Nama: Reinata Adelia
Umur: 19 tahun
Tinggi: 1,67 m
Tentang Reina:
Reina gadis yang ceria, ia telah menyukai Bryan saat ia berusia 10 tahun dan Bryan 20 tahun. Namun sayangnya Bryan tidak pernah sekalipun melirik ke arah Reina karena Bryan selalu berfikir kalau Reina adalah seorang gadis kecil yang lemah. Reina juga pandai dalam bernyanyi.
Nama: Bryan Anggara
Umur: 29 tahun
Pekerjaan: Guru olahraga di sekolah menengah atas
Tinggi: 1,85 m
Tentang Bryan:
Bryan adalah pria yang sangat dingin. Banyak murid perempuan SMA yang mengejar Bryan karena ketampanannya. Selain itu Bryan juga sering sekali di undang ke luar kota untuk menjadi bagian panitia dari perlombaan-perlombaan olahraga. Bryan tidak suka bila ada wanita yang mengejarnya.
Itu sengaja aku buremin biar gk pelanggaran hak cipta 😊 jika ada yang tidak suka maka saya siap untuk menghapus nya😊🙏
Rumah Pak Revan.
Revan Anggara adalah nama ayah Bryan. Pak Revan telah berteman baik dengan pak Rio ayahnya Reina. Mereka berteman baik dari mereka bujang. Suatu hari pak Rio mengunjungi rumah oak Revan, Reina ikut bersama dengan ayahnya dengan alasan ia bosan di rumah.
"Aduh pak Rio, saya sudah tua tapi anak saya Bryan itu gk nikah-nikah." ucap pak Revan.
"Sabar aja pak. Mungkin memang belum takdirnya bertemu dengan jodohnya." ucap pak Rio.
"Kalau jodohnya Reina pasti bagus. Biar kita bisa jadi saudara," ucap pak Revan dengan senyuman.
Kemudian Reina tersenyum malu karena mendengar perkataan pak Revan.
"Gk pak, saya gk setuju." ucap pak Rio dengan lantang.
"Loh, loh kenapa?"
"Kan Reina masih kuliah. Saya gk mau dia cepat-cepat menikah"
"Emang apa salahnya kalau Reina masih kuliah?"
"Hmm dah lah terserah pak Revan aja"
"Reina kamu keliling-keliling aja dulu liat rumah bapak, saya sama bapak kamu mau ngobrol penting sebentar." ucap pak Revan kepada Reina.
"Iya baik pak," ucap Reina sambil pergi meninggalkan ruang tamu.
"Tumben serius begini." ucap pak Rio.
"Begini usia saya kan sudah tua saya takut umur saya gk lama lagi. Apalagi kan ibunya Bryan sudah lama meninggal dan kalau saya meninggal duluan siapa yang bakal ngurus Bryan." ucap pak Revan.
"Kamu ini ngomong apa. Kamu masih sehat-sehat gini kok."
"Kan andaikan kata loh. Saya langsung ke intinya aja ya."
"Intinya?"
"Saya pengen Bryan sama Reina menikah." ucap pak Revan dengan nada serius.
"Tapi saya kurang setuju! selain Reina masih kuliah, umur Reina dan Bryan juga beda jauh."
"Haisss kamu ini, apa masih jaman sekarang menikah pandang usia?"
"Ya emang enggak tapi kan mereka itu gk saling cinta, gk saling suka, gk ada interaksi lagi."
"Kata siapa! kamu gk lihat apa Reina suka sama Bryan."
"Reina suka sama Bryan. Tapi Bryan?"
"Bryan mah gampang, kalau dia nikah sama Reina cepat atau lambat juga bakal luluh sama Reina," ucap pak Revan sambil tersenyum.
"Hmm ya sudah nanti saya diskusikan lagi sama istri dirumah."
"Eh bentar lagi Bryan pulang ngajar, kita keluar yuk biar mereka bisa berduaan."
"Loh gk bisa dong bagaimanapun juga mereka kan belum menikah."
"Kata kamu kan harus ada interaksi."
"Ya udahlah."
"Yuk saya udah siapin mobil tuh."
.
.
.
Sementara itu..... Reina yang lelah berjalan-jalan sembarangan masuk kamar dan tanpa sadar ia tertidur di kamar milik Bryan. Bryan yang baru pulang mengajar dan memasuki kamarnya terkejut karena melihat seorang gadis kecil yang tertidur di kamarnya.
"Halo siapa kamu?" ucap Bryan dengan gugup.
Bryan mencoba membangunkan Reina berkali-kali namun tetap tidak bangun. Bryan berfikir bahwa Reina sedang kelelahan akhirnya ia berniat memindahkan Reina tanpa membangunkannya.
"Apa saya pindahin aja ke kamar tamu daripada nanti terjadi fitnah," ucap Bryan sambil mengangkat tubuh Reina.
Bryan kemudian mengendong tubuh Reina. Namun tetap saja Reina tidak bangun dan ia malah mengigau kalau tubuhnya Bryan adalah guling.
"B**ukannya bangun malah ngigau hadeh!"
Sesampainya di kamar tamu, Reina akhirnya terbangun. Wajah Reina langsung terlihat pucat dan gugup karena didepannya ada Bryan.
Suka?
Langsung favorit. Jangan lupa tinggalkan Like dan juga komen (no promosi)
Hari sudah malam, namun pak Revan dan pak Rio tak kunjung pulang. Malam hari yang gelap dan hujan deras membuat Reina khawatir kepada ayahnya dan pak Revan.
Reina kemudian menghampiri kamar Bryan bermaksud untuk menanyakan ayahnya.
"Anu.... kak Bryan."
"Loh belum pulang?" tanya Bryan dengan nada sedikit terkejut.
"Paman Revan sama ayah saya kok belum pulang-pulang juga ya."
"Lah mana saya tau. Kan kamu yang dari tadi siang di rumah ini."
"Saya gk tau, tadi saya di suruh keliling-keliling," ucap Reina sambil menunduk.
Terdengar bunyi bel rumah. Kemudian Bryan segera turun ke bawah diikuti dengan Reina. Bryan kemudian membukakan pintu, ternyata yang datang ialah pak RT.
"Bryan, Reina..... bapak harap kalian jangan panik dulu ya," ucap pak RT.
"Ada apa pak?" tanya Bryan.
"Ayah kalian berdua mengalami kecelakaan, sekarang mereka ada di rumah sakit pertama."
"Ayah....."
Tanpa berfikir panjang Reina berlari keluar gerbang dengan maksud ingin menemui ayahnya di rumah sakit. Kemudian Bryan mengejar dan menghentikan Reina, ia kemudian memberikan jaket kepada Reina baru setelah itu mereka ke rumah sakit dengan mobil Bryan.
.
.
.
Rumah Sakit Pertama.
Saat itu dokter meminta kepada ibunya Reina (Sinta) untuk meminta keputusan mana yang harus diselamatkan lebih dulu. Mengingat kondisi keduanya parah, dan ruang operasi hanya ada satu. Jika salah-satu dipindahkan ke rumah sakit lain maka sudah tidak sempat karena jarak nya lebih jauh.
"Bu Sinta harus cepat memilih keputusan," ucap dokter.
"Dok selamatkan teman saya saja. Saya sudah ikhlas," ucap pak Revan kepada dokter.
"Baiklah saya akan menyelamatkan pak Rio," Ucap Dokter.
"Rio... aku telah mengikhlaskan nyawaku, sebagai gantinya kamu harus mengikhlaskan putrimu menikah dengan Bryan," teriak lemas pak Revan.
Pak Rio mengangguk kan kepala nya, matanya mengeluarkan air mata. Kemudian dokter memindahkan pak Rio ke ruang operasi saat itu Reina dan Bryan tiba. Pak Revan kemudian memegang tangan Bryan dan menyampaikan pesan terakhirnya.
"Bryan berjanjilah pada papah...."
"Pah apa maksudmu?"
"Bryan berjanjilah pada papah, kali ini kamu harus mengikuti kemauan terakhir papah"
"Papah ngomong apa sih," ucap Bryan dengan nada penuh khawatir.
"Bryan..... menikahlah dengan Reina."
"Pah......"
"Bryan pokonya kamu harus menikahi Reina, jaga Reina, sayangi Reina dengan baik."
"Baik pah Bryan janji!," ucap Bryan sambil memegang tangan ayahnya dan menangis.
"Baguslah papah lega"
Pak Revan menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyuman. Namun hembusan nafasnya membuat luka yang mendalam bagi Bryan. Bryan sudah kehilangan sosok seorang ibu, kini dia harus kehilangan sosok ayah yang sangat menyayanginya.
Beberapa jam kemudian dokter dan pak Rio telah keluar dari ruangan operasi. Operasi pak Rio berjalan dengan lancar dan telah melewati masa-masa kritis nya.
Keesokan Harinya.....
Pemakaman pak Revan telah dilaksanakan dengan lancar. Pak Rio tidak dapat menyaksikan langsung pemakaman sahabatnya karena dokter tidak mengijinkan pak Rio keluar dari ruangan nya. Pak Rio hanya menyaksikan pemakaian pak Revan lewat vidio call saja.
Bryan mengingat janji dan pesan terakhir yang disampaikan ayahnya. Bryan harus menikahi Reina, seorang gadis kecil yang tidak ia cintai sama sekali. Kemudian Bryan mencoba berbicara dengan Reina.
"Reina... saya langsung saja pada intinya. Saya tidak menyukai kamu." Ucap Bryan.
Reina gugup dan wajahnya berubah menjadi pucat seketika.
"Ma.... maksudnya?"
"Tapi saya harus menikah sama kamu. Reina kamu harus menikah saya." Ucap Bryan.
Bersambung........
Jangan lupa like, komen dan vote ya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!