak " ucap semua murid kompak.
Adibah benar benar merasa aneh dengan kelas ini, tadi mereka menatap Adibah sangat intens sekarang mereka berani menyela guru yang ingin memulai pelajaran.
" mana murid barunya, suruh maju kedepan " ucap guru yang di panggil pak Anton.
gadis yang duduk di sebelah Adibah pun mendorong dorong tubuh Adibah agar cepat maju kedepan. Dengan sangat malas adibahpun maju kedepan untuk memperkenalkan diri.
" Perkenalkan nama saya Adibah Putri Khanza, terserah mau manggil apa, pindahan dari Jakarta " ucap Adibah singkat.
Tanpa banyak bicara lagi Adibah kembali duduk di bangku nya.
Setiap pergantian guru pelajaran Adibah harus maju dan memperkenalkan diri kembali. Adibah merasa teman sekelas nya mengerjai dirinya. Adibah harus banyak bersabar semakin siang muka Adibah semakin datar. Ketika bel pulang sekolah berbunyi akhirnya Adibah dapat menarik nafas lega.
setelah pulang sekolah Adibah tidak berniat untuk pergi kemanapun, tujuannya ialah kasur kesayangannya. Entah mengapa baru hari pertama Adibah sudah dibuat sangat lelah, sungguh ini kesan pertama yang buruk menurutnya.
Sudah satu Minggu Adibah bersekolah di SMA Bakti Mulia. Tiga hari pertama Adibah masuk sekolah merupakan hari terburuk bagi Adibah. Dimana teman teman sekelas nya yang selalu mengerjainya.
Adibah di haruskan untuk memperkenalkan diri disetiap guru pelajaran yang berbeda, selalu menyelesaikan soal yang ada di papan tulis. Beruntung nya Adibah cukup cerdas dan tidak pernah merasa kesulitan saat teman temannya menunjuknya menyelesaikan soal soal tersebut.
Sekarang penderitaannya sudah sedikit berkurang, ditambah sekarang ia telah memiliki beberapa teman yaitu Tasya teman sebangkunya, Steven, Alex, dan Fajar. Ya Adibah juga berteman dengan teman sekelasnya yang lain hanya saja Adibah lebih sering bersama keempat temannya tersebut.
Adibah yang awalnya hanya memasang wajah datar sekarang sudah sedikit terlihat sifat aslinya.Teman sekelas nya tidak ada yang menyangka jika Adibah merupakan gadis cantik, ceria, cerewet, friendly, dan cerdas. Setelah seminggu sekelas dengan teman kelasnya yang memang tergolong kelas yang kompak dan ceria membuat sifat asli Adibah cepat muncul.
Saat ini Adibah tengah duduk di kantin bersama keempat teman barunya. Mereka tengah menikmati bakso yang mereka pesan tadi. Tampak sesekali mereka tertawa bersama, saling melontarkan lelucon.
"Dib asli aku kira kamu tu ya, jutek, judes, nyebelin, dan sok cantik, tapi aslinya..." Ucap Tasya terpotong oleh ucapan Adibah.
" tapi aslinya aku baik, dan pastinya emang cantik dong heheheh " ucap Adibah dengan percaya dirinya dan terkekeh.
" eh aku gak bilang gitu ya, tapi emang iya sih " ucap Tasya lagi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
melihat hal tersebut semua yang ada di meja tersebut tertawa. Mereka terlihat sangat akrab, dengan adanya Adibah di antara mereka membuat mereka berlima selalu jadi pusat perhatian.
sebelum adanya Adibah keempat teman barunya ini memang sudah jadi pusat perhatian, karena tampang yang memadai, kantong yang berisi, dan otak yang cerdas. itu semua sudah cukup bagi para murid untuk menjadikan mereka idola sekolah.
" Dib tapi kenapa ya waktu kamu baru masuk tu ya, wajah kamu datar pake bgt, kalo ngomong serasa bayar deh " ucap Fajar yang memang selalu kepo.
" ya gitu deh " ucap Adibah singkat sambil menyuapkan potongan bakso kedalam mulutnya.
" ya gitu apa Dib ?" tanya Fajar masih penasaran.
Adibah hanya mengedikan bahunya acuh, sambil terus menyantap baksonya.
" udah kepo banget sih, habisin bakso tu udah mau bel ni " ucap Alex.
" sirik aja sih nyet " balas Fajar sewot.
akhirnya mereka kembali fokus dengan makanan mereka. hingga bel masuk berbunyi dan merekapun langsung meninggalkan kantin menuju kelas mereka.
Dua jam terakhir sebelum pulang Pak Anton yang harusnya mengajar tidak bisa hadir di karenakan ada urusan Al hasil kelas mereka jamkos alias jam kosong. mereka hanya di berikan tugas mengerjakan soal tidak sampai 20 menit semua murid kelas telah selesai mengerjakannya hanya ada beberapa orang yang masih menyalin diantaranya adalah Fajar .
Kelas yang tadinya hening sekarang sudah berubah menjadi sangat berisik. Ada beberapa murid yang tengah mengadakan konser yang dipimpin oleh Fajar si biang onar. Sebagian murid laki laki lain memilih untuk Mabar game online dipimpin oleh steven, beberapa siswi ngerumpi di pojokan kelas, dan ada juga yang asik berjoget joget didepan layar smartphone dan salah satunya Tasya.
Lain halnya dengan Adibah dia tidak ikut andil dengan teman temannya, ia lebih memilih duduk di bangkunya sambil membaca novel dan sesekali merekam kegiatan teman sekelasnya. Adibah bukan tidak di ajak oleh teman temannya hanya saja Adibah tidak ingin. Ia lebih suka menjadi penonton dari pada jadi pelakon, menurut nya itu lebih baik untuk dirinya.
Sesekali Adibah tersenyum dan tertawa melihat tingkah teman temannya. Sekarang Alex sudah bergabung bersama Fajar yang membuat kelas tambah kacau. Sudah beberapa guru yang menghampiri kelas mereka memberi peringatan namun tidak di hiraukan melainkan mereka semakin menjadi Fajar dkk tambah berteriak dengan nyanyiannya, di ikuti yang lainnya seolah olah ini sekolah milik mereka semua kelas lain hanya menumpang.
hingga saat tiga puluh menit lagi bel pulang akan berbunyi tiba tiba kelas mereka mendapat musibah.
Brakkk.... ( suara pintu yang dibuka dengan kasar )
" Alex, Fajar.....!" Teriak Bu Ani sambil berkacak pinggang di depan pintu.
seketika kelas menjadi hening, yang tadinya asik berjoget ria dan Mabar game online langsung menyembunyikan smartphone nya, dan yang ngerumpi hanya terdiam.
" eh, ibu Ani yang cantik ada apa Bu, kangen ya sama babang Fajar" ucap Fajar cengengesan.
murid yang lain hanya bisa menahan tawa, sedang Bu Ani mengelus dadanya.
" bukankah kalian sudah diberi tugas oleh pak Anton, kenapa kalian malah konser !" ucap Bu Ani masih dengan amarah nya.
" santuy Bu, kita semua udah ngerjain kok Bu, tu.." tunjuk Alex dimeja guru yang sudah ada tumpukan buku siswa/i.
" jadi aman Bu " sambung Alex.
Tampak Bu Ani menarik nafas kembali.
" Oke kalian sudah menyelesaikan tugas kalian, tapi apakah kalian tidak memikirkan kelas lain yang tengah belajar " ucap Bu Ani kembali.
" Ampun Ibu ratu " ucap Fajar dkk. menundukkan kepalanya yang mampu membuat murid dikelas XI IPA 1 tidak mampu menahan tawanya.
Semuanya tertawa termasuk Adibah. Terlihat jelas bahwa Bu Ani sangat marah saat ini wajahnya yang putih menjadi memerah.
" Kalian semua gak ada yang boleh pulang sebelum selesai membersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah, dan pak Mamat yang akan mengawasi kalian. Mengerti !" titah Bu Ani yang membuat semua murid terdiam.
" tapi Bu " ucap Fajar ingin protes.
" tidak ada tapi tapian sekarang laksanakan tugas kalian " ucap Bu Ani.
" selamat bersenang senang, see you " ucap Bu Ani sebelum benar benar pergi meninggalkan kelas mereka.
Kelas kembali berisik, mereka saling menyalahkan padahal ini kesalahan mereka semua. hingga pak Mamat menghentikan perdebatan mereka.
" ayo murid murid kita laksanakan tugas " ucap pak Mamat yang membuat seisi kelas memasang wajah sedih.
pasalnya Toilet di sekolah ini begitu banyak hampir setiap jurusan memiliki toilet, disini terdiri dari tiga jurusan yaitu, IPA, IPS, dan bahasa, dan tiga tingkatan yaitu X, XI, XII. Jadi toilet siswa yaitu 9 Toilet putra dan 9 Toilet putri, ditambah toilet ruang guru 3 laki laki, 3 perempuan. jadi total keseluruhan 24 toilet. Sedangkan murid dikelas mereka hanya 30 ( 12 putra dan 18 putri ).
Dengan langkah gontai mereka pun mengikuti pak Mamat untuk melaksanakan tugas mereka. Adibah yang hanya menjadi korban memilih untuk membantu teman temannya toh hanya membersihkan toilet hal yang mudah bagi Adibah.
Dua jam sudah kelas XI IPA 1 membersihkan toilet sekolah. Sekarang sudah menunjukkan pukul 15.30.
Beberapa murid sudah pulang kerumah masing masing. Adibah dkk masih menunggu jemputan Adibah.
" kalian duluan aja, aku nunggu sendiri gak apa apa kok " ucap Adibah merasa tidak enak hati dengan sahabat barunya.
" sekolah udah mulai sepi, ntar kalo tinggal kamu sendiri gimana, emang kamu berani ?" tanya Tasya
" hm, sebentar lagi pasti pak Hadi jemput kok " Adibah berusaha meyakinkan mereka.
" kalau sebentar lagi mending kita tungguin aja, ya kan guys " ucap Alex meminta pendapat yang lain dan disetujui oleh mereka.
" Tap..." ucapan Adibah diselah oleh Steven.
" ya udah kalian pulang aja, Adibah biar gue yang nemenin " usul Steven.
Semuanya tampak memikirkan usulan Steven. dan mereka menyetujuinya.
" ya udah kalo gitu Dib, kita pulang ya kamu sama Steven ya " ucap Fajar
" kita duluan ya, kalo Steven macam macam hubungin kita ok " ucap alex pergi meninggalkan Steven dan Adibah di gerbang sekolah, diikuti oleh yang lainnya.
Setelah kepergian Tasya Dkk tadi, suasana menjadi hening tidak ada yang berani membuka suara. Adibah sangat gugup saat ini.
" kamu kenapa Dib ? kebelet ? " ucap Steven.Sejak tadi ia memperhatikan Adibah hanya diam.
" ee..nggak kok " ucap Adibah terbata bata.
" kamu tunggu disini sebentar, ntar aku balik lagi " ucap Steven yang dibalas anggukan oleh Adibah.
setelah kepergian Steven barulah ia bisa bernafas lega. Adibah mencoba menghubungi nomor pak Hadi supirnya tapi tetap tidak aktif. Ia bingung apakah dia harus pulang naik angkutan umum saja pikirnya.
Tak lama terdengar suara deruan motor, dan tepat berhenti disampingnya. Setelah Adibah lihat ternyata itu Steven.
" ayo pulang aku anter " ucap steven.
" gak usah stev, aku nungguin pak Hadi aja " ucap Adibah.
" udah mendung ayo " paksa Steven.
Benar apa yang dikatakan Steven langit mendung pertanda akan hujan turun. Pak Hadi masih belum bisa dihubungi, akhirnya Adibah menerima tawaran Steven.
" nih, pake " ujar Steven lagi
ia memberikan helm nya kepada Adibah, Adibah bingung pasalnya Steven hanya membawa helm satu. Jika dia menerima helm tersebut berarti Steven tidak menggunakan helm.
" kamu aja yang pake, keamanan paling utama, aku gak apa apa " ucap Steven seolah tau apa yang Adibah pikiran.
Adibah hanya mengangguk, setelah mengenakan helm tersebut Adibah naik ke motor Steven. Steven melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Saat di pertengahan jalan tiba tiba hujan deras, membuat kedua remaja tersebut harus menepi karena Steven lupa membawa mantel hujan.
Sudah 20 menit namun hujan seakan enggan untuk berhenti. Adibah memeluk tubuhnya sendiri akibat dingin yang diciptakan hujan. Dan juga karena Adibah hanya mengenakan seragam.
Melihat Adibah yang mulai kedinginan, Steven melepas jaket kulit yang ia kenakan dan memberikan kepada Adibah.
" pake ni " Steven menyodorkan jaketnya didepan wajah Adibah.
" ee jangan, ntar kamu kedinginan, aku gak apa apa kok " tolak Adibah halus.
" udah pake aja, tu wajah kamu udah pucet banget " akhirnya Steven memasangkan jaketnya dibahu adibah.
Adibah tidak ingin menolak lagi, karena memang suhunya sangat dingin. Hujan semakin deras, kilat dan pertir sudah memulai aksinya. Adibah takut dengan suara petir.
Adibah berusaha mati Matian menahan takutnya saat petir menggelegar. Adibah mencengkram sisi jaket Steven untuk mengurangi rasa takutnya, tapi nihil rasa takutnya semakin menjadi.
Adibah menutup matanya, tanpa sadar air matanya mengalir karena terlalu takut. Steven yang menyadarinya pun langsung mendekati Adibah dan menggenggam lembut tangan Adibah.
" Dib kamu kenapa ? " Adibah hanya diam.
Steven menggenggam tangan Adibah seolah memberikan kehangatan.
Dduuuaaaarrrrr....
Suara petir yang begitu besar membuat Adibah dengan reflek langsung memeluk tubuh Steven.
"Heiii, kenapa takut petir ? gak usah takut ada aku " ucap Steven sambil mengelus pucuk kepala Adibah lembut dan membalas pelukan Adibah.
"a..ku ta..ta..kut pe...**...iirrrr" ucap Adibah terbata bata.
" tenang ada aku, kita aman " ucap Steven menenangkan Adibah yang masih menangis di pelukannya.
satu jam mereka terjebak, dan akhirnya hujanpun reda. Melihat hujan yang sudah berhenti Steven membangunkan Adibah yang tertidur di pelukannya karena lelah menangis.
" Dib bangun, hujannya udah reda ni, mau pulang nggak " Steven menepuk nepuk pelan pipi Adibah.
Karena merasa terusik adibahpun membuka matanya. Ia masih bersandar pada tubuh Steven itu tandanya ia tertidur dibahu steven. Adibah langsung berdiri.
" Ee sorry, aku ketiduran, pasti berat ya, maafin ya stev " Adibah merasa tidak enak hati dengan Steven.
" santai aja Dib, Kitakan sahabat, ayo pulang ntar keburu hujannya turun lagi " Steven langsung menghidupkan mesin motornya.
Adibah mengikuti Steven dan naik keatas motor, dan tidak lupa mengenakan helm yang Steven berikan. Tak butuh waktu lama merekapun tiba didepan pagar berwarna putih.
Rumah Adibah tidak terlalu besar, hanya memiliki dua lantai, halaman depan yang dipenuhi berbagai jenis bunga, dan taman kecil disamping rumahnya.
" udah nyampe, nih " ucap Adibah turun dari motor dan memberikan helm yang ia kenakan tadi kepada Steven.
Steven menerima helmnya dan mengenakannya.
" aku pamit ya " Steven berpamitan kepada adibah dan mengelus sekilas pucuk kepala Adibah.
Tiba tiba jantung Adibah berdetak kencang, ada perasaan aneh yang sudah lama tidak Adibah rasakan.
" hm, hati hati btw terimakasih ya stev " ucap Adibah berusaha menetralkan detakan jantungnya.
Steven tersenyum sebentar, lalu menghidupkan mesin motornya dan melesat pergi meninggalkan rumah Adibah.
' senyumnya manis banget ' batin Adibah sambil senyum senyum sendiri.
" ya ampun Adibah bunda khawatir kamu malah senyum senyum sendiri disini " ucap Dinda bundanya Adibah.
Dinda berniat ingin menyusul putrinya kesekolah,karena sudah hampir Maghrib namun putrinya belum kunjung pulang. Namun saat dia membuka pagar ia melihat putrinya senyum senyum sendiri seperti orang gila.
" eeh bunda hehehhh " Adibah terkekeh.
" ayo masuk, ya ampun itu muka udah pucet banget, ini lagi pake jaket siapa ? tadi pulang bareng siapa ? kok bisa lama banget ?" tanya Dinda beruntun.
" bunda kalo nanya tu satu satu, Dibah jadi pusing jawabnya " ucap Adibah.
" kamu pusing ? ayo masuk bunda buatin teh hangat " Mereka pun masuk kedalam rumah.
" mandi dulu sana biar gak sakit, ntar tehnya bunda anter ke atas " ucap Dinda yang dituruti oleh Adibah.
15 menit Adibah membersihkan dirinya, dilihat dinakasnya sudah ada teh hangat. ia meminumnya tiba tiba ia teringat oleh Steven. Adibah langsung mengambil smartphone nya.
^^^Steven^^^
^^^stev udah nyampe ?^^^
^^^btw makasih ya^^^
Setelah mengirim pesan ke Steven Adibah meletakkan smartphonenya di atas nakas. lalu ia langsung turun kebawah menemui bundanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!