NovelToon NovelToon

My Brother

Keluargaku

Saat itu usiaku masih sangat kecil untuk bisa memahami dan menghadapi masalah orang dewasa.

akupun bisa dibilang anak yang tertutup dilingkungan sekitar.

"Bermainlah kerumah tetangga sebelah!"

Itulah kalimat yang sering diucapkan Ayah saat menyuruhku bermain.

Ayah sangat menyayangiku,mungkin karena aku adalah anak semata wayangnya.

Ayah tak pernah memarahiku,kecuali saat beliau sedang panik atau khawatir dengan keadaanku. Begitupun bukan aku yang dimarahi,melainkan ibu.

Namun dibalik kasih sayang Ayah,ibu sering memarahiku.

Mungkin begitulah karakter seorang ibu yg terlalu mengkhawatirkan anak - anaknya.

Kembali tentang Ayah:

Beliau adalah orang yang sangat tegas,namun sangat pandai memilah setiap masalah yang dihadapinya.

Hal itu terlihat saat aku mengikuti ibu menghadiri rapat di sekolah Ayah yang seorang guru *****

Semua murid menundukkan kepala saat Ayah memandang mereka,walau tidak dalam keadaan bersalah. Entah karena apa aku memiliki sifat yang sama seperti Ayah.

Karena didikannya atau karena aku mentauladani sifat n tingkah laku Ayah.

Ibu :

Ibu adalah seorang penjahit baju wanita, tapi beliaupun bisa menjahit baju pria.

Bisa dikatakan hasil jahitannya begitu bagus. Hal itu ditandai dengan banyaknya pelanggan yang datang kerumah menjahitkan kainnya untuk dijadikan pakaian sesuai yang mereka inginkan.

Ibu suka sekali shopping tapi bukan sekedar berbelanja,melainkan mecari model pakaian keluaran terbaru.

Begitulah keluargaku ditambah dengan nenek,orang tua dari ibu yang tidak menetap dirumah bersama aku, ibu dan ayah.

Serta keluarga lain yang tak bisa kusebut satu per satu.

Pertemuan Pertama (Perkenalan)

Ada tamu dirumah.

Seorang laki - laki (bapak) paruh baya bersama anak laki - lakinya yang kira - kira terpaut dua tahun di atas Indah

Dialah Pak Salim dan Ibnu putranya.

Setelah menyuguhkan minuman hangat, Ibu menemani Ayah diruang tamu. Sementara Indah berada di ruang keluarga yang hanya berbatas lemari Kaca. Masih bisa terdengar pembicaraan mereka.

Ibu mempersilahkan minum sembari berbasa - basi menanyakan kabar tamunya.

Tiba - tiba :

"Kedatangan kami kesini karena Ibnu ingin mengajak adiknya keluar sebentar!" Bapak melihat kearah Ayah.

"Boleh saja, tapi jangan terlalu jauh." Ayah sedikit khawatir pada anaknya. Ibu memanggil Indah

"Kok bilang adik? Aku khan bukan saudaranya, Bu!" Belum mengiyakan perintah ibunya, Indah malah bertanya.

"Karena panggilan adik bukan hanya untuk saudara saja, tapi untuk orang yang lebih muda juga bisa." Jelas Ibu.

Melewati mereka diruang tamu, Indah keluar disusul Ibnu.

Tak jauh dari rumah, Ibnu menarik tangan Indah berhenti dan duduk disebuah batu besar yang cukup untuk dua anak kecil seperti mereka

"Nih, dari Mama!" Ibnu menyodorkan amplop kecil berwarna biru.

"Apa ini?" Indah menerima amplop tersebut.

"Buka saja!" Sahut Ibnu.

"Dimana mamamu? Kenapa beliau memberiku ini?" Dua pertanyaan tiba - tiba terlontar dari bibir mungil Indah.

"Mama bekerja di negeri orang, beliau memberikan ini karena sayang sama kamu." Jelas Ibnu.

"Oh! Sampaikan ucapan Terima kasihku pada beliau." Ucap Indah lagi.

Kembali ke rumah.

Duduk sebentar menikmati hidangan yang disediakan ibu, kemudian Ibnu mengajak bapaknya pulang.

Mereka berpamitan pada Indah dan keluarganya. Sungguh Indah tak paham siapa sebenarnya mereka.

Sepulang mereka.

"Ada perlu apa Ibnu mengajakmu keluar rumah?" Tanya Ibu pada Indah.

"Untuk memberikan ini padaku, Bu!" Indah menunjukkan barang yang diberikan Ibnu.

"Kalung!" Ibunya sedikit terkejut.

"Ya! Jawab Indah singkat serta mengangguk.

"Apa kamu sudah berterima kasih?" Tanya Ibu lagi.

"Tentu sudah, Bu!" Jawab Indah dengan senyum cerianya.

Tiba - tiba Pak Yusuf berdiri di samping Indah.

"Kalau begitu, Kamu pakai saja kalung itu!" Usul sang Ayah.

"Ya, Ayah!" Jawab Indah. Kemudian Bu Sri memasangkan kalung tersebut di leher Indah.

Sekilas tentang keluarga Indah:

Namaku Indah, saat itu aku masih kelas 2 SD disekolah favorit di kotaku. Ayahku Yusuf seorang guru agama yang disiplin, baik disaat mengajar maupun terhadap aku anak satu - satunya. Namun aku sangat menyayangi Ayah, karena dibalik kedisiplinan dan ketegasannya ayah begitu menyayangiku. Apapun yang aku pinta, ayah selalu membelikannya, apalagi jika berhubungan dengan sekolah.

Ibuku bernama Sri, seorang istri yang mempunyai penghasilan sebagai tukang jahit.

Apapun model yang diinginkan pelanggannya, ibu selalu bisa menyelesaikan dengan hasil yang sempurna. Namun hingga saat itu, aku tak pernah merasakan memakai baju hasil karya ibu karena ibu selalu membeli baju jadi untukku.

Di Pagi yang cerah.

Waktu masih menunjukkan pukul 06:00 Tukang becak langganan Indah sudah menunggu di depan rumah untuk membawa Dia ke sekolah yang agak jauh dari rumah.

Ayah yang disiplin langsung mengingatkan Indah untuk segera berangkat membuat ibu terburu - buru mempersiapkan anaknya berangkat sekolah.

Dengan riang Indah naik keatas becak yang kemudian melaju dengan tenang sambil menghirup udara pagi yang segar karena belum terlalu banyak kendaraan berlalu lalang. Indah adalah orang pertama yang dijemput Pak Ahmad, selanjutnya ia menjemput dua orang lainnya. Mereka teman sekolah Indah.

Sampai di depan gerbang sekolah, Indah turun dan langsung menuju kelas.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi pertanda upacara dimulai.

Indah membuka tas, mengambil topi merah yang sudah disiapkan ibu pagi tadi.

Dasi merah sudah terpasang dengan rapi di kerah baju seragam Indah. Seperti biasa Indah mengikuti upacara dengan khidmat.

💗💗💗

Ikuti lanjutannya.

Jangan lupa tinggalkan jejak usai membaca ya???

Komentarmu Semangatku!!!

Komentarmu Inspirasiku!!!

Komentarmu Referensiku!!!

 

Tersandung

Upacara usai, Indah duduk berselonjor kaki dibelakang papan gugus depan sekolah bersama Sahabatnya Ikha.

Melepas topi merah dan mengipaskan nya ke tubuh yang berkeringat.

Tiba - tiba :

Buuuuuuukkkk

Aww!!!

Dua anak laki - laki berkejaran, salah satunya terjatuh karena tersandung kaki Indah.

Dengan dinginnya, Indah berpura - pura tidak melihat anak itu. Itu khan bukan salahku! Siapa suruh berlarian ga lihat - lihat. Pikir Indah.

Sambil menahan malu, laki - laki itu berdiri dan kembali berlari.

Pura - pura tidak melihat? Ya, Indah pura - pura tidak melihat. Tapi curi - curi pandang khan boleh. Dari situlah Indah mampu mengingat wajah itu sampai remaja. Namun kejadian itu menghilang seketika guru masuk kelas.

"Masuk yuk, Kha! Tuh bu Windra dah datang dari ruang guru menuju kelas kita!" Ajak Indah pada sahabatnya.

Tanpa menjawab ajakan Indah, Ikha langsung berdiri dan mereka masuk kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Bu Windra adalah wali kelas mereka, perempuan paruh baya itu sangat menyayangi anak - anak termasuk keponakan dan seluruh muridnya karena beliau belum menikah dan tentunya belum memiliki seorang anak.

Masuk kelas, belajar dengan rajin. Indah tergolong anak yang pandai. Namun karena sifat malas belajarnya, dia hanya berada di peringkat 10 besar. Selain Ikha, dia punya banyak teman. Beberapa teman cowok terasa mengasikkan untuk diajak bermain dan berdiskusi. Indah tidak terlalu suka bermain dengan teman perempuan.

Entah apa sebabnya. Mungkin karena laki - laki lebih menggunakan logika dari pada perasaan atau mungkin karena sifat dingin Indah.

Andi salah satu sahabat laki - laki yang sering mengusili nya. Penghapus karet adalah koleksi yang sama dimiliki oleh Indah dan Andi.

Terkadang mereka harus berebut untuk mendapatkannya.

Suatu ketika Indah kehilangan penghapus karetnya berwarna hijau.

Indah mencoba mencari di setiap sudut kelas.

Andi pun kehilangan barang yang sama. Mereka sama - sama mencari di dalam kelas.

Kedua mata mereka tiba - tiba melihat barang yang sama dengan apa yang mereka cari.

Keduanya berlari mendapati barang tersebut.

Tangan merekapun sama mengambil barang kecil yang hanya berukuran 2 X 1 cm tersebut.

Mereka sama - sama tidak mau melepas penghapus yang mereka pikir adalah barang yang mereka cari. Maka terjadi sedikit pertengkaran diantara mereka.

Tangan kanan Indah mempertahankan barang, sedangkan tangan kirinya mencubit tangan Andi dengan kekuatan penuh. Begitu pula sebaliknya. Hal yang sama dilakukan oleh Andi.

Tak ada yang berhasil mendapatkan barang itu karena akhirnya barangnya patah.

Bersamaan dengan hal tersebut cubitan merekapun terlepas.

Tangan kanan Andi terluka karena cubitan Indah. Begitu pula dengan Andi, tangan kanannya terluka karena Indah.

"Tuh, buat kamu aja!" Indah melempar barang yang diperebutkan kearah Andi.

Buat kamu saja! Andi kembali memungut barang itu dan menyerahkannya pada Indah

Pengumuman

Mohon maaf apabila ada beberapa typo dan reader menunggu terlalu lama karena author mengajar, sudah menikah serta mempunyai 2 anak degan usia yang masih dini (7 tahun dan 2,5 tahun) Pulang ngajar, mengerjakan pekerjaan rumah.

Saat malam tiba, author kelelahan dan harus tidur. Namun jika berkeinginan melanjutkan menulis, author harus mengkonsumsi kopi.

Sangat disayangkan, meski author bisa buka mata dengan coffee, dokter menyarankan untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi kopi mengingat penyakit asam lambung yang dideritanya.

Maaf juga untuk para reader, karena mulai episode kali ini author merubah dirinya menjadi orang ketiga dalam penulisan naskah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!