NovelToon NovelToon

CEO Bucin (Suami Bucinku)

Prolog

Aku bukan lah perempuan yang punya banyak kelebihan, aku hanyalah perempuan yang hidup terpuruk dalam kesedihan. Masa remajaku rusak karna diperkosa pamanku sendiri. Dia dipenjara? Tidak! Karna sampai skarang aku nggak berani mengadu, bukan karna diancam. Tapi aku malu! Aku malu dan takut harus menghadapi sanksi sosial, menjadi bahan cerita orang, dilihat penuh dengan rasa kasihan, dianggap remeh laki-laki lain karna udah nggak suci lagi. Dan yang paling tragis, kejadian itu akan diingat sampai kapanpun!

Begitu usiaku 22 tahun, aku bertemu dia. Suamiku sekarang. Awalnya aku membencinya, aku benci semua laki-laki. Dekat dengan laki-laki membuat traumaku kembali, berulang-ulang aku mencoba bunuh diri karna itu. Tapi perjuangannya mendapatkan cintaku, layak untuk dipertahankan. Dia layak dicintai sepenuh hati, dicintai dengan tulus.

Danny namanya, lelaki yang lebih tua 10 tahun dariku. Dia membantu mengurus perusahaan ayahnya yang nyaris bangkrut, berkat kegigihannya perusahaan itu sekarang dalam keadaan stabil. Danny lebih dikenal sebagai seorang CEO yang sangat ambisius, banyak bergaul dengan orang penting, namun dia bisa dikatakan nggak ada teman. Kenapa? karna semua yang mendekatinya hanya memanfaatkan kekayaannya.

Aku Rose, tahun ini umurku genap 28 tahun. Tahun ini pernikahan kami genap 5 tahun, kita berdua belum dikarunia anak. Saat memeriksa ke dokter kandunganku baik-baik saja, begitu juga Danny. Dia memiliki kesehatan yang sempurna. Mungkin kami belum diijinkan untuk memiliki anak.

Aku bukanlah perempuan yang berasal dari keluarga kaya, aku hanya anak pertama yang terlahir dalam keluarga biasa saja. Gaji ayahku hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari, bisa menabung seratus atau dua ratus ribu tiap bulan saja udah bersyukur.

Hidupku berubah begitu aku menerima lamaran Danny, menikahi pria kaya, membuat status sosialku terangkat. Kedua orangtuaku bisa hidup lebih baik dengan keuangan berkecukupan, adik lelakiku bisa berkuliah berkat bantuan Danny. suamiku.

Awalnya aku selalu menolak Danny, didekati lelaki membuat traumaku kembali menghantui. Rasa benciku menggebu-gebu. Setiap dia datang kerumah selalu ku usir, aku hina, bahkan ku acuhkan dengan berdiam didalam kamar membiarkannya mengobrol dengan ayahku diteras. Tapi semakin lama usahanya makin intens, perjuangannya memenangkan hatiku akhirnya membuatku luluh. Yah! Aku jatuh cinta padaya.

Kukira perhatian dan sifat romantisnya padaku hanya selama pendekatan, aku berpikir setelah menikah semua akan berubah. Aku pasrah, biarlah, yang penting keluargaku bisa hidup berkecukupan dan nggak perlu super hemat, khawatir memikirkan hari esok. Tapi kenyataan nya tidak, perlakuan Danny padaku nggak berubah.

"By, ayo sarapan. Aku udah masak daging kesukaanmu." Danny mengecup kening Rose yang sedang tertidur

Danny selalu memanggil Rose dengan sebutan Baby, dan nggak seharipun terlewat tanpa ciuman hangat dikening Rose saat dia bangun pagi.

Tangan Rose melingkar dileher Danny lalu memeluknya erat tanpa membuka mata "Bentar lagi, ngumpulin energi." ucapnya manja

Danny membalas pelukan Rose lalu mencium pipi istrinya "Mau sarapan dulu atau aku minta jatah?" bisiknya mesrah

Mata Rose terbuka lalu cepat-cepat bangun "Aku kan lagi halangan.."

Danny tersenyum lalu memeluk Rose dan diangkat bangun menuruni ranjang "Yaudah ayo kita sarapan."

Rose berjalan keruang makan sambil menempel memeluk suaminya dari belakang, kebiasaan paginya saat baru bangun pagi. Sejak awal pernikahan Danny nggak mengijinkan Rose untuk bekerja, pekerjaan dapur semua dikerjakan pembantu. Tapi saat nggak kerja, Danny sendiri yang akan memasak. Pernah sekali Rose memasak untuk Danny, suaminya itu nggak marah. Tapi dia meminta Rose nggak perlu masak, semua bisa dikerjakan pembantu.

Danny lebih protektif saat lima tahun lalu Rose keguguran karna terpeleset dikamar mandi. Lima tahun pernikahan Rose bisa hamil sekali diawal pernikahan mereka namun keguguran, setelah itu Danny makin protektif padanya.

"By, besok aku ada meeting diBali. Sebentar malam jam 7 aku udah harus naik pesawat. Kamu nggak apa-apa kan disini? Kalo misalkan rasa sepi, gimana kalo kamu pulang kerumah mama papa kamu?" cerita Danny sesaat setelah melepas sendok dan garfunya

Raut wajah Rose berubah kecewa "Jadi aku tidur sendiri dong?"

"Cuma semalam kok, habis meeting aku langsung balik keJakarta."

"Nggak mau, aku ikut." rengek Rose

"Baby, sayang, kamu ingat kata dokter? dokter bilang kamu nggak boleh capek, nggak boleh perjalanan jauh dulu. Aku janji, selesai meeting langsung pulang."

Rose memalingkan wajah cemberutnya, Danny berdiri dari tempat duduknya lalu duduk disamping Rose. Tangan nya menarik kursi Rose hingga Rose menghafdapnya, tangannya lalu melingkar dipinggang Rose sambil menyandarkan kepalanya didada Rose. Kebiasaannya saat Rose merajuk, dia akan langsung memeluk istrinya itu dengan wajah memelas.

"Yahhh. Balik dari Bali kita jalan-jalan dehh. Kemana aja kamu suka, by" Bujuk Danny tanpa mengangkat kepalanya dari dada Rose

"Yaudah, anterin aku ke rumah mama aja kalo gitu. Tapi kamu jangan lama-lama disana. Kamu tau kan kalo aku udah ngambek."

Danny langsung mengangkat kepalanya sambil tersenyum lebar "Siapp!!" ucapnya lalu mencium bibir istrinya itu

"Aku mau mandi." bisik Rose sambil memeluk Danny "Berarti besok pagi aku mandi nggak ada yang gosokin belakang aku.. Huhu sedihh.." rengeknya

Danny mengecup kening Rose "Minta mama aja yang gosokin."

Cepat-cepat Rose menggeleng "Nggak mauuu, kalo mama yang gosok sakitt..." serunya "Mama itu kayak ada dendam tersembunyi deh sama aku, masak tiap aku pulang pasti diajakin mandi dipermandian air panas, trus semangat banget gosok blakang aku. Padahal kan aku nggak suka mandi air panas, aku sukanya air hangat. Suhu air dipermandian terlalu berlebihan, telur aja kayaknya masak deh kalo direndam disitu."

"Hahaha kamu tuh by, itu kan buat sehat. Aku pernah baca, kalo mandi air panas bisa meregangkan otot-otot kita dan bikin badan kita lebih enakan."

"Ohh jadi kamu mihak mama nih??? mau aku berubah pikiran nggak ngijinin kamu pergii??" ancam Rose menodong suaminya pakai pisang masak

"Ampunnn ampunn, iya memang mama kamu itu kejam by. Aku setuju."

Suara Canda Rose dan Danny memenuhi ruang makan apartement mereka berdua. Setelah selesai bersiap-siap Danny mengantar Rose pulang kerumah orangtuanya. Seperti biasa, sebelum berpisah Rose akan memeluk Danny dengan manja.

"Jangan lama-lama pokoknya." pesan Rose sambil terus memeluk Danny

"Iyaa, pokoknya setelah selesai meeting aku langsung pulang."

"Duhhh mesrahnyaa... Nggak sadar disini ada bocah.." Seru Billy adik Rose yang berdiri didepan pintu

Rose memandang sinis adiknya "Masuk kedalam aja lo bocah. Pemandangan ini bukan untuk konsumsi publik!"

"Ihh seremm.. Mak lampir marah.." ejek Billy lalu berlari masuk kedalam rumah

"Yaudah aku berangkat yahh." ucap Danny sambil memberikan ciuman mesra pada istrinya

Rose melambaikan tangannya "Hati-hati.." serunya. Mata rose masih bisa melihat senyum Danny dikaca spion. Dia berlari pelan saat mobil akan hilang ditikungan "Love youu!!" seru Rose

Aku menyesali keputusanku mengijinkan Danny pergi hari itu, aku nggak pernah menyangka hari itu hari dimana kecelakaan menimpanya. Mobilnya hancur ditabrak truk dijalan toll, dia terlibat dengan kecelakaan beruntun yang menimpa dua mobil lainnya. Sejak hari itu, Danny terbaring koma.

Awal pertemuan Rose dan Danny

Danny

Rose

"Mama... Aku capek harus hidup begini terus!! Maa, Paa, maafin aku. Tapi kenapa hidup ini begitu kejam? Delapan tahun aku harus terus menerus mimpi buruk. Nggak ada seharipun lewat tanpa mengingat perbuatan jahat om Juna sama aku!! Tega-teganya dia merebut kesucianku!! Tega-teganya dia merusak masa remajaku. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan keadaan seperti ini?" isak tangis Rose sambil memegang alat rekam kecil. Dia sedang berdiri ditepi tebing diatas gunung memakai topi kupluk merah dan ransel mendaki.

Cuaca diatas gunung rinjani pagi itu masih sangat dingin, angin menyambar rambut panjang Rose. Air mata yang membasahi pipinya terasa dingin saat diterpa angin, suara terpaan angin bisa terdengar jelas menutupi kesendirian Rose saat itu. Dia memanfaatkan keadaan yang sepi dan teman-temannya yang masih tidur untuk pergi ke puncak agak jauh dari tempat mereka mendirikan tenda, mimpi buruk yang membangunkannya membuat Rose nggak bisa tidur lagi sejak jam 5 subuh tadi.

Seorang pria tinggi memakai jaket hitam tebal tiba-tiba datang dari belakang Rose, kaget dengan kedatangan orang asing Rose cepat-cepat melap airmatanya. Sejenak mereka berdua saling menatap dari jauh, ditangan pria itu memegang tongkat yang dia gunakan untuk membantunya mendaki.

Rose memalingkan wajahnya lalu melihat pemandangan dibawah, tangannya mengisi alat perekam kecil disaku kirinya. Dia bersikap seolah nggak peduli.

Apa dia dengar apa yang aku bilang tadi?? Duh, harusnya aku cek dulu ada orang yang mendekat atau nggak.. Rose membathin cemas

Setelah meletakkan ranselnya pria tadi berdiri nggak jauh dari tempat Rose sambil melihat pemandangan, dia menyeruput segelas kopi hitam hangat yang dia keluarkan dari termos kecilnya.

"Hey." sapa cowok tadi memecah keheningan

Rose hanya melirik tanpa membalas sapaan pria disampingnya.

"Kamu nggak ada niat lainkan?" tanya pria disampingnya lagi

Rose melirik tersinggung "Maksud kamu??"

"Yahh tanya aja, seorang cewek sendirian dipuncak gunung. Berdiri ditepi tebing, dan kalo dilihat kalo jatuh bisa langsung game over." jawab cowok itu sambil melirik kebawah "Dan, nggak akan ditemukan dalam waktu dekat."

Rose mendengus kesal "Kamu pikir aku mau bunuh diri???" tanyanya dengan nada bicara kesal

"Ohh nggak yah? Yaudah.." ucap pria tadi lalu menyeruput kopinya

Suasana kembali hening, Rose menyilangkan kedua tangannya didada sambil melihat pemandangan. Dia masih kesal dengan kehadiran pria asing disampingnya.

"Aku Danny, kamu??" ucap pria tadi tanpa mengulurkan tangannya

Mata Rose meliriknya sebentar lalu kembali melihat pemandangan didepannya "Nggak tertarik bicara sama orang asing."

Danny tersenyum lalu mengisi termosnya diranselnya, terdengar suara retsleting ransel bergesekan saat ditutup oleh tuannya.

"Aku nggak ngomong sama kamu kok, aku ngomong sama cewek diseblah kamu. Teman kamu yah? Yaudah karna kamu udah ada teman, jadi aku pamit dulu yah.."

Bulu kuduk Rose seketika berdiri, yah, memang disana suhunya dingin dan nggak heran jika membuat bulu kuduk berdiri. Tapi kali ini bedah, Rose melirik kesampingnya nggak ada orang. Dan dari tadi dia nggak mendengar suara langkah kaki lain selain langkah kakinya dan Danny, cowok asing yang belum lama datang.

Begitu berbalik Rose melihat Danny sudah berjalan agak jauh.

"Hiii.." Rose cepat-cepat memakai ranselnya dan mengejar Danny

Danny menyembunyikan senyumnya saat mendengar langkah kaki Rose berlari, begitu cewek iti berjalan disampingnya dia pura-pura biasa saja. Rose yang gengsi juga cepat-cepat mengatur nafasnya agar terdengar normal, dia mengatur langkahnya selaras dengan Danny.

"Loh? temannya ditinggal?" tanya Danny memasang innocent

Rose nggak menjawab pertanyaan Danny, dia terus berjalan berusaha mengiringi langkah kaki panjang Danny.

"Wah kamu kejam juga yah, masa teman ditinggal sendiri.."

"Kamu tuh!!! Bisa diam nggak? kalo lagi jalan digunung nggak boleh banyak ngomong." Rose mengomel kesal

Danny tertawa tanpa suara, mata Rose menangkap jelas tawa dibibir Danny.

"Kamu bohongkan??"

"Apaan??" tanya Danny pura-pura nggak tau

"Soal cewek tadi, kamu bohongkan?? nggak ada kan cewek disitu? Mata aku tuh masih bagus, telinga aku bagus. Daritadi cuma kita berdua disitu." serang Rose sambil terus mengikuti langkah kaki Danny

"Nggak kok, memang ada cewek disamping kamu tadi." elak Danny sambil mempercepat langkahya

Rose berusaha mengimbangi langkah Danny namun karna tinggi Danny dan tubuh mungil Rose membuat Rose harus setengah berlari, nggak habis akal tangan Rose mencengkram ransel Danny dari belakang sekuat tenaga. Nggak menyangka akan mendapat serangan mendadak, Danny terjatuh.

"Ahhhh.." jerit Danny

"Rasain!!" Ejek Rose lalu berlari meninggalkan Danny

Danny yang masih terduduk ditanah tersenyum sendiri sambil melihat Rose yang berlari menjauh.

Dia sedari tadi sudah dibagian bawah, dia mendengar semua yang dikatakan Rose, mendengar isak tangis Rose. Namun, Danny tau, jika dia langsung muncul begitu saja Rose akan malu dan tersinggung. Karna itu dia menunggu Rose agak tenang dulu lalu berpura-pura baru sampai dipuncak.

"Biarin aja dia disana, dimakan serigala kalo perlu!! Kurang ajar, kenal aja nggak. Udah brani ngerjain aku." umpat Rose sambil terus berjalan kembali ke tenda tempat teman-temannya

Dari jauh teman-teman Rose terlihat sedang memasak sesuatu diatas api, suara tawa mereka makin jelas terdengar saat dia lebih dekat sampai ketempat temannya.

"Heii Rose, kemana aja lo?" seru Daniar temannya

"Ke puncak, kalian lagi bikin apaan? wahh mie yah." jawab Rose lalu melepas ranselnya dan duduk disamping Daniar

"Iya.. bentar lagi matang tuh." Jawab Daniar "Brani banget lo pergi sendirian?"

"Kenapa emangnya?" Tanya balik Rose sambil mencomot roti didepannya

"Lo nggak tau???" tanya Daniar lagi sambil memandang ngeri kearahnya dan teman-temannya

"Tau apaan?" Rose kembali bertanya sambil mengunyah roti dimulutnya

"Denger-denger nih, kalo kita jalan sendirian, teriak-teriak, apalagi kalo perasaan lagi galau. Akan ada penunggu digunung sini ngedatangin kita." cerita Daniar dengan suara ngeri

"Hiiiiii..." suara kompak Rose dan teman-temannya

"Dan yang lebih parah lagi nih yah, kalo iman kita nggak kuat, kita bisa dibawah ngilang... Daaannnn, nanti diketemuin udah jadi mayat..."

"Hiiiiiii....." suara ngeri mereka lebih nyaring

Sialan, untung tadi ada Danny. Bathin Rose

Rose tiba-tiba berdiri saat mengingat Danny, semua temannya melihatnya dengan wajah heran.

"Kenapa lo?" tanya Gugun heran

"Ni, ikut aku. Ada yang ketinggalan diatas." ajak Rose sambil menarik tangan Daniar

"Heii tunggu, mienya udah mau kelar tuhh.." seru Hamdi

"Sisainn.." balas seru Rose sambil berlari menarik tangan Daniar

Sembari berlari Daniar bertanya "Apaan sih yang ketinggalan??"

"Udah ikut aja, nanti aku jelasin diatas."

Rose dan Daniar berjalan setengah berlari menuju puncak yang dimaksud Rose, tiba disana Rose menunduk sambil ngosngosan. Nafasnya terasa berat karna tanpa pemanasan langsung lari menaiki gunung, Rose tampak celingak-celinguk melihat sekktar tempat itu.

Begitu nafasnya mulai teratur Daniar kembali bertanya "Lo cari apaan sih??"

"Aku cari cowok Ni, tadi aku ketemu dia disini." jawab Rose lalu duduk ditanah sambil mengatur nafasnya

"Nggak ada siapa-siapa disini Rose, dan kalo pun ada, dia pasti ketemu kita berdua tadi. Kan semua yang mendaki pasti lewat dicamp kita."

"Aku serius, tadi aku ketemu cowok disini Dia tinggi, kira-kira 180 centi meter dah, dia pakai kupluk hitam sama carrier orange." jelas Rose "Tadi aku ninggalin dia disitu, pas dibatu itu." tunjuknya kebatu dibelakang Daniar

Daniar tiba-tiba merinding "Apa jangan-jangan dia penunggu disini?"

"Daniarr!! jangan ngaco, cuma kita berdua disini."

"Balik yuk Rose, kan gue bilang kalo pun dia udah balik atau ada diatas sini, pasti kita lihat karna nggak ada jalan lain." Rengek Daniar yang mulai takut

Mulai merinding Rose lalu berdiri "Yaudah ayo balik kalo gitu." ucapnya lalu berjalan cepat meninggalkan Daniar

"Woyy... wah kurang ajar lo, dasar teman durhaka ninggalin gue disini.." teriak Daniar lalu berlari mengejar Rose

Kamu itu manusia atau hantu?

Sepanjang perjalanan balik kelokasi tenda teman-temannya Rose berpikir, jelas-jelas yang dia temui tadi manusia. Karna kalo hantu nggak mungkin bisa dia pegang.

"Masa iya hantu seganteng itu, bisa dipegang pula. Apa aku yang udah mulai halu? Ahh sebodoh ahhh.. Mudahan hantu beneran dehh, jadi aku nggak perlu ngerasa berdosa udah ninggalin dia disitu." Rose mulai mengoceh sendiri

"Rose, lo kayaknya udah mulai stress dehh.. Tadi bilang ketemu cowok, skarang ngoceh-ngoceh sendiri.." ejek Daniar dengan nafas ngos-ngosan karna berlari

"Diam kamu, aku nggak halu."

"Atau jangan-jangan lo mulai stress karna nggak pernah pacaran???" seru Daniar lagi dengan wajah prihatin

"Niaarrr, diamm ahhh. aku serius, aku nggak halu."

"Umur 21 tahun dan lo sama sekali belum pernah ada hubungan apa-apa sama cowok. Fix! Gue harus cariin jodoh buat lo! Secepatnya!!!"

"Kamu ngomong lagi aku tinggal nih.. Kamu kan tau lari ku kencang, biar kamu dibawah hantu.."

Secepat kilat Daniar langsung menempel pada Rose, tangannya mencengkram kuat tangan Rose "Jangan dong, gue belum pernah ***-***. Gue bisa jadi hantu paling nyeremin loh karna mati prawan.." ucap Daniar sambil terkekeh

"Emang kamu masih prawan??" tanya Rose mengejek

"Roseee!!! Iyalahhh, pengalaman pacaran gue banyak, tapi yang dibawah sini masih disegel!!" seru Daniar sambil menunjuk kebawah

"Iya dehhh.. Dijaga baik-baik tuh segelnya.."

Rose dan Daniar berjalan santai balik ke tenda tempat teman-teman mereka menunggu. Pikiran Rose masih terus terngiang dengan Danny, cowok yang dia temui diatas puncak tadi. Namun entah mengapa sosok itu nggak ada saat dicari. Lokasi para pendaki yang mau naik atau turun hanya leway dikemah tempat Rose tadi, tapi sosok Danny sama sekali nggak terlihat.

Setelah menghabiskan satu malam ditenda, keesokan harinya mereka bersiap untuk kembali kebawah. Rose juga harus bersiap kembali keJakarta, cutinya akan segera habis.

"Ehh Rose, lo liat cowok yang disana nggak?" tunjuk Daniar sambil memasukkan barang bawaannya kedalam ransel

Mata Rose tertujuh kecowok yang dimaksud Daniar, cowok berambut gondrong sebahu memakai kupluk hitam dan sedang memegang termos minuman.

"Kenapa emangnya?" tanya Rose dengan wajah nggak tertarik

"Dia nanyain lo tuh. Dia minta nomor WA lo."

"Trus lo kasih??"

Daniar mengangguk dengan wajah nggak berdosa

"Niar!!! Tegah banget kamu! Aku bakal ganti WA dan nggak akan ngasih tau kamu."

Daniar terkekeh geli "Nggak kok, gue bohong. Lagian nggak enak nomor hape gue kalo lo blokir lagi."

"Nah, itu kamu tau."

"Lagian Rose, kenapa sih kayaknya lo nggak suka dideketin cowok? Lo nggak nyesel masa mudah lo nggak ada kenangan pacaran gitu??"

"Aku belum suka aja, Ni. Lagian pacaran atau nikah itu kan bukan lomba, bukan target yang harus dikejar. Kalo aku udah siap yahh pasti ku kenalin ke kamu."

"Iyaa dehh, pokoknya gue harus jadi orang pertama yang lo kenalin!!"

"Siap boss!!"

Rose dan keenam temannya mulai perjalanan turun kebawah, sepanjang perjalanan mereka warnai dengan tawa. Meski sesekali Dante melarang mereka terlalu ribut, yang paling kocak Gugun, mulutnya seperti tersiksa kalo nggak berbicara. Apalagi kalo semua sudah mulai diam, dia akan mulai berbicara hal yang membuat temannya akan tertawa terbahak-bahak.

"Ehh Dan, istirahat dulu disini. Capek nih." Seru Daniar. Nafasnya terdengar berat.

"Oke, kita istirahat lima menit. Jangan kelamaan. Otot-otot kita bisa jadi malas."

Rose langsung duduk disebuah batu besar sambil memanjangkan kakinya, dia mengeluarkan air putih dari ranselnya. Daniar masih asyik mengobrol dengan Hamdi dan Rina pacarnya, pembicaraan mereka tampak asyik. Mereka sesekali cekikikan, takut tertawa karna pasti akan kena semprot Dante lagi. Gugun membantu Popy mengatur carrier/ranselnya yang terasa longgar.

Masih terngiang dalam pikiran Rose soal Danny, dia terus menerus meyakinkan pria yang dia temui dipuncak bukanlah manusia tapi hantu penunggu gunung, tapi pikirannya masih tetap terganggu.

"Nih.." Dante menyodorkan sepotong roti pada Rose

"Makasih." ucap Rose tulus

Dante kemudian duduk disebelah Rose sambil memakan rotinya.

"Dan, menurutmu penunggu digunung itu beneran ada?" tanya Rose penasaran

"Lo percaya?"

"Yah percaya nggak percaya sih."

"Gue pribadi percaya, karna hal mistis itu menurut gue hanya terjadi pada yang percaya. Kalo nggak percaya sih santai aja, nggak pernah liat juga kan??"

Pernah, tapi hantu yang kutemui ganteng! Bathin Rose

"Nggak, aku nggak pernah liat yang beneran. Kalo difilm sih sering."

Rose dan Dante tertawa pelan bersamaan.

"Oke guys, waktu istirahat habis." Seru Dante diikuti gerakan teman-temannya untuk bersiap melanjutkan perjalanan mereka

Begitu tiba dipos terakhir mereka disambut keramaian pendaki-pendaki lainnya, ada yang belum lama sampai dan ada yang baru mau mendaki naik keatas. Ditengah-tengah keramaian Rose melihat sosok yang dia kenali, Danny. Langkahnya dia percepat bermaksud mengejar Danny, namun karna terlalu banyak orang Rose kesusahan berdesak-desakan. Matanya masih bisa melihat kupluk hitam dengan corak yang sama dengan yang dipakai Danny.

Dari belakang Daniar mengejarnya.

"Duhh.. Kenapa sebanyak ini sih orang-orang mendaki hari ini." Rose memprotes kesal sambil menerobos kerumunan orang-orang disana "Aku harus pastiin, yang ku temuin diatas itu orang atau setan!" lanjutnya bertekad

Tiba dipenghujung keramaian Rose dengan cepat berlari dan menabrak pria yang dia tuju, tubuh mungilnya menabrak pria yang memakai kupluk hitam itu. Beruntung mereka berdua nggak terjatuh, mereka jadi pusat perhatian selama beberapa detik lalu kembali diacuhkan.

"Danny!!!" seru Rose

Cowok itu berbalik, terlihat jelas wajah yang berbedah dengan janggut tipis pendek "Maaf, kayaknya kamu salah orang." ucap pria tadi lalu buru-buru pergi seperti sedang mengejar orang lain

Rose mematung saat melihat wajah pria tadi, salah orang! Dia jadi yakin kejiwaannya sudah benar-benar terganggu, dia merasa dia mulai berhalusinasi menemui sosok yang sebenarnya nggak ada.

"Rose." Daniar menepuk pundak Rose "Lo kenapa??"

"Eh, Ni." kata Rose tersadar dari pikirannya sendiri "Nggak, tadi aku kira itu Dante. Jadi ku kejar." jawab Rose memanfaatkan kesamaan warna kupluk yang dipakao Danny dan Dante

"Dante kan tepat dibelakang lo. Tuh kan Rose, lo udah mulai nggak fokus.."

"Iya yah? mungkin aku capek sama kekurangan cairan kali yah Ni, kita cari teman-teman yang lain yuk."

Daniar mengangguk terpaksa, dia sadar temannya itu sedang nggak stabil. Mereka sudah berteman sejak SD kelas 5 sampai sekarang, Daniar nggak tau apa alasan perubahan Rose. Yang dia ingat perubahan Rose terjadi sejak mereka berdua duduk dibangku SMP, orangtua Rose juga memohon agar Daniar biar terus menemani Rose dan membantu agar Rose bisa berubah. Namun Rose tetap sama, nggak ada satupun yang tau alasan dibalik sifat Rose.

Mereka semua langsung meninggalkan pos pendakian dan kembali kekota, liburan sudah selesai, pekerjaan sudah menanti mereka diJakarta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!